BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

  terbesar di dunia yang memiliki belasan ribu pulau besar dan kecil yang berada diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Wilayah laut Indonesia merupakan penghubung antar negara-negara di berbagai benua di dunia, penghubung antara benua Eropa dengan Asia sebelah Timur, penghubung benua Afrika sebelah barat dan Asia sebelah timur, penghubung antara Asia Barat dan Asia Timur, penghubung antara benua Australia dengan Asia Tenggara dan lain sebagainya. Indonesia juga memiliki banyak selat diantara pulau-pulau besarnya yang mana selat-selat tersebut menjadi jalur pelayaran strategis yang menghubungkan antar negara bahkan benua yang berbeda

  Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang dilayari lebih 50 ribu kapal yang mengangkut hampir seperlima komoditas

  

  di dunia. Selat Malaka terletak diantara tiga wilayah negara yakni Pulau Sumatera di Indonesia, Semenanjung Malaya di Malaysia dan Wilayah Negara Singapura. Oleh karena itu Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi strategis. Wilayah laut yang strategis tersebut berdampak pada terbentuknya bandar-bandar pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai kapal baik kapal niaga maupun kapal penumpang yang berasal dari luar negeri semenjak zaman dahulu hingga sekarang. 1 Claudya Tio Elleossa. Selat Malaka Di mata Malaysia, Singapura,dan Indonesia.

  http://buahpikir-claudya-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-42235-part%20of%20Asia-

Selat%20Malaka%20maka%20Malaysia,%20Singapura,%20dan%20Indonesia.html. Diakses pada

  Selain letak geografis Indonesia yang luas dan amat strategis, Indonesia juga merupakan negara berpenduduk salah satu yang terbesar di dunia sehingga menjadikan Indonesia negara yang utama dalam tujuan perdagangan oleh bangsa- bangsa lain di dunia, penduduk yang besar juga merupakan potensi bangsa Indonesia mengoptimalkan produktivitas untuk menciptakan produk-produk dalam negeri demi memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk dipasarkan ke luar negeri dalam perdagangan dengan bangsa lain di dunia.

  Pada dewasa ini, tidak ada lagi negara di dunia yang dapat melaksakan politik autarki atau politik menutup diri, sehingga atas pertimbangan ekonomis dan faktor perkembangan teknologi di bidang produksi, transportasi, komunikasi dan informasi, setiap negara dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi nasionalnya perlu melakukan perdagangan luar negeri yang terdiri atas ekspor dan

   impor.

  Adanya perdagangan antar bangsa-bangsa di dunia merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini telah terjadi sejak dahulu kala di berbagai belahan dunia. Suatu negara yang kelebihan bahan pangan menjualnya ke negara yang membutuhkan. Ada pula negara yang kekurangan bahan pakaian

   membelinya dari negara yang mampu memproduksi secara massal.

  Secara ringkas terdapat beberapa alasan terjadinya perdagangan internasional yakni; keterbatasan sumber daya, adanya pergeseran selera dari masyarakat pada negara tertentu, adanya kemajuan teknologi serta perbedaan keunggulan antara negara satu dengan lainnya.

  Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, namun di sisi yang lain sumber daya yang lain sumber daya yang digunakan untuk memenuhi hal tersebut cenderung terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada satupun negara di dunia ini yang mampu

   mencukupi kebutuhan negaranya tanpa bertransaksi dengan negara yang lain.

  2 3 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan, Sinar Graika, Jakarta, 2012, hal.3 Tim Penyusunan Modul Pusdiklat Bea dan Cukai., Agung Bidlaksono. Modul Perdagangan Internasional, Pelayaran dan Kepelabuhanan , Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea Dan Cukai, Jakarta, 2014, hal. 3.

  Pada hakikatnya setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi sumber daya alam, iklim, geografi, struktur ekonomi dan struktur sosial.

  Perbedaan itu menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya produksi suatu barang yang diperlukan dan kualitas serta kuantitas barang tersebut. Dengan itu untuk pemenuhan barang dan jasanya terbentuklah perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri.

  Perjanjian jual beli yang dimuat dalam sales contract merupakan salah satu bentuk perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata, maka perjanjian jual beli tunduk pada hukum perjanjian pada umumnya yang diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata tentang batasan perjanjian yang menyatakan “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

  Ketentuan mutlak yang harus ditaati dalam suatu perjanjian terdapat dalam

  Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian yaitu : 1. Adanya kesepakatan diantara mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. Terdapat suatu objek atau hal tertentu; dan 4. Hal tersebut berdasarkan suatu sebab yang halal Menurut Sadono Sukirno, manfaat Perdagangan Internasional adalah sebagai berikut:

  1. Menjalin persahabatan antar negara; 2.

  Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri; 3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi; 4. Memperluas pasar dan menambah keuntungan; dan 5. Transfer teknologi modern.

  

  5 Hamdy Hadi, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional,

  Perdagangan Internasional semata-mata tak hanya bermanfaat dalam ekonomi. Namun memiliki fungsi sosial, misalnya saat harga bahan pangan dunia tinggi dan mengalami kelangkaan di berbagai negara di Dunia maka negara- negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Selain memperoleh keuntungan, ekspor disini juga berfungsi sosial. Indonesia pernah menyumbangkan beras pada negara-negara Afrika yang mengalami krisis pangan karena kondisi kekeringan negara-negara tersebut.

  Tersedianya bahan baku tertentu di suatu tempat, sedangkan di tempat lain tidak tersedia memungkinkan mereka mempunyai suatu “keunggulan alami” yang tidak dimiliki oleh negara lain, sedangkan bahan tersebut dibutuhkan oleh seluruh kehidupan ekonomi. Oleh karena selalu dibandingkan dengan negara lain, maka

   keunggulan ini dinamakan dengan “keunggulan komparatif”.

  Keunggulan komparatif (comperative advantage) adalah keunggulan yang dimiliki suatu negara bila dapat memproduksi suatu komoditas lebih murah dan lebih baik yang disebabkan kombinasi faktor produksi yang ideal sehingga produktivitasnya lebih tinggi. Komoditas yang memiliki keunggulan komperatif

   akan lebih laku dan dibutuhkan di pasaran Internasional.

  Contohnya ialah keunggulan negara Indonesia dibidang perikanan dibanding negara Singapura karena kondisi alam wilayah Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki luas geografi wilayah laut yang amat besar dibanding wilayah Singapura yang sangat mini dengan memiliki wilayah laut dan jumlah nelayan yang sangatsedikit pula menyebabkan sebagian besar produk ikan dan makanan laut (Seafood Product) baik produk segar maupun produk olahan yang di pasarkan di negara Singapura di impor dari Indonesia.

  Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia sangat banyak diantaranya ialah; Tembakau Deli yang tumbuh di wilayah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara yakni Langkat, Binjai, Deli Serdang, Medan, Serdang Bedagai 6 Marolop Tandjung, Aspek dan Prosedur Ekspor Impor, Salemba Empat, Jakarta, 2011, hal.2. 7 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis : Transaksi Bisnis Internasional,

  dan Tebing Tinggi. Tembakau Deli sangat mahsyur namanya sebagai pembukus

   cerutu yang dipasarkan di Benua Eropa bahkan di Alaska, Amerika Serikat.

  Selain Tembakau Deli, Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komuditas getah perca yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bola golf dan juga unggul dalam komuditas Teh yang banyak tumbuh di Simalungun, Propinsi Sumatera Utara dan di Pengalengan, Jawa Barat, teh produksi Pengalengan, Jawa Barat ini bila diekspor untuk kebutuhan Istana di Inggris akan

   dilengkapi dengan logo khusus.

  Kebijakan perdagangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dilakukan dengan memperhatikan gejala dan perkembangan yang terjadi di negara lain yang sejak pertengahan tahun 1980-an telah melakukan proses pembangunan yang menguntungkan dan ekspor sebagai penggeraknya. Dalam hal ini keberhasilan perdagangan luar negeri semakin menentukan proses

   pembangunan nasional.

  Majunya sistem perdagangan dunia pada dewasa ini membuat semua kegiatan harus dilakukan secara cepat dan tepat demi terwujudnya kesejahteraan yang merata diseluruh Indonesia. Pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki kekuasaan serta peranan penting demi kelancaran arus lalulintas perdagangan internasional baik ekspor maupun impor di pintu-pintu masuk negara baik di pelabuhan internasional, bandar udara internasional maupun di pintu perbatasan dengan negara lain.

  Perdagangan internasional melalui impor dan ekspor semakin lama menjadi semakin pesat perkembangannya seiring dengan bertambahnya penduduk dunia dan semakin bermacam ragamnya kebutuhan manusia. Meski demikian, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang memberikan akses yang sebebas- bebasnya untuk pemasukan barang dari negara lain, bahkan di negara-negara yang

   sudah menganut sistem pasar bebas sekalipun.

  Bahkan hambatan ini disetujui di dalam ketentuan hukum internasional, misalnya organisasi badan dunia World Trade Organization atau yang disingkat dengan WTO memberikan hak kepada suatu negara untuk melakukan hambatan tarif terhadap barang impor yang mengandung dumping atau subsidi. Tugas untuk melaksanakan hambatan terhadap pemasukan barang impor dari negara lain selalu

   dibebankan pada instansi pabean di masing-masing negara.

  8 9 Marlop Tandjung, Op.Cit., hal.2. 10 Ibid.

  Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal.11. 11 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan, Jakarta, Sinar Grafika, 2012.hal. prakata V. Hambatan tersebut tidak dimaksudkan untuk mempersulit mekanisme barang masuk atau keluar dari suatu negara, yang dimaksudkan adalah dengan adanya hambatan tersebut maka tidak semua barang yang datang dari luar negeri ataupun yang datang dari dalam negeri dapat keluar masuk dan beredar dengan bebas begitu saja.

  Customs atau istilah untuk instansi Bea dan Cukai dalam Internasional

  merupakan Instansi Kepabeanan di mana pun di dunia ini adalah suatu organisasi yang keberadaannya amat penting bagi suatu negara, demikian pula instansi tersebut juga mempunyai peranan yang amat besar dalam proses perdagangan internasional, antara lain: pelayanan proses kepabeanan serta pengawasan kegiatan ekspor dan impor di Pelabuhan Laut, pengawasan dan pelayanan di Pintu Penyeberangan pada Perbatasan Negara dan Bandar Udara Internasional yang terdapat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Di Indonesia, kelancaran arus lalu lintas barang ekspor dan impor sangat diperlukan oleh pelaku usaha demi menjaga pasokan barang di dalam negeri serta demi mengoptimalkan peredaran komoditas produk ekspor Indonesia di mancanegara demi eksistensi bangsa dan negara.Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan impor barang disemua lini pintu gerbang negara Indonesia.

  Perhatian pemerintah atas kelancaran arus ekspor dan impor diwujudkan oleh pemberian fasilitas-fasilitas kemudahan prosedur kepabeanan dan cukai oleh pemerintah dalam hal ini menyangkut kewenangan pengawasan dan pelayanan daripada instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai instansi vertikal dibawah naungan Kementerian Keuangan serta Kementerian dan instansi pemerintah lainnya yang berkaitan dengan regulasi ekspor dan impor.

  Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk melindungi produk- produk dalam negeri dan sebagai alat pengawasan agar tidak semua barang dapat

   keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah pabean.

  Kegiatan memasukan maupun mengeluarkan barang dari dan ke dalam wilayah Indonesia yang paling banyak volumenya dilakukan di Pelabuhan, dibandingkan kegiatan ekspor impor pada Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Negara.

  Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang ke dan dari wilayah suatu negara. Pelabuhan memfasilitasi perdagangan internasional sehingga dengan terciptanya kelancaran arus barang dapat mendukung industri dalam negeri. Pelabuhan merupakan titik masuk barang dari luar negeri dan tidak boleh menjadi hambatan perdagangan karena akan berakibat stagnasi arus barang impor/ekspor. Hambatan tersebut apabila tidak dapat ditanggulangi dengan segera

   dapat mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi akibat kelangkaan barang.

  Keluar masuknya barang melalui suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan dokumen yang sah melalui prosedur ataupun mekanisme Hukum Kepabeanan dan Cukai yang berlaku. Bea Cukai sebagai instansi pemerintah yang bertugas dan berwenang serta bertanggungjawab dibidang pengawasan dan pelayanan ekspor dan impor di wilayah Republik Indonesia haruslah melakukan kerjasama dengan instansi lain yang memangku kepentingan di pelabuhan untuk bersinergi mewujudkan kelancaran arus lalu lintas barang dengan maksud untuk mencegah penumpukan barang di pelabuhan demi kepentingan masyarakat dengan tak 13 14 Ibid.

  http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc/images/stories/file/2011/artikel/Prospek%20KPP T%20dalam%20memperlancar%20Arus%20Barang%20Impor_Ekspor.pdf. Diakases Pada 12 mengendurkan pengawasan untuk mencegah penyelundupan barang dan tindakan lain yang dapat merugikan negara.

  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) diberi tugas melalui Undang- undang serta peraturan pelaksananya untuk melakukan pengawasan terhadap barang-barang larangan dan/atau pembatasan impor dan ekspor. Kegiatan Impor atau Ekspor dipungut bea sebagai salah satu kewajiban pajak yang menjadi sumber penerimaan negara karena DJBC sebagai institusi negara dibawah Kementerian Keuangan yang bertugas menjaga keuangan negara.

  Peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sebagai aparatur negara yang berada di gerbang pintu masuk negara dan juga sebagai instansi penegak hukum pabean dirumuskan dalam Fungsi Implementasi DJBC yaitu:

  

Revenue Collector, Trade Facilitator, Industrial Assistance, dan Community

Protector.

  Trade Facilitator adalah memberi fasilitas perdagangan antara lain

  peningkatan kelancaran arus barang dan perdagangan, sehingga dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan menciptakan iklim perdagangan yang kondusif. Industrial Assintance adalah memberi dukungan kepada industri dalam negeri sehingga memiliki keunggulan kompetitif dalam pasar internasional. Revenue Collector adalah mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai. Community Protector adalah melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang yang dilarang atau dibatasi

   yang dapat menggangu kesehatan dan keamanan serta moralitas.

  Produk perundang-undangan dibidang kepabeanan yang lahir disetelah kemerdekaan adalah Undang-undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan yang mulai diberlakukan secara penuh pada tanggal 1 Maret 1997. Karena adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat maka sebelas tahun kemudian Undang-

  15 http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/HKK6004/document/Gambaran_umum_kepabea undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

  Penerapan pelayanan kepabeanan yang didukung Teknologi Informasi menunjukkan kesungguhan DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan. Dengan penerapan pemberitahuan pabean melalui media elektronik, DJBC dapat memberikan pelayanan tanpa kertas (paperless), tanpa antrian (queless), dan tanpa biaya tinggi (costless), sehingga kualitas pelayanan dapat dipercepat dan ditingkatkan. Disamping itu penerapan pemberitahuan melalui media elektronik dapat sangat membantu tersedianya data dan informasi secara baik dan tepat waktu baik untuk kebutuhan keputusan operasional di kantor-kantor pelayanan Bea dan Cukai bersangkutan maupun untuk kebutuhan kebijaksanaan teknis di tingkat Direktorat Jenderal ataupun untuk kebutuhan kebijaksanaan makro di tingkat Menteri bahkan untuk kebutuhan

   kebijaksanaan Nasional.

  Kelancaran arus barang dan pengamanan penerimaan negara, sebagaimana yang dituntut oleh para penanam modal, bahwa kelancaran arus administrasi dan

   barang merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam dunia industri.

  Oleh sebab itu dalam kegiatan perdagangan ini, pihak Bea dan Cukai sebagai pengawas yang bertugas dalam mengawasi keluar-masuknya arus barang, serta sebagai lembaga yang mengamankan penerimaan negara demi lancarnya arus administrasi dan barang sudah barang tentu berperan penting dalam pengangkutan barang khusus nya di pelabuhan.

  Dari gambaran di atas, nampak bahwa salah satu pos penerimaan dalam negeri yang berasal dari perpajakan khususnya pajak perdagangan internasional yaitu bea masuk yang pelaksanaan pengumpulannya ditugaskan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yaitu berupa penerimaan yang berasal dari pembayaran bea masuk oleh para importir sehubungan dengan kegiatan memasukkan barang- barang ke dalam daerah pabean. 16

  http://www.bpbatam.go.id/ini/strategicBusiness/airport_office.jsp. Diakses pada 17 Februari 2015. Salah satu faktor yang ikut menentukan penerimaan bea masuk di Indonesia adalah pengenaan pajak terhadap produk-produk impor. Peranan pajak terhadap perekonomian sangat penting karena berdasarkan pasal 1 Undang– Undang Nomor 28 Tahun 2007 bahwa Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

  Salah satu potensi pajak yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah pajak yang dibebankan kepada barang–barang impor yang masuk ke Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) selain Pengenaan Tarif Bea Masuk atas barang impor tersebut. Pajak dan Bea Masuk selain untuk mengoptimalkan pendapatan negara juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri dan mendorong investasi.

  Kepabeanan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Ada tiga hal yang mendasari tugas dan peran kepabeanan yakni yang pertama, kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat. Kedua, adanya dasar hukum yang kuat untuk melaksanakan otoritas dan dalam mengambil tindakan yang diperlukan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini. Ketiga, mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan

   internasional.

  Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar Bea Cukai sebagai aparat pemerintah memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha yang mana memiliki fungsi fasilitator perdagangan yang dapat membuat suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan

   pengawasan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.

  Penulis sebagai seorang mahasiswa hukum perdata dagang tertarik untuk membahas aspek-aspek hukum kepabeanan sebagai salah satu ketentuan hukum 18

  http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/HKK6004/document/Gambaran_umum_kepabea nan_dan_cukai. hlm.1. Diakses pada 2 Februari 2015. 19 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang

  yang mengaturmekanisme perdagangan ekspor dan impor di Indonesia serta meninjau peranan instansi Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai instansi pemerintah yang memiliki peranan terhadap lancarnya arus barang ekspor dan impor di pelabuhan Belawan, mengingat kelancaran tersebut sangat dituntut oleh para penanam modal dan pelaku usaha.

  Kelancaran arus administrasi barang merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam dunia industri dan perdagangan untuk menunjang persaingan ekonomi bangsa Indonesia dengan internasional terutama dalam menghadapi persaingan ekonomi global dewasa ini. Peranan institusi Kepabeanan dan Cukai Indonesia dalam menangani arus barang sangat vital keberadaannya terutama untuk menghadapi beberapa dampak dari konsekuensi perdagangan bebas di masa depan, demikian berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis mengangkat judul: “TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM KELANCARAN LALU LINTAS BARANG EKSPOR DAN IMPOR (Studi Pada Kantor Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)”.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, ada beberapa rumusan masalah dapat dijadikan pembahasan pada penulisan skripsi ini adalah: 1.

  Apa sajakah Fasilitas Kemudahan Proses Kepabeanan untuk Mengoptimalkan Kelancaran Arus lalu lintas barang Ekspor dan impor?

  2. Bagaimanakah Pengawasan dan Koordinasi Bea Cukai Dengan Instansi Pemerintah lainnya yang terkait untuk menunjang kelancaran lalu lintas barang Ekspor Impor di Pelabuhan Belawan?

  3. Apakah yang menjadi Kendala atau Hambatan yang dihadapi Bea Cukai Dalam Pengawasan dan Pelayanan yang terkait dengan kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Impor di Pelabuhan Belawan?

C. Tujuan Penulisan

  Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis skripsi ini antara lain sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui apa saja fasilitas kemudahan yang diberikan pemerintah dalam hal ini Direkorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mengoptimalkan kelancaran arus lalu lintas barang ekspor dan impor 2. Untuk mengetahui instansi apa saja yang ada di pelabuhan dan bagaimana koordinasi antara Bea Cukai dengan instansi pemerintah yang lainnya yang terkait langsung dengan ekspor dan impor barang.

3. Untuk mengetahui koordinasi antara instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukaidengan instansi lainnya yang ada di Pelabuhan Belawan.

D. Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat yang hendak diberikan dari skripsi ini : 1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dalam bentuk penelitian hukum dan menambah wawasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan Aspek-aspek Hukum Pabean yakni: Tinjauan UmumKepabeanan, Mekanisme Kepabeanan serta Peranan Instansi

  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam mewujudkan dan mengoptimalkan kelancaran ekspor dan impor di Pelabuhan Belawan.

2. Bagi Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Direktorat

  Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dibawah Kementerian Keuangan untuk menjadi masukan dan sumbangan pemikiran penulis sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi instansi Bea dan Cukai tersebut dalam menjalankan peraturan dan segala kebijakan yang lebih baik dalampengawasan dan pelayanan di bidang kepabeanan.

  3. Bagi peneliti lain, untuk menjadi sumber informasi dan referensi pengetahuan di bidang Ilmu Hukum yang dapat kiranya bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan dan juga dapat dijadikan sebagai refrensi bagi masyarakat luas pada perpustakaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang mudah terpegang, ditangan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan.

   Pada dasarnya sesuatu yang dicari itu tidak lain adalah

  pengetahuan atau lebih tepatnya pengetahuan yang benar, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.

  Untuk mendapatkan karya ilmiah yang baik, maka karya ilmiah tersebut harus didukung dengan bukti, fakta dan data yang akurat.

  Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatifdan yuridis empiris. Berdasarkan objek penelitian yang merupakan hukum positif, yaitu mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang pengaturan kelancaran arus barang dalam hal ini proses izin ekspor-impor di Pelabuhan Belawan sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut:

2. Teknik Pengumpulan Data

  Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan melakukan bacaan-bacaan teoritis ilmiah yang digunakan sebagai bahan analisis terhadap masalah yang dibahas. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku referensi, diskusi, majalah, internet dan dokumen-dokumen peraturan perundang- undangan.

  Penelitian Lapangan, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara melakukan penelitian langsung kelapangan untuk memperoleh data yang konkrit dan faktual yang digunakan untuk mendukung teori yang ada, untuk itu penulis melakukan wawancara dengan Pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya Pabean Belawan.

3. Sumber Data a.

  Data Primer yaitu data yang didapatkan dari penelitian lapangan.

  b.

  Data Sekunder :

  1.1 Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum berupa Undang- undang Kepabeanan (Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 atas perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995) serta perturan pelaksananya, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

  1.2 Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum berupa hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah, dan situs internet yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.

1.3 Bahan Hukum Tertier,

  Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan skunder. Untuk seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

4. Analisis Data

  Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum tentang pengaturan Kepabeanan yang berkaitan dengaan peranan DJBC terhadap kelancaran arus lalu-lintas barang ekspor-impor di Pelabuhan Belawan, maka jenis penelitian ini tergolong pada penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma- norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.

  Ronald Dworkin menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun

   hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.

  Kemudian penulis melakukan analisis data yang mana data yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan sumber-sumber hukum yang ada dan kemudian menarik kesimpulan dari bahan tersebut.

  Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang tak hanya mengolah data sekunder saja. Juga ditambah dengan melakukan Field

  Research atau penelitian di lapangan untuk mendukung informasi untuk

  mendukung teori yang ada. Penelitian Lapangan, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara yang konkrit dan aktual, untuk itu penulis melakukan wawancara dengan Pejabat terkait di lingkungan Direktorat 21 Bea dan Cukai.

  Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, disampaikan pada dialog Interaktif Tentang penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada

  F. Keaslian Penulisan

  Karya tulis dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM KELANCARAN LALU LINTAS BARANG EKSPOR DAN IMPOR ( STUDI PADA KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI MADYA PABEAN BELAWAN ) ” adalah asli buah pikir serta usaha dari penulis tanpa adanya penjiplakan ataupun penipuan yang dapat merugikan pihak tertentu. Untuk itu saya bertanggung jawab atas penulisan skripsi ini.

  Karya skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan hukum kepabeanan. Ide atau gagasan penulis diwujudkan kedalam skripsi yang merupakan karya ilmiah untuk meraih gelar Sarjana Hukum.

  Penulis telah melakukan penelusuran di Perpustakaan Unversitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mendapatkan kepastian dari petugas perpustakaan bahwa tidak ada judul dan isi yang sama dengan skripsi lainnya.

  G. Sistematika Penulisan

  Secara sistematis penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab, dan tiap babnya terbagi menjadi beberapa sub bab, antara lain sebagai berikut :

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode peneliatian, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.

  BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEPABEANAN DAN CUKAI Bab ini menguraikan tentang pengertian hukum pabean dan tujuan hukum pabean, kelembagaan Bea Cukai, hukum pabean sebagai bagian dari hukum fiskal serta aturan dan aspek hukum yang terkait dengan hukum pabean.

  BAB III: MEKANISME KEPABEANAN DALAM KELANCARAN LALU LINTAS BARANG EKSPOR DAN IMPOR SERTA PERANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Bab ini menguraikan tentang pengertian ekspor dan impor dan bagaimana mekanisme ekspor-impor, tanggung jawab direktorat jenderal bea cukai, faktor kelancaran dan penghambat lalu lintas barang ekspor dan impor.

  BAB IV: TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM KELANCARAN LALU LINTAS BARANG EKSPOR-IMPOR (STUDI PADA KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN BELAWAN) Bab ini menguraikan tentang fasilitas kemudahan mekanisme ekspor impor yang diberikan Direktorat

  Jenderal Bea dan Cukai untuk mengoptimalkan kelancaran arus barang di pelabuhan, pengawasan dan koordinasi lembaga untuk menunjang kelancaran lalu lintas ekspor impor barang di Pelabuhan Belawan, yang membahas mengenai koordinasi antara Bea Cukai dengan lembaga atau instansi pemerintahan yang lain yang terkait di Pelabuhan Belawan serta berbagai kendala atau hambatan yang dihadapi Bea dan Cukai dalam pengawasan dan pelayanan terkait dengan kelancaran lalu lintas barang ekspor dan impor.

  BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir menguraikan tentang kesimpulan dan juga saran atas penulisan skripsi sebagai intisari penulisan yang penulis berharap bermanfaat tidak hanya bagi penulis seorang namun bermanfaat pula bagi kemaslahatan masyarakat.

Dokumen yang terkait

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Perusahaan - Hubungan Program Kompensasi Dengan Kinerja Karyawan Pt. Asam Jawa Medan

0 0 15

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Gambaran Umum PT.Pertamina (Persero) MOR I Sumbagut - Peranan Penempatan Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Pt.Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Sumbagut

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial - Disharmonis Penghuni Pada Rumah Susun Sederhana Sewa (RuSuNaWa) Di Kota Tebing Tinggi

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Disharmonis Penghuni Pada Rumah Susun Sederhana Sewa (RuSuNaWa) Di Kota Tebing Tinggi

0 1 8

Disharmonis Penghuni Pada Rumah Susun Sederhana Sewa (RuSuNaWa) Di Kota Tebing Tinggi

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Stereotip antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang di Gampong Keude Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - Stereotip antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang di Gampong Keude Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen

0 0 7

II. Pemutaran Film KB - Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

0 1 70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film - Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

0 6 36

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPABEANAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabea

0 1 42