1.1 Latar Belakang - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

1.1 Latar Belakang

  Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Komponen pembangunan tersebut meliputi sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal yang satu sama lainnya mendukung sebagai satu kesatuan. Salah satu dana dalam pembangunan ekonomi nasional negara adalah dengan mengundang investor ( penanam modal ) baik modal asing maupun modal dalam negeri, artinya kehadiran penanaman modal sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Mengingat penanaman modal ini sangat penting bagi pembangunan ekonomi, maka dari itu negara Indonesia mengaturnya dalam sebuah perumusan Perundang – Undangan.

  Berdasarkan perkembangannya pemerintah Indonesia terus memperbaharui berbagai peraturan untuk lebih menciptakan iklim usaha yang kondusif dan sebagai penguat daya saing perekonomian nasional dan daerah serta mempercepat peningkatan penanaman modal yang dituangkan dalam Undang – Undang terdahulu penanaman modal yaitu Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1968 dan Undang – Undang Nomor 11 dan 12 Tahun 1970, namun seiring berjalannya waktu Undang – Undang tersebut dinyatakan sudah tidak berlaku sesuai dalam pasal 38 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007. Maka dengan diberlakukannya Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ini adalah guna memperbaiki kelemahan aturan hukum terdahulu.

  Di dalam kebijakan dasar penanaman modal pada BAB III Pasal 4 ; ( 1 ) pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk, mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Sehingga banyak harapan digantungkan dengan dikeluarkannya Undang – Undang penanaman modal ini seperti, peningkatan investasi dan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak bisa hanya dijalankan oleh pemerintah pusat saja melainkan harus dimulai dari titik terendahnya yaitu dari daerah – daerah di wilayah Indonesia.

  Dibentuknya Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah maka, otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku. Upaya untuk melaksanakan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang tersebut, yaitu dengan dikeluarkannya suatu peraturan daerah maupun kebupaten atau kota. Salah satunya di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan yang sudah sejak lama mengurus dan mengatur sistem pemerintahannya.

  Kota Medan mempunyai daya tarik penanaman modal PMA dan PMDN, sebagaimana diketahui setelah krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, iklim pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis Kota Medan yang cukup strategis tetapi juga didukung oleh kebijakan – kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu kewaktu. Langkah – langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh dengan mengembangkan kemitraan strategic diantara sesama pelaku usaha dengan pemerintah kota, kenyataannya secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di kota Medan, diberbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat dan menaikkan pendapatan asli daerah Kota Medan sendiri. Seperti dikutip dari

  

  Dikaitkan dengan visi dan misi Kota Medan, program dan kegiatan Badan Penanaman Modal juga bertujuan untuk mendukung keberhasilan pencapaian misi ke-3 yakni meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi kota yang merata dan berkelanjutan. Bila dilihat dari sisi proyeksi pencapaian target yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2011-2015, sejumlah target tersebut dapat dikatakan sangat optimis, seperti penambahan jumlah investor berskala nasional PMDN dan PMA, diproyeksikan naik dari 32 di tahun 2010 menjadi 96 di tahun 2015. Target pencapaian nilai realisasi PMDN naik dari Rp 511,31 miliar di tahun 2010 menjadi Rp 986,54 miliar, meski sangat optimis dengan pertumbuhan rata-rata 14% per tahun namun masih realistis, mengingat iklim usaha di Kota Medan yang terus membaik dari waktu ke waktu dan meningkatnya daya tarik investasi di Kota Medan. Namun berkaitan dengan proyeksi realisasi PMA, pertumbuhannya jauh di atas pertumbuhan PMDN dimana RPJMD mematok hingga 2015, level pertumbuhan yang fantastis rata- rata mencapai 17% per tahun. Berbagai proyeksi ini tentu membutuhkan kerja keras dari Badan Penanaman Modal Kota Medan untuk mencapainya, dan mengingat minimnya frekwensi pelaksanaan pameran investasi yang hanya dilaksanakan sekali di tahun 2012 dikawatirkan tidak cukup kuat untuk mem-backup target yang telah ditetapkan, apalagi alokasi dana untuk kegiatan promosi investasi ke luar negeri juga sangat minim.Peningkatan Promosi Dan Kerja Sama InvestasiMeningkatnya nilai realisasi PMDN tahun 2015 menjadi 19%nilai realisasi PMDNRp 511,31 milyarRp 986,54 milyar. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2015 menjadi 23%nilai realisasi PMAUS$ 75,88 jutaUS$ 162,61 jutaMeningkatnya jumlah persetujuan investasi tahun 2015 menjadi 96 persetujuan, jumlah persetujuan investasi3296. Adanya peraturan daerah yang mendukung iklim usaha yang kondusif, adanya Perda Penanaman Modal (Insentif dan Kemudahan Investasi). Terakomodir dan meningkatnya nilai realisasi PMDN tahun 2015 menjadi 19%nilai realisasi PMDNRp 511,31 milyarRp 986,54 milyar. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2015 menjadi 23%nilai realisasi PMAUS$ 75,88 jutaUS$ 162,61 juta.

  Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Kepala yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan juga meningkatkan PAD Kota Medan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

  Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Peraturan daerah ini disusun dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dalam rangka pelaksanaan urusan Pemerintah Kota Medan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 yang disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota. Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan tersebut terjadi perubahan nomenklatur Lembaga Teknis Daerah, salah satunya adalah penanaman modal. Dari Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) kota Medan menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan.

  Sesuai dengan pasal 134 dan 135 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.

  Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan, dipandang perlu untuk mengatur lebih lanjut rincian tugas pokok dan fungsi pada setiap jenjang jabatan struktural. Maka dengan berdasarkan hal ini perlu menetapkan Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dalam satu Peraturan Walikota Medan Medan, yaitu Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.

  Pembangunan kota seyogianya dikelola secara efektif, efisien dan berkelanjutan (sustainable) dengan melibatkan semua stakeholder dan lapisan masyarakat (pembangunan yang partisipatif). Tugas dan fungsi strategis ini hanya akan dapat terwujud jika proses pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang transparan, responsif, terukur, komprehensif dan akuntabel melalui tahapan yang jelas dengan mempertimbangkan seluruh aspek pembangunan yang terkait dan potensi yang dimiliki oleh Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera

  Mendukung perwujudan kota masa depan yang berdaya saing dalam hal ini adalah menyangkut kota jasa, perdagangan dan keuangan yang siap bersaing secara regional dan global dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap, pondasi perekonomian yang kuat, tata pemerintahan yang baik, peningkatan sumber daya manusia, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Secara umum penanaman modal membutuhkan adanya iklim usaha yang kondusif dalam membentuk daya tarik investasi. Untuk itu, Badan Penanaman Modal Kota Medan yang memuat kebijakan publik dan arah kebijakan bidang penanaman modal sesuai yang diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan dapat meningkatkan investasi di Kota Medan.

  Kemudian dalam rangka mewujudkan citra good governance dalam bidang investasi dan lingkungan bisnis, memberikan pelayanan yang baik, mudah, sederhana, cepat dan transparan dalam perizinan berinvestasi. Membangun sistem informasi dan pengawasan investasi yang efektif dan menyelenggarakan kegiatan

  • – kegiatan pengawasan berskala luas dalam upaya menarik minat investor. Meningkatkan koordinasi dan pengawasan investasi antara tingkat pemerintah, antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat (investor). Mewujudkan iklim penanaman modal yang kondusif khususnya melalui peningkatan penyediaan infrastruktur ekonomi yang meningkatkan efesiensi berusaha bagi investor, disamping jaminan kepastian berusaha. Seperti yang dikutip website resmi pemko Medan, yaitu :

  

Investasi dikota Medan pada tahun 2000 sebesar Rp 2,7 trilyun, tahun 2001

sebesar Rp 3.3 trilyun, tahun 2002 sebesar Rp 3,0 trilyun, tahun 2003 sebesar

Rp 4,0 trilyun, tahun 2004 sebesar 4,4 trilyun. Total perkiraan investasi yang

masuk ke kota Medan dari berbagai lapangan usaha selama tahun 2000 –

2004 cenderung cukup masif. Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan

utama berinvestasi adalah sektor perdagangan, listrik, gas dan air, bangunan,

industri, dan angkutan.

  Berdasarkan data diatas berbagai variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain

  • – lain. Permasalahan utama yang timbul adalah persepsi tentang lama dan panjangnya proses administrasi berinvestasi, serta kurangnya pengawasan investasi (penanaman modal) baik dalam konteks regional, nasional, dan internasional juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan investasi di Kota Medan. Kurangnya pengawasan dalam investasi penanaman modal inilah yang menjadi salah satu masalah yang dapat menimbulkan berkurangnya calon investor masuk kedaerah.

  Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal.

  Maka secara garis besarnya, Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam tahap implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Badan bidang pengawasan dibagi dengan sub bagian pembinaan dan pengawasan PMDN ( Penanaman Modal Dalam Negeri ) dan PMA ( Penanaman Modal Asing ) yang menyelenggarakan fungsi : a.

  Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan PMDN dan PMA.

  b.

  Penyususnan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan dan pengawasan PMDN dan PMA.

  c.

  Penyusunan bahan kajian dan penyusunan kebijakan teknis pengendalian pelaksanaan PMDN dan PMA.

  d.

  Pelaksanaan pemanatauan, bimbingan, dan pengawsan pelaksanaan PMDN dan PMA.

  e.

  Pelaksanaan pemeriksaan dan evaluasi terhadap LKPM ( Laporan Kegiatan Penanaman Modal ) PMDN dan PMA.

  f.

  Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksana tugas.

  g.

  Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang dengan tugas dan fungsinya.

  Salah satu tujuannya adalah mensosialisasikan tentang tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dan membuat pemutakhiran data perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BKPM dan operasionalnya di kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari data lapangan diketahui bahwa hingga tahun 2013 terdapat 173 perusahaan PMDN dan 285 perusahaan PMA yang terdaftar dan beroperasi dikota Medan. Dalam laporan ini terangkum perusahaan PMDN dan PMA berdasarkan bidang usahanya :

  

PMDN :“ Industri Kimia, Makanan, B Logam, Min Non Logam, Logam dasar,

Kertas, Kayu, Jasa, Perhotelan, Peternakan, Perikanan, Perumahana, Konstruksi, Tekstil, dan Pengangkutan”. PMA ;” Industri Kimia, Industri

Makanan, Industri B. Logam, Industri Logam Dasr, Industri Kayu, Industri

Tekstil, Industri Lainnya, Usaha Jasa, Usaha Perhotelan, Usaha Perkantoran,

Usaha Perumahan, Usaha Konstruksi, Usaha Pert. Tanaman Pangan”.

  Hasil yang ingin dicapai adalah agar perusahaan aktif melakukan penyampaian pelaporan LKPM secara aktif dan rutin. Sehingga dapat diketahui perusahaan yang aktif maupun yang tidak aktif atau tidak beroperasi karena pailit, maka dari itulah pengawasan ini di lakukan di Kota Medan oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan guna tercipta data yang akurat dilapangan.

  Dalam buku Budiman Ginting, salah satu kasus mengenai pengawasan dan ketidakpastian hukum terhadap investor asing dalam kegiatan penanaman modal di Sumatera Utara yakni kasus ;

PT. Socfin Indonesia ( Socfindo ) melawan para Petani dengan Perkara No.

  

82/G/2009/PTUN-Mdn tanggal 28 agustus 2009. PT. Socfin Indonesia adalah

pemegang alas hak atas tanah seluas 390 hektar yang merupakan bahagian

dari tanh seluas 2.364,91 hektar yang terletak di Aek Loba Timur berdasarkan

sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 2 tertanggal 28 Januari 1998 yang

dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Asahan dengan

tenggang waktu 25 tahun yang akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2023.

Namun pada tahun 2009 beberapa petani setempat melayangkan gugatan Tata

Usaha Negara (TUN) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan

dengan dalil mengakui bahwa tanah tersebut merupakan tanah peninggalan

orang tua dari petani-petani tersebut berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Sumatera Utara No. SK.42/HM/LR/1972 luas 48,659 (empat puluh delapan

koma enam ratus lima puluh sembilan) hektar, SK No. 118/HM/LR/1971 tanggal 15 November 1971 luas 131,8027 (seratus tiga puluh satu koma

delapan ribu dua puluh tujuh) hektar, SK No. 78/HM/LR/1971 tanggal 21

Agustus 1971 luas 47,2505 (empat puluh tujuh ribu koma dua ribu lima ratus

lima) hektar, SK No. 10/HM/LR/1972 tanggal 4 Februari 1972 luas 87,9368

(delapan puluh tujuh koma sembilan ribu tiga ratus enam puluh delapan)

Hektar. Atas kasus tersebut maka Majelis Hakim PTUN Medan memutuskan

mengabulkan gugatan para Penggugat yakni para petani dengan menyatakan

sertifikat HGU No. 2 Tahun 1998 dinyatakan batal dan dicabut yang kemudian

39/BDG/2010/PT.TUN-Mdn tanggal 19 Januari 2010 dan Putusan Mahkamah Agung RI dengan perkara No. 382 K/TUN/2010 tanggal 8 juli 2010.

  Berdasarkan kasus diatas, ternyata hambatan yang utama dalam melakukan penanaman modal adalah kurang terselenggaranya fungsi pengawasan dibidang investasi. Selain pengawasan hambatan yang disebutkan dari kasus diatas adalah kurangnya koordinasi, penciptaan birokrasi yang kurang efesien, kurangnya kepastian hukum dibidang penanaman modal, serta iklim usaha yang belum kondusif.Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila Kota Medan khususnya Badan Penanaman Modal Kota Medan harus benar – benar mengimplementasikan tugas dan fungsinya BPM.

  Pengawasan yang dimaksud adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal. Maka pemerintah Kota Medan harus dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Kota Mean dengan diperlukan sejumlah faktor - faktor yang dapat menarik minat investor

  Dengan perbaikan berbagai faktor tersebut, investor akan mempertimbangkan kemana modalnya akan diinvestasikan dengan beberapa pertimbangan bahwa calon host country hendaknya dapat memberikan jaminan atas kepastian perlindungan hukum serta meningkatkan pengawasan yang lebih konsisten.

  Kurangnya pengawasan Badan Penanaman Kota Medan tersebut membuat sebagian tugas BPM lingkup pembinaan dan pengawasan penanaman modal dalam negeri dan modal asing akan terbengkalai jika tidak benar – benar di perhatikan.

  Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti atau mengangkat masalah tersebut didalam pembuatan skripsi ini, yaitu dengan judul

  

Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010

Dalam Pengawasan Penanaman Modal di Kota Medan “ .

1.2 Fokus Masalah

  Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Pada dasarnya perumusan masalah menurut Lincoln dan Guba dalam ( Lexy J. Maleong, 2002 ) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai seorang peneliti, evaluator, atau sebagai peneliti kebijakan.

  Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan dan jelas berbeda dengan tujuan. Menurut Guba masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.

  Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada diarea atau lapangan penelitian.

  Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini dibuat untuk mendeskripsikan tentang “ Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Dalam Pengawasan Penanaman Modal di Kota Medan. Maka dari itu peneliti menggunakan variabel independent ( variabel bebas ), yaitu suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Variabel ini dipilih dan sengaja dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat diamati dan di ukur sehingga diharapkan mampu untuk menjelaskan kinerja pelaksanaan kebijakan tersebut.

  Dalam penelitian ini variabel - variabel yang ada bukan untuk diuji hubungannya, karena variabel dalam penelitian kualitatif merupakan sesuatu yang holistik ( tidak terpisah – pisah ), variabel saling terikat dan berinteraksi dalam fakta – fakta sosial.

  Variabel yang mempengaruhi proses pelaksanaan ( implementasi ) dari penelitian ini juga akan di pilih oleh peneliti, yaitu variabel – variabel yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian proses pelaksanaan peraturan walikota nomor 54 tentang tugas pokok dan fungsi BPM Kota Medan dalam pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan.

  Disamping batasan variabel tersebut, peneliti juga membuat batasan unit analisis atau objek penelitian hanya pada beberapa perangkat daerah Kota Medan sendiri, yaitu Badan Penanaman Modal Kota Medan , dan Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Medan, sehingga unit analisis tidak terlalu luas dan peneliti mampu untuk menyelesaikan penelitian ini.

1.3 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah merupakan salah satu tahap diantara sejumlah tahap penelitian. Tanpa rumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia – sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa – apa.

  Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu

  research problem,

  fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagi fenomena yang saling terkait diantara fenomena yang satu dengan yang lainnya baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

  Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah didalam kegiatan penelitian, maka peneliti memilih masalah yang perlu dipecahkan dalam penelitian ini yaitu : “ Bagaimana Proses Pelaksanaan Fungsi Pengawasan

  

Badan Penanaman Modal di Kota Medan dalam Bidang Investasi di Kota

Medan “

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian.

  Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah. Jika memperhatikan tujuan penelitian, maka sesungguhnya isinya sama dengan jawaban yang dikehendaki dari rumusan masalah. Apabila rumusan masalah dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, maka tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan. Yang berbeda hanyalah rumusan kalimatnya saja.

  Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui peran (kinerja) BPM Kota Medan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan yang berhubungan dengan investasi dalam negeri maupun investasi asing.

  2. Untuk mengetahui program – program apa saja yang telah diterapkan oleh BPM Kota Medan terhadap penanam modal.

  3. Untuk mendeskripsikan tentang bagaimana proses pelaksanaan dari kebijakan tersebut dalam pengawasan penanaman modal didaerah kota Medan melalui Badan Penanaman Modal kota Medan.

  4. Untuk mengetahui keberhasilan serta hambatan apa yang telah dicapai dari kebijakan tersebut.

B. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1.

  Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan ilmiah, referensi bacaan dan tambahan informasi bagi para pembaca mengenai proses pelaksanaan dari kebijakan peraturan walikota Medan dalam pengawasan penanaman modal, melalui Badan Penanaman Modal Kota Medan.

  2. Secara Praktis, dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah, lembaga teknis kota Medan (Badan Penanaman Modal) dan investor dalam rangka peningkatan upaya pencapaian program Badan Penanaman Modal tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

  Bab ini terdiri latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN PURTAKA Bab ini terdiri dari kerangka teori, temuan hasil penelitian

  terdahulu, defenisi konsep dan defenisi operasional yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini

  BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang bentuk penelitian, lokasi

  penelitian secara umum terutama yang berkenaan atau terkait dengan topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisi data.

  BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menyajikan gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian. BAB V : PENYAJIAN HASIL PENELITIAN Bab ini memuat gagasan peneliti dan data-data yang diperoleh pada saat penelitian dilapangan. BAB VI : ANALISIS DATA Bab ini berisikan dokumen yang akan dianalisis dan

Dokumen yang terkait

1 BAB I PENDAHULUAN - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 6

Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 12

BAB II - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

0 0 16

Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Karet 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

0 0 11

Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

0 3 12

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Dan Kulit Buah Pisang yang Difermentasi Berbagai Bioaktivator Terhadap Performans Kambing Kacang Jantan Lepas Sapih

0 1 16

2.1 Kerangka Teori - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 62