HPI 2013_6&7 Recent site activity teeffendi

Karakter
Tindak Pidana Internasional

Tolib Effendi

Gambaran Umum
Tindak pidana internasional adalah setiap
perbuatan yang mana ditetapkan sebagai
kejahatan di dalam konvensi multilateral yang
diikuti beberapa negara peserta, yang di
dalamnya terdapat salah satu dari sepuluh
karakteristik pidana (internasional).
(Lihat Bassiouni, 1986: 3)

10 Karakter Tindak Pidana
Internasional
1. Pengakuan eksplisit setiap perbuatan yang dianggap
sebagai tindak pidana internasional atau kejahatan
berdasarkan hukum internasional;
2. Pengakuan implisit dari sifat perbuatan pidana
dengan membangun kewajiban untuk melarang,

mencegah, menuntut, menghukum atau sejenisnya;
3. Kriminalisasi perbuatan-perbuatan tertentu;
4. Kewajiban atau hak untuk menuntut;
5. Kewajiban atau hak untuk menghukum perbuatan
tertentu;

10 Karakter Tindak Pidana
Internasional (lanjutan)
6. Kewajiban atau hak untuk mengekstradisi;
7. Kewajiban atau hak untuk berkerjasama dalam
menuntut, menghukum termasuk bantuan hukum
dalam proses hukum;
8. Pembangunan dasar-dasar yurisdiksi kriminal;
9. Mengacu pada pembangunan mahkamah pidana
internasional; dan
10. Penghapusan alasan-alasan karena perintah atasan
(Lihat Bassiouni, 1986: 3)

Pembaruan Karakter Tindak Pidana
Internasional

Kelemahan 10 karakter tindak pidana internasional yang
disebutkan oleh Romli Atmasasmita tersebut membawa pada
karakteristik baru dalam tindak pidana internasional, diantaranya:
1. Kejahatan internasional tidak tergantung keterkaitan dua
yurisdiksi atau lebih, sedangkan kejahatan transnasional
tergantung pada dua atau lebih yurisdiksi negara;
2. Objek yurisdiksi kejahatan internasional adalah asas universal,
sementara objek yurisdiksi kejahatan transnasional adalah asas
teritorial dan asas nasional aktif;
3. Yurisdiksi kejahatan internasional ada pada pengadilan pidana
internasional, sedangkan kejahatan transnasional merupakan
yurisdiksi pengadilan nasional;

Pembaruan Karakter Tindak Pidana
Internasional (lanjutan)
4. Kejahatan internasional berpegang pada asas aut
dedere aut judicare sementara kejahatan transnasional
berpegang pada asas aut dedere aut punere;
5. Kejahatan internasional tidak mengakui sepenuhnya
prinsip kedaulatan negara, sedangkan kejahatan

transnasional mengakui sepenuhnya prinsip kedaulatan
negaraYurisdiksi kejahatan internasional ada pada
pengadilan pidana internasional, sedangkan kejahatan
transnasional merupakan yurisdiksi pengadilan nasional;
(Lihat Eddy OS Hiairiej, 2009: 54)

Pembaruan Karakter Tindak Pidana
Internasional (lanjutan)
Secara tegas, karakeristik yang diuraikan oleh Romli
Atmasasmita tersebut di atas membedakan antara tindak
pidana internasional dan tindak pidana transnasional dengan
kriteria pembedanya adalah faktor yurisdiksi (dalam arti
teritori dan dalam arti kewenangan mengadili) dari masingmasing bentuk tindak pidana, yurisdiksi universal bagi tindak
pidana internasional dan yurisdiksi teritorial bagi tindak
pidana transnasional, serta yurisdiksi dari penegakan
hukumnya, mahkamah pidana internasional bagi tindak
pidana internasional dan pengadilan nasional bagi tindak
pidana transnasional.

Jenis-Jenis

Tindak Pidana Internasional

Tolib Effendi

Gambaran Umum
Penetapan jenis tindak pidana internasional
sampai dengan saat ini telah melalui suatu
proses yang panjang dan rumit serta bersifat
kontekstual yang selektif-normatif. Kontekstual
karena disesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan masyarakat pada waktu itu,
sedangkan selektif-normatif diartikan sebagai
perkembangan berdasarkan apa yang tercatat
dalam konvensi-konvensi internasional tertentu.

Penggolongan Jenis Tindak Pidana
Internasional
1. Tindak pidana internasional yang berasal dari
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di dalam
praktik hukum internasional;

2. Tindak pidana internasional yang berasal dari
konvensi-konvensi internasional; dan
3. Tindak pidana internasional yang lahir dari sejarah
perkembangan konvensi mengenai hak asasi manusia.
(Lihat Romli Atmasasmita, 2006: 40)

Kualifikasi Tindak Pidana Internasional
Bassiouni mengkualifikasikan 22 (dua puluh dua)
perbuatan yang termasuk ke dalam tindak pidana
internasional yang berasal dari 312 instrumen
internasional mulai dari tahun 1815 sampai dengan 1984
(Pada tahun 2003 bertambah menjadi 28 jenis tindak
pidana internasional).
Instrumen-instrumen tersebut diambil karena memenuhi
sepuluh karakteristik pidana menurut Bassiouni.

Kualifikasi Tindak Pidana Internasional
(lanjutan)
• Agression (agresi);
• War crimes (kejahatan perang);

• Unlawful use of weapons (penggunaan senjata secara
terlarang);
• Crimes against humanity (kejahatan terhadap
kemanusiaan);
• Genocide (genosida);
• Racial discrimination and apartheid (diskriminasi ras
dan aparteid);

Kualifikasi Tindak Pidana Internasional
(lanjutan)
• Slavery and related crimes (perbudakan dan kejahatan
yang berkaitan dengan itu);
• Torture (penyiksaan);
• Unlawful human experimentation (percobaan terhadap
manusia secara terlarang);
• Piracy (perompakan);
• Aircraft hijacking (pembajakan pesawat terbang);
• Threat and use of force against internationally
protected persons (penggunaan kekuatan terhadap
orang-orang yang dilindungi secara internasional);


Kualifikasi Tindak Pidana Internasional
(lanjutan)
• Taking of civilian hostages (penyanderaan terhadap
penduduk sipil);
• Drug offenses (penyalahgunaan obat terlarang);
• International traffic in obsence publications (;
• Destruction and/ or theft of national treasures
(pengrusakan/ atau pencurian terhadap harta
nasional);
• Environmental protection (pengrusakan terhadap
lingkungan);

Kualifikasi Tindak Pidana Internasional
(lanjutan)
• Theft of nuclear materials (pencurian terhadap material
nuklir);
• Unlawful use of the mails (penggunaan surat secara
terlarang);
• Interference with submarine cables (intervensi terhadap

kabel bawah laut);
• Falsification and counterfaiting;
• Bribery of foreign public officials (perampokan terhadap
kantor publik asing).
(Lihat Bassiouni, 1986: 135)

Penambahan Kualifikasi Tindak Pidana
Internasional
Pada tahun 2003, 22 kualifikasi tindak pidana tersebut
ditambahkan menjadi 28 dengan penambahan
diantaranya:
• Mercenarism;
• Unlawful acts against the safety of maritime
navigation and the safety of platforms on the high seas
(perbuatan terlarang terhadap keamaan navigasi
maritim dan keamanan laut);
• Crimes against United Nations and associated personel
(kejahatan terhadap PBB dan orang-orangnya);

Penambahan Kualifikasi Tindak Pidana

Internasional (lanjutan)
• Attacks with explosives (penyerangan dengan
menggunakan bahan peledak);
• Financing terorism (pembiayaan terrorisme);
dan
• Organized crimes (kejahatan terorganisir)
(Lihat Eddy OS. Hiairiej, 2009: 55-56)

Elemen Tindak Pidana Internasional
Dari 22 kualifikasi tindak pidana internasional tersebut,
Bassiouni membagi ke dalam tiga elemen, yaitu:
1. international elements (elemen internasional);
2. transnational elements (elemen transnasional); dan
3. necessity element (elemen kepentingan).

International Elements
Elemen internasional dilandasi atas kriteria ancaman
langsung maupun tidak langsung terhadap perdamaian dan
keamanan dunia serta pengaruhnya terhadap rasa
kemanusiaan.

Berdasarkan elemen-elemen tersebut, tindak pidana
internasional yang mengancam secara langsung maupun
tidak langsung perdamaian dan keamanan dunia serta
mengguncang rasa kemanusiaan adalah agression; war
crimes; unlawful use of weapons; crimes against humanity;
genocide; racial discrimination and apartheid; slavery and
related crimes; torture; unlawful human experimentation;
and piracy.

Transnational and Necessity Elements
Elemen transnasional dilandasi kriteria akibat
dari perbuatan terhadap lebih dari satu negara,
akibat dari perbuatan yang melibatkan lebih dari
satu warga negara serta tujuan dan metode dari
perbuatan melebihi batas wilayah negara,
sedangkan elemen kepentingan dilandasi
kriteria kepentingan bekerjasama antar negara
untuk penegakan hukumnya.

Transnational and Necessity Elements

(lanjutan)
Elemen dalam tindak pidana internasional, yang
tidak termasuk dalam kriteria ancaman langsung
maupun tidak langsung terhadap perdamaian
dan keamanan dunia serta pengaruhnya
terhadap rasa kemanusiaan dikategorikan
sebagai tindak pidana transnasional.

Transnational and Necessity Elements
(lanjutan)
Tindak pidana yang termasuk dalam elemen
transnasional dan elemen kepentingan diantaranya
adalah : Aircraft hijacking; Threat and use of force
against internationally protected persons; Taking of
civilian hostages; Drug offenses; International traffic in
obsence publications; Destruction and/ or theft of
national treasures; Environmental protection; Theft of
nuclear materials; Unlawful use of the mails;
Interference with submarine cables; Falsification and
counterfaiting; dan Bribery of foreign public officials.

Daftar Bacaan
1. Cherrif M. Bassiouni, International Criminal Law, I: Crime,
1986
2. Eddy Omar Sharif Hiariej, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, 2009
3. Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Internasional,
2006
4. Romli Atmasasmita, Kejahatan Transnasional dan
Internasional Serta Implikasi Terhadap Pendidikan Hukum
Pidana Serta Kebijakan Hukum Pidana Indonesia ,
Makalah disampaikan dalam Kongres dan Seminar
Nasional Asosiasi Pengajar Hukum Pidana dan Kriminologi
(ASPEHUPIKI), diselenggarakan di Bandung, 16 – 19 Maret
2008