Ketahanan Nasional dan Pertahanan Pangan

KETAHANAN NASIONAL DAN PERTAHANAN PANGAN
Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh nilai Pancasila Kewarganegaraan
pada Departemen Agribisnis

YUDANI ALAMSYAH HARAHAP
NIM: 20150220148
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Pendahuluan secara umum .................................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Geopolitik, Geostrategi dan Ketahanan Pangan Nasional .................................................... 3
2.1.1 Geopolitik ...................................................................................................................... 3
2.1.2 Geostrategi ..................................................................................................................... 5
2.1.3 Ketahanan Nasional ....................................................................................................... 5
2.2 Pertahanan Nasional di bidang Pangan ................................................................................. 7

2.2.1 Pengertian Pertahanan Nasional dibidang Pangan ......................................................... 7
2.2.2 Sistem Ketahanan Pangan .............................................................................................. 8
2.3 Permasalahan dan Solusi Pangan Indonesia ......................................................................... 8
2.3.1 Permasalahan Pangan Indonesia .................................................................................... 8
2.3.2 Solusi Permasalahan Pangan Indonesia ....................................................................... 12
III. PENUTUP ............................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan secara umum
Setiap bangsa mendapatkan anugerah Tuhan berupa Alam dengan segala Isinya yang berbeda
antar satu wilayah dengan wilayah lain. Demikian pula manusia sebagai Ciptaan Yang Maha Kuasa,
di bekali dengan akal, budi yang mewajibkannya untuk mengarungi samudera kehidupan ini dengan
senantiasa mengembangkan hubungan yang baik antar sesama, lingkungan alam, hubungan dengan
PanciptaNYA. Kesadaran dari olah pikir dan budi tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap
manusia harus berjuang secara sendiri dan bersama sama untuk dapat meningkatkan harkat dan
derajatnya, potensi kemanusiawiannya dengan memberdayakan alam sebagai anugerah pemberian
Tuhan untuk dikelola secara bertanggungjawab.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar

dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selain itu, untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Konsep Geopolitik, sesungguhnya adalah merupakan ilmu penyelenggaraan negara yang
setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalahmasalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu
bangsa.

Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa lampau, kini,
maupun masa yang akan datang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang
telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup
nasional. Semua ini dalam rangka menentukan kebijakan, sarana, dan sasaran perwujudan
kepentingan, serta tujuan nasional melalui pembangunan. Dengan demikian, suatu bangsa itu
tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya, dan hankam.
Ketahanan sebuah bangsa (persekutuan hidup manusia) sangatlah penting bagi
kelangsungan kehidupan manusia yang bersangkutan. Ketahanan bangsa merupakan kemampuan
suatu bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya serta memperkuat daya dukung
kehidupannya. Dengan kata lain kemampuan menghadapi segala bentuk ancaman yang
dihadapinya, sehingga memiliki kemampuan melangsungkan kehidupannya dalam mencapai
kesejahteraan bangsa tersebut. Konsepsi ketahanan bangsa untuk konteks Indonesia dikenal

dengan nama Ketahanan Nasional yang dikembangkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhanas) pada tahun 1970-an.
Indonesia juga memperlakukan penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri sebagai prioritas yang utama. Dalam UUD 1945 pasal 34 disebutkan, bahwa negara
bertanggung jawab di dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pangan. Demikian pula di
dalam Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa ketahanan
1|Page

pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik dalam jumlah, mutu, aman serta merata dan terjangkau. Dengan
demikian pengertian ketahanan pangan dapat dikatakan sebagai terpenuhinya kebutuhan gizi
makanan setiap individu dalam jumlah dan mutu agar dapat hidup sehat dan berkualiats guna
memenuhi aspirasinya yang paling humanistik sepanjang masa hidupnya.
Pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki untuk bertahan hidup. Karenanya,
harus tersedia di setiap tempat di daerah-daerah permukiman dalam jumlah yang cukup, mutu
yang layak, dan secara medis aman dikonsumsi, serta harganya terjangkau.

2|Page

II. PEMBAHASAN

2.1 Geopolitik, Geostrategi dan Ketahanan Pangan Nasional
2.1.1 Geopolitik
2.1.1.1 Pengertian Geopolitik
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang
menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri atau negara dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum
warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).
Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang
setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal
suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geographi),
Rudolf Kjellen menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.
2.1.1.2 Teori-Teori Geopolitik
Untuk lebih memahami konsep geopolitik secara global, berikut ini adalah teori-teori
mengenai geopolitik yang pernah ada di dunia:
a) Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Frederich Ratzel (1844-1904) berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang
hidup. Negara identic dengan ruangan yang ditempati oleh sekelompok masyarakat
(bangsa) pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang(lebensraum) yang cukup agar
dapat tumbuh dengan subur. Semakin luas ruang hidup maka negara akan semakin
bertahan, kuat dan maju. Oleh karena itu, jika negara ingin tetap hidup dan berkembang

butuh ekspansi (perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal sebagai teori
organisme atau teori biologis.
b) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen
Rudolf Kjellen (1964-1922) melanjutkan ajaran Ratzel. Berbeda dengan Ratzel yang
menyatakan negara adalah seperti organisme, maka ia menyatakan dengan tegas bahwa
negara adalah suatu organisme, bukan hanya mirip. Negara adalah satuan dan system
politik yang menyeluruh. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual harus
mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi.
c) Teori Geopolitik Karl Haushofer
Karl Haushofer (1896-1946) melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama
pandangan tentang lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu
wilayah negara semakin banyak sehingga tidak sebanding dengan luas wilayah, maka
negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup
(labensraum).
d) Teori Geopolitik Halford Mackinder
3|Page

Halford Mackinder (1861-1947) mempunyai konsepsi geopolitik yang lebih strategic,
yaitu dengan penguasaan daerah-daerah “jantung dunia”, sehingga pendapatnya dikenal
dengan teori jantung dunia. Barang siapa menguasai daerah jantung (Eropa, Timur dan

Rusia) maka ia akan menguasai pulau dunia (Eropa, Asia dan Afrika) yang pada akhirnya
menguasai dunia. Untuk menguasai dunia dengan menguasai daerah jantung dibutuhkan
kekuatan darat yang besar. Berdasarkan ini muncullah konsep wawasan benua atau
konsep kekuatan didarat.
e) Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan
Alfred Thayer Mahan (1840-1914) mengembangkan lebih lanjut konsepsi geopolitik
dengan memperhatikan perlunya memanfaatkan serta mempertahankan sumber daya laut,
termasuk akses laut. Sehingga tidak hanya pembangunan armada laut saja yang
diperlukan, namun lebih luas juga membangun kekuatan maritime. Berdasarkan hal
tersebut muncullah konsep wawasan bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa
menguasai lautan akan menguasai kekuatan dunia.
f) Teori Geopolitik Guilio Douhet, William Mitchel, Saversky, dan JFC Fuller
Guilio Douhet (1869-1930) dan William Mtchel (1878-1939) mempunyai pendapat lan
dibandingkan dengan para pendahulunya. Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih
berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka
berkesimpulan bahwa membangun armada angkatan udara lebih menguntungkan sebab
angkatan udara beroperasi sendiri tanpa dibantu angkatan lainnya. Selain itu angkatan
udara dapat menghancurkan musuh dikandangnya musuh itu sendiri atau digaris belakang
medan peperangan. Berdasarkan hal ini muncullah konsep wawasan dirgantara atau
konsep kekuatan di udara.

2.1.1.3 Paham Geopolitik Bangsa Indonesia
Setelah menganal konsep geopolitik beserta teori-teorinya yang pernah dipakai oleh
negara-negara dunia , penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami sejarah dan konsep
geopolitik yang dianut oleh bangsa kita sendiri, yaitu bangsa Indonesia.
Geopolitik diartikan sebagai system politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan
yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas)
suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system
politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada
geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi social (hukum
geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap
relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.
Prinsip geopolitik Indonesia sebagaimana tersebut di atas menandakan bahwa dalam hal
wilayah, bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk mempeluas wilayah sebagai ruang hidup
(lebensraum). Secara historis, kesepakatan para pendiri negara Republik Indonesia adalah
wilayah Indonesia merdeka hanyalah wilayah bekas jajahan Belanda atau eks Hindia Belanda.
4|Page

2.1.2 Geostrategi
2.1.2.1 Pengertian Geostrategi

Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
dengan menggunaan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara,
geostrategic diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang
lebih baik, lebih aman dan bermartabat.
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk
menentukan kebujakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi
dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya tujuan politik. Suatu
strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana
untuk mencapai tujuan nasional (pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan tujuan
politik). Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945. Ini diperlukan
untuk mewujudkan dan mempertahankan integrase bangsa dalam masyarakat majemuk dan
heterogen berdasarkan pembukaan dan UUD 1945.
Pada awalnya geostrategic diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau
perang. Di Indonesia geostrategic diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Mukaddimah UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrinpembangunan dan diberi

nama Ketahanan Nasional. Mengungat geostrategic Indonesia memberikan arahan tentang
bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih
aman.
2.1.3 Ketahanan Nasional
2.1.3.1 Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an.
Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam
terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan nasional, dikenal
dengan istilah national power (kekuatan nasional).
Teori national power telah banyak dikembangkan oleh para ilmuwan dari berbagai
negara. Hans J Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation ia menjelaskan tentang apa
yang disebutnya sebagai “The elements of National Powers” yang berarti beberapa unsur yang
harus dipenuhi suatu negara agar memiliki kekuatan nasional. Secara konsepsional, penerapan
teori tersebut di setiap negara berbeda, karena terkait dengan dinamika lingkungan strategis,
5|Page

kondisi sosio kultural dan aspek lainnya, sehingga pendekatan yang digunakan setiap negara juga
berbeda. Demikian pula halnya dengan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yang unsurunsurnya mencakup Asta Gatra dan pendekatannya menggunakan Pendekatan Asta Gatra. Dari
sini terlihat jelas bahwa konsep Ketahanan Nasional (National Resillience) dapat dibedakan
dengan konsepsi Kekuatan Nasional (National Power).

Secara etimologis, istilah ketahanan berasal dari kata dasar “tahan” yang berarti tahan
penderitaan, tabah, kuat, dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan
memiliki makna mampu, tahan dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman yang
ada guna menjamin kelangsungan hidupnya.
2.1.3.2 Konsep Ketahanan Nasional
Konsepsi Ketahanan nasional dimasukkan ke dalam Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai dengan GBHN 1998. Adapun rumusan konsep
ketahanan nasional dalam GBHN tahun 1998 adalah sebagai berikut;
1) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus
menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari
hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari
dalam, maka pembangunan nasional siselenggarakan melalui pendekatan Ketahanan
Nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional
bangsa secara utuh dan menyeluruh.
2) Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrase dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakekatnya Ketahanan Nasional
adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnya pembangunan
nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional. Selanjutnya Ketahanan Nasional
yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional.

3) Ketahanan Nasional meliputi ketahanan ideology, ketahanan politik, ketahanan
ekonomi, ketahanan social budaya dan ketahanan pertahanan keamanan.
a) Ketahanan ideology adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan dan kebenaran ideology Pancasila yang mengandung
kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan
nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideology asing serta nilai-nilai
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
b) Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang mengandung
kemampuan memelihara system politik yang sehat dan dinamis serta
kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c) Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
berlandaskan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila yang
6|Page

mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan
dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional
dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran raj=kyat yang
adil dan merata.
d) Ketahanan social budaya adalah kondisi kehidupan social budaya bangsa yang
dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan social budaya
manusia dan masyaraat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.
e) Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis,
mengamankan pembangunan dal hasil-hasilnya serta kemampuan
mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.
2.2 Pertahanan Nasional di bidang Pangan
2.2.1 Pengertian Pertahanan Nasional dibidang Pangan
Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk
menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang
layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada
keragaman sumber daya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan
adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Litbang Deptan, 2005).
Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang
cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari pengertian
tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami
sebagai pemenuhan kondisi kondisi :
1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta
turunan, yang bemanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama.

7|Page

3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata diartikan bahwa distribusi pangan
harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata diseluruh tanah air.
4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
2.2.2 Sistem Ketahanan Pangan
Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu Kecukupan (sufficiency), akses
(access), keterjaminan (security), dan waktu (time) (Baliwaty , 2004). Dengan adanya aspek
tersebut maka ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian
dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan
stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan.
2.3 Permasalahan dan Solusi Pangan Indonesia
2.3.1 Permasalahan Pangan Indonesia
1. Ketergantungan indonesia pada impor beras
Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan. Pertama, produksi dalam
negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi (kelebihan permintaan di pasar domestik).
Jadi impor hanya sebagai pelengkap. Hipotesisnya adalah: peningkatan produksi dalam negeri
akan mengurangi impor. Keterbatasan produksi dalam negeri tersebut bisa karena dua hal, yakni
(a) kapasitas produksi memang terbatas (titik optimum dalam skala ekonomis sudah tercapai),
misalnya untuk kasus pertanian, lahan yang tersedia terbatas karena negaranya memang kecil;
atau (b) pemakaian kapasitas terpasang masih dibawah 100 persen karena berbagai penyebab,
bisa karena keterbatasan dana atau kurangnya tenaga kerja.
Kedua, impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari produk sendiri, yang
dikarenakan berbagai factor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi yang rendah
dalam produksi dalam negeri, atau kualitas produk impor lebih baik dengan harga yang relatif
sama. Hipotesisnya adalah: peningkatan impor akan mengurangi produksi dalam negeri.
Ketiga, dilihat dari sisi neraca perdagangan (atau neraca pembayaran), impor lebih
menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa untuk ekspor dengan asumís harga ekspor di
pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor yang harus dibayar.
2. Kendala lahan
Keterbatasan lahan pertanian memang sudah merupakan salah satu persoalan serius
dalam kaitannya dengan ketahanan pangan di Indonesia selama ini. Menurut staf khusus dari
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Herman Siregar, lahan sawah terancam semakin cepat
berkurang. Alasannya, pencetakan sawah baru menemui banyak kendala, termasuk biayanya
yang mahal, sehingga tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak signifikan ketimbang luas
areal yang terkonversi untuk keperluan non-pertanian. Ironisnya, laju konversi lahan pertanian
tidak bisa dikurangi, bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pesatnya
urbanisasi (yang didorong oleh peningkatan pendapatan per kapita dan imigrasi dari perdesaan
ke perkotaan), dan industrialisasi.
Masalah lahan pertanian akibat konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah
serius akibat distribusi lahan yang timpang. Ini ditambah lagi dengan pertumbuhan penduduk di
8|Page

perdesaan akan hanya menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan
sendiri atau dengan lahan yang sangat kecil yang tidak mungkin menghasilkan produksi yang
optimal, akan semakin banyak. Lahan pertanian yang semakin terbatas juga akan menaikan harga
jual atau sewa lahan, sehingga hanya sedikit petani yang mampu membeli atau menyewanya, dan
akibatnya, kepincangan dalam distribusi lahan tambah besar. Studi dari McCulloh (2008) yang
menggunakan data SUSENAS (2004), lebih dari 75 persen dari jumlah rumah tangga di
Indonesia tidak menguasai lahan sawah.
3. Kendala Infrastruktur
Khomsan (2008) dalam tulisannya di Kompas mengatakan bahwa lambannya
pembangunan infrastruktur boleh jadi ikut berperan mengapa pertanian di Indonesia kurang
kokoh dalam mendukung ketahanan pangan. Menurutnya, pembangunan infrastruktur pertanian
menjadi syarat penting guna mendukung pertanian yang maju. Ia mengatakan bahwa di Jepang,
survei infrastruktur selalu dilakukan untuk menjamin kelancaran distribusi produk pertanian.
Perbaikan infrastruktur di negara maju ini terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala
penyaluran produk pertanian, yang berarti juga tidak mengganggu atau mengganggu arus
pendapatan ke petani.
4. Kurangnya pemahaman akan teknologi
Teknologi dan sumber daya manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas,
sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Bahkan dapat
dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input-input modern tidak akan menghasilkan output
yang optimal apabila kualitas petani dalam arti pengetahuan atau wawasannya mengenai
teknologi pertanian, pemasaran, standar kualitas, dll. rendah. Lagipula, teknologi dan SDM
adalah dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan ini berlaku di semua sektor,
termasuk pertanian. Seperti di banyak negara berkembang lainnya, di Indonesia kualitas SDM di
pertanian sangat rendah jika dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri
manufaktur, keuangan, dan jasa. Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, Tabel 9 menunjukkan
bahwa lebih dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan
hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat berpengaruh terhadap
kemampuan petani Indonesia mengadopsiteknologi-teknologi baru, termasuk menggunakan
traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien.
5. Permasalahan Dana
Penyebab lainnya yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah
keterbatasan dana. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit
mendapat kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Berdasarkan SP 2003,
tercatat hanya sekitar 3,06% dari jumlah petani yang pernah mendapatkan kredit bank,
sedangkan sisanya membiayai kegiatan bertani dengan menggunakan uang sendiri. Ada dua
alasan utama kenapa selama ini perbankan enggan memberikan kredit kepada petani, terutama
petani-petani makanan pokok seperti padi/beras. Alasan pertama adalah karena pertanian padi
bukan merupakan suatu bisnis yang menghasilkan keuntungan besar, dan ini berarti bukan
jaminan bagi perbankan bahwa pinjamannya bisa dikembalikan.19Sedangkan alasan kedua
adalah tidak adanya aset yang bisa digunakan sebagai agunan seperti rumah atau tanah. Pada
umumnya petani di Indonesia, berbeda dengan rekannya di negara-negara kaya seperti AS,
Kanada, Australia dll., tidak memiliki rumah yang mempunyai nilai komersial dari sudut
pandang perbankan dan tidak memiliki sertifikat tanah.
9|Page

6. Masalah Lingkungan Fisik/Iklim
Tidak diragukan bahwa pemanasan global turut berperan dalam menyebabkan krisis
pangan, termasuk di Indonesia. Pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sector yang
paling rentan terkena dampak perubahan iklim, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih
sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak
sedikit (Samhadi, 2007)
7. Masalah Relasi Kerja
Seperti yang diungkapkan oleh Yustika (2008) di atas tersebut bahwa relasi kerja akan
menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi dipedesaan.
Dalam kata lain, pola relasi kerja yang ada di sektor pertanian akan sangat menentukan apakah
petani akan menikmati hasil pertaniannya atau tidak.
8. Masalah Ketersediaan Input Lainnya
Terutama keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan
serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dilihat dari
ketersediaan input lainnya. Walaupun niatnya jelas, namun dalam implementasi di lapangan,
pemerintah selama ini kelihatan kurang konsisten dalam usahanya memenuhi pupuk bersubsidi
untuk petani agar ketahanan pangan tidak terganggu. Tanpa ketersediaan sarana produksi
pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai dan dengan kualitas baik dan relatif murah,
sulit diharapkan petani, yang pada umumnya miskin, akan mampu meningkatkan produksi
komoditas pertanian.
9. Kendala produksi
Kementerian Pertanian sering merilis data bahwa setiap tahun terdapat sekitar 110.000
hektare lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian. Jumlah sawah baru
yang dicetak pemerintah (dengan dukungan dana APBN) hanya mencapai 20.000 hingga 40.000
hektare per tahun, tidak sebanding dengan lahan sawah yang terkonversi11. Akibatnya, produksi
pangan semakin terbatas dibandingkan dengan permintaan yang terus meningkat.
10. Terbatasnya Tenaga Penyuluh Pertanian
Program “satu desa-satu penyuluh” yang telah dicanangkan pemerintah merupakan
program yang kredibel. Namun, hingga saat ini program itu tidak berjalan efektif. Satu desa satu
penyuluh masih sulit sekali diwujudkan. Menurut Menteri Pertanian, Suswono (2013), saat ini
jumlah penyuluh pertanian hanya sebanyak 48 ribu orang, terdiri dari 27 ribu pegawai negeri
sipil (PNS) dan 21 ribu tenaga honorer lapangan (THL), sementara di seluruh Indonesia terdapat
70 ribu desa.
11. Mahalnya harga benih
Peran korporasi pangan semakin menguasai ekonomi pangan Indonesia semenjak
pemerintah membentang “karpet merah” bagi korporasi pangan, khususnya asing. Korporasi
pangan milik asing, sudah merambat dari produksi ke perbenihan. Benih, yang mestinya bisa
dibuat sendiri oleh petani Indonesia dan korporasi domestik, kini sudah dikuasai korporasi asing
selama kurang lebih 10 tahun terakhir. IGJ (International Global Jastice) melaporkan bahwa
10 | P a g e

empat perusahaan asing, yaitu Monsanto, Dupont, Syngenta, dan Charoen Pokphand, telah
mengusai penjualan dan produksi benih di Indonesia.
12. Subsidi pangan masih belum efektif
Setiap tahun Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi (antara lain pangan, benih,
pupuk, dan kredit tani). Tujuannya untuk mendorong peningkatan produksi pangan, mengurangi
impor pangan, meringankan biaya produksi petani, serta mengupayakan terwujudnya
swasembada pangan. Pemerintah juga memberikan bantuan beras (subsidi) kepada golongan
rakyat miskin untuk memenuhi hak dan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat tetapi hal ini
belum intensif.
13. Ketergantungan Pangan Impor kian Meningkat
Ada dugaan bahwa pengaruh globalisasi dengan ideologi neoliberalisme telah
memaksakan petani dan Negara membuat pilihan yang tidak nyaman dan saling bertentangan.
Fakta memang menunjukkan bahwa pada tahun 2011, pemerintah mengizinkan impor beras
sebanyak 1,57 juta ton dengan nilai Rp7,04 triliun. Pemerintah juga mengizinkan impor kedelai
sebanyak 2,08 juta ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan dalam negeri. Selain beras dan
kedelai, pemerintah juga memberi izin impor jagung sebanyak 3,5 juta ton dan sepanjang tahun
2012, Indonesia juga mendatangkan singkong sebanyak 6.399 ton dengan nilai US$2,6 juta.
14. Petani sulit mengakses sumber-sumber pembiayaan murah
Salah satu persoalan yang dihadapi petani (terutama petani tanaman pangan, peternak dan
nelayan) adalah akses terhadap permodalan. Dari sisi prudential, tentu perbankan akan lebih
nyaman untuk memberikan pinjaman kepada usaha perkebunan, yang umumnya dikelola oleh
perkebunan besar di bawah manajemen korporasi, baik BUMN maupun swasta, baik nasional
maupun asing dan joint venture. Sementara sebagian besar petani memiliki usaha yang mungkin
saja feasible, akan tetapi non-bankable atau sebaliknya, sehingga pemerintah harus mencari cara
untuk mengakseskan mereka ke lembaga keuangan, baik perbankan maupun non-perbankan.
15. Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) masih lemah
Sejak IMF (International Monetary Fund), status Bulog diubah dari LKND (Lembaga
Kementerian Non-Departemen) menjadi BUMN dengan status badan hukum Perum (Perusahaan
Umum). Mulai saat itu, Bulog (atas permintaan IMF) dilarang mengendalikan harga pangan,
kecuali beras. Mulai saat itu juga, pemerintah melepas kontrol stok maupun harga sejumlah
produk pangan strategis, seperti daging, jagung, kedelai, susu, bawang merah, hortikultura, dll.
Proteksi pemerintah terhadap masuknya bahan-bahan pangan ini dari negara lain (impor) juga
semakin berkurang. Selain itu, beberapa korporasi pangan terindikasi melakukan praktik “kartel”
yang dalam banyak hal sulit dipangkas pemerintah. Dampaknya adalah sering terjadi kelangkaan
pangan dan gejolak harga pangan yang sering kali membuat panik masyarakat.

11 | P a g e

2.3.2 Solusi Permasalahan Pangan Indonesia
1. Pengoptimalan Lahan
Undang-undang Agraria yang ada (yang dikeluarkan pada awal tahun 1960an), setelah
direvisi sesuai perkembangan sejak 1960-an hingga saat ini, harus dijalankan dengan tegas,
proses sertifikasi lahan pertanian harus dipercepat atau dipermudah, rencana tata ruang harus
melindungi lahan pertanian yang produktif dan subur, dan pembelian lahan petani secara ”paksa”
atau untuk tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak terlalu perlu (seperti lapangan golf, apartemen
mahal, pertokoan mewah) harus dihentikan.
2. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur di perdesaan diseluruh pelosok tanah air harus lebih
digiatkan, terutama di daerah-daerah sentra pertanian, termasuk irigasi dan waduk ditambah dan
yang rusak segera diperbaiki.
3. Pengembangan Teknologi dan SDM
Petani harus diberdayakan lewat pelatihan, penyuluhan, dan bantuan teknis secara
intensif. Disini, peran perguruan tinggi dan lembaga litbang (R&D) setempat sangat krusial.
4. Subsidi Energi
Dalam melaksanakan kebijakan kenaikan harga energi/pemotongan subsidi energi akibat
harga BBM yang terus naik, subsidi energi terhadap petani dan sector-sektor yang mendukung
pertanian seperti pabrik pupuk dan transportasi harus dipertahankan atau diadakan. Ini bisa
dalam bentuk antara lain harga energi yang murah bagi petani atau dana khusus yang diberikan
langsung ke petani.
5. Akses petani diperluas
Perbankan perlu diberikan semacam insentif untuk memperluas akses petani ke kredit
perbankan, atau dengan cara pengadaan dana khusus.
6. Pengetahuan Mengenai Lingkungan fisik/iklim
Usaha-usaha mengurangi pemanasan global harus sudah merupakan salah satu prioritas
pembangunan jangka panjang ekonomi pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya.
Disini termasuk penggundulan hutan, pencemaran air sungai dan laut, pembangunan perumahan
di tanah-tanah resapan air harus dihentikan.
7. Kebijakan pemerintah harus yang menguntungkan
kebijakan penetapan harga pertanian, sistem perpajakan, dan lainnya harus menciptakan
fair market yang juga menguntungkan petani
8. Ketersediaan input untuk petani
Kelangkaan pupuk yang disebabkan oleh praktek-prakek penimbunan atau kemacetan
produksi harus dicegah untuk tidak terulang lagi.
12 | P a g e

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia sebagai negara berkembang yang berposisi sebagai Negara pingiran dalam tata
ekonomi dunia kapitalis, menghadapi permasalahan yang spesifik yaitu tekanan penduduk yang
tinggi dengan konsumsi utama beras sebagai staple food. Karena lemah dan mahalnya teknologi
dalam usahatani sawah dan sumberdaya alam yang terbatas untuk sawah, disamping bentuk
kebijaksaan pembangunan yang dipilih pemerintah, menyebabkan secara tidak langsung
ekonomi Indonesia tergantung kepada beras, sehingga secara politik tergantung pula terhadap
dunia luar.
Secara teoritis, analisis ekonomi Indonesia melalui ekonomi politik beras ini, dapat
dilihat sekaligus dengan ketiga teori pembangunan. Bentuk ekonomi kapitalisme tanpa sadar
sudah masuk dan dianut oleh Indonesia. Pelaksanan pembangunan Pelita demi Pelita adalah
gambaran evolusi sebagai acuan paham modernisasi. Karena interaksi dengan negara-negar
kapitalis, selanjutnya ekonomi Indonesia juga berada pada posisi tergantung terhadap negara
lain, misalnya ketergantungan teknologi dan impor beras. Sebagaimana dikhawatirkan dalam
bentuk hubungan kapitalisme, pasar beras Indonesia yang masuk ke dalam pasar beras dunia juga
mengalami berbagai kerugian. Hal ini adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, karena menurut
TSD memang pasar kapitalis tidak membiarkan satu negara manapun dapat melepaskan diri dari
system kapitalis dunia.
Pada tingkat mikro, penetrasi kapitalisme, yang didorong revolusi Hijau, ke desa-desa
membawa perubahan pranata masyarakat pedesaan yang menimbulkan dampak positif dan juga
negatif. Apa yang terjadi di masyarakat desa akibat sampingan revolusi hijau, khususnya pada
masyarakat lapisan bawah, dapat dianalogkan dengan posisi negara peri-peri dalam struktur
kepitalisme dunia, yaitu eksploitasi dan ketergantungan terhadap lapisan atas.
Setelah memahami persoalan ini dan dengan telah mengakui akar persoalannya dalam
perspektif strukturais, maka akan dapat dirumuskan bagaimana cara kita melapskan diri. Jika
mengikuti cara pikir strukturalis, khususnya kepada pola hubungan “majikan-buruh” dalam
system kapitalisme dunia, maka agar dapat mencapai struktur dunia yang lebih seimbang perlu
perjuanagn politik selain perjuangan dalam bidang ekonomi.




Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang
menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat
yang berdiri sendiri atau negara dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
dengan menggunaan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu
negara, geostrategic diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita

13 | P a g e

dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.
 Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an.
Istilah ketahanan nasional dalam bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience.
Dalam terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan
nasional, dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional).
 Permasalahan pangan terdiri dari:
 Ketergantungan indonesia pada impor beras
 Kendala lahan
 Kendala Infrastruktur
 Kurangnya pemahaman akan teknologi
 Permasalahan Dana
 Masalah Lingkungan Fisik/Iklim
 Masalah Relasi Kerja
 Masalah Ketersediaan Input Lainnya
 Kendala produksi
 Terbatasnya Tenaga Penyuluh Pertanian
 Mahalnya harga benih
 Subsidi pangan masih belum efektif
 Ketergantungan Pangan Impor kian Meningkat
 Petani sulit mengakses sumber-sumber pembiayaan murah
 Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) masih lemah
 Solusi dari permasalahan pangan yaitu:
 Pengoptimalan Lahan
 Pembangunan Infrastruktur
 Pengembangan Teknologi dan SDM
 Subsidi Energi
 Akses petani diperluas
 Pengetahuan Mengenai Lingkungan fisik/iklim
 Kebijakan pemerintah harus yang menguntungkan
 Ketersediaan input untuk petani

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Buku pedoman, Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan, Lemhannas RI Tahun 2011.
Buku pedoman, Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan, Lemhannas RI Tahun 2012.
Setiawati, Sri. 2013. Ketahanan Nasional Geostrategi. Bekasi. -------Afandi, Widoyo. Reformasi Indonesia, Bahasan dari sudut pandang Geografi Politik dan
Geopolitik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Undang undang No: 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan
Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia Inti Permasalahan dan Alternatif
Solusinya. Jakarta. Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti Kadin Indonesia
Pasaribu, Rowland. ------. Ketahanan Pangan Nasional. -----._____

15 | P a g e