BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

2.1.1 Pengertian Respon

  Respon adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku .Dengan kata lain respon merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsangan yang dikondisikan.

  Menurut Louis Thursone (dalam Azwar, 2007:25) respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengungkapan sikap dapat diketahui melalui:

  1. Pengaruh atau penolakan

  2. Penilaian

  3. Suka atau tidak suka

  4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu,seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi,mendekati dan mengharapkan suatu objek,seseorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi,afeksi,dan psikomotorik. Sebaliknya, seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau justru menghindar dan membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu:

  a. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

  b. Variabel fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.(Cruthefield, dalam Rahmat, 2004:51-59).

  Secara umum dapat dikatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

  a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang ada yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

  b. Sasaran respon tersebut,berupa orang,benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

  c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapat perhatian.

  Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang. Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan akat penerima informasi (sensorik information).

  Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai suatu gejala yang dialami manusia. Berdasarkan uraian diatas, William James mengatakan persepsi terbentuk atas dasar kata yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita sebagian yang lainnya. Diperolehnya dari pengelolaan ingatan

  (memory) kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki (Adi,1994:179).

  dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar.

  Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah ilusi.Ilusi muncul akibat keterbatasan indra kita,dan ilusi bukanlah suatu tipuan ataupun persepsi yang salah. Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi

  . Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam

  (attention)

  kaitan dengan pengalaman. Oleh Karena itu atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi.

  Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal.

  Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:

  1. Motif dan kebutuhan

  2. Preparatory set,yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensorik tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

  3. Minat (interest).

  Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:

  1. Intensitas dan ukuran

  2. Kontras dengan hal-hal yang baru

  3. Pengulangan 4. Pergerakan.(Adi.1994:107).

  Sedangkan atensi itu banyak mendasari diri pada proses yang disebut channel kita mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita.

  Mengenai sikap Thursone (Dalam Azwar,2007) mengatakan sikap adalah derajat efek positif dan negatif yang dikaitkan dengan objek psikologis, Objek psikologis yang dimaksud adalah lambang-lambang, kalimat, semboyan, intuisi, pekerjaan, atau profesi, dan ide yang dapat dibedakan dalam perasaan positif atau negatif. Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap yang merupakan emosi yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain,benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif atau negatif.

  Rokeach (Dalam Wagito, 2003) memberikan pengertian tentang sikap yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespon, untuk berprilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berprilaku. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu. Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk batiniah seperti aktualisasi diri,dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil- hasil dan usaha-usaha pembangunan.

  Selain persepsi dan sikap,partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan mutlak di diperlukan dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta dalam Program Bina Keluarga Remaja. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta atau ikut serta dalam program secara menyeluruh.

  Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja memerlukan kesadaran, minat, dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah strategi penyadaran. Partisipasi saja tidak cukup sebagai strategi dalam program pengembangan tumbuh kembang anak dan remaja,tetapi juga hasil yang diharapkan dari program tersebut keluarga dan remaja dapat memperoleh keuntungan-keuntungan antara lain: a. Mampu merangsang timbulnya minat siswa untuk bergabung ke dalam program dan kegiatan-kegiatan yang berbau anak dan remaja.

  b. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan siswa.

  c. Pelaksanaan program semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan siswa/i

  d. Jangkauan program menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang terbatas

  e. Siswa-siswi menjadi semakin tertarik dengan proram tersebut Partisipasi sering juga disebut peran serta atau ikut serta yang diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan siswa-siswi secara aktif dalam seluruh tahapan program,sejak persiapan,perencanaan,pelaksanaan,pemeliharaan,evaluasi hingga pengembangan dan perluasannya.

  Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program memerlukan kesadaran siswa akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program di Sekolah praktis,tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa diperlukan dalam mengukur respon.

2.2 Siswa

2.1.2 Pengertian Siswa

  Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: Pendekatan Sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

  Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa digambarkan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya.

  Peserta didik yang pada umumnya merupakan individu yang memiliki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat dimanapun ia berada. Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik diakses pada tanggal 18-09-2014 pukul

  14.50 WIB) Ada beberapa pengertian siswa :

  a. Menurut Nandang Zulfikar,siswa adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan disekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.

  b. Menurut Prof Dr Shafique Ali Khan, siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. c. Menurut Abu Achmadi,siswa adalah individu yang belum bias dikatakan dewasa. Ia memerlukan,usaha,serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat kedewasaanya yang mempunyai potensi dasar yang ada dalam dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.

  Ada beberapa pendekatan terhadap siswa diantaranya: a. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

  b.

  Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.

  Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

  c.

  Pendekatan edukatif/pedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh.

2.3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(dahulu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)disingkat BKKBN, adalah Lembaga pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas

  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pernah sukses dengan slogan dua anak cukup,laki-laki perempuan sama saja.. Namun, untuk menghormati hak asasi manusia, kini BKKBN memiliki slogan dua anak lebih baik

  Tugas dan Fungsi

  2.3.1 Tugas

  Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

  2.3.2 Fungsi

  Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

  Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSOM dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

  Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

2.3.3 Kewenangan a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.

  b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro kematian ibu,bayi,dan anak.

  d. Penetapan system informasi dibidangnya.

  e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: f. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibidnag Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

  g. Perumusan pedoman pengembangan kualitas keluarga.

2.4 PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA

2.4.1 Pengertian Program

  Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,disebutkan bahwa dalam setiap program dijelaskan mengenai:

  a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai

  b. Kegiatan yang diambil untuk mencapai kegiatan

  c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui

  d. Perkiraan anggaran yang aka dibutuhkan

  e. Strategi pelaksanaan Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian tentang berbagai kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa mendatang, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memecahkan satu atau beberapa masalah atau mencapai satu atau beberapa tujuan program juga sering dimaksudkan sebagai tindakan antisipasi atas suatu keadaan yang ada atau diperkirakan ada, sehingga keadaan tersebut tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan manusia (Gittinger,2005:195).

  Apa yang dikemukakan Gittinger merajuk pada proses manajemen pembangunan. pengertian yang dirumuskan menunjukkan bahwa program tersebut memiliki sifat mengikat,dalam arti wajib dilakukan. Program tersebut merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam memecahkan suatu masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program merupakan suatu keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka memecahkan suatu masalah-masalah kemiskinan yang semakin marak dan untuk mencapai suatu tujuan yang baik.

  Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program merupakan suatu alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian dalam merumuskan program setidaknya terkandung beberapa komponen sebagai berikut: a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.

  b. Dipahami masalah-masalah yang sedang ada dan mengancam.

  c. Dipahami kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, keinginan- keinginan dan tujuan-tujuan dari kelompok sasaran program.

  d. Tersedia data mengenal potensi,kelemahan,peluang dan tantangan internal dan eksternal.

  e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan .

  Apa yang dikemukakan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumsukan suatu program merupakan keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu dan memecahkan suatu masalah. Dengan adanya program diharapkan kegiatan yang dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan lebih efisien dan efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan secara lebih sistematis. Sebaliknya,tanpa program maka setiap kegiatan tidak akan terorganisir,sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya.

  Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat proyek- proyek yang terkoordinir. Sehingga proyek adalah unit terkecil dari suatu kegiatan. Dengan demikian,proyek adalah bagian dari program. Dalam program berbagai kegiatan diatur dari berbagai sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari kegiatan diatur dari berbagai sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek itu (Kadariah,2007:23)

2.4.2 Latar Belakang Program Bina Keluarga Remaja

  Bina keluarga remaja (BKR) merupakan program strategis dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program bina keluarga remaja (BKR) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual. keluarga dan memasuki lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan sosial/pergaulan. Pada masa ini seorang anak remaja berada pada masa transisi dalam upaya menemukan jati diri menuju kedewasaan biologis dan psikologis.

  Program Bina Keluarga Remaja berada dibawah Koordinasi Badan Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga dan karena penyesuaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014,program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) telah disepakati untuk dikembangkan menjadi program Generasi Berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja yang ditindaklanjuti dengan peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Direktorat Bina Ketahanan Remaja merupakan salah satu direktorat dibawah Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,yang memiliki tugas antara lain melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK),pemantauan dan evaluasi serta pemberian bimbingan teknis fasilitasi dibidang Bina Ketahanan Remaja.

  Dalam kehidupan remaja perubahan nilai ini terlihat dari perilaku hidup remaja yang tidak sehat. Apabila perilaku remaja tidak sehat ini terus berlangsung,tentu akan mengganggu tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan kehidupan remaja,baik secara individual maupun sosial. Program Bina Keluarga penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan pendataan keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2011,terdapat 5.853.561 keluarga yang memiliki remaja usia 10-24 tahun dan tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah yang banyak itu menjadi sasaran program Bina Keluarga Remaja. Kelompok Bina Keluarga Remaja ini telah dikembangkan di seluruh Provinsi Indonesia,dan sampai dengan Desember 2011 telah berkembang sebanyak 33.779 kelompok. Jumlah yang banyak tersebut perlu dikelola dan dibina secara berkesinambungan.

  Dalam rangka mengemban amanat undang-undang dan merespon permasalahan remaja, BKKBN mengembangkan Program Generasi Berencana

  (Genre) bagi remaja dan keluarga 33.779 kelompok. Keluarga yang memiliki remaja yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem).Program ini didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 47/HK.010/B5/2010 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2010-2014 dan Addendum Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 133/PER/B1/2011 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010- 2014 untuk Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam adendum tersebut dinyatakan sebagai berikut:

  1. Meningkatnya usia kawin pertama (UKP) perempuan dari 19.8 (SDKI 2007) menjadi sekitar 21 tahun.

  2. Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai anak dan remaja dalm juta keluarga remaja.

  Sehubungan dengan hal tersebut,pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orangtua dalam memahami remaja,permasalahan remaja,dan cara berkomunikasi dengan remaja melalui kelompok ini setiap keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi kebijakan Program Genre, Penanaman nilai-nilai moral melalui

  8 Fungsi Keluarga,Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV, dan AIDS, Keterampilan hidup, Ketahanan Keluarga Berwawasan Gender, Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja,dan Pemenuhan Gizi Remaja.

2.4.3 Tujuan Program Bina Keluarga Remaja

  Tujuan utama dari Program Bina Keluarga Remaja adalah untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalam melakukan pembinaan terhadap remaja. Disamping itu,kegiatan ini diarahkan pula untuk meningkatkan kesertaan,pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi pasangan usia subur (PUS) anggota BKR .Agar penyelenggaraan kegiatan tersebut berlangsung secara efektif, maka perlu diperhatikan pokok-pokok kegiatan dalam menyelenggarakan kegiatan kelompok BKR yang meliputi pembentukan kelompok,peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana serta pelayanan kegiatan BKR.

  Program Bina Keluarga Remaja dilaksanakan oleh Forum BKR Pusat, Forum BKR Tingkat Provinsi,Tingkat Kabupaten/Kota,Tingkat Kecamatan, Tingkat Desa/Kelurahan. Masing-masing pelaksana memegang peranan penting dalam menjamin keberhasilan Program Bina Keluarga Remaja.

  1. Tingkat Pusat

  a. Forum BKR tingkat Pusat membuat kesepakatan operasional dan rencana kegiatan pengembangan BKR, termasuk juknis, jadwal pelaksanaan, anggaran, pembentukan juklak dan bahan materi dan media BKR. b. Pengawasan pengendalian serta pemantauan perkembangan kegiatan dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang telah disepakati.

  c. Forum BKR tingkat Pusat membuat umpan balik laporan dari forum tingkat Provinsi secara berkala.

  d. Forum tingkat Pusat melakukan bimbingan dan pembinaan terpadu ketingkat administrasi yang lebih rendah.

  2.Tingkat Provinsi

  a. Forum BKR tingkat Provinsi membuat kesepakatan operasional bagi pengembangan BKR termasuk jenis kegiatan,jadwal pelaksanaan,anggaran dan pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat Kabupaten/Kota.

  b. Pengawasan, pengendalian serta pemantauan, perkembangan kegiatan dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang c. Forum BKR tingkat Provinsi membuat umpan balik laporan dari forum BKR tingkat Kabupaten/Kota secara berkala.

  d. Forum BKR tingkat Provinsi melakukan bimbingan dan pembinaan terpadu ke tingkat administrasi yang lebih rendah.

  3. Tingkat Kabupaten/Kota

  a. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota menjabarkan kesepakatan pelaksanaan BKR termasuk jadwal pelaksanaan dan alokasi anggarannya,pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat kecamatan.

  b. Pemantauan perkembangan kegiatan dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang telah disepakati c. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota operasional tingkat Kecamatan secara berkala.

  d. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota melakukan bimbingan dam pembinaan kepada pengelola pelaksana di tingkat administrasi yang lebih rendah.

  4. Tingkat Kecamatan

  a. Tim operasional tingkat kecamatan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya,sesuai dengan petunjuk teknis.

  b. Pemantauan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang telah disepakati.

  c. Tim operasional tingkat Kecamatan melakukan bimbingan dan pembinaan kepada pelaksana tingkat desa.

  a. Tim pelaksana tingkat desa/kelurahan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya.

  b. Tim pelaksana tingkat desa atau kelurahan membuat laporan mengenai pelaksanaan kegiatan tingkat desa kepada tim operasional tingkat kecamatan.

2.3.5Mekanisme Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja

  1. Tingkat Pusat

  a. Penggalangan Kesepakatan

  Penggalangan kesepakatan dan operasional dalam pengembangan BKR merupakan kegiatan terpadu secara lintas sektoral maupun lintas program yang terkait. Untuk itu diperlukan adanya kesamaan wawasan dan dukungan dari seluruh sektor terkait di semua tingkatan wilayah. pembentukan kesepakatan kebijakan program dapat dilakukan melalui pertemuan forum, pertemuan koordinasi, pertemuan kerja dan forum- forum lainnya yang bermanfaat bagi semua pihak.

  b. Pembentukan Forum Untuk mendorong terselenggaranya kegiatan dengan baik perlu diupayakan adanya forum sebagai wadah koordinasi untuk merencanakan, melaksanakan dan evaluasi program yang akan maupun yang sudah dilaksanakan. Forum ini anggotanya terdiri dari unsur instansi pemerintah, LSM, pemerhati ,para pakar bidang kesehatan, pendidikan, psikologi,

  c. Penyusun Perencanaan Perencanaan program dan anggaran dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan ini BKR dilaksanakan secara terpadu berdasarkan sistem perencanaan yang berlaku

  d. Penyusunan Pedoman BKR Penyusunan pedoman BKR,pengembangan dan pembinaan kelompok

  BKR baik bagi petugas/pengelola, fasilitator, kader maupun untuk orangtua.

  e. Penyusunan Materi dan Media BKR

  Penyusunan materi dan media BKR bagi petugas/pengelola, kader dan fasilitator orangtua yang mempunyai anak remaja.

  f. Pelatihan dan Orientasi Dalam rangka penyebarluasan informasi dan peningkatan pengetahuan/keterampilan petugas/pengelola, pelaksana BKR mengadakan pelatihan tingkat nasional.

  g. Pengembangan dan Pelaksanaan Sosialisasi Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk terus menerus meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam

  BKR.Untuk itu perlu dikembangkan kegiatan dan pesan-pesan KIE yang sesuai dengan situasi dan kondisi kebutuhan wilayah.

  h. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui sistem pencatatan dan rapat, review yang dilaksanakan secara berkala.

  2. Tingkat PROPINSI

  a. Penggalangan kesepakatan dan operasional ditingkat propinsi dilaksanakan dengan melibatkan instansi terkait forum pertemuan yang ada pada tingkat propinsi.

  b. Tingkat propinsi dan kabupaten/kota dapat menindaklanjuti sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

  c. Penyusunan Perencanaan Perencanaan pengelola program dan anggaran kegiatan BKR dilakukan secara terpadu bersama sektor terkait melalui forum BKR tingkat propinsi. d.

  Orientasi/pelatihan Dalam rangka desimilasi informasi dan peningkatan pengetahuan/keterampilan petugas atau pengelola, pelaksana BKR di tingkat kabupaten/kota perlu dilakukan orientasi dan pelatihan BKR.

  e. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan BKR

  f. Menyusun dan memproduksi materi dan media BKR. Materi dan media BKR ini mencakup materi dan media standar maupun yang dikembangkan sesuai kondisi dan budaya local.

  g. Pengembangan dan pelaksanaan KIE BKR Kegiatan KIE dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan,sosialisasi,seni budaya lokal dan sarana-sarana yang ada sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam kegiatan BKR.

  Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui pencatatan dan pelaporan,kunjungan lapangan,pertemuan,rapat-rapat yang dilaksanakan secara periodik.

  4. Tingkat Kecamatan Pengelolaan BKR di tingkat kecamatan dilaksanakan secara terpadu bersama sektor terkait melalui tim operasional BKR dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  a. Penggalangan kesepakatan

  b. Pembentukan tim operasional

  c. Orientasi petugas dan kader d. Pendataan calon kelompok BKR

  e. Penyusunan rencana kegiatan

  f. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

  g. Pembinaan pengembangan

  5. Tingkat Desa/Kelurahan Kegiatan pengelolaan dan BKR di tingkat desa dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai ebrikt: a. Penggalangan kesepakatan

  b. Pembentukan ti pelaksanan tingkat desa

  c. Orientasi tim pelaksana dan kader

  d. Pendataan calon anggota BKR

  e. Pembuatan jadwal kegiatan

  f. Pembentukan kelompok BKR

  h. Pencatatan dan pelaporan i. Pembinaan

2.4.6 Sasaran Penerima Program Bina Keluarga Remaja

  Sasaran BKR adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah atau setara dalam keluarga. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu:

  • Guru,
  • Pemuka agama,
  • Pemuka adat,

  • Pimpinan organisasi profesi/organisasi sosial kemasyarakatan,
  • Pemuda/wanita,
  • Para ahli dan lembaga bidang ilmu yang terkait,
  • Serta institusi/lembaga pemerintahan dan non pemerintahan,
  • Seperti organisasi wanita,
  • Sekolah dan LSM

  Kelompok BKR dikelola oleh pengurus kelompok minimal 4 orang kader, yang terdiri dari seorang ketua dan tiga anggota atau disesuaikan dengan kebutuhan.

  Adapun materi-materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan kelompok adalah tentang gerakan pembangunan keluarga sejahtera, konsep dasar BKR, pemantauan 8 fungsi keluarga, tumbuh kembang anak dan remaja, reproduksi sehat, pembinaan anak dan remaja serta pengelolaan program BKR a. Menciptakan suasana akrab, agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima sasaran.

  b. Memiliki waktu yang tepat/dengan kondisi situasi.

  c. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah diterima oleh sasaran.

  d. Isi pesan yang disampaikan tidak bertentangan dan tidak menyimpang dari norma adat istiadat kelompok.

  e. Mampu membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

  Kader BKR adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia mendukung kegiatan bina keluarga anak dan remaja. Tugas para kader BKR antara lain adalah mendata keluarga yang memiliki anak dan remaja,memberikan penyuluhan kepada keluarga anak dan remaja yang ada di desa untuk ikut aktif menjadi anggota BKR, menyusun jadwal kegiatan, menyelenggarakan pertemuan berkala dengan orang tua.

  Anak remaja dan orang tua menjadi fasilitator dalam peraturan kunjungan rumah apabila diperlukan, merujuk kepada konselor keluarga sejahtera pusat informasi dan pelayanan keluarga serta pencatatan dan pelaporan keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.

2.5 Kerangka Pemikiran

  Dalam upaya mengatasi permasalahan remaja maka Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan Program 10-24 tahun. Program Bina Keluarga Remaja Bina keluarga remaja (BKR) merupakan program strategis dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program bina keluarga remaja (BKR) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.

  Tujuan utama dari Program Bina Keluarga Remaja adalah meningkatkan pengetahuan anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak remaja,diantaranya tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dan remaja. Menumbuhnya rasa cinta kasih sayang antara orang tua dengan anak dan remajanya, atau sebaliknya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masing-masing pihak sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain. Terlaksananya deteksi dini terhadap setiap gejala yang memungkinkan timbulnya kesenjangan hubungan antara orangtua dan anak remaja didalam kehidupan rumah tangga. Serta terciptanya sarana hubungan yang sesuai dan harmonis yang didukung sikap dan perilaku yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang anak dan remaja.

  Secara khusus tujuan BKR terdiri dari:

  1. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan berakhlak

  3. Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi Berencana Indonesia

  Peserta Program Bina Keluarga Remaja adalah Keluarga yang mempunyai remaja yang berusia 10-24 tahun dengan ketentuan yang telah diatur dalam pedoman pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja. Respon siswa adalah tingkah laku balasan tindakan yang berupa wujud dari persepsi, sikap, dan partisipasi siswa, dimana persepsi itu meliputi pengetahuan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja dan apa tujuan,manfaat dan atensi dari Program Bina Keluarga Remaja.

  Sikap meliputi tentang penilaian siswa terhadap Program Bina Keluarga Remaja,penolakan atau penerimaan,dan mengharapkan atau menghindari dari Bina Keluarga Remaja. Partisipasi meliputi tentang menikmati, melaksanakan, memelihara, menilai, frekuensi,dan kualitas. Siswa dapat memahami akan nilai positif dan negatif yang telah dilaksanakan oleh Program Bina Keluarga Remaja di dalam siswa dan bekerja sama dalam pelaksanaanya.

  Untuk memperjelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang menggambarkan isi dari pemikiran diatas:

  Bagan 1 Bagan Alur Pemikiran BKKBN KOTA MEDAN

  Bina Keluarga Remaja Respon Siswa SMK Namira Technology Nusantara Medan

  Persepsi,meliputi:

  1.Pengetahuan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja

  2.Pengetahuan siswa tentang tujuan dan manfaat Program Bina Keluarga Remaja

  3.Atensi atau suatu proses penyeleksian siswa

  Sikap,meliputi:

  1.Penilaian siswa tentang program Bina Keluarga Remaja

  2.Penolakan atau penerimaan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja

  3.Sikap mengharapkan atau mengharapkan atau menghindari Program Bina Keluarga Remaja

  Partisipasi,meliputi:

  1.Melaksanakan Program Bina Keluarga Remaja.

  2.Memelihara program agar berjalan dengan baik

  3.Menikmati hasil dan manfaat dari Program Bina Keluarga Remaja

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.6.1 Defenisi Konsep

  Konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan peristiwa, objek. kondisi,situasi,dan hal-hal yang sejenisnya. Defensi konsep memiliki tujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

  Adapun yang menjadi konsep yang diangkat dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut:

  1. Respon adalah suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik, pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh, penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena.

  Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

  3. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang mempunyai remaja usia 10-24 tahun. BKR bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja, dalam rangka meningkatkan kesertaan,pembinaan,dan kemandirian ber-KB bagi anggota kelompok.

2.6.2 Defenisi Operasional

  Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria suatu operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan untuk penelitian lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari konsep-konsep untuk menggambarkan apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120).

  Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut sebagi suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis,Jika Wujud operasionalisasi konsep adalah bentuk sajian yang benar-benar terperinci,sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).Adapun menjadi defenisi operasional dalam respon siswa dalam pelaksanaan program bina keluarga remaja di SMK Namira Technology Nusantara Medan dapat diukur melalui:

  1. Persepsi atau pemahaman siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat diukur melalui: a. Pengetahuan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja.

  b. Pengetahuan siswa tentang bagaimana Program Bina Keluarga Remaja. c. Pengetahuan siswa tentang tujuan dan manfaat Program Bina Keluarga Remaja.

  d. Atensi suatu proses penyeleksian siswa dalam Program Bina Keluarga Remaja.

  2. Sikap siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat diukur melalui: a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki siswa tentang

  Program Bina Keluarga Remaja

  b. Penolakan atau penerimaan adalah hubungan dengan rasa senang atau tidak senangnya siswa dengan Program Bina Keluarga Remaja. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa siswa tersebut menolak atau menerima program tersebut.

  c. Mengharap atau menghindari adalah kesiapan siswa untuk bertingkah laku dapat diketahui apakah siswa mengharapkan atau menghindari program tersebut.

  3. Partisipasi siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat diukur melalui: a. Melaksanakan adalah siswa yang berperan serta dalam pelaksanaan

  Program Bina Keluarga Remaja dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman, dan evaluasi agar pelaksanaan program tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. b. Memelihara adalah siswa berperan serta dalam memelihara Program Keluarga Harapan agar dapat berjalan sesuai dengan baik dan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

  c. Menikmati adalah siswa berperan serta dalam menikmati hasil Program Bina Keluarga Remaja dimana siswa tinggal dan menerima dan merasakan manfaat dari Program Bina Keluarga Remaja.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbedaan Profitabilitas dan Pengelolaan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Empiris Pada BUMN Sektor Telekomunikasi di Indonesia)

0 0 7

Analisis Perbedaan Profitabilitas dan Pengelolaan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Empiris Pada BUMN Sektor Telekomunikasi di Indonesia)

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 12

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 20

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Perubahan Gaya Hidup Remaja Pasca Berdirinya Wisata Hiburan Hill Park di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial SOPIA WINDA KETAREN

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Homoseksual - Pengakuan Diri Seorang Gay di Dalam Lingkungan Gay (Studi Deskriftif Cafe’ Shop di Kota Medan)

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengakuan Diri Seorang Gay di Dalam Lingkungan Gay (Studi Deskriftif Cafe’ Shop di Kota Medan)

0 0 12