Manusia dan dasar Kehidupan manusia

AIK2

Manusia dan Kehidupan

Disusun Oleh:
 Aditya Khairulsani
 Mutawashittin (a)
Dosen Pembimbing: Dr. Ajang S, Ag, M, Ag

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FSKULTAS EKONOMI
PRODI AL ISLAM dan KEMUHAMMADIYAHAN
TAHUN 2013/2014

A. Pendahuluan
Pada makalah ini akan dibahas “Manusia dan Kehidupan” , materi
ini lebih menitiktekankan pada kemampuan manusia untuk
mempertanyakan keberadaan dirinya dengan segala potensi yang dimiliki,
sehingga ia disebut sebagai makhluk yang mulia dibanding dengan
makhluk lainnya. Hanya dengan rahman dan rahim-Nya manusia
dianugerahi potensi yang luar biasa dahsyatnya dan tidak dimiliki oleh

makhluk lain, meski makhluk yang bernama malaikat. Oleh karena itu.
Pantaslah jika manusia diberi amanat sebagai khalifa (pemimpin,
penguasa) Allah di muka bumi.
Untuk itu, maka ada beberapa hal yang akan dibahas dalam bab ini,
antara lain: (1) asal usul kejadian manusia sesuai dengan Al-Qur’an dan
sains; (2) Potensi manusia dan kelebihannya atas makhluk lain; (3)
Tujuan dan fungsi penciptaan manusia; (4) Ragam orientasi hidup
manusia; (5) Hidup sukses dalam pandangan Al-Qur’an.
1. Asal usul Kejadian Manusia Sesuai dengan Al-Qur’an dan Sains
 Siapa itu manusia?
Ada beberapa pendapat tentang definisi manusia, di antaranya:
 Endang Saifuddin Anshori, dalam bukunya Kuliah Al-Islam, Pendidikan
Agama Islam di Perguruan Tinggi mengungkapkan bahwa manusia
adalah makhluk berfikir. Dengan demikian, manusia adalah makhluk
yang berupaya secara maksimal dan dengan penuh kesungguhan untuk
mencari jawaban tentang hidup didunia yang fana maupun di akhirat
(bagi orang yang mempercayainya). -1986:6 Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam kitab Haqaiqul Islam wa bathilu
Khusumihi (dalam Abubakar Muhammad) mengatakan, manusia adalah

makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat

ketuhanan. Dengan demikian, manusia adalah makhluk yang bertanggung
jawab terhadap segala sesuatu yang dikerjakan. - Suabaya –
Indonesia(tt,:22) –
 Omar Muhammad al Taumi al Syaibani (dalam zakiyah daradjat)
berupaya merinci manusia dalam pandangan islam, yaitu sebagai
makhluk termulia di alam jagad raya, berfikir, memiliki 3 dimensi
(badan, akal dan ruh) dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktorfaktor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan, memiliki motivasi dan
kebudayaan, berbeda antar personil dan makhluk yang memiliki sifat
selalu berubah-ubah.
 Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer memberikan definisi bahwa
manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan makhluk hidup lainnya.
 Asal usul Kejadian Manusia
Ada 3 hal yang akan diuraikan pada bagian ini, yaitu unsur-unsur
penciptaan manusia, penciptaan Adam As, dan penciptaan anak cucu
Adam As.
 Unsur-unsur penciptaan manusia
Unsur terpenting yang membentuk susunan tubuh manusia adalah air.
Sebagaimana firman Allah pada S.Al-Anbiya’ ayat 30.


Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan dari air Kami

jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
Ayat ini menjelaskan bahwa semua makhluk hidup (termasuk manusia)
dijadikan dari air sebagai salah satu komponen terpenting. Kenyataan ini
dapat kita kaji secara ilmiah pada kehidupan yang ada dibumi.
Tanpa air, manusia dan makhluk lainnya tidak mungkin hidup
Unsur kedua adalah tanah.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 2

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya
ajal(kematianmu) dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya(yang
Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih raguragu(tentang berbangkit itu)”
Ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu unsur penciptaan manusia
adalah tanah, dan sesungguhnya Allah telah tetapkan umur seseorang
hanya Ia yang mengtahuinya.
 Penciptaan Manusia Pertama (Adam As)

Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci proses penciptan Adam yang
mayoritas ulama menamai manusia pertama. Sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al Hijr 28-29 dan QS. Shad 71-72.
QS.Al Hijr 28 dan 29

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seseorang manusia dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk”

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan) – Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan
bersujud”
Dari penjelasan surat diatas dapat disimpulkan bahwa sosok tubuh Adam As
dan manusia (sesudahnya) sama; dimana masing- masing anggota tubuh
memiliki kepala, dua mata, dua telinga, hidung dan anggota lainnya. Dan
masing-masing memiliki naluri yang sama, seperti; haus, lapar, gembira, cemas
dan lain-lain. Tetapi proses penciptaanya tidak lah sama, dimana penciptaan
Adam As tidak melalui perantara layaknya manusia sesudahnya (anak, cucu
Adam As) yang melalui perantara ibu-ayahnya.
Namun proses penyempurnaan Adam As tidak di uraikan didalam Al-Qur’an.

Seperti yang di nyatakan Abbas Al-Aqab seorang ilmuan dan ulama Mesir
kontemporer dalam bukunya Al-Insan fi Al-Qur’an” mempersilahkan setiap
muslim untuk menerima atau menolak teori Darwin berdasarkan penelitian
ilmiah, tanpa melibatkan Al-Qur’an sedikitpun. Sebab Al-Qur’an sendiri tidak
berbicara secara rinci tentang kejadian manusia pertama.”

2. Potensi-Potensi Manusia dan Kelebihannya atas Makhluk lain
Ada 6 potensi yang dimiliki manusia, yaitu: bakat dan kecerdasan,
insting, nafsu, karakter, heriditas, dan instuisi. Potensi ini di uraikan
sebagai berikut:
1. Al-Ilhamul Fitriy (instink atau naluri atau ghorizah)
Merupakan suatu kemampuan berbuat tanp melalui proses
pembelajaran, contohnya: (a) melarikan diri, (b)Melawan, (c) ingin
tahu, (d) Merendahkan diri, dan masih banyak lagi.
2. Al-Hawassu wal Masya’ir (indera dan perasaan)
Manusia memiliki 5 indera (indera perasa, pencium,
pendrngar,penglihatan dan indera peraba), dan memiliki segala macam
perasaan. Kedua perangkat harus berjalan seimbang, sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing.
3. Akal

Perangkat ini tidak dimiliki oleh binatang dan merupakan hak mutlak
dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu, akal sangat berguna sekali
bagi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhan hidup.
4. Din (Agama)
Perangkat ini hany dimiliki oleh manusia, juga sebagai pedoman
hidup. Disamping itu, agama berfungsi sebagai alat pengukur benar
atau salahnya segala sesuatu yang dikehendaki dan dilakukan oleh
akal, instink, perasaan dan indera.
5. Ilmu
Uraian diatas telah memaparkan bahwa perbedaan antara manusia
dengan hewan terletak pada akalnya. Dari itu ada beberapa sebutan
untuk manusia, seperti: Makhluk kreatif (homo faber), makhluk
bertuhan (homo sapiens), makhluk berakal (homo rational), makhluk
bertuhan (homo relegius) dan kesatuan dari jiwa raga (trimonodualis).

6. Bakat dan Kecerdasan
Keduanya merupakan kemampuan pembawaan yang potensial untuk
mengacu pada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan
keahlian (professional) dalam berbagai bidang kehidupan.

7. Nafsu dan Berbagai Dorongan (Drives)
Meliputi: (a) nafsu lawwamah (perbuatan tercela yang merendahkan
orang lain) disebut egosentris, (b) nafsu ammarah (perbuatan merusak,
membunuh), (c) nafsu birahi (perbuatan seksual) (d) nafsu
muthmainah (ketaatan kepada Allah Yang Maha Segala-galanya.
8. Karakter (watak asli) atau Tabiat Manusia
Merupakan kemampuan psikologis yang terbawa sejak lahir, dan
selalu terkait dengan tingkah laku, moral, sosial dan etika seseorang.
3. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
1. Tujuan Penciptaan Manusia
Keberadaan manusia di bumi sebagai pemegang Khalifah, dengan
misi memimpin, mengelola, memaakmurkan dan memelihara
keselamatan alam semesta. Untuk itu, Allah menurunkan agama yang
terakhir (islam) untuk dijadikan pegangan hidup untuk menjalankan
tugas kekhalifahan.
Secara normatif, tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah
kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS.Adz-Dzaariyaat ;
56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia ,elainkan supaya

mereka menyembahku”
2. Fungsi Penciptaan Manusia
Merujuk pada tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah
kepada-Nya, maka fungsi penciptaan manusia, sebagai khalifah-Nya.

Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ; 30 dan QS. AlAn’am ; 165

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat”sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
dimuka bumi”

“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian(yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
Kedua ayat tersebut tegas sekali Allah menyatakan bahwa fungsi manusia
di bumi ialah sebagai Khalifatullah. Oleh karena itu mereka bertugas untuk
menciptakan kemakmuran di dunia dan membangun berbagai segi kehidupan.


Adapun tugas yang dibebankan kepada manusia, yaitu:
a. Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, seperti menuntut ilmu
pengetahuan yang berguna bagi dirinya atau orang lain atau
masyarakat umum dan menghiasi diri dengan akhlak mulia merupakan
kewajiban yang harus disadari dan dilakukan oleh setiap orang.
b. Tugas kekhalifahan didalam keluarga atau rumah tangga. Hal ini
sangat erat sekali hubungannya dengan penyaluran nafsu seksual yang
ada dalam diri setiap manusia yang bermoral.
c. Tugas kekhalifahan di dalam masyarakat.Setiap manusia didunia tidak
bisa lepas dengan bantuan orang lain, karena itu antara satu dan
lainnya saling membutuhkan, sehingga perlu mengadakan hubungan
yang positif dan bermanfaat bagi semuanya.
4. Ragam Orientasi Hidup Manusia
Manusia sebagai khalifatullah menempati dua posisi ganda (double
position) diruang publik (public sphere) yang sangat luas. Di satu sisi
merupakan agen pencerahan, namun pada saat bersamaan manusia justru
menjadi agen kerusakan (al-fasid).
Ada 2 hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang dalam menyikapi orientasi
hidup, yaitu:
1. Orientasi Hidup yang salah

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 200,
bahwa ada di antara manusia yang orientasi hidupnya didunia hanya mengejar
kenikmatan duniawi, sehingga ia lupa bahkan tidak pernah memikirkan nasib
hidupnya di akhirat kelak.

Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah ; 200 sebagai berikut:

Potongan ayat ini menjelaskan bahwa ada sebagian di antara manusia yang
berdo’a kepada Allah “ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia”.
Maksudnya seseorang yang memohon kepada Allah apa yang diharapkan
didunia ini untuk menyenangkan hatinya, namun di sisi lain si pemohon (orang
yang berdo’a) tidak bermohon untuk kehidupan di dunia yang khasanah, dan
juga tidak berdo’a sesuatu apapun yang menyangkut akhirat. Oleh karena itu,
Allah mungkin akan mengabulkan permohonan mereka, tetapi tidak ada
baginya sedikitpun bagian yang menyenangkan di akhirat, karena dia tidak
mengharapkannya apalagi berusaha meraihnya.
Bertolak pada orientasi hidup semacam ini, maka karakteristik yang
dimiliki orang tersebut hanyalah; Obsesi mengejar kenikmatan dunia,
Bertambahnya ambisi untuk memperbanyak kesenangan hidup diduniawi,
merasa senang atas apa yang diperoleh dari kesenangan duniawi, merasa berat

untuk berjuang dijalan Allah, dan memandang kehidupan didunia sebagai
satusatunya kehidupan dan dunia segala-galanya.
2. Orientasi Hidup yang Benar
Allah tidak menghendaki kehidupan manusia yang memberatkan, justru
sebaliknya yang dikehendaki Allah adalah kehidupan yang mudah.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ; 256:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah) dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui”
Adapun jaminan Allah yang diberikan kepada orang-orang yang
mengikuti jalan yang benar maka ia akan dipermudah ketika menghadapi
kesulitan, urusannya dijadikan mudah oleh Allah, dihapus kesalahannya,
disediakan surga yang luas seluas langut dan bumi, Allah senantiasa bersama
orang-orang yang taqwa, akan mendapat berkah dari langit dan dari bumi,
hidupnya tidak akan merasa takut dan sedih, hidupnya tidak akan celaka dan
tersesat, Allah akan menjadikan hidupnya di dunia dengan kebaikan dan
memberinya pahalayang besar di akhirat.
5. Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Qur’an
Uraian diatas telah menggambarkan jalan kehidupan di dunia yang harus dipilih
oleh setiap manusia sebagai makhluk Allah yang mulia, yaitu jalan yang benar
dan jalan yang salah. Untuk itu, maka Al-Qur’an menjelaskan tentang
kehidupan di dunia yang harus dilalui oleh setiap manusia, sehingga dia dapat
meraih kesuksesan hidup didunia dan akhirat sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan Duniawi dan Ukhrowi
Manusia dituntut untuk melakukan pengembangan diri secara seimbang,
antara aspek spritualitas yang lebih mengarah untuk menjalin hubungan
harmonis kepada Allah Yang Maha Agung, juga pengembangan fungsi ilmu
dan akal dalam rangkah untuk memahamititah Allah dimuka bumi secara
praktis. Dari kedua hal terebut akan membawa manusia pada pola hidup yang
seimbang, dan akan nampak sempurna diperkuat do’a yang setiap saat selalu
dibaca dalam QS.Al-Baqarah ; 201

“Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: “Ya Tuhan Kami, berilah
kami kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat dan pelihara lah kami dari siksa
neraka”
Untuk itu, maka beberapa cara yang dapat dapat dilakukan oleh seseorang untuk
meraih keseimbangan duniawi dan ukhrowi, yaitu dengan memahami makna
hidup, dan memahami Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia, mengasah
kepekaan hati masing-masing, menghindari perbuatan yang mengarah pada
kemaksiatan atau dosa.
2. Memiliki Keseimbangan antara Iman, Ilmu Pengetahuan dan Kepekaan
Emosional
Setiap manusia berhak dan layak untuk menggapai ketiga-tiganya dengan
berbagai cara. Maka dari itu, seseorang dapat memanfaatkan dan
memaksimalkan potensi pemberian Allah yang lainnya, seperti akal fikiran
maupun panca inderanya.
Adapun cara yang dapat ditempuh dalam mencari, menggali, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui:
a. Panca Indera, seperti sama’ (pendengaran) yang biasanya bersifat verba, dan
bashar (penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan.
b. Observasional-eksperimental, seperti Allah mengajarkan Qabil cara
mengubur mayat saudaranya (Habil) melalui perantara burung menggali tanah.
c. Pengamatan Eksperimental, seperti Allah mengajarkan kebangkitan melalui
suatu desa atau wilayah yang dinding-dinding rumahnya roboh lalu menutupi
atap rumahnya, sedangkan penduduk wilayah tersebut tidak ada sama sekali.
d. Eksperimen, seperti Allah menunjukkan kepada Nabi Ibrahim a.s bagaimana
menghidupkan yang mati menjadi hidup kembali.
e. Akal, kalbu atau fuad, seperti menangkap ayat-ayat Allah pada kejadian alam
semesta. Perhatikan firman Allah pada QS.Al-Baqarah ; 164 tentang penciptaan
langit dan bumi, yang didalamnya terdapat bergantinya malam dan siang, lautan
yang dapat digunakan untuk berlayar dan pemanfaat sumber daya alamnya,
Allah menurunkan air dari langit untuk menghidupkan manusia, hewan dan
tanaman agar tidak mati, dan lain sebagainya.

Disisi lain, apabila diperhatikan dampak negatifnya memisahkan antara
iman, ilmu pengetahuan dan kepekaan emosional terhadapa pribadi seseorang,
maka akan melahirkan pribadi-pribadi:
a. seseorang yang mengandalkan ilmu pengetahuan yang luas, tetapi lemah
iman dan kepekaan emosionalnya, maka akan terjadi ketimpangan dan membuat
hidupnya dalam keadaan frustasi.
b.Seseorang yang memiliki iman dengan keyakinan yang kukuh, sedangkan
ilmunya tidak berkembang dan kepekaan emosional yang sangat rendah, maka
akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang tidak mampu berbuat
sesuatu.
c. Seseorang yang kepekaan emosionalnya kuat, namun tidak didasari dengan
iman dan ilmu.

Kesimpulan: Dari serangkaian penjelasan tentang “Manusia dan Kehidupan”
ini dapat disimpulkan bahwa Allah menjadikan manusia dari beberapa unsur
penting seperti air dan tanah, yang diberi bentuk. Dan terdapat beberapa potensi
yang dimiliki manusia dan kelebihannya atas makhluk lain diantaranya ialah,
instink atau naluri, indera dan perasaan, akal, agama, ilmu, bakat dan
kecerdasan, nafsu dan berbagai dorongan, dan karakter.
Adapun Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia melainkan untuk
menyembah Allah/beribadah sesuai jalan Allah, dan fungsinya ialah sebagai
khalifatullah . Manusia sebagai khalifatullah menempati posisi ganda (double
position) diruang publik (public sphere) yang sangat luas. Di satu sisi
merupakan agen pencerahan, namun pada saat bersamaan manusia justru
menjadi agen kerusakan (al-fasid). Maka jalan kehidupan didunia yang harus
dipilih oleh setiap manusia sebagai makhluk Allah yang mulia yaitu jalan yang
benar atau jalan yang salah.

Aditya Khairulsani. (02-03-2014)