Psikologi kepribadian mischel dan rotter (1)

1. Usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah.
Chirologi atau Ilmu Guratan Tangan ( jawa : rajah)
Dasar pikiran pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-guratan tangan
orang itu tidak ada yang sama satu dengan yang lain, macamnya adalah sebanyak
orangnya (inilah yang mendasari pikiran Daktiloskopi/ilmu sidik jari). Jika sekiranya
orang dapat mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khusus gurat-guratan
tangan tersebut, maka dia akan mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khas
orangnya. Usaha yang biasanya dilakukan orang hanya memperhatikan beberapa gurat
(garis) saja.
B. Astrologi atau Ilmu Perbintangan
Pengaruh kosmis terhadap manusia merupakan dasar dari pemikiran pengetahuan ini.
Pada waktu seorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap benda-benda
angkasa; jika kita dapat mengenal perbedaan mengenai sifat-sifat khas orangnya;
biasanya usaha yang dilakukan orang tidak sejauh itu, dan hanya orang-orang yang
lebih secara tradisional meniru saja apa yang dikatakan oleh orang sebelumnya,
padahal reliabilitas dan validitas prinsip-prinsip yang telah ada belum diuji.
C. Grafologi atau Ilmu Tentang Tulisan Tangan
Pendapat bahwa pengetahuan ini adalah hasil abad XIX, namun ada juga buktibukti yang menunjukkan, bahwa sebelum itu telah ada juga orang yang
memperhatikannya, misal Camilo Baldo (Italia, 1622).
Karangan dalam lapangan ini berasal dari abad XIX ialah : Systeme de
Graphologie hasil karya Abbe Michon, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan

oleh Crepiaux jamin dalam A B C de la Graphologie.Kini karangan-karangan dalam
lapangan ini telah banyak dan diantaranya yang dapat dipandang sebagai karya terbaik
adalah karya L.Klages: Handschrift und Character.
Dasar pikiran grafologi adalah gerakan menulis yang dilakukan manusia itu
merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya. Kalau sekiranya orang dapat
mengetahui keadaan khusus tulisan seseorang dengan baik, berarti dia juga dapat
mengenal keadaan khusus kepribadian penulisnya. Dalam menganalisis tulisan itu halhal yang perlu diperhatikan antara lain :
 Apakah tulisan tetap lurus ataukah naik atau menurun,
 Condong tegaknya tulisan,
 Besar kecilnya huruf,
 Jarak tulisan dari satu garis ke garis yang lainnya,
 Tumpul runcingnya tulisan,
 Tebal-tipisnya tulisan,
 Tetap atau tidaknya ukuran tulisan,
 Jarak tulisan dari tepi, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut dianalisis, dicari sifat-sifatnya yang khas, dan dengan jalan demikian
orang mencoba menarik kesimpulan mengenai kepribadian penulisnya.
D. Physiognomi atau ilmu tentang wajah
Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan
wajahnya. Dasar pikiran ialah keyakinan bahwa ada hubungan antara keadaan wajah

dan kepribadian. Hal-hal yang tampak pada wajah dapat dipergunakan untuk membuat
interpertasi mengenai apa yang terkandung dalam jiwa. Tokoh yang mengusahakan
A.

secara luas pengetahuan ini dan mempergunakanya secara baik adalah: Joahann
Casper Laveter (1741-1801), seorang pendeta di Zurich.
Karya Laveter dalam lapangan ini ialah:Physiognomische Fragmante zur
Beforderung der Menchenkenntriss undMenschenliebe. Dalam buku tersebut dia
menerangkan antara lain
 Keadaan dahi dan kening adalah petunjuk untuk mengerti kecerdasan seseorang;
 Hidung dan pipi adalah bagian yang dapat memberikan tanda halus atau kasarnya
perasaan seseorang;
 Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk untuk nafsu makan, nafsu minum dan
sebagainya;
 Mata adalah yang mencerminkan seluruh kehidupan jiwa; dan sebagainya.
Semasa hidupnya Laveter sebagai seorang pendeta yang banyak bergaul
dengan bermacam-macam orang menggunakan pedoman itu secara baik. Akan tetapi
suksesnya tersebut bukan karena baiknya pedoman yang digunakan, melainkan
ketajaman intuisisnya; jadi kalau pedoman tersebut dipergunakan oleh orang lain, maka
lain-lain pulalah hasilnya.

E. Phrenologi atau Ilmu Tentang Tengkorak
Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan
tengkoraknya. Dasar pikiran ajaran bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu masingmasing memiliki pusatnya di otak. Jikalau salah satu (atau lebih) dari kecakapan itu
keadaannya luar biasa, maka pusatnya di otak luar biasa pula besarnya.
Akibat hal ini ialah bentuk tengkorak lalu terubah oleh pusat yang membesar
tersebut, sehingga ada tonjolan - tonjolannya. Dengan mengukur secara teliti tonjolantonjolnya tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapan-kecakapan atau sifatsifat seseorang. Phrenologi ini selanjutnya dikembangkan oleh Brocca (1824-1880),
yang selanjutnya berhasil merumuskan teori lokalisasi, suatu teori yang walaupun telah
mendapat kritikan namun masih populer hingga dewasa ini.
F. Onychologi atau lmu Tentang Kuku
Kepribadian seseorang atas dasar keadaan kuku-kukunya. Kuku di ujung jari itu
mempunyai hubungan yang erat dengan susunan syaraf, dengan cabang-cabangnya
yang terhalus di ujung jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan
untuk mengenal kepribadian orangnya.
Cabang pengetahuan ini baru dikembangkan pada bagian kedua abad ini,
oleh sekelompok ahli dari Perancis, yang dipelopori oleh Henry Bouquet, Cartan Pierre
Giram, dan Henry Mangin.
2. Usaha - Usaha Yang Lebih Tinggi Nilainya

1)


a.
Ajaran tentang Cairan Tubuh
Tokoh yang sangat terkenal dan sangat besar pengaruhnya tentang cairan tubuh
adalah Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan oleh Galenus.
Pendapat Hippocrates
Hippocrates (460-370 SM) adalah bapak ilmu kedokteran, Menurut Hippocrates,
kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi
empedoleks, yang meganggap bahwa alam semesta besrta isinya ini tersusun dari
empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukung

2)

yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka hippocrates berpendapat bahwa dalam
diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan
konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu:
Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan
Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila

cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya
normal (sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya
menyimpang dari keadaan normal (sakit).
Pendapat Galenus
Galenus menyempurnakan ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan
kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut.
Galenus sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat
empat macam cairan yaitu:
Chole
Melanchole
Phlegma
Sanguis
Cairan-cairan dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau
suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi seharusnya (jadi: dominan)
maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan
yang khas ada pada seseorang sebagai akibat daripada dominannya salah satu cairan
tubuh itu, oleh Galenus disebutnya tempramen.
Dasar pemikiran tersebut, Galenus menggolongkan manusia menjadi empat tipe
tempramen, beralas pada dominasi salah satu cairan tubuhnya.
Tipologi kepribadian menurut Hippocrates dan Gelenus

Tipe
Cairan yang Prinsip
Sifat – sifat khasnya
kepribadian
Chloresia

dominan
Chole

Tegangan (tension)

Hidup,besar semangat,keras
daya juang,hatinya mudah

Melancholis

Melanchole

Penegaran


terbakar,optimistik
Mudah kecewa,daya juang

Phlegmatis

Phlegma

(Rigidity)
Plastisitas

kecil,muram ,pesimistis
Tak
suka
terburuburu,tenang(calm),mudah

Sanguinis

Sanguis

Ekspansitivitas


terpengaruhi,setia ,lamban
Hidup
mudah
berganti
haluan,ramah,lekas
bertindak

tapi

juga

lekas

berhenti
http://edwinmunip.blogspot.com/2013/10/sejarah-psikologi-kepribadian.html

Usaha-usaha yang Masih Bersifat Prailmiah
Diantara usaha-usaha tersebut, yang terkenal adalah ;
a.

Chirologi
b.
Astrologi
c.
Graologi
d.
Phisiognomi
e.
Phrenologi, dan
f.
Onychologi.
a.

Chirologi atau ilmu gurat-guratan tangan (jawa : rajah)
Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-guratan tangan
orang itu tidak ada yang saa satu dengan yang lain, macamnya adalah sebanyak
orangnya(inilah yang mendasari pikiran Daktiloskopi/ilmu sidik jari). Jika sekiranya
orang dapat mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khusus gurat-guratan
tangan tersebut, maka dia akan mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khas
orangnya. Akan tetapi usaha yang biasanya dilakukan orang tidaklah sejauh itu; orang

hanya memperhatikan beberapa gurat (garis) saja.
b.
Astrologi atau ilmu perbintangan
Dasar pikiran daripada pengetahuan ini adalah adanya pengaruh kosmis terhadap
manusia. Pada waktu seorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap bendabenda angkasa; jika sekiranya kita mengenal perbedaan perbedaan mengenai soal ini
dia juga dapat mengenal perbedaan perbedaan mengenai sifat-sifat khas orangnya;
tetapi biasanya usaha yang dilakukan orang tidak sejauh itu, dan hanya orang-orang
yang lebih kemudian secara tradisional meniru saja apa yang dikatakan oleh orang
sebelumnya, padahal reliabilitas dan validitas prinsip-prinsip yang telah ada belum diuji.
c.
Grafologi atau ilmu tentang tulian tangan
Tentang sejarah pengetahuan ini tidak ada kesatuan pendapat diantara para ahli.
Umumnya orang berpendapat bahwa pengetahuan ini adalah hasil abad XIX, namun
ada juga bukti-bukti yang menunjukkan, bahwa sebelum itu telah ada juga orang yang
memperhatikannya, misal Camilo Baldo (Italia, 1622).
Karangan dalam lapangan ini yang besar yang berasal dari abad XIX ialah :
Systeme de Graphologie hasil karya Abbe Michon, yang kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Crepiaux jamin dalam A B C de la Graphologie.
Kini karangan-karangan dalam lapangan ini telah banyak dan diantaranya yang dapat
dipandang sebagai karya terbaik adalah karya L.Klages: Handschrift und Character.

Dasar pikiran grafologi itu adalah demikian: segala gerakan yang dilakukan
manusia itu merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya; jadi juga gerakan
menulis. Dan selajutnya tulisan sebagai gerakan menulis itu merupakan bentuk
ekspresi kehidupan jiwa. Kalau sekiranya orang dapat mengetahui keadaan khusus

tulisan seseorang dengan baik, berarti dia juga dapat mengenal keadaan kususu
kepribadian penulisnya. Dalam menganalisis tulisan itu hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
Apakah tulisan tetap lurus ataukah naik atau menurun,
Condong tegaknya tulisan,
Besar kecilnya huruf,
Jarak tulisan dari satu garis ke garis yang lainnya,
Tumpul runcingnya tulisan,
Tebal-tipisnya tulisan,
Tetap atau tidaknya ukuran tulisan,
Jarak tulisan dari tepi, dan sebagainya.
Hal-hal ini tersebut dianalisis, dicari sifat-sifatnya yang khas, dan dengan jalan demikian
orang mencoba menarik kesimpulan mengenai kepribadian penulisnya.
d.
Physiognomi atau ilmu tentang wajah
Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya.
Dasar pikiran untuk mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan bahwa ada
hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian. Hal-hal yang tampak pada wajah
dapat dipergunakan untuk membuat interpertasi mengenai apa yang terkandung dalam
jiwa.
Orang yang mengusahakan secara luas pengetahuan ini dan
mempergunakanya secara baik adalah: Joahann Casper Laveter (1741-1801), seorang
pendeta di Zurich. Karya Laveter dalam lapangan ini ialah:
Physiognomische Fragmante zur Beforderung der Menchenkenntriss und
Menschenliebe. Dalam buku tersebut dia menerangkan antara lain
Keadaan dahi dan kening adalah petunjuk untuk mengerti kecerdasan seseorang;
Hidung dan pipi adalah bagian yang dapat memberikan tanda halus atau kasarnya
perasaan seseorang;
Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk untuk nafsu makan, nafsu minu dan
sebagainya;
Mata adalah yang mencerminkan seluruh kehidupan jiwa; dan sebagainya.
Sewaktu masa hidupnya Laveter—sebagai seorang pendeta yang banyak
bergaul dengan bermacam-macam orang—memang cakap menggunakan pediman itu
secara baik. Akan tetapi suksesnya tersebut bukan karena baiknya pedoman yang
digunakan, melainkan ketajaman intuisisnya; jadi kalau pedoman tersebut
dipergunakan oleh orang lain, maka lain-lain pulalah hasilnya.
e.
Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak
Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya.
Usaha ini telah dipersiapkan oleh Lavater dan mencapai bentuknya pada Franz Joseph
Gall (1758-1828), seorabg dokter bangsa Jerman yang bersama-sama dengan
G.Spurzheim (1776-1823) mengarang buku mengenai anatomi dan fisiologi otak, yang
merupakan karya penting pada zamannya.
Dasar pikiran ajaran mereka itu bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu
masing-masing memiliki pusatnya di otak. Jikalau salah satu (atau lebih) dari
kecakapan itu keadaannya luar biasa, maka pusatnya di otak luar biasa pula besarnya.
Akibat hal ini ialah bentuk tengkorak lalu terubah oleh pusat yang membesar tersebut,
sehingga ada tonjolan0tonjolannya. Dengan mengukur secara teliti tonjolan-tonjoln

tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapan-kecakapan atau sifat-sifat
seseorang. Phrenologi ini selanjutnya dikembangkan oleh Brocca (1824-1880), yang
selanjutnya berhasil merumuskan teori lokalisasi, suatu teori yang walaupun telah
mendapat kritikan namun masih populer hingga dewasa ini.
f.
Onychologi atau ilmu tentang kuku
Onychologi berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan kukukukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan susunan syaraf,
dengan cabang-cabangnya yang terhalus di ujung jari. Warna serta bentuk kuku dapat
dipakai sebagai landasan untuk mengenal kepribadian orangnya.
Cabang pengetahuan ini baru dikembangkan pada bagian kedua abad ini,
oleh sekelompok ahli dari Perancis, yang dipelopori oleh Henry Bouquet, Cartan Pierre
Giram, dan Henry Mangin.
2.

Usaha-usaha yang Lebih Tinggi Nilainya
Jikalau dalam usaha-usaha yang satu dama lain seakan-akan lepas, maka pada usahausaha yang kan dibicarakan ini terdapat garis yang nyata mengenai konstitusi usaha
tersebut.

a.

Ajaran tentang Cairan Tubuh
Ajaran tentang cairan badaniah ini, yang akan kemudian menjadi sangat terkenal dan
sangat besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian, dirumuskan oleh
Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan oleh Galenus.

1.

Pendapat Hippocrates
Hippocrates (460-370 SM) adalah bapak ilmu kedokteran, karena itu tidak
mengherankan kalo dia membahas kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional.
Terpengaruh oleh kosmologi empedoleks, yang meganggap bahwa alam semesta
besrta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api.
Dengan sifat-sifat yang didukung yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka
hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat
tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang
ada dalam tubuh orang itu, yaitu:
Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan
Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairancairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal
(sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang
dari keadaan normal (sakit).
2.
Pendapat Galenus
Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan membeda-bedakan
kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut.
Galenus sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat
empat macam cairan yaitu:

-

Chole
Melanchole
Phlegma
Sanguis
Dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori dalam
proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi
seharusnya (jadi: dominan) maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifaat kejiwaan
yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat daripada
dominanya salah satu cairan badaniya itu oleh Galenus disebutnya tempramen. Jadi,
dengan dasar oikiran yang telah dikemukakan itu sampailah Galenus kepada
penggolongan manusia menjadi empat tipe tempramen, beralas pada dominasi salah
satu cairan badaniahnya. Untuk jelasnya tipologi Hippocrates-Galenus itu dapat
diikhtisarkan seperti tabel yang berikut init (lihat tabel 1).
Untuk memperoleh ikhtisar mengenai perkembangan pendapat ini maka dapat
dikemukakan tabel yang berikut ini (lihat tabel 2).
Tabel 1. Tipologi Hippocrates-Galenus
Cairan yang
Prinsip
dominan
Chole
tegangan

Tipe

Sifat-sifat Khasnya

Kholeris

Hidup(besar semangat)keras,
hatinya mudah terbakar,
daya juang besar, optimis
Mudah kecewa, daya juang
kecil, muram, pesimistis
Tak suka terburuburu(kalam, tenang), tak
mudah dipengaruhi, setia
Hidup mudah berganti
haluan, ramah.

Melanchole

Penegaran(rigidity

Melankholis

Phlegma

Plastisitas

Phlegmatis

Sanguis

Ekspansivitas

sanguinis

Tabel 2. Ikhtisar permulaan perkembangan tipologi
Empedokles
Hippocrates

Galenus

Unsur

Sifat

Sifat

Cairan

Cairan

Tipe

Tanah

Kering

Kering

Chole

Chole

Choleris

Air

Basah

Basah

Melanchole Melanchole Melancholis

Udara

Dingin

Dingin

Phlegmatis

Phlegmatis

Phlegmatis

Api

Panas

Panas

Sanguis

Sanguis

Sanguinis

sumber ; Sumadi S, Psikologi Kepribadian Ed1, PT.RajaGrafindo, Jakarta, 2008

http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/04/latar-belakang-dan-sejarah-psikologi.html#.VD5taGe_i_8