BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitain ini membahas tentang pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada periode 2007 – 2017. Da
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
Tabel 4.1.
Kredit bermasalah (NPL), Inflasi, Tingkat Suku Bunga
2007-2017
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitain ini membahas tentang pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga
terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada
periode 2007- – 2017. Data diperoleh dari sumber data sekunder berupa data
dokumentasi yang yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dengan situs
resmi untuk variabel inflasi dan Tingkat
suku bunga (BI Rate). Berikut adalah data dari rasio kredit bermasalah (NPL), rasio
laju, rasio tingkat suku bunga (BI Rate) yang berhasil dikumpulkan.
Tahun Rasio Kredit bermasalah (NPL) Rasio Inflasi RasioTingkat Suku Bunga (BI Rate) 2007 7,98 % 6.59 % 8.00 % 2008 9,88 % 11.06 % 9.25 % 2009 6,90 % 2.78 % 6.50 % 2010 6.12 % 6.96 % 6.50 % 2011 5.22 % 3.79 % 6.00 %
2014 4.75 % 8.36 % 7.75 % 2015 5.37 % 3.35 % 7.50 % 2016 5.83% 3.02 % 4.75 % 2017 6,15% 3.61% 4.25%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia
Tabel 4.1. menunjukkan data rasio kredit bermasalah (NPL) dari tahun 2007 sampai 2012 berfluktuasi, sementara mulai tahun 2013 data rasio kredit bermasalah
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Tabel 4.1 juga menunjukkan data Inflasi
dan tingkat suku bunga (BI Rate) berfluktuasi. Tahun 2007 inflasi 6.5% dan tingkat
suku bunga 8.00%, tahun 2008 laju inflasi dan tingkat suku bunga mengalami
kenaikan, tahun 2009 inflasi dan tingkat suku bunga mengalami penurunan dengaan
yang jaraknya terlalu tajam. Tahun 2010 inflasi dan suku bunga pada posisi yang
seimbang, sementara tahun 2011 inflasi terjadi penurunan yang sangat tajam dan suku
bunga terjadi penurunan dan hal itu terjadi juga pada tahun 2015.Data tidak konsiten terlihat pada data laju inflasi tahun 2010 ketika laju inflasi
mengalami kenaikan 6,96%, rasio NPL justru mengalami penurunan. Begitu juga
terjadi di tahun 2012 dan 2013 ketika laju inflasi mengalami kenaikan rasio NPL
menurun, dan tahun 2015 dan tahun 2016 laju inflasi menurun rasio NPLnya
mengalami kenaikan. Data tidak konsiten juga terjadi pada data tingkat suku bunga
tahun tahun 2013 tingkat suku bunga mengalami kenaikan 7.50% rasio NPL
mengalami penurunan 4.41%, dan pada tahun 2015 tingkat suku bunga mengalami
Tabel 4.2 Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada BPR secara Nasional Dari Januari 2007 sampai Desember 20176.67
7.63
6.79
5.99
5.39
5.13
5.40
6.13
7.00 November
8.73
8.43
9.95
7.52
6.78
5.91
5.33
4.91
9.68
7.00 Oktober
6.12
8.49
6.09
5.44
5.22
5.37
6.04
6.56
7.01 September
6.94
6.58
7.57
6.78
6.09
5.35
5.12
5.28
6.05
5.36
6.56
7.50
7.40
3.65
4.57
8.22
6.96
4.14
3.49 Februari
6.30
8.60
3.72
3.81
6.84
3.56
5.31
7.75
6.29
4.42
7.02
9.17
6.86 Desember
4.75
7.98
9.88
6.90
6.12
5.22
4.75
4.41
5.37
7.36
5.83
6.15 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
Tabel 4.2 menjelaskan kondisi kredit bermasalah (NPL) pada bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara nasional sebanyak 132 bulan dari Januari 2007 sampai denganDesember 2017. Rasio kredit bermasalah (NPL) melebihi batas maksimum rasio NPL yang ditetapkan BI sebesar 5%, hanya 9 bulan yang berada dibawah batas maksimum rasio NPL dari 132 bulan data Rasio kredit bermasalah (NPL).
Tabel 4.3 Rasio Inflasi yang terjadi Indonesia Yang terjadi pada bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2017Tahun Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari
6.26
6.64
7.00
Tahun Bulan
5.56
6.22
6.61 Maret
9.73
8.08
7.50
7.03
6.41
5.25
4.99
4.96
5.46
6.16
6.68 April
9.59
7.66
7.60
5.50
5.17
6.44
5.13
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari
9.96
8.08
10.30
7.24
6.45
5.56
4.94
5.57
5.32
5.93
6.48 Februari
9.97
8.08
10.32
7.21
6.52
7.03
5.59
8.73
7.57
4.98
5.08
5.70
6.19
6.93 Juli
8.93
7.17
6.64
6.21
6.17
5.28
4.97
5.24
6.00
6.55
6.95 Agustus
5.27
6.53
5.21
6.78
5.06
5.52
6.37
6.68 Mei
9.34
7.46
7.54
6.29
7.48
5.43
5.09
5.17
5.70
6.45
6.95 Juni
9.12
7.35
3.83
Sumber: Bank Indonesia
Pada Tabel 4.3 menjelaskan tentang rasio inflasi yang terjadi diIndonesia pada bulan
Januari 2007 sampai dengan Desember 2017, inflasi yang terjadi cenderung fluktuatif,
dua tahun terakhir di tahun 2016 dan tahun 2017 rasio inflasi berada di kisaran 3.02
terendah dan tertinggi pada 4.45.7.50
4.75
4.25 Desember
8.00
9.25
6.50
6.50
6.00
5.75
7.75
7.75
7.50
4.75
4.25 Sumber: Bank Indonesia
Pada tabel 4.4 menjelaskan tentang rasio tingkat suku bunga (BI Rate) yang
terjadi di Indonesia yang terjadi selama 132 bulan mulai Januari 2007 sampai bulan
Desember 2017, mengalami fluktuatif. Tetapi dalam kurun waktu satu tahun tidak
relatif tidak fluktuatif.Agustus
6.51
11.85
2.75
6.44
7.50
7.50
4.58
5.75
7.50
7.50
5.25
4.25 Oktober
8.25
9.50
6.50
6.50
6.50
7.25
5.75
7.50
7.50
4.75
4.25 November
8.25
9.50
6.50
6.50
6.00
4.79
8.79
5.75
3.30 Desember
11.68
2.41
6.33
4.15
4.32
8.37
6.23
4.89
3.58
6.59
3.58 November
11.06
2.78
6.96
3.79
4.30
8.38
8.36
3.35
3.02
6.71
3.31
3.99
8.40
7.18
2.79
3.82 September
6.95
12.14
2.83
5.80
4.61
4.31
4.53
6.25
6.83
3.07
3.72 Oktober
6.88
11.77
2.57
5.67
4.42
4.61 8.32 483
7.00
6.75
Tabel 4.4 Suku Bunga (BI rate) yang terjadi di Indonesia4.75 April
9.00 8.00 775
6.50
6.75
5.75
5.75
7.50
7.50
6.75
9.00
7.00
8.00
7.50
6.50
6.75
5.75
5.75
7.50
7.50
6.75
4.75 Maret
7.50
8.75
7.50
Yang terjadi pada bulan Januari 2007 sampai Desember 2017
Tahun Bulan2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari
9.50
8.00
8.75
6.50
6.50
6.00
5.75
7.75
7.50
7.25
4.75 Februari
9.25
8.00
8.25
6.50
6.75
5.75
5.75
4.75 Mei
8.25
6.50
6.50
5.75
6.50
7.50
7.50
6.50
4.75 Agustus
8.25
9.00
6.50
6.75
6.50
5.75
6.50
7.50
7.50
5.25
4.50 September
8.25
9.25
6.50
6.75
6.75
7.25
8.50
6.50
6.75
5.75
5.75
7.50
7.50
6.75
4.75 Juni
8.50
7.00
8.75
6.50
6.75
5.75
6.00
7.50
7.50
6.50
4.75 Juli
8.25
3.61
4.2. Hasil Penelitian
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data
pendahuluan, analisis data pendahuluan berupa analisis deskriptif dari variabel
penelitian dengan hasil sebagai berikut:Tabel 4.5 Analisis Deskriptif
Statistics
NPL Inflasi Suku_bunga N Valid 132 132 132Missing Mean 6.5917 5.7802 6.8485
Std. Deviation 1.37455 2.23076 1.26527
Minimum4.41
2.41
4.25 Maximum
10.32
12.14
9.50 Sunmber: Data OJK dan BI 2007-2016 Berdasarkan tabel diatas rata
- – rata kredit bermasalah (NPL) dengan 132 data
adalah 6.5917, dengan standar deviasi 1.37455. Kredit bermasalah (NPL) terendah
4.41, yaitu pada bulan Desember tahun 2013 sedangkan kredit bermasalah (NPL) tertinggi 10.32, yaitu pada bulan Februari 2009. Rata – rata inflasi 5.7802, dengan
standar deviasi 2,23076. Inflasi terendah 2.41, yaitu pada bulan November tahun 2009 sedangkan inflasi tertinggi 12.14, yaitu pada bulan September 2008. Rata – rata suku
bunga (BI Rate) 6.8485, dengan standar deviasi 1.26527. Suku bunga (BI Rate)
1. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank
perakreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017.
2. Menganalisis pengaruh tingkat bunga terhadap kredit bermasalah (NPL) pada
bank perkreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017.
3. Menganalisis pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap kredit
bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017. Tujuan penelitian ada 3 dan akan dijelaskan pada setiap sub berikut :
4.2.1. Pengaruh Inflasi terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank
Perakreditan Rakyat (BPR) secara nasional pada tahun 2007-2017.Uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh inflasi terhadap krdit bermasalah (NPL) pada bank
perkredtan Rakyat (BPR) secara nasional tahun 2007-2017.Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengujian Statistik Analisis Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.Tabel 4.6 menyajikan hasil yang menunjukan persamaan garis regresinya Y = 5.794 + 0.138 X1, yang artinya dengan inflasi yang 0% kredit bermasalah (NPL) sudah
ada sebesar 5.794, selanjutnya jika inflasi meningkat 1% maka kredit bermasalah
(NPL) akan meningkat 0,138%, karena nilai β yang positif (+), yang artinya hubunganantara inflasi (variabel independen) dengan Kredit bermasalah (NPL) (variabel
Dependen ) adalah berbanding lurus jika inflasi naik maka kredit bermasalah (NPL)
juga naik. Berdasarkan uji t, diperoleh nilai t sebesar 2.620 pada tingkat kesalahan
0.010, signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05, sehingga H0 ditolak, yang artinya
pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah (NPL) signifikan.4.2.2. Pengaruh Tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perakreditan Rakyat (BPR)
secara nasional pada tahun 2007-2017.
Uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap krdit
bermasalah (NPL) pada bank perkredtan Rakyat (BPR) secara nasional tahun 2007-
2017Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengujian Statistik Analisis Regresia
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.115 .587 5.310 .000
Suku_bunga .508 .084 .467 6.027 .000a. Dependent Variable: NPL
Tabel 4.7 menyajikan hasil yang menunjukan persamaan garis regresinya Y=3.115+0.508X2, yang artinya dengan suku bunga (BI Rate) yang 0% kredit
bermasalah (NPL) sudah ada sebesar 3.115, selanjutnya jika suku bunga (BI Rate)
meningkat 1% maka kredit bermasalah (NPL) akan meningkat 0,508%, karena nilai βyang positif (+), yang artinya hubungan antara suku bunga (BI Rate) (variabel
independen ) dengan Kredit bermasalah (NPL) (variabel Dependen) adalah berbanding
lurus jika suku bunga (BI Rate) naik maka kredit bermasalah (NPL) juga naik.
Berdasarkan uji t, diperoleh nilai t sebesar 6.027 pada tingkat kesalahan 0.000,
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05, sehingga H0 ditolak, yang artinya pengaruh
suku bunga (BI Rate) terhadap kredit bermasalah (NPL) signifikan.4.2.3. Pengaruh Inflasi dan Tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perakreditan Rakyat (BPR)
secara nasional pada tahun 2007-2017
a. Persamaan Regresi Ganda
Penelitian yang melibatkan 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat, untukmencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan regresi linier berganda.
Tabel 4.8 Hasil Uji T a Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.735 .610 4.486 .000 Inflasi -.135 .067 -.219 -2.012 .046 Suku_bunga .677 .118 .623 5.717 .000a. Dependent Variable: NPL
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa kedua variabel independen inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL) hal ini ditunjukan dengan signifikansi inflasi 0.000 dan suku bunga (BI Rate) 0.046 yang dibawah tingkat signifikansi 0.05.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut hasil persamaan regresinya sebagai
b. Uji Signifikansi (Uji F)
Pengujian signifikansi bertujuan mengetahui apakah variabel - variabel independen secara bersama
- – sama mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan. Pengujian ini mengunakan uji F dengan melakukan perbandingan
nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan (0.05).
a
ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. b1 Regression 59.939 2 29.969 20.611 .000 Residual 187.571 129 1.454 Total 247.510 131
a. Dependent Variable: NPL
b. Predictors: (Constant), Suku_bunga, Inflasi Berdasarkan tabel ANOVA diatas, dapat diketahui nilai F = 20,611 yang
signifikan pada 0,000 (lebih kecil dari 0,05), sehingga H0 ditolak atau ada
pengaruh secara bersama-sama. Artinya semua variabel independen yaitu
inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen kredit bermasalah (NPL).
2
c. Uji Koefisiensi Determinasi (R )
Koefisiensi determinasi akan digunakan untuk menguji tingkat
keterikatanantar variabel, yaitu varisbel independen dan variabel dependen.
Tabel 4.10
2 Tabel Hasil Uji Koofisien Determinasi (Uji R ) Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a
1 .492 .242 .230 1.20584
a. Predictors: (Constant), Suku_bunga, Inflasi
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai Koefisien determinasi (R Square ) adalah 0.242 yang artinya kedua variabel independen inflasi dan suku bunga (BI Rate) dapat menjelaskan kredit bermasalah (NPL) sebesar 24.2%. sedangkan sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitan ini.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Inflasi Terhadap Kredit Bermasalah (NPL)
Iinflasi Menurut Fahmi (2006:79) adalah keadaan dimana nilai mata uang suatu
negara mengalami penurunan disertai naiknya harga barang-barang secara sitematis.
Sedangkan menurut Nanga (2001:241) tingkat inflasi merupakan presentase
perubahan tingkat harga. Efek yang terjadi bila inflasi naik dan bertahan Menurut
Nopirin (2013:106) kejadian inflasi akan berpengaruh terhadap tidak meratanya
pendapatan, adanya pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan. Pihak yang
dirugikan adalah orang yang mempunyai pendapaan tetap dan mempunyai pinjaman
tagihan pemberian bunga sesuai jangka yang telah disepakati. Demikian pula bank
pemberi kredit akan mendapatkan bunga pinjaman lebih rendah dari laju inflasi.Hubungan inflasi dengan kredit bermasalah, bisa dilihat dari naiknya inflasi
akan memberikan sinyal negatif bagi pelaku usaha, efek terjadinya inflasi bagi pelaku
usaha ada dua yaitu pendapatan bisa meningkat dan biaya juga bisa naik, jika naiknya
pendapatan lebih rendah daripada naiknya biaya produksi akan membawa dampak
negatif bagi pelaku usaha, hal ini akan menurunkan profitabilitasnya. Menurunnya
kemampuan menghasilkan laba usaha yang dialami pelaku usaha, akan mengakibatkan
pelaku usaha menagalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban atas pinjaman dan
membayar suku bunga sesuai dengan kesepakatan.Suatu negara bila inflasi dalam keadaan naik terus akan berakibat buruk bagi
perekonomian. Masyarakat akan kehilangan kemampuan daya beli, karena terjadi
penurunan nilai mata uang dalam negari. Hal ini yang akan membawa pengaruh
negatif bagi dunia usaha yang berakibat debitur tidak mampu membayar kewajibannya
sesuai dengan kesepakatan yang ada sehingga kredit bermasalah akan meningkat Berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikanterhadap kredit bermaslah (NPL) hal ini dibuktikan dari uji t hasil yang diperoleh untuk
variabel inflasi 2.620 pada tingkat kesalahan 0.010, signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0.05 maka hipotesis (H0) diterima. Dengan demikian pengaruh inflasi terhadap
mendukung pendapat Suhardjono (2002:473) bahwa Faktor-faktor ekternal yang dapat
di identifikasikan sebagai penyebab kredit bermasalah diantaranya inflasi.Hasil ini sama dengan hasil penelitian terdahulu disampaikan oleh Linda dkk
(2015) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Inflasi, Kurs dan Tingkat Suku Bunga
terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO) Tbk
Cabang Padang yang hasilnya inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit
bermasalah (NPL).Temuan mengenai inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah
(NPL) di Bank Tabungan Negara (PERSERO) sama dengan temuan di Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Yang artinya bila inflasi tinggi akan membawa dampak
bagi kenaikan kredit bermasalah pada sektor perbankan. Dalam Boediyono (2010:167)
teori kuantitas merupakan teori yang mengupas peranan dan proses inflasi, bahwa laju
inflasi ditentukan oleh pertambahan jumlah uang yang beredar, jika jumlah uang
ditambah dalam peredarannya maka akan terjadi inflasi. Dengan demikian pemerintah
dalam hal ini adalah Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam melakukan
menambahan uang yang beredar dimasyarakat harus memasukkan inflasi sebagai
bahan pertimbangan, karena mempunyai dampak langsung dan harus segera
melakukan pengendalian inflasi bila inflasi sudah mulai naik agar tidak berdampak
terhadap kenaikan kredit bermasalah bagi perbankan di Indonesia.4.3.2. Pengaruh Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Kredit Bermasalah (NPL)
Tingkat suku bunga merupakan aspek penting dalam pasar uang, tingkat bunga
menurut Kasmir (2001:121) merupakan suatu harga yang menjadi kewajiban bank
untuk dibayarkan kepada pemilik simpanan dan harga yang menjadi kewajiban untuk
dibayar oleh penerima pinjaman, pengertian suku bunga acuan menurut Bank
Indonesia atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI kepada publik. BI rate akan
dinaikan apabila inflasi melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya BI Rate
akan diturunkan oleh BI apabila inflasi diperkirakan berada dibawah yang ditetapkan.
Hubungan antara suku bunga dengan kredit bermasalah, terjadi pada saat Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan beberapa kebijakan. Salah satunya
kebijakan suku bunga Kredit. Pada kebijakan menaikan dan menurunkan suku bunga
kredit bertujuan untuk mengendalikan angka penyaluran kredit yang berlaku di
masyarakat. Persoalan akan timbul jika ternyata meminjam pada suku bunga kredit
yang murah namun pada pengunaan dana tersebut terjadi pada saat kondisi ekonomi
sedang tidak kondusif atau mengalami kelesuan dengan jangka waktu yang lama,
disinilah menimbulkan kredit bermasalah.Tingkat Suku bunga yang berfluktuatif juga akan menimbulkan kondisi
ketidakpastian dalam perekonomian nasional, menyulitkan analisis perkembangan
terjadinya kenaikan pada rasio kredit bermasalah ini bisa di sebabkan oleh
ketidakmampuan kreditur untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh
perbankan, jika dihubungkan dengan aktifitas pemakaian dana kredit dengan
pengunaan dana kredt untuk memberikan keuntungan (profit).Hasil penelitiannya variabel Suku Bunga (BI Rate) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kredit bermaslah (NPL) hal ini dibuktikan dari uji t hasil yang
diperoleh untuk variabel inflasi 6.027 pada tingkat kesalahan 0.000, signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis (Ho) diterima. Dengan demikian pengaruh
suku bunga (BI Rate) signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL) artinya semakin
tinggi suku bunga (BI Rate) maka NPL juga akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini
mendukung pendapat Suhardjono (2002:473) bahwa Faktor-faktor ekternal yang dapat
di identifikasikan sebagai penyebab kredit bermasalah diantaranya: meningkatnya
suku bunga pinjaman dan kebijakan moneter, hasil ini sama dengan hasil penelitian
terdahulu disampaikan oleh Linda dkk (2015) dalam penelitiannya tentang Pengaruh
Inflasi, Kurs dan Tingkat Suku Bunga terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank
Tabungan Negara (PERSERO) Tbk Cabang Padang dan penelitian yang dilakukan
Yulita (2014) tentang Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Tingkat
Kredit Bermasalah Pada Bank Umum Di Indonesia yang hasilnya tingkat suku bunga (BI Rate) berpengaruh signifikansi terhadap kredit bermasalah. kredit bermasalah, karena kenaikan BI Rate akan berdampak dengan menurunnya perekonomian secara keseluruhan. Dalam menetapkan kebijakan BI Rate pemerintah
dalam hal ini Bank Indonesia agar tidak fluktuatif dan terjaga stabilitasnya.
4.3.3. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah (NPL)
Inflasi dan tingkat suku bunga (BI Rate) saling berkaitan, Bila inflasi tinggi maka tingkat suku bunga (BI Rate) akan dinaikan oleh BI, begitu juga ketika inflasi dibawah yang ditetapkan maka Bi akan menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate). Menurut Nopirin (2015:70) Teori tingkat suku bunga yaitu teori kuantitas uang dimana perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara proposional, artinya kalau jumlah uang naik dua kali, maka harga akan naik dua kali. Kuantitas uang hanya berpengaruh pada harga-harga barang, sementara jumlah output yang dihasilkan tidak berubah.
- – Hasil Penelitian ini variabel inflasi dan suku bunga (BI Rate) secara bersama sama berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hal ini dibuktikan dengan nilai F = 22,144 yang signifikan pada 0,000 (lebih kecil dari 0,05), sehingga H0 ditolak atau ada pengaruh secara bersama-sama. Artinya semua variabel independen yaitu inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen kredit bermasalah (NPL). Inflasi dan tingkat
(2002:473) bahwa faktor-faktor ekternal yang dapat di identifikasikan sebagai
penyebab kredit bermasalah, antara lain: meningkatnya suku bunga pinjaman, inflasi,
dan kebijakan moneter lainnya.