BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitain ini membahas tentang pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada periode 2007 – 2017. Da

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

  

Tabel 4.1.

Kredit bermasalah (NPL), Inflasi, Tingkat Suku Bunga

2007-2017

  4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitain ini membahas tentang pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga

terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada

periode 2007

  • – 2017. Data diperoleh dari sumber data sekunder berupa data

    dokumentasi yang yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dengan situs

    resmi untuk variabel inflasi dan Tingkat

    suku bunga (BI Rate). Berikut adalah data dari rasio kredit bermasalah (NPL), rasio

    laju, rasio tingkat suku bunga (BI Rate) yang berhasil dikumpulkan.

  Tahun Rasio Kredit bermasalah (NPL) Rasio Inflasi RasioTingkat Suku Bunga (BI Rate) 2007 7,98 % 6.59 % 8.00 % 2008 9,88 % 11.06 % 9.25 % 2009 6,90 % 2.78 % 6.50 % 2010 6.12 % 6.96 % 6.50 % 2011 5.22 % 3.79 % 6.00 %

  2014 4.75 % 8.36 % 7.75 % 2015 5.37 % 3.35 % 7.50 % 2016 5.83% 3.02 % 4.75 % 2017 6,15% 3.61% 4.25%

  Sumber: Statistik Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia

Tabel 4.1. menunjukkan data rasio kredit bermasalah (NPL) dari tahun 2007 sampai 2012 berfluktuasi, sementara mulai tahun 2013 data rasio kredit bermasalah

  

menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Tabel 4.1 juga menunjukkan data Inflasi

dan tingkat suku bunga (BI Rate) berfluktuasi. Tahun 2007 inflasi 6.5% dan tingkat

suku bunga 8.00%, tahun 2008 laju inflasi dan tingkat suku bunga mengalami

kenaikan, tahun 2009 inflasi dan tingkat suku bunga mengalami penurunan dengaan

yang jaraknya terlalu tajam. Tahun 2010 inflasi dan suku bunga pada posisi yang

seimbang, sementara tahun 2011 inflasi terjadi penurunan yang sangat tajam dan suku

bunga terjadi penurunan dan hal itu terjadi juga pada tahun 2015.

  Data tidak konsiten terlihat pada data laju inflasi tahun 2010 ketika laju inflasi

mengalami kenaikan 6,96%, rasio NPL justru mengalami penurunan. Begitu juga

terjadi di tahun 2012 dan 2013 ketika laju inflasi mengalami kenaikan rasio NPL

menurun, dan tahun 2015 dan tahun 2016 laju inflasi menurun rasio NPLnya

mengalami kenaikan. Data tidak konsiten juga terjadi pada data tingkat suku bunga

tahun tahun 2013 tingkat suku bunga mengalami kenaikan 7.50% rasio NPL

mengalami penurunan 4.41%, dan pada tahun 2015 tingkat suku bunga mengalami

Tabel 4.2 Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada BPR secara Nasional Dari Januari 2007 sampai Desember 2017

  6.67

  7.63

  6.79

  5.99

  5.39

  5.13

  5.40

  6.13

  7.00 November

  8.73

  8.43

  9.95

  7.52

  6.78

  5.91

  5.33

  4.91

  9.68

  7.00 Oktober

  6.12

  8.49

  6.09

  5.44

  5.22

  5.37

  6.04

  6.56

  7.01 September

  6.94

  6.58

  7.57

  6.78

  6.09

  5.35

  5.12

  5.28

  6.05

  5.36

  6.56

  7.50

  7.40

  3.65

  4.57

  8.22

  6.96

  4.14

  3.49 Februari

  6.30

  8.60

  3.72

  3.81

  6.84

  3.56

  5.31

  7.75

  6.29

  4.42

  7.02

  9.17

  6.86 Desember

  4.75

  7.98

  9.88

  6.90

  6.12

  5.22

  4.75

  4.41

  5.37

  7.36

  5.83

  6.15 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia

Tabel 4.2 menjelaskan kondisi kredit bermasalah (NPL) pada bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara nasional sebanyak 132 bulan dari Januari 2007 sampai dengan

  Desember 2017. Rasio kredit bermasalah (NPL) melebihi batas maksimum rasio NPL yang ditetapkan BI sebesar 5%, hanya 9 bulan yang berada dibawah batas maksimum rasio NPL dari 132 bulan data Rasio kredit bermasalah (NPL).

Tabel 4.3 Rasio Inflasi yang terjadi Indonesia Yang terjadi pada bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2017

  Tahun Bulan

  2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari

  6.26

  6.64

  7.00

  Tahun Bulan

  5.56

  6.22

  6.61 Maret

  9.73

  8.08

  7.50

  7.03

  6.41

  5.25

  4.99

  4.96

  5.46

  6.16

  6.68 April

  9.59

  7.66

  7.60

  5.50

  5.17

  6.44

  5.13

  2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari

  9.96

  8.08

  10.30

  7.24

  6.45

  5.56

  4.94

  5.57

  5.32

  5.93

  6.48 Februari

  9.97

  8.08

  10.32

  7.21

  6.52

  7.03

  5.59

  8.73

  7.57

  4.98

  5.08

  5.70

  6.19

  6.93 Juli

  8.93

  7.17

  6.64

  6.21

  6.17

  5.28

  4.97

  5.24

  6.00

  6.55

  6.95 Agustus

  5.27

  6.53

  5.21

  6.78

  5.06

  5.52

  6.37

  6.68 Mei

  9.34

  7.46

  7.54

  6.29

  7.48

  5.43

  5.09

  5.17

  5.70

  6.45

  6.95 Juni

  9.12

  7.35

  3.83

  Sumber: Bank Indonesia

Pada Tabel 4.3 menjelaskan tentang rasio inflasi yang terjadi diIndonesia pada bulan

Januari 2007 sampai dengan Desember 2017, inflasi yang terjadi cenderung fluktuatif,

dua tahun terakhir di tahun 2016 dan tahun 2017 rasio inflasi berada di kisaran 3.02

terendah dan tertinggi pada 4.45.

  7.50

  4.75

  4.25 Desember

  8.00

  9.25

  6.50

  6.50

  6.00

  5.75

  7.75

  7.75

  7.50

  4.75

  4.25 Sumber: Bank Indonesia

  Pada tabel 4.4 menjelaskan tentang rasio tingkat suku bunga (BI Rate) yang

terjadi di Indonesia yang terjadi selama 132 bulan mulai Januari 2007 sampai bulan

Desember 2017, mengalami fluktuatif. Tetapi dalam kurun waktu satu tahun tidak

relatif tidak fluktuatif.

  Agustus

  6.51

  11.85

  2.75

  6.44

  7.50

  7.50

  4.58

  5.75

  7.50

  7.50

  5.25

  4.25 Oktober

  8.25

  9.50

  6.50

  6.50

  6.50

  7.25

  5.75

  7.50

  7.50

  4.75

  4.25 November

  8.25

  9.50

  6.50

  6.50

  6.00

  4.79

  8.79

  5.75

  3.30 Desember

  11.68

  2.41

  6.33

  4.15

  4.32

  8.37

  6.23

  4.89

  3.58

  6.59

  3.58 November

  11.06

  2.78

  6.96

  3.79

  4.30

  8.38

  8.36

  3.35

  3.02

  6.71

  3.31

  3.99

  8.40

  7.18

  2.79

  3.82 September

  6.95

  12.14

  2.83

  5.80

  4.61

  4.31

  4.53

  6.25

  6.83

  3.07

  3.72 Oktober

  6.88

  11.77

  2.57

  5.67

  4.42

  4.61 8.32 483

  7.00

  6.75

Tabel 4.4 Suku Bunga (BI rate) yang terjadi di Indonesia

  4.75 April

  9.00 8.00 775

  6.50

  6.75

  5.75

  5.75

  7.50

  7.50

  6.75

  9.00

  7.00

  8.00

  7.50

  6.50

  6.75

  5.75

  5.75

  7.50

  7.50

  6.75

  4.75 Maret

  7.50

  8.75

  7.50

  

Yang terjadi pada bulan Januari 2007 sampai Desember 2017

Tahun Bulan

  2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari

  9.50

  8.00

  8.75

  6.50

  6.50

  6.00

  5.75

  7.75

  7.50

  7.25

  4.75 Februari

  9.25

  8.00

  8.25

  6.50

  6.75

  5.75

  5.75

  4.75 Mei

  8.25

  6.50

  6.50

  5.75

  6.50

  7.50

  7.50

  6.50

  4.75 Agustus

  8.25

  9.00

  6.50

  6.75

  6.50

  5.75

  6.50

  7.50

  7.50

  5.25

  4.50 September

  8.25

  9.25

  6.50

  6.75

  6.75

  7.25

  8.50

  6.50

  6.75

  5.75

  5.75

  7.50

  7.50

  6.75

  4.75 Juni

  8.50

  7.00

  8.75

  6.50

  6.75

  5.75

  6.00

  7.50

  7.50

  6.50

  4.75 Juli

  8.25

  3.61

4.2. Hasil Penelitian

  Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data

pendahuluan, analisis data pendahuluan berupa analisis deskriptif dari variabel

penelitian dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif

  

Statistics

NPL Inflasi Suku_bunga N Valid 132 132 132

  Missing Mean 6.5917 5.7802 6.8485

Std. Deviation 1.37455 2.23076 1.26527

Minimum

  4.41

  2.41

  4.25 Maximum

  10.32

  12.14

  9.50 Sunmber: Data OJK dan BI 2007-2016 Berdasarkan tabel diatas rata

  • – rata kredit bermasalah (NPL) dengan 132 data

    adalah 6.5917, dengan standar deviasi 1.37455. Kredit bermasalah (NPL) terendah

    4.41, yaitu pada bulan Desember tahun 2013 sedangkan kredit bermasalah (NPL) tertinggi 10.32, yaitu pada bulan Februari 2009. Rata – rata inflasi 5.7802, dengan

    standar deviasi 2,23076. Inflasi terendah 2.41, yaitu pada bulan November tahun 2009 sedangkan inflasi tertinggi 12.14, yaitu pada bulan September 2008. Rata – rata suku

    bunga (BI Rate) 6.8485, dengan standar deviasi 1.26527. Suku bunga (BI Rate)

Pada bab I telah dikemukan tujuan dari penelitian ini yaitu :

  

1. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank

perakreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017.

  

2. Menganalisis pengaruh tingkat bunga terhadap kredit bermasalah (NPL) pada

bank perkreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017.

  

3. Menganalisis pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap kredit

bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017. Tujuan penelitian ada 3 dan akan dijelaskan pada setiap sub berikut :

  

4.2.1. Pengaruh Inflasi terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank

Perakreditan Rakyat (BPR) secara nasional pada tahun 2007-2017.

  Uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh inflasi terhadap krdit bermasalah (NPL) pada bank

perkredtan Rakyat (BPR) secara nasional tahun 2007-2017.

Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengujian Statistik Analisis Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.Tabel 4.6 menyajikan hasil yang menunjukan persamaan garis regresinya Y = 5.794 + 0.138 X1, yang artinya dengan inflasi yang 0% kredit bermasalah (NPL) sudah

  

ada sebesar 5.794, selanjutnya jika inflasi meningkat 1% maka kredit bermasalah

(NPL) akan meningkat 0,138%, karena nilai β yang positif (+), yang artinya hubungan

antara inflasi (variabel independen) dengan Kredit bermasalah (NPL) (variabel

Dependen ) adalah berbanding lurus jika inflasi naik maka kredit bermasalah (NPL)

juga naik. Berdasarkan uji t, diperoleh nilai t sebesar 2.620 pada tingkat kesalahan

0.010, signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05, sehingga H0 ditolak, yang artinya

pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah (NPL) signifikan.

4.2.2. Pengaruh Tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perakreditan Rakyat (BPR)

   secara nasional pada tahun 2007-2017.

  Uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap krdit

bermasalah (NPL) pada bank perkredtan Rakyat (BPR) secara nasional tahun 2007-

2017

Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengujian Statistik Analisis Regresi

  a

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

  

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.115 .587 5.310 .000

Suku_bunga .508 .084 .467 6.027 .000

a. Dependent Variable: NPL

Tabel 4.7 menyajikan hasil yang menunjukan persamaan garis regresinya Y=3.115+0.508X2, yang artinya dengan suku bunga (BI Rate) yang 0% kredit

  

bermasalah (NPL) sudah ada sebesar 3.115, selanjutnya jika suku bunga (BI Rate)

meningkat 1% maka kredit bermasalah (NPL) akan meningkat 0,508%, karena nilai β

yang positif (+), yang artinya hubungan antara suku bunga (BI Rate) (variabel

independen ) dengan Kredit bermasalah (NPL) (variabel Dependen) adalah berbanding

lurus jika suku bunga (BI Rate) naik maka kredit bermasalah (NPL) juga naik.

  

Berdasarkan uji t, diperoleh nilai t sebesar 6.027 pada tingkat kesalahan 0.000,

signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05, sehingga H0 ditolak, yang artinya pengaruh

suku bunga (BI Rate) terhadap kredit bermasalah (NPL) signifikan.

4.2.3. Pengaruh Inflasi dan Tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap Kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perakreditan Rakyat (BPR)

   secara nasional pada tahun 2007-2017

a. Persamaan Regresi Ganda

  Penelitian yang melibatkan 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat, untukmencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan regresi linier berganda.

Tabel 4.8 Hasil Uji T a Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

  

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.735 .610 4.486 .000 Inflasi -.135 .067 -.219 -2.012 .046 Suku_bunga .677 .118 .623 5.717 .000

a. Dependent Variable: NPL

  Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa kedua variabel independen inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL) hal ini ditunjukan dengan signifikansi inflasi 0.000 dan suku bunga (BI Rate) 0.046 yang dibawah tingkat signifikansi 0.05.

  Berdasarkan hasil pengujian tersebut hasil persamaan regresinya sebagai

b. Uji Signifikansi (Uji F)

  Pengujian signifikansi bertujuan mengetahui apakah variabel - variabel independen secara bersama

  • – sama mempengaruhi variabel dependen secara

    signifikan. Pengujian ini mengunakan uji F dengan melakukan perbandingan

    nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan (0.05).

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikasi (uji F)

  

a

ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. b

  1 Regression 59.939 2 29.969 20.611 .000 Residual 187.571 129 1.454 Total 247.510 131

  a. Dependent Variable: NPL

  b. Predictors: (Constant), Suku_bunga, Inflasi Berdasarkan tabel ANOVA diatas, dapat diketahui nilai F = 20,611 yang

signifikan pada 0,000 (lebih kecil dari 0,05), sehingga H0 ditolak atau ada

pengaruh secara bersama-sama. Artinya semua variabel independen yaitu

inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen kredit bermasalah (NPL).

  

2

c. Uji Koefisiensi Determinasi (R )

  Koefisiensi determinasi akan digunakan untuk menguji tingkat

keterikatanantar variabel, yaitu varisbel independen dan variabel dependen.

  Tabel 4.10

  2 Tabel Hasil Uji Koofisien Determinasi (Uji R ) Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a

  

1 .492 .242 .230 1.20584

a. Predictors: (Constant), Suku_bunga, Inflasi

  Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai Koefisien determinasi (R Square ) adalah 0.242 yang artinya kedua variabel independen inflasi dan suku bunga (BI Rate) dapat menjelaskan kredit bermasalah (NPL) sebesar 24.2%. sedangkan sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitan ini.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Inflasi Terhadap Kredit Bermasalah (NPL)

  Iinflasi Menurut Fahmi (2006:79) adalah keadaan dimana nilai mata uang suatu

negara mengalami penurunan disertai naiknya harga barang-barang secara sitematis.

  

Sedangkan menurut Nanga (2001:241) tingkat inflasi merupakan presentase

perubahan tingkat harga. Efek yang terjadi bila inflasi naik dan bertahan Menurut

Nopirin (2013:106) kejadian inflasi akan berpengaruh terhadap tidak meratanya

pendapatan, adanya pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan. Pihak yang

dirugikan adalah orang yang mempunyai pendapaan tetap dan mempunyai pinjaman

  

tagihan pemberian bunga sesuai jangka yang telah disepakati. Demikian pula bank

pemberi kredit akan mendapatkan bunga pinjaman lebih rendah dari laju inflasi.

  Hubungan inflasi dengan kredit bermasalah, bisa dilihat dari naiknya inflasi

akan memberikan sinyal negatif bagi pelaku usaha, efek terjadinya inflasi bagi pelaku

usaha ada dua yaitu pendapatan bisa meningkat dan biaya juga bisa naik, jika naiknya

pendapatan lebih rendah daripada naiknya biaya produksi akan membawa dampak

negatif bagi pelaku usaha, hal ini akan menurunkan profitabilitasnya. Menurunnya

kemampuan menghasilkan laba usaha yang dialami pelaku usaha, akan mengakibatkan

pelaku usaha menagalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban atas pinjaman dan

membayar suku bunga sesuai dengan kesepakatan.

  Suatu negara bila inflasi dalam keadaan naik terus akan berakibat buruk bagi

perekonomian. Masyarakat akan kehilangan kemampuan daya beli, karena terjadi

penurunan nilai mata uang dalam negari. Hal ini yang akan membawa pengaruh

negatif bagi dunia usaha yang berakibat debitur tidak mampu membayar kewajibannya

sesuai dengan kesepakatan yang ada sehingga kredit bermasalah akan meningkat Berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kredit bermaslah (NPL) hal ini dibuktikan dari uji t hasil yang diperoleh untuk

variabel inflasi 2.620 pada tingkat kesalahan 0.010, signifikansi tersebut lebih kecil

dari 0.05 maka hipotesis (H0) diterima. Dengan demikian pengaruh inflasi terhadap

  

mendukung pendapat Suhardjono (2002:473) bahwa Faktor-faktor ekternal yang dapat

di identifikasikan sebagai penyebab kredit bermasalah diantaranya inflasi.

  Hasil ini sama dengan hasil penelitian terdahulu disampaikan oleh Linda dkk

(2015) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Inflasi, Kurs dan Tingkat Suku Bunga

terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO) Tbk

Cabang Padang yang hasilnya inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit

bermasalah (NPL).

  Temuan mengenai inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah

(NPL) di Bank Tabungan Negara (PERSERO) sama dengan temuan di Bank

Perkreditan Rakyat (BPR). Yang artinya bila inflasi tinggi akan membawa dampak

bagi kenaikan kredit bermasalah pada sektor perbankan. Dalam Boediyono (2010:167)

teori kuantitas merupakan teori yang mengupas peranan dan proses inflasi, bahwa laju

inflasi ditentukan oleh pertambahan jumlah uang yang beredar, jika jumlah uang

ditambah dalam peredarannya maka akan terjadi inflasi. Dengan demikian pemerintah

dalam hal ini adalah Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam melakukan

menambahan uang yang beredar dimasyarakat harus memasukkan inflasi sebagai

bahan pertimbangan, karena mempunyai dampak langsung dan harus segera

melakukan pengendalian inflasi bila inflasi sudah mulai naik agar tidak berdampak

terhadap kenaikan kredit bermasalah bagi perbankan di Indonesia.

4.3.2. Pengaruh Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Kredit Bermasalah (NPL)

  Tingkat suku bunga merupakan aspek penting dalam pasar uang, tingkat bunga

menurut Kasmir (2001:121) merupakan suatu harga yang menjadi kewajiban bank

untuk dibayarkan kepada pemilik simpanan dan harga yang menjadi kewajiban untuk

dibayar oleh penerima pinjaman, pengertian suku bunga acuan menurut Bank

Indonesia atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI kepada publik. BI rate akan

dinaikan apabila inflasi melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya BI Rate

akan diturunkan oleh BI apabila inflasi diperkirakan berada dibawah yang ditetapkan.

  Hubungan antara suku bunga dengan kredit bermasalah, terjadi pada saat Bank

Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan beberapa kebijakan. Salah satunya

kebijakan suku bunga Kredit. Pada kebijakan menaikan dan menurunkan suku bunga

kredit bertujuan untuk mengendalikan angka penyaluran kredit yang berlaku di

masyarakat. Persoalan akan timbul jika ternyata meminjam pada suku bunga kredit

yang murah namun pada pengunaan dana tersebut terjadi pada saat kondisi ekonomi

sedang tidak kondusif atau mengalami kelesuan dengan jangka waktu yang lama,

disinilah menimbulkan kredit bermasalah.

  Tingkat Suku bunga yang berfluktuatif juga akan menimbulkan kondisi

ketidakpastian dalam perekonomian nasional, menyulitkan analisis perkembangan

  

terjadinya kenaikan pada rasio kredit bermasalah ini bisa di sebabkan oleh

ketidakmampuan kreditur untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh

perbankan, jika dihubungkan dengan aktifitas pemakaian dana kredit dengan

pengunaan dana kredt untuk memberikan keuntungan (profit).

  Hasil penelitiannya variabel Suku Bunga (BI Rate) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kredit bermaslah (NPL) hal ini dibuktikan dari uji t hasil yang

diperoleh untuk variabel inflasi 6.027 pada tingkat kesalahan 0.000, signifikansi

tersebut lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis (Ho) diterima. Dengan demikian pengaruh

suku bunga (BI Rate) signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL) artinya semakin

tinggi suku bunga (BI Rate) maka NPL juga akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini

mendukung pendapat Suhardjono (2002:473) bahwa Faktor-faktor ekternal yang dapat

di identifikasikan sebagai penyebab kredit bermasalah diantaranya: meningkatnya

suku bunga pinjaman dan kebijakan moneter, hasil ini sama dengan hasil penelitian

terdahulu disampaikan oleh Linda dkk (2015) dalam penelitiannya tentang Pengaruh

Inflasi, Kurs dan Tingkat Suku Bunga terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank

Tabungan Negara (PERSERO) Tbk Cabang Padang dan penelitian yang dilakukan

Yulita (2014) tentang Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Tingkat

Kredit Bermasalah Pada Bank Umum Di Indonesia yang hasilnya tingkat suku bunga (BI Rate) berpengaruh signifikansi terhadap kredit bermasalah. kredit bermasalah, karena kenaikan BI Rate akan berdampak dengan menurunnya perekonomian secara keseluruhan. Dalam menetapkan kebijakan BI Rate pemerintah

dalam hal ini Bank Indonesia agar tidak fluktuatif dan terjaga stabilitasnya.

4.3.3. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah (NPL)

  Inflasi dan tingkat suku bunga (BI Rate) saling berkaitan, Bila inflasi tinggi maka tingkat suku bunga (BI Rate) akan dinaikan oleh BI, begitu juga ketika inflasi dibawah yang ditetapkan maka Bi akan menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate). Menurut Nopirin (2015:70) Teori tingkat suku bunga yaitu teori kuantitas uang dimana perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara proposional, artinya kalau jumlah uang naik dua kali, maka harga akan naik dua kali. Kuantitas uang hanya berpengaruh pada harga-harga barang, sementara jumlah output yang dihasilkan tidak berubah.

  • – Hasil Penelitian ini variabel inflasi dan suku bunga (BI Rate) secara bersama sama berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hal ini dibuktikan dengan nilai F = 22,144 yang signifikan pada 0,000 (lebih kecil dari 0,05), sehingga H0 ditolak atau ada pengaruh secara bersama-sama. Artinya semua variabel independen yaitu inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen kredit bermasalah (NPL). Inflasi dan tingkat

  

(2002:473) bahwa faktor-faktor ekternal yang dapat di identifikasikan sebagai

penyebab kredit bermasalah, antara lain: meningkatnya suku bunga pinjaman, inflasi,

dan kebijakan moneter lainnya.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

0 0 33

KUESIONER ANALISIS KINERJA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA PADA BANK MANDIRI KANTOR CABANG JEPARA PENGANTAR

0 0 38

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH (STUDI PADA KABUPATENKOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH) SKRIPSI

0 0 17

DATA DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN BELANJA DAERAH KABUPATENKOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2016 (dalam jutaan rupiah)

0 0 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 13

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, GAJI, DAN PROMOSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PATI

0 0 15

2.1.1. Pengertian Kredit - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat Secara Nasional

0 0 19

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN ADMINISTRASI PAMSIMAS (PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT) TIRTA MULYA SEJAHTERA DI DESA NGEMBALREJO BERBASIS WEB DAN SMS GATEWAY

0 0 20