Rian Irawan S Makalah Hukum Teknologi In

1

Lainnya

Blog Berikut»

andraandramaulananatakusuma@gmail.com

Dasbor

Keluar

Rian Irawan S
Fakultas Hukum Universitas Langlangbuana

SELAMAT DATANG DI A

Mengenai Saya

Jumat, 08 November 2013


rian irawan s

Makalah Hukum Teknologi Informasi

TUGAS MAKALAH HUKUM TEKNOLOGI INFORMASI
TENTANG KEJAHATAN CYBER CRIME DI TENGAH
PERUBAHAN MASYARAKAT

Ikuti

29

Kopi, Buku,
Diskusi ll
Legal activists ll the
people's aspirations
Bridge ll Langlang Buana
University at faculty of
law || @mcfc ll
@fda_kabbandung ll

@LBHBandung||
Lihat profil lengkapku
dokumentasi
Loading...

TWITTER RIAN

Disusun oleh ;
Nama              ; Rian Irawan
NPM                ; 41151010110018
Kelas               ; IVc

BAB I
A.   LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini sudah bersifat global, terutama
dengan berkembangnya internet. globalisasi yang timbul sudah dari
berbagai aspek kehidupan, baik dibidang sosial, iptek, kebudayaan,
ekonomi dan nilai budaya-budaya lain. Kemajuan teknologi informasi
khususnya media internet, dirasakan banyak memberikan manfaat
seperti dari segi keamanan,kenyamanan dan kecepatan.

Dengan kecepatan internet kita dipermudah untuk melakukan
kegiatan dari dalam berbagai hal contoh kecil kita bisa bertransaksi

pemesanan tiket pesawat, kereta api,dll.  Pemanfaatan teknologi
informasi internet juga tidak dapat dipungkiri membawa dampak
negatif yang tidak kalah banyak dengan manfaat positif yang ada.
Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvesional
seperti pengancaman, pencurian, pencemaran nama baik, pornografi,
perjudian, penipuan hingga tindak pidana terorisme kini melalui media
internet  beberapa tindak pidana tersebut  dapat dilakukan secara
online oleh individu maupun kelompok dengan resiko tertangkap
sangat kecil dengan akibat kerugian yang lebih besar untuk
masyarakat maupun negara.
Masalah-masalah kejahatan yang terjadi pada teknologi internet
1.    banyaknya situs porno
2.    serangan hacker terhadap situs pemerintah
3.    penipuan terhadap jual-beli online
4.    pembobolan rekening ATM
5.    penyebaran photo palsu yang sudah dimanipulasi
6.    penyebaran sms yang meresahkan

7.    pencurian pulsa melalui telpon seluler
selain dikategorikan perbuatan melawan hukum dengan kerugian
materil tetapi juga moril yang besar, kasus cyber crime tersebut
semakin menurunkan tingkat kepercayaan terhadap perlindungan
pemerintah kepada masyarakat.
Cyber crime kejahatan dunia maya
            Cyber crime merupakan suatu kejahatan yang baru di dunia
maya dan kejahatan komputer. Secara umum cyber Crime adalah
upaya memasuki jaringan komputer tanpa izin dengan tidak merusak
fasilitas komputer itu sendiri, atau dapat diartikan penggunaan
komputer secara illegal.
Cyber Crime ini adalah segala macam penggunaan jaringan komputer
untuk tujuan kriminal
dan/atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan
kemudahan teknologi digital3.
Cyber crime sendiri bisa di bagi beberapa kelompok diantaranya;
1.     Unauthorized access to Computer System, dimana kejahatan dengan
cara
memasuki suatu jaringan komputer atau menyusup tanpa izin
dari pemilik

jaringan yang dimasukinya.
2.     Ilegal content, adalah memasukan data atau informasi ke internet
mengenai
sesuatu yang tidak benar, tidak etis, dan dianggap melanggar
hukum atau
mengganggu ketertiban umum.
3.    Data Forgery, adalah memasukan data atau dokumen penting yang
tersimpan
sebagai scriptless document
4.    Cyber espionage, adalah memanfaatkan jaringan internet untuk
memata-matai
pihak lain, dengan mamasuki jaringan komputer pihak sasaran.
5.     Cyber Sabotage, adalah membuat gangguan kerusakan atau
kehancuran suatu data program komputer atau jaringan komputer.
6.     Offense against Intelectual property, adalah meniru suatu webpage
secara
illegal, atau menyiarkan suatu informasi yang merupakan
rahasia kepada
orang lain.
7.     Infringement of Privacy, kejahatan ini ditujukan untuk seseorang yang

sangat

Tweets by ​@rian_irawan14
#PemudaDesa
@rian_irawan14
SENIN SAYA SEMANGAT KARENA suka
upacara terus baris d depan kelas untuk d
periksa kuku sama bu guru.
@Ini_Talkshow #NewIniSahurHari8IKEA
12 Jun
#PemudaDesa Retweeted
Rukmana
@RukmanaRukmanaa
@kulabudi @aheryawan @SitiNurbayaLHK
@walhijabar @gakumklh semakin malam
instalasi msn produksi pt scg menghilang

11 Jun
#PemudaDesa Retweeted
Embed


View on Twitter

pengunjung

6759
Entri Populer

Makalah Hukum Teknologi
Informasi
TUGAS MAKALAH HUKUM
TEKNOLOGI INFORMASI
TENTANG KEJAHATAN CYBER
CRIME DI TENGAH
PERUBAHAN MASYARAKAT
Di...
Tahapan-Tahapan
Musrenbang
    Apa itu Musrenbang
? mungkin akan sedikit

asing bagi masyarakat
yang aparatur desanya
kurang
mengimplementasikan
metode pembangunan
ya...
Spirit dan Tantangan
Undang-Undang No 06
tahun 2014 tentang Desa
Wilayah   Negara  
Kesatuan Republik  
Indonesia   dibagi atas
daerah provinsi dan
daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten
dan kota...
REVIEW BUKU
REVIEW BUKU :
DEMOKRASI KITA
  Judul buku

     :
Demokrasi Kita;
Pikiran-pikiran tentang

rahasia atau pribadi, yang apabila diketahui orang lain akan
merugikan
korban tersebut secara materill dan immateriil.
Pada dasarnya Cyber Crime merupakan segala tindak pidana yang
berhubungan dengan informasi, sistem informasi, komunikasi, yang
merupakan sarana penyampaian informasi kepada pihak lain.
Permasalahan yang mendasar adalah:
bahwa kebutuhan perundangan undangan yang baru yang berkaitan
dengan perkembangan teknologi infomasi sudah tidak dapat ditunda
lagi, sehingga perlu dilakukan perubahan perundang-undangan atau
perubahan pada ketentuan hukum pidana Indonesia sebagai akibat
perkembangan teknologi.

Demokrasi dan
Kedaulatan Rakyat. ...
REVIEW BUKU : AKSI

MASSA ( Tan Malaka)
Aksi Massa Tan Malaka
(1926) IV KAPITALISME
INDONESIA Kapitalisme
di Indonesia adalah
cangkokan dari Eropa
yang dalam b...
Laman

Beranda
Arsip Blog

►  2016 (2)
►  2015 (5)
►  2014 (3)
▼  2013 (5)
▼ 

BAB II
B.        `PEMABAHASAN

B.1 ANALISA FAKTA
Sebagaimana pada pembahasan permasalahan bahwa Cyber
Crime adalah merupakan segala tindak pidana yang berhubungan
dengan informasi, sistem informasi, komunikasi, yang merupakan
sarana penyampaian informasi kepada pihak lain sehingga kebutuhan
perundangan undangan yang baru yang berkaitan dengan
perkembangan teknologi infomasi sudah tidak dapat ditunda lagi,
sehingga perlu dilakukan perubahan perundang-undangan atau
perubahan pada ketentuan hukum pidana indonesia sebagai akibat
perkembangan teknologi.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyesuain materi
hukum
sebagai konsekswensi terhadap perubahan undang –undang:
1. Ius Constitutum (Hukum yang berlaku)
‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ merupakan
UndangUndang yang dipakai sebagai dasar hukum bagi lalu lintas Informasi
dan Teknologi yang berlaku di Indonesia. Sekalipun sudah cukup
mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia, namun tetap
perlu banyak revisi untuk mendapatkan suatu Undang-Undang yang
mampu mengakomodir kebutuhan hukum di masyarakat dalam
bidang informasi dan teknologi.
2. Perubahan Masyarakat.
Beberapa bidang kehidupan manusia yang mengalami perubahan
diantaranya, perubahan nilai, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan perubahan antara lain:
a. Pemikiran manusia, akal budi yang dianugrahkan tuhan akan
selalu berkembang dari waktu kewaktu, sehingga mengakibatkan
manusia menggunakan akal dan pikiran nya pada setiap bidang aspek
kehidupan.
b. Kebutuhan manusia selalu menginginkan kebutuhan
terpenuhi namun manusia tidak pernah terpuaskan sehingga dengan
berbagi usaha manusia akan berupaya mewujudkan kebutuhannya.
c. Teknologi, semakin maju kehidupan manusia semakin
meningkat pula pada kemapuan manusia melahirkan teknologi baru.

Novembe
r (5)
REVIEW
BUKU
:
AKSI
MASSA
( Tan
Malak
a)
Makalah
Hukum
Tekno
logi
Infor
masi
REVIEW
BUKU
Dinamik
a
Atau
KeLebay
-an
Polit
ik?
Dinamik
a
Probl
ema
Kampu
s

d. Cara hidup manusia, perkembangan zaman sangat
berdampak pada berbagai perubahan dalam kehidupan manusia,
termasuk cara hidup.
e. Komunikasi dan transportasi, mengakibatkan mudahnya
interaksi antara satu tempat ke tempat lain Negara kenegara lain tidak
lagi dibatasi oleh ruang dan waktu semua nya terbangun dalam satu
jaringan global.
3. Ius Costitu Endum (Hukum yang harus DItetapkan).
Guna menindaklanjuti tuntuan globalisai dan kemajuan teknologi yang
memaksa segala kegiatan manusia berlangsung dengan cepat,
transparan dan tanpa dibatasi oleh wilayah, maka sangat diperlukan
pembaharuan hukum pidana sebagai bagian dari kebijakan hukum
pidana. Dalam konteks Indonesia pembaharuan hukum Pidana harus
dilakukan dengan pendekatan kebijakan, oleh karena pada hakikatnya
hukum pidana merupakan bagian dari suatu kebijakan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai upaya
penyempurnaan terhadap ketentuan-ketentuan pidana mengenai
kejahatan dunia maya, Yaitu:
1. Dengan semakin maraknya, Cyber Crime maka akan ada alat
bukti baru yang mempunyai sifat berbasis teknologi, seperti berupa
surat electronic dan rekaman electronic.
2. Kemudian salah satu ciri Cyber Crime adalah memanfaatkan
jaringan telematika, media, dan global. Aspek global ini mengakibatkan
seakan – akan dunia tanpa batas, sehingga pelaku korban serta
tempat dilakukannya tindak pidana terjadi di Negara yang berbeda,
oleh karena itu, daya berlaku suatu Undang-Undang yang berkaitan
dengan informasi dan teknologi harus diperluas.
Pengaturan Tentang Cyber Crime Dalam Sistem Hukum di Indonesia
Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet,
Undang-Undang yang diharapkan (ius konstituendum) adalah
perangkat hukum yang akomodatif terhadap perkembangan serta
antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak negative
penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang dapat
menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi.
Saat ini,Indonesia sudah memiliki ‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ yang telah dengan cukup baik melindungi
masyarakat Indonesia.
Melalui media internet beberapa jenis permasalahan tindak pidana
yang pada
umumnya terjadi adalah:
1. Maraknya situs-situs porno,
2. Serangan hacker terhadap situs pemerintah.
3. Serangan virus terhadap prorgam komputer,
4. Penipuan dari jual-beli online,
5. Perjudian via online,
6. Pembobolan rekening nasabah melalui ATM,
7. Penyebaran foto palsu seseorang yang telah dimanipulasi secara
grafis,
8. Penyebaran sms yang meresahkan,
9. Pencurian pulsa melalui telepon seluler.
Kesembilan masalah ini telah dengan cukup baik, ditangani oleh
UNDANGUNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK yang dapat ditemukan dalam pasal-pasal
berikut ini:

Pasal 27
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan perjudian.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan pemerasan dan/atau pengancaman.
Pasal 28
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).
Pasal 29
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
Pasal 30
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain
dengan cara apa pun.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan
tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan
melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan.
Pasal 31
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan
intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik
dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik orang
lain.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan
intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu
Komputer dan/ atau Sistem elektronik tertentu milik Orang lain, baik
yang tidak menyebabkan perubahan apapun maupun yang

menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau
penghentian Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
sedang ditransmisikan.
(3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas
permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum
lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana
dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 32
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan
transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan
suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang
lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik
Orang lain yang tidak berhak.
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
mengakibatkan
terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang bersifat
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang
tidak
sebagaimana mestinya.
Pasal 33
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan
tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik
dan/atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana
mestinya.
Pasal 34
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi,
menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan,
menyediakan, atau memiliki:

a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang
atau secara
khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu
yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan
tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 sampai dengan Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak
pidana jika
ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem
Elektronik, untuk
perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak
melawan hukum.
Pasal 35
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan,

pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.
Pasal 36
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.
Pasal 37
Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di
luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di
wilayah yurisdiksi Indonesia.
Pasal 45
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6
(enam) Tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat
(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
Tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 46
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 47
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1)
atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
Tahun
dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
Pasal 48
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) Tahun
dan/atau denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 49
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 50
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 51
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Tahun
dan/atau denda
paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Pasal 52
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1)
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak
dikenakan
pemberatan sepertiga dari pidana pokok.
(2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
sampai dengan Pasal
37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta
Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau
yang
digunakan untuk layanan publik dipidana dengan pidana pokok
ditambah sepertiga.
(3). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
sampai dengan Pasal
37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta
Informasi
Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah dan/atau
badan
strategis termasuk dan tidak terbatas pada lembaga pertahanan, bank
sentral,
perbankan, keuangan, lembaga internasional, otoritas penerbangan
diancam dengan

pidana maksimal ancaman pidana pokok masing-masing Pasal
ditambah dua pertiga.
(4). Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
sampai dengan
Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok
ditambah dua pertiga.
Akan tetapi masih ada sejumlah masalah terkait dengan pelaksanaan
Undang- Undang ini seperti kurangnya jumlah aparat yang mengerti
dengan baik permasalahan IT, kemudian tak lupa pula permasalahan
yuridiksi, semisal apabila kejahatan itu dilakukan di luar negeri, namun
menimpa Warga Negara Indonesia. ‘’UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK’’ belum secara tegas mengatur mengenai hal
tersebut.

BAB Iii
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
a. Terdapat beragam pemahaman mengenai Cyber Crime. Namun bila
dilihat dari
asal katanya, Cyber Crime terdiri dari dua kata, yakni “cyber” dan
“Crime”. Kata
“cyber” merupakan singkatan dari “cyberspace”, yang berasal dari kata
“cybernetics” dan “space” Istilah cyberspace muncul pertama kali pada
Tahun 1984 dalam novel William Gibson yang berjudul Neuromancer.
b. Karakteristik Cyber Crime adalah:
1. Perbuatan anti sosial yang muncul sebagai dampak negatif dari
pemanfaatan teknologi informasi tanpa batas.
2. Memanfaatkan rekayasa teknologi yang mengandalkan kepada
tingkat keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi.
Salah satu rekayasa teknologi yang dimanfaatkan adalah internet.
3. Perbuatan tersebut merugikan dan menmbulkan ketidaktenangan di
masyarakat, serta bertentangan dengan moral masyarakat
4. Perbuatan tersebut dapat terjadi lintas negara. Sehingga melibatkan
lebih dari satu yurisdiksi hukum.
B. Saran
Dari berbagai upaya yang dilakukan, telah jelas bahwa Cyber Crime
membutuhkan global action dalam penanggulangannya mengingat
kejahatan tersebut seringkali bersifat transnasional. Beberapa langkah
penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan

Cyber Crime adalah:
1. Melakukan modernisasi Undang-Undang ITE beserta hukum
acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi internasional yang
terkait dengan kejahatantersebut
2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional
sesuai standar internasional
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum
mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkaraperkara yang berhubungan dengan Cyber Crime
4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah Cyber
Crime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi
5. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional
maupun multilateral, dalam upaya penanganan Cyber Crime, antara
lain melalui perjanjian ekstradisi dan mutual assistance treaties
Diposkan oleh rian irawan s di 07.45
Reaksi: 

lucu (0)

menarik (0)

keren (0)

+1   Rekomendasikan ini di Google

Label: cyber crime, kumpulan makalah-makalah, makalah cyber
crime, makalah hukum, Makalah Hukum Teknologi Informasi, rian
irawan
rian irawan s
Kopi, Buku, Diskusi ll Legal activists ll the people's
aspirations Bridge ll Langlang Buana University at faculty
of law || @mcfc ll @fda_kabbandung ll @LBHBandung||

Tambahkan komentar sebagai Andra Maulana Natakusuma Andra

Komentar teratas
rian irawan s melalui Google+
Dibagikan kepada publik

2 tahun yang lalu

 
mangaa​

Posting Lebih Baru

Beranda

Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Song Playlist

Template Simple. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.