BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Aspek Geografis

  Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia, provinsi Jawa tengah Terletak di tengah-tengah Pulau Jawa. Ibu kota provinsi Jawa Tengah adalah Semarang. Provinsi Jawa Tengah berada ditengah-tengah antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa

  2 Timur. Luas wilayah Provinsi jawa tengah adalah 32,800.69 km ,

  termasuk juga Pulau Nusakambangan di sebelah selatan dan Kepulauan Karimun Jawa yang terletak di Laut Jawa. Secara astronomis Provinsi

  o o

  Jawa Tengah terletak antara 5 40’ dan 8 30’ Lintang Selatan dan antara

  o o

  108 30’ dan 110 30’ Bujur Timur (termasuk Kepulauan Karimun Jawa).

  Secara administrasi wilayah Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 35 kabupaten/ kota, yakni 29 kabupaten, 6 kota, yang terdiri dari 573 kecamatan dan 8,559 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebanyak 34,897,757 jiwa.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

  Sumber gambar:

  Secara langsung Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan 3 (tiga) Provinsi yaitu, Provinsi Jawa Barat di sebalah Barat, dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Sebelah selatan dan Provinsi Jawa Timur di sebelah timur.

  Batas-batas wilayah provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Wilayah Barat : berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat Wilayah Selatan : berbatasan dengan Samudra Hindia dan DIY Wilayah Timur : berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur Wilayah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa

  Menurut stasiun klimatologi klas 1 Semarang suhu udara di

  o o

  Provinsi Jawa Tengah berkisar anatara 18 C sampai 28

  C, dengan kelembapan udara rata-rata bervariasi dari 73% sampai 94%, dan curah hujan terbanyak terdapat di stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3,990 mm, dengan hari hujan sebanyak 195 hari setiap tahunnya.

2. Pemerintahan

  Pada 31 Desember 2016 jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 16,442 orang.

  Jumlah pegawai menurut jenis kelamin yaitu, laki-laki sebanyak 9,850 orang, dan wanita sebanyak 6,592 orang. Jumlah PNS berdasarkan usianya sebagai berikut usia 21-25 tahun sebanyak 69 orang, usia 26-30 tahun sebanyak 472 orang, usia 31-35 tahun sebanyak 1,141 orang, usia 36-40 tahun sebanyak 1,910 orang, usia 41-45 tahun sebanyak 1,867 orang, usia 46-50 tahun sebanyak 2,997 orang, usia 51-55 tahun sebanyak 4,547 orang, dan usia >55 tahun sebanyak 3,459 orang. Jumlah PNS sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah sebagai berikut, tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 501 orang, tamat Sekolah Menengah pertama (SMP) sebanyak 667 orang, tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 4,409 orang, tamat Diploma I,II (D.I II) sebanyak 206 orang, tamat Diploma III (DIII) Sarjana Muda (S.MUD) sebanyak 1,841, tamat Strata 1 (S1)/ Diploma IV (DIV) sebanyak 6,394 orang, tamat Strata 2 (S2) sebanyak 2.159 orang, dan tamatan Strata 3 (S3) sebanyak 15 orang.

  Sedangkan jumlah Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara keseluruhan di Kabupaten/Kota menurut kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 372,417 orang.

3. Sosial

  a. Pendidikan

  Presentase penduduk yang masih sekolah di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 menurut laporan BPS yang dipublikasikan pada Jawa Tengah Dalam Angka 2017, yakni pada kelompok umur 7-12 tahun (kelompok usia SD/MI) sebesar 99.58 persen, kelompok umur 13-15 tahun (kelompok usian SMP/MTs) sebesar 95.41 persen, kelompok umur 16-18 tahun (kelompok usian SMA/MA) sebesar 67.95 persen, dan kelompok umur 19-24 tahun (kelompok usia PT) sebesar 21.59 persen.

  Sehingga jumlah keseluruhan pada kelompok 7-24 tahun presentase penduduk yang masih bersekolah sebesar 70.35 persen.

  b. Kesehatan

  Fasilitas kesehatan yang tersedia dan memadai sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dari pemerintah dan juga peran pihak swasta. BPS (2017:78-79) pada tahun 2016, jumlah rumah sakit di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 279 buah dan sebanyak 206 rumah sakit bersalin. Ditambah pula dengan tersedianya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang hampir terdapat di setiap kecamatan. Tahun 2016 terdapat 875 buah Pukesmas di Jawa tengah.

  Selain itu tersedia juga Posyandu sebanyak 48,831 buah, klinik/balai kesehatan sebanyak 1,166 buah, dan polides sebanyak 5,931 buah.

c. Agama

  Kehidupan beragama yang harmonis dan saling toleran anatar umat beragama merupakan hal yang didambakan oleh semua masyarakat. hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga seperti masjid, gereja, pura, vihara, dan klentheng. Banyaknya tempat peribadahan di Provinsi Jawa tengah pada tahun 2016, terdiri atas 47,409 Masjid, 95,662 Mushola, 2,714 Gereja Kristen, 661 Gereja Katholik.

B. Deskripsi Variabel Penelitian

1. Belanja Daerah

  Belanja Daerah merupakan pengeluaran pemenuhan kebutuhan pada satu periode anggaran yang berupa belanja tidak langsung dan belanja langsung guna melaksanakan kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab kepada masyarakat Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat.

  Berikut ini data tentang Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2016.

  Sumber: BPS

  

26 KABUPATEN TEGAL 1,531,863 1,714,884 2,360,545 2,661,363

  

19 KABUPATEN PEMALANG 1,477,107 1,615,851 2,238,906 1,856,438

  

20 KABUPATEN PURBALINGGA 1,126,558 1,220,910 1,765,721 1,839,181

  

21 KABUPATEN PURWOREJO 1,204,820 1,434,127 2,059,546 2,039,300

  

22 KABUPATEN REMBANG 1,060,649 1,332,832 1,626,083 1,999,727

  

23 KABUPATEN SEMARANG 1,333,538 1,451,523 1,861,663 1,953,950

  

24 KABUPATEN SRAGEN 1,408,596 1,711,441 2,280,333 2,196,370

  

25 KABUPATEN SUKOHARJO 1,281,649 1,466,937 2,021,366 1,923,610

  

27 KABUPATEN TEMANGGUNG 1,000,868 1,181,309 1,722,244 1,808,202

  

17 KABUPATEN PATI 1,653,022 1,858,716 2,500,031 2,564,347

  

28 KABUPATEN WONOGIRI 1,449,166 1,617,625 2,192,498 2,259,406

  

29 KABUPATEN WONOSOBO 988,104 1,220,324 1,774,226 1,817,725

  

30 KOTA MAGELANG 630,851 - 944,102 888,503

  

31 KOTA PEKALONGAN 664,176 736,795 922,477 929,213

  

32 KOTA SALATIGA 529,238 645,788 897,647 935,039

  

33 KOTA SEMARANG 2,473,491 2,957,183 4,400,016 4,221,349

  

34 KOTA SURAKARTA 1,375,305 1,479,828 1,759,495 1,870,992

  

18 KABUPATEN PEKALONGAN 1,267,351 1,395,864 1,841,747 1,889,827

  

16 KABUPATEN MAGELANG 1,259,743 1,655,061 2,320,110 2,373,742

Tabel 4.1 menunjukkan data tentang Belanja Daerah pada 35

  

5 KABUPATEN BOYOLALI 1,421,831 1,624,301 2,099,853 2,163,199

  Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama empat tahun yaitu pada

Tabel 4.1 Data Belanja Daerah Tahun 2013-2016 di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

  

(dalam jutaan rupiah)

NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016

  

1 KABUPATEN BANJARNEGARA 1,175,475 1,348,238 2,012,748 1,614,704

  

2 KABUPATEN BANYUMAS 2,018,053 2,212,823 3,005,374 3,185,134

  

3 KABUPATEN BATANG 805,245 1,129,821 1,533,741 1,680,656

  

4 KABUPATEN BLORA 1,293,691 1,468,209 1,730,113 1,965,535

  

6 KABUPATEN BREBES 1,661,267 1,966,874 2,869,252 2,963,733

  

15 KABUPATEN KUDUS 1,155,491 1,501,989 2,177,455 2,161,005

  

7 KABUPATEN CILACAP 2,047,159 2,095,810 3,235,547 2,975,483

  

8 KABUPATEN DEMAK 1,338,418 1,560,733 2,018,110 1,963,790

  

9 KABUPATEN GROBOGAN 1,507,909 1,645,805 2,248,621 2,634,085

  

10 KABUPATEN JEPARA 1,351,531 1,501,238 2,156,157 2,242,728

  

11 KABUPATEN KARANGANYAR 1,287,164 1,607,308 2,097,062 2,062,585

  

12 KABUPATEN KEBUMEN 1,548,177 1,774,333 2,565,296 2,617,108

  

13 KABUPATEN KENDAL 1,270,621 1,414,347 2,093,676 2,006,589

  

14 KABUPATEN KLATEN 1,621,603 1,883,764 2,488,946 2,503,113

  

35 KOTA TEGAL 673,041 783,010 1,108,435 1,138,478 TOTAL 45,892,771 52,215,601 72,929,142 73,906,209 tahun 2013 sampai 2016. Jumlah Belanja Daerah tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2013 sampai 2016 berturut-turut pada Kota Semarang dan di Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah memiliki Belanja Daerah dengan jumlah yang tidak stabil atau fluktuatif artinya ada beberapa daerah yang mengalami kenaikan ataupun penurunan dari tahun satu ke tahun selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh selama empat tahun Kabupaten/Kota yang mengalami penurunan ada 10 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Jawa Tengah yaitu pada Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Magelang. Sedangkan yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun ada 19 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Brebes, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Klaten, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Rembang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Wonosobo, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Surakarta, dan Kota Tegal. Sedangkan ada satu Kabupaten/Kota yang pada tahun 2014 tidak memiliki belanja daerah yaitu Kota Magelang sebanyak nol rupiah.

2. Dana Alokasi Umum

  Dana Alokasi Umum merupakan dana dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah Jawa Tengah guna menghimpun seluruh pendanaan pemerintah yang alokasinya ditujukan untuk membiayai seluruh kegiatan umum daerah Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini data tentang Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2016.

Tabel 4.2 Data Dana Alokasi Umum Tahun 2013-2016 di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

  

27 KABUPATEN TEMANGGUNG 651,172 708,765 731,734 807,996

  

20 KABUPATEN PURBALINGGA 719,186 777,990 805,223 897,338

  

21 KABUPATEN PURWOREJO 793,905 854,738 875,529 940,779

  

22 KABUPATEN REMBANG 640,274 700,775 723,092 785,381

  

24 KABUPATEN SRAGEN 869,156 946,827 977,444 1,067,775

  

25 KABUPATEN SUKOHARJO 763,463 826,892 854,458 922,625

  

26 KABUPATEN TEGAL 957,577 1,044,212 1,085,550 1,162,103

  

28 KABUPATEN WONOGIRI 917,477 1,001,379 1,031,394 1,145,435

  

18 KABUPATEN PEKALONGAN 768,501 831,580 862,012 926,572

  

29 KABUPATEN WONOSOBO 665,549 724,246 748,448 841,408

  

30 KOTA MAGELANG 385,860 417,212 418,258 447,910

  

31 KOTA PEKALONGAN 384,490 412,872 421,277 457,086

  

32 KOTA SALATIGA 358,332 399,084 400,177 456,080

  

33 KOTA SEMARANG 1,054,003 1,104,740 1,126,848 1,211,709

  

34 KOTA SURAKARTA 659,648 710,804 713,301 841,537

  

19 KABUPATEN PEMALANG 931,427 1,016,814 1,058,983 1,197,917

  

17 KABUPATEN PATI 960,480 1,043,499 1,086,646 1,207,509

  

(dalam jutaan rupiah)

NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016

  

7 KABUPATEN CILACAP 1,197,316 1,291,122 1,332,537 1,384,696

  

1 KABUPATEN BANJARNEGARA 763,427 826,045 862,811 976,643

  

2 KABUPATEN BANYUMAS 1,127,940 1,224,711 1,277,834 1,398,540

  

3 KABUPATEN BATANG 641,664 682,183 706,783 790,849

  

4 KABUPATEN BLORA 753,831 823,875 848,824 943,326

  

5 KABUPATEN BOYOLALI 871,686 943,221 968,090 1,032,745

  

6 KABUPATEN BREBES 1,099,000 1,186,970 1,234,339 1,339,382

  

8 KABUPATEN DEMAK 737,912 795,875 833,042 908,644

  

16 KABUPATEN MAGELANG 899,529 965,125 996,071 1,078,982

  

9 KABUPATEN GROBOGAN 906,667 977,676 1,008,902 1,110,338

  

10 KABUPATEN JEPARA 814,381 887,769 935,772 1,000,374

  

11 KABUPATEN KARANGANYAR 810,217 870,002 906,447 996,165

  

12 KABUPATEN KEBUMEN 1,021,872 1,125,569 1,146,009 1,256,069

  

13 KABUPATEN KENDAL 788,135 852,171 884,902 972,953

  

14 KABUPATEN KLATEN 1,066,319 1,142,587 1,164,197 1,237,968

  

15 KABUPATEN KUDUS 719,407 795,852 784,920 822,154

  

35 KOTA TEGAL 370,643 390,733 405,832 490,773

TOTAL 27,849,051 30,152,652 31,094,359 34,026,610

  Sumber: BPS

Tabel 4.2 menunjukkan data Dana Alokasi Umum pada 35

  Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama empat tahun yaitu tahun 2013 sampai 2016. Jumlah Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat yang kemudian diberikan kepada Pemerintah Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kecuali pada Kabupaten Kudus di tahun 2015 mengalami penurunan yang semula di tahun 2014 memiliki DAU sebesar 795,852 kemudian di tahun 2015 menjadi 784,920 yang mempunyai selisih sebesar 10,933. Dana Alokasi Umum tertinggi di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah pada tahun 2013 yaitu Kabupaten Cilacap dan terendah yaitu Kota Salatiga. Sedangkan pada tahun 2016, Dana Alokasi Umum tertinggi di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah yaitu Kabupaten Banyumas dan terendah yaitu Kota Magelang.

3. Pendapatan Asli Daerah

  Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah sesuai dengan aktivitas Jawa Tengah yang merupakan sumber ekonomi yang diperoleh dari semua yang dihasilkan daerah tersebut. Meningkatkan kemandirian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah merupakan wujud semangat dalam membangun daerahnya sendiri agar tidak tergantung pada fasilitas yang ada. Berikut ini data Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2016.

Tabel 4.3 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2013-2016 di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

  

26 KABUPATEN TEGAL 156,245 253,717 304,001 316,052

  

20 KABUPATEN PURBALINGGA 122,859 202,594 215,623 251,817

  

21 KABUPATEN PURWOREJO 125,757 200,259 233,935 255,600

  

22 KABUPATEN REMBANG 126,809 139,992 200,955 234,169

  

23 KABUPATEN SEMARANG 215,685 248,214 278,852 318,537

  

24 KABUPATEN SRAGEN 146,722 254,393 267,712 297,177

  

25 KABUPATEN SUKOHARJO 192,972 264,815 313,948 363,164

  

27 KABUPATEN TEMANGGUNG 102,081 118,131 212,499 281,329

  

18 KABUPATEN PEKALONGAN 148,551 255,038 251,559 310,573

  

28 KABUPATEN WONOGIRI 111,593 182,150 211,209 218,605

  

29 KABUPATEN WONOSOBO 108,730 175,320 182,608 199,895

  

30 KOTA MAGELANG 107,740 164,928 186,678 220,316

  

31 KOTA PEKALONGAN 114,253 144,066 152,045 178,605

  

32 KOTA SALATIGA 106,101 165,748 167,011 203,769

  

33 KOTA SEMARANG 925,920 1,138,368 1,107,054 1,491,646

  

34 KOTA SURAKARTA 298,401 297,027 372,799 425,503

  

19 KABUPATEN PEMALANG 136,363 217,346 230,436 275,459

  

17 KABUPATEN PATI 169,128 279,255 309,366 314,922

  

(dalam jutaan rupiah)

NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2O15 TAHUN 2016

  

7 KABUPATEN CILACAP 278,508 374,024 409,846 428,599

  

1 KABUPATEN BANJARNEGARA 98,976 161,653 180,562 221,049

  

2 KABUPATEN BANYUMAS 308,350 317,728 502,091 541,419

  

3 KABUPATEN BATANG 139,635 172,639 179,722 209,958

  

4 KABUPATEN BLORA 95,187 144,725 130,340 171,278

  

5 KABUPATEN BOYOLALI 160,753 162,431 260,634 292,311

  

6 KABUPATEN BREBES 135,056 267,771 301,954 339,157

  

8 KABUPATEN DEMAK 138,215 220,330 254,325 287,458

  

16 KABUPATEN MAGELANG 173,254 242,449 261,570 288,486

  

9 KABUPATEN GROBOGAN 143,599 235,296 272,719 334,952

  

10 KABUPATEN JEPARA 133,779 231,674 270,252 322,510

  

11 KABUPATEN KARANGANYAR 161,725 215,299 255,443 301,308

  

12 KABUPATEN KEBUMEN 131,482 177,434 245,160 291,017

  

13 KABUPATEN KENDAL 132,871 215,295 239,341 265,075

  

14 KABUPATEN KLATEN 115,455 177,923 190,609 224,198

  

15 KABUPATEN KUDUS 144,996 234,074 255,285 279,240

  

35 KOTA TEGAL 176,378 241,937 271,602 287,344

TOTAL 6,084,129 8,494,043 9,679,745 11,242,497

  Sumber: BPS

Tabel 4.3 menunjukkan data Pendapatan Asli Daerah pada 35

  Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama empat tahun yaitu tahun 2013 sampai 2016. Jumlah Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kecuali pada Kabupaten Blora, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, dan Kota Surakarta mengalami fluktuasi atau terjadi naik turun dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya. Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2013 sampai 2016 tertinggi yaitu Kota Semarang, walaupun pada tahun 2015 mengalami penurunan. Semula Pendapatan Asli Daerah tahun 2014 sebesar 1,138,368 di tahun 2015 menjadi 1,107,054 memiliki selisih 31,314 sedangkan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2013 terendah yaitu Kabupaten Banjarnegara sebesar 98,976 dan di tahun 2016 terendah yaitu Kabupaten Blora.

C. Analisis Statistik Deskriptif

  Analisis yang digunakan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran tentang variabel yang digunakan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan variabel Belanja Daerah. Hasil analisis statistik deskriptif yang terdiri dari nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan akar dari varians (standar deviasi) yang disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

  

Statistics

DAU PAD BD Valid 140 140 140

  N Missing 879447142885. 253573848189. 1749599018327 Mean

  7214 0036 .1143 237713937213. 179881506850. 662884365568. Std. Deviation 92996 20627 59440

  358331867000. 95186717000.0 .00 Minimum 00 1398539653000 1491645900065 4400015272000

  Maximum .00 .00 .00 Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai DAU, PAD, dan BD berikut untuk DAU dengan mean atau nilai rata-rata sebesar 879,447,142,885.7214, standar daviasi sebesar 237,713,937,213.92996, nilai minimum sebesar 358,331,867,000.00 dan nilai maksimum sebesar 1,398,539,653,000.00. PAD dengan mean atau nilai rata-rata sebesar 253,573,848,189.0036, standar deviasi sebesar 179,881,506,850.20627, nilai minimum sebesar 95,186,717,000.00 dan nilai maksimum sebesar 1,491,645,900,065.00. BD dengan mean atau nilai rata-rata sebesar 1,749,599,018,327.1143, standar deviasi sebesar 662,884,365,568.59440, nilai minimum sebesar .00 dan nilai maksimum sebesar 4,400,015,272,000.00.

D. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

  Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik non- parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan apakah data yang diuji telah berdistribusi secara normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual

  N 140 Normal Parameters a,b Mean .0001742

  Std. Deviation 254442544232.

  81790000 Most Extreme Differences Absolute .049 Positive .043 Negative -.049 Kolmogorov-Smirnov Z .581

  Asymp. Sig. (2-tailed) .888 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal karena nilai signifikansi yang dilihat dari Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.888 tersebut nilai signifikansi yang telah diasumsikan sebelumnya yaitu sebesar 0.05.

2. Uji Autokorelasi

  Uji ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi di dalam model regresi dengan menggunakan uji Durbin-Watson dengan ketentuan apabila terdapat angka D-W antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi. Tabel 4.6 akan menunjukkan hasil uji autokorelasi:

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi

  b Model Summary

  Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson a Square Estimate .923 .853 .851 256293059844. .900

  1 89180

  a. Predictors: (Constant), PAD, DAU

  b. Dependent Variable: BD Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  yang dihasilkan sebesar 0.900. Berdasarkan asumsi ketentuan diatas nilai D-W yang dihasilkan berada diantara -2 sampai +2 yang berarti bahwa data yang diuji tidak mengandung atau bebas autokorelasi.

3. Uji Multikolinearitas

  Uji multikolinieritas model regresi dapat menggunakan nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat multikolinieritas dalam persamaan regresi berganda. Berikut ini output dari SPSS versi 21.00 mengenai hasil analisis multikolinieritas menggunakan nilai VIF:

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas

  a

Coefficients

  

Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity Statistics

Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Tolerance

  VIF 833060494 -3.158 .002 - (Constant) 263059391 44.055 643.672

  1 DAU 1.817 .100 .652 18.213 .000 .840 1.190 PAD 1.635 .132 .444 12.400 .000 .840 1.190

a. Dependent Variable: BD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil ouput SPSS yang disajikan pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) yaitu PAD dan DAU memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu sebesar 1.190. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar

4. Uji Heteroskedastisitas

  Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot. Berikut ini output dari SPSS versi 21.00 mengenai hasil analisis heteroskedastisitas:

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

  Berdasarkan hasil uji tersebut dapat terlihat bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar dan tidak mengumpul di atas dan di bawah atau disekitar 0 serta penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit kembali.

E. Analisis Regresi Sederhana

  Analisis Regresi Sederhana merupakan studi mengenai ketergantungan dari satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), yang memiliki tujuan untuk memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. (Gujarati, 1995:16) dalam Kuncoro (2011: 99). Berikut akan dijelaskan hasil persamaan garis

  2

  regresi X1 terhadap Y, koefisien determinasi (R ) antara predictor X1 terhadap Y dan hasil persamaan garis regresi X2 terhadap Y, koefisien

  2 determinasi (R ) antara predictor X2 terhadap Y.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Persamaan Garis Regresi Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah

  a

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

  Coefficients

B Std. Error Beta

  • 120900106777. -2.345 .020 (Constant) 283529431922. 502

  1 431 DAU 2.312 .133 .829 17.416 .000

a. Dependent Variable: BD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil analisis tersebut maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan sebagai berikut: BD = -283,529,431,922.431+ 2.312DAU Berdasarkan dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi bernilai signifikan sebesar 2.312 berarti jika DAU naik satu satuan maka nilai BD meningkat sebesar 2.312. Berdasarkan Uji T hitung = 17.416 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 signifikan tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan yang dikehendaki yaitu 0.05 dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan DAU terhadap BD.

  Tabel 4.9

  2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R ) antara predictor Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the a Square Estimate .829 .687 .685 372025125300.

  1 43555

a. Predictors: (Constant), DAU

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil ouput SPSS yang disajikan dapat diketahui nilai

  2

  2

  koefisien R sebesar 0.687. Besarnya angka koefisien determinasi R 0.687 = 68.7%. Angka tersebut mengandung arti bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah sebesar 68.7% sedangkan 31.3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  Kesimpulan:

  Berdasarkan uraian hasil regresi sederhana tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara DAU terhadap Belanja Daerah, maka dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian diterima.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Persamaan Garis Regresi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah

  a

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

  Coefficients

B Std. Error Beta

1091540862335 69160108455.4 15.783 .000 (Constant)

  .420

  89

1 PAD 2.595 .223 .704 11.652 .000

a. Dependent Variable: BD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil analisis tersebut maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan sebagai berikut: BD = 1,091,540,862,335.420 + 2.595PAD Berdasarkan dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi bernilai signifikan sebesar 2.595 berarti jika PAD naik satu satuan maka nilai Belanja Daerah meningkat sebesar 2.595. Berdasarkan Uji T hitung = 11.652 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 maka H ditolak dan H

  1 diterima, yang berarti PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

  Tabel 4.11

  

2

Hasil Analisis Koefisien determinasi (R ) antara predictor Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Model Summary

  Model R R Square Adjusted R Std. Error of the a Square Estimate .704 .496 .492 472337761272.

  1 33610

a. Predictors: (Constant), PAD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016 Berdasarkan hasil ouput SPSS yang disajikan dapat diketahui nilai

  2

  2

  koefisien R sebesar 0.496. Besarnya angka koefisien determinasi R 0.496 = 49.6%. Angka tersebut mengandung arti bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah sebesar 49.6% sedangkan 50.4% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  Kesimpulan:

  Berdasarkan uraian hasil regresi sederhana tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan PAD terhadap Belanja Daerah, maka dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian diterima.

F. Analisis Regresi Berganda

  Penggunaan regresi berganda untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel Dana Alokasi Umum dan variabel Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel independen, sedangkan variabel Belanja Daerah merupakan variabel dependen. Berikut akan dijelaskan hasil analisis persamaan garis regresi X1 dan X2 terhadap Y serta koefisien korelasi (R) antara predictor X1 dan X2 terhadap Y.

Tabel 4.12 Hasil Analisis Persamaan Garis Regresi antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah

  a Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

  Coefficients B Std. Error Beta

  • 83306049444.0 -3.158 .002 (Constant) 263059391643.

  55 672

  1 DAU 1.817 .100 .652 18.213 .000 PAD 1.635 .132 .444 12.400 .000

a. Dependent Variable: BD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil analisis tersebut maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan sebagai berikut: BD = -263059391643.672+ 1.817DAU + 1.635PAD Berdasarkan dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi DAU sebesar 1.817 meningkat satu satuan maka nilai BD akan meningkat 1.817 sedangkan asumsi PAD tetap. Demikian juga nilai koefisien regresi PAD sebesar 1.635 yang berarti jika PAD meningkat satu satuan maka nilai BD akan meningkat sebesar 1.635 dengan asumsi DAU tetap.

G. Pengujian Hipotesis

  Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan antara variabel X terhadap variabel Y. Pengujian hipotesis terdiri dari beberapa pengujian sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis secara Koefisien Determinasi (R²) Model Summary

  Model R R Square Adjusted R Std. Error of the a Square Estimate .923 .853 .851 256293059844.

  1 89180

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan hasil ouput SPSS yang disajikan dapat diketahui

  2

  bahwa harga koefisien determinasi DAU dan PAD terhadap BD(R )

  y(1.2)

  sebesar 0.853 hal ini menunjukkan bahwa 85.3% perubahan pada Belanja Daerah dipengaruhi oleh DAU dan PAD sedangkan 14.7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis secara Parsial (Uji Statistik t )

  a

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

  Coefficients

B Std. Error Beta

83306049444.0 - -3.158 .002 (Constant) 263059391643.

  55 672

  1 DAU 1.817 .100 .652 18.213 .000 PAD 1.635 .132 .444 12.400 .000

a. Dependent Variable: BD

  Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Berdasarkan dari Uji Statistik t tersebut diperoleh nilai t-hitung untuk DAU sebesar 18.213 dan untuk PAD sebesar 12.400. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai signifikansi. Pada tabel Coefficients bahwa nilai Sig. dari kedua variabel sebesar 0.000 dimana 0.000 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki tingkat signifikansi yang sangat tinggi yang berarti bahwa DAU dan PAD secara parsial

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis secara Simultan (Uji Statistik F)

  a ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. b 5207977965814 2 2603988982907 396.429 .000

  Regression 5590000000000 2795000000000 .000 .000 8999000155878 137 6568613252465

  1 Residual 049000000000. 7290000000.00 000 6107877981402 139 Total 3640000000000

  .000

  a. Dependent Variable: BD

  b. Predictors: (Constant), PAD, DAU Sumber: Data BPS Tahun 2013-2016

  Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji signifikansi dengan menggunakan Uji F, berdasarkan hasil Uji F diperoleh sebesar 396.429 yang signifikan pada tingkat kesalahan 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah.

H. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

  Dana alokasi umum harus diselenggarakan secara terus menerus dari tahun ke tahun, tanpa terputus, karena dana ini merupakan sumber dana yang menyokong kegiatan pemerintahan, dan jika terputus otomatis kegiatan pemerintahan akan ikut terhenti. Dana Alokasi Umum menurut Halim (2008:323) adalah dana yang berasal dari APBN yang kemudian dialokasikan kepada setiap daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan dalam memenuhi kebutuhan agar dapat mewujudkan pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum merupakan salah satu unsur dari pendapatan daerah yang nantinya akan digunakan untuk penggunaan belanja daerah yang tertulis dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 167 ayat 1 yang berbunyi: “Belanja daerah harus diutamakan agar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas masyarakat supaya dapat memenuhi kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

  ”. Penjelasan Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 22 kewajiban dalam menyelenggarakan kemandirian suatu daerah sebagai berikut: (a) Melindungi seluruh masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) Meningkatkan kualitas dalam kehidupan bermasyarakat; (c) Mengembangkan kehidupan berdemokrasi; (d) Menciptakan keadilan dan pemerataan; (e) Meningkatkan pelayanan terhadap dasar pendidikan; (f) Memberikan fasilitas pelayanan untuk kesehatan; (g) Memberikan fasilitas umum dan sosial yang layak; (h) Mengembangkan sistem jaminan sosial; (i) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; (j) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah; (k) Melestarikan lingkungan hidup; (l) Mengelola administrasi kependudukan; (m) Melestarikan nilai sosial budaya; (n) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan (o) Mewajibkan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

  Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah di

  35 Kabupaten/Kota pada Provinsi Jawa Tengah. Hasil regresi tersebut memiliki nilai koefisien Dana Alokasi Umum sebesar 1.817 yang artinya bahwa setiap terjadi kenaikan Dana Alokasi Umum sebesar satu satuan maka Belanja Daerah akan meningkat sebesar 1.817 satuan. Sebaliknya, jika terjadi penurunan Dana Alokasi Umum sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan penurunan Belanja Daerah sebesar 1.817 satuan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau menerima Ha dan menolak Ho. Maka memiliki arti bahwa Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat yang diperoleh semakin tinggi maka Belanja Daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah akan semakin meningkat. Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2016 mengalami peningkatan sehingga belanja yang dikeluarkan juga akan meningkat. Maka dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan maksimal.

  Hasil tersebut sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Berlian Nur Awaniz (2011) dengan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan adanya pengaruh signifikan.

  

2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada

Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

  Meningkatkan kemandirian yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan merupakan wujud semangat dalam membangun daerahnya sendiri agar tidak tergantung pada fasilitas yang ada. Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan sumber ekonomi yang diperoleh dari semua yang dihasilkan daerah tersebut. Pendapatan Asli Daerah juga merupakan unsur dari pendapatan daerah yang nantinya akan digunakan untuk penggunaan belanja daerah yang tertulis dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 167 ayat 1 yang berbunyi: “Belanja daerah harus diutamakan agar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas masyarakat supaya dapat memenuhi kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

  ”. Penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 22 kewajiban dalam menyelenggarakan kemandirian suatu daerah sebagai berikut: (a) Melindungi seluruh masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) Meningkatkan kualitas dalam kehidupan bermasyarakat; (c) Mengembangkan kehidupan berdemokrasi; (d) Menciptakan keadilan dan pemerataan; (e) Meningkatkan pelayanan terhadap dasar pendidikan; (f) Memberikan fasilitas pelayanan untuk kesehatan; (g) Memberikan fasilitas umum dan sosial yang layak; (h) Mengembangkan sistem jaminan sosial; (i) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; (j) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah; (k) Melestarikan lingkungan hidup; (l) Mengelola administrasi kependudukan; (m) Melestarikan nilai sosial budaya; (n) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan (o) Mewajibkan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

  Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah di 35 Kabupaten/Kota pada Provinsi Jawa Tengah. Hasil regresi tersebut memiliki nilai koefisien Pendapatan Asli Daerah sebesar 1.635 yang artinya bahwa setiap terjadi kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar satu satuan maka Belanja Daerah akan meningkat sebesar 1.635 satuan. Sebaliknya, jika terjadi penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan penurunan Belanja Daerah sebesar 1.635 satuan. Ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau menerima Ha dan menolak Ho.

  Angka tersebut memiliki arti yaitu Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari setiap daerah berjumlah semakin banyak akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran belanja daerah karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber yang paling penting dari pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari hasil kekayaan yang diperoleh dari daerah itu sendiri. Selain itu, PAD dapat digunakan untuk menilai kemandirian dalam hal tugas pemerintahan yang harus dilaksanakan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tolak ukur untuk keberhasilan pemerintah daerah Jawa Tengah. Pemerintah dalam meningkatkan PAD seharusnya dapat mengolah kemampuan sumber daya yang berasal dari wilayahnya sendiri. Maka dengan meningkatnya PAD, diharapkan kesejahteraan masyarakat daerah menjadi meningkat dan pelayanan terhadap masyarakat menjadi lebih baik.

  Hasil tersebut sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Berlian Nur Awaniz (2011) dengan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh baik secara parsial maupun bersamaan terhadap Belanja Daerah.

  Hasil uji hipotesis juga menunjukkan adanya pengaruh signifikan.

3. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

  Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah saling berkaitan, dimana besar kecilnya Dana Alokasi Umum salah satunya ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut yang berarti semakin besar kemampuan daerah yang dimiliki meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah tersebut, dengan demikian maka dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri. Hal ini maka Pendapatan Asli Daerah yang semakin besar akan mempengaruhi Dana Alokasi Umum yang diterima akan semakin kecil, dan begitu juga sebaliknya.

  Hal ini tercantum dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 167 ayat 1 yang berbunyi: “Belanja daerah harus diutamakan agar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas masyarakat supaya dapat memenuhi kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

  ”. Penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 22 kewajiban dalam menyelenggarakan kemandirian suatu daerah sebagai berikut: (a) Melindungi seluruh masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) Meningkatkan kualitas dalam kehidupan bermasyarakat; (c) Mengembangkan kehidupan berdemokrasi; (d) Menciptakan keadilan dan pemerataan; (e) Meningkatkan pelayanan terhadap dasar pendidikan; (f) Memberikan fasilitas pelayanan untuk kesehatan; (g) Memberikan fasilitas umum dan sosial yang layak; (h) Mengembangkan sistem jaminan sosial; (i) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; (j) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah; (k) Melestarikan lingkungan hidup; (l) Mengelola administrasi kependudukan; (m) Melestarikan nilai sosial budaya; (n) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan (o) Mewajibkan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dokumen yang terkait

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Ekstrakurikuler di Kalangan Siswa SMP N

0 1 23

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 39

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Ekstrakurikuler di Kalangan Siswa SMP N 2 Pabelan

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

0 0 9

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 24

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

0 0 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

0 0 15

ANALISIS KINERJA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BANK MANDIRI KANTOR CABANG JEPARA

0 0 12