MAKALAH PENDIDIKAN DARI MASA PURBA SAMPA

MAKALAH
PENDIDIKAN ZAMAN PURBA SAMPAI DENGAN
ZAMAN KOLONIAL BELANDA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok:
Mata Kuliah

: Landasan Pendidikan

Semester

:V

Prodi

: PGSD

Dosen

: Agus Gunawan, M.Pd.

Disusun oleh:

Dani
Fitri
Irma Hawari
3. G (PGSD)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KUNINGAN
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Landasan Pendidikan”. Sholawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi
besar kita Muhammad Saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan di program
studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Universitas Kuningan. Selanjutnya, kami

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus Gunawan, M.Pd.
selaku pembimbing mata kuliah Landasan Pendidikan dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

ii


BAB I

BAB II

BAB III

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

1

C. Tujuan ......................................................................................................

2


: PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidikan dari Masa Purba sampai Modern ............................

3

1. Zaman Prahindu ................................................................................

3

2. Zaman Pengaruh Hindu .....................................................................

3

3. Zaman Pengaruh Budha ....................................................................

4

4. Zaman Pengaruh Islam ......................................................................

5


5. Zaman Kolonial Belanda ...................................................................

5

6. Zaman Penjajahan Jepang .................................................................

7

7. Zaman Kemerdekaan .........................................................................

8

B. Ciri-ciri Khas Masing-masing Periode ....................................................

9

: PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................


14

B. Saran ........................................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

15

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah atau history adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian
atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi
yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita dan
sebagainya. (Pidarta, 2007: 109).
Sejarah adalah suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, yang

merupakan bagian dari kehidupan manusia, sejarah itu diisi tergantung pada pembuat
sejarah apakah diisi dengan tinta sejarah yang bermanfaat atau sebakliknya. Hingga
sampai saat ini pun sebenarnya kita juga sedang membuat sejarah tentang kehidupan kita
untuk generasi penerus kita baik itu untuk anak dan cucu kita dan semua orang yang
terlibat dalam aktivitas kehidupan kita. Secara tidak langsung kita ada pada saat ini
merupakan sejarah dari orang tua kita, orang tua kita ada dari orang tua kita sebelumnya
dan begitulah seterusnya.
Peristiwa sejarah meliputi berbagai aktivitas manusia semua bidang manusia
salah satunya adalah landasan sejarah dalam bidang pendidikan yang merupakan
pembahasan makalah ini. Pendidikan merupakan hasil sejarah orang – orang sebelum
kita yang berjasa dalam bidang sejarah, oleh karena itu dengan adanya landasan sejarah
pendidikan di masa lalu bisa dijadikan gambaran untuk melakukan pendidikan dimasa
sekarang. Sehingga dalam pelaksannan pendidikan dapat mengarah pada tujuan
sebenarnya pendidikan itu.Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perubahan dan
salah satunyadi bidang pendidikan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Untuk memajukan pendidikan suatu bangsa maka kita perlu mempelajari sejarah
pendidikan itu sendiri, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Karena dengan
mernpelajari sejarah pendidikan maka kita dapat mengetahui apa yang sudah dikerjakan
oleh pendahulu kita serta hasil yang diperoleh.
B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, penulis ingin memfokuskan permasalahan penulisan
makalah ini ke dalam 2 kajian, yaitu :
1. Bagaimana sejarah pendidikan dari masa ke masa?
2. Bagaimana tujuan pendidikan dari dari masa ke masa?
1

C. Tujuan
Dari penulisan makalah ini diharapkan kita semua selaku calon pendidikan dapat
mempelajari kelebihan dan kekurangan system pendidikan yang ada sekarang di
Indonesia dengan mempelajari terlebih dahulu sejarah pendidikan,

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan dari Masa Purba sampai Modern
1. Zaman Pra Hindu
Sebelum


pengaruh

kemasyarakatan

dan

hindu

masuk

pendidikan.

di

indonesia

Pendidikan

telah


terdapat

merupakanbagian

dari

system
system

kemasyarakatan itu. Zaman prahindu ini masih bercorak adatasli, sekalipun
keasliannya ini tidak sama dengan sifat primitive. Hal ini karena tanda-tanda
kemajuan dari keprimitifan itu memang telah ada (Soemaryo,tt:1).
Namun demikian kebudayaan pada waktu itu masih dapat dibedakan antara yang
palaelitis (palaios=lama kuno) dengan yang neolitis (neos = baru). Kebudayaan
palaeolitis ini seperti yang kita jumpai pada orang-orang Kubu, Weda, dan Negrito,
sedangkan kebudayaan Neolitis seperti yang kita jumpai pada sebagian orang-orang
pedalaman di Kalimantan dan Sulawesi. Kepercayaan mereka adalah animisme dan
sebagian yang lain adalah dyinamisme, sedangkan hidup kemasyarakatannya adalah
gotongroyong


(belum

ada

perbedaan

kelas).

Empu

(juga

sebagai

guru)

mengembantugas lahiriah dan tugas maknawiah. Tugas lahiriah sebagai pandai besi
dan tugas maknawiah sebagai dukun. Tujuan pendidikan ialah : manusia
gotongroyong, manusia menghormati empu, dan manusia taat akan adat (Jumhur,
1974:103).
2. Zaman Pengaruh Hindu
Selama masa ini, berlangsunglah akulturasi (pembudayaan) antara peradaban dan
kebudayaan adat asli dengan cara kehidupan hindu. Abad yang cukup lama ini
membuat akulturasi adat asli dan kebudayaan hindu dengan sangatkuat, dan terjadilah
“kebudayaan asli uang diperkuat dengan unsur-unsur asing.”
Lebih-lebih di Jawa kebudayaan Jawa asli menjadi sangat “anggun”, karena
unsur-unsur kehinduan diolah dan dicernakan sebegiturupa, sehingga sifat kehinduan
menjadi sifat kejawaan (Soemaryo, tt:1). Di India terdapat penggolongan masyarakat
sebagai berikut :
1.) KastaBrahmana
2.) Kasta Ksatria masyarakat yang dijamin
3

3.) KastaWaisa
4.) Kasta Sudra masyarakat yang menjamin
Akhirnya terjadilah perubahan sikap policy dari ketua-ketua adat tersebut,
sehingga lahirlah system di Indonesia.
Di dalam dunia pendidikan menyesuaikan diri dengan kehidupan agama dan tata
susunan dalam bermasyarakat. System pendidikannya adalah system asrama (system
guru kula). Gurunya adalah seorang Brahmana, kemudian diganti oleh seorang empu
yang telah belajar dari seorang Brahmana (Djumhur, 1974:105-109).
Pada zaman kerajaan Majapahit, pendidikan dilaksanakan di Padepokan-padepokan,
di asrama-asrama, di pertapaan-pertapaan oleh para Brahmana. System pengajaran
diberikan secara perorangan (hoofdelijk). Seorang guru mengajar seorang siswa,
siswa-siswa yang lain menanti gilirannya, sambil membaca-baca sendiri.
Aktivitas yang dilakukannya ialah: menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa
jawa kuno, menyusun buku-buku sendiri, antara lain Negara kertagama. Perpustakaan
untuk umum telah ada di ibukota.
Kemajuan yang telah dicapai antara lain: bidang politik, ekonomi, social, dan
kebudayaan, sedangkan kelemahannya anataralain : kurang memperhatikan generasi
muda dan kurang mempersiapkan kader-kader pimpinan bangsa.
Dalam maslah spiritual, manusia itu hidup dalam “sangsara”, yaitu perpindahan jiwa
yang tak berkeputusan, dan tujuannya ialah mencapai “muksa” (bersatu dengan syiwa.
Untuk itu salah satu lakunya ialah dengan “bertapa” (Djumhur, 1974:107-108).
3. Zaman Pengaruh Budha
Dalam masalah spiritual, manusia sampai pada “muksa”, laku “sangsara” nya
tidak melalui “bertapa”, melainkan melalui “asthabrata” : kepercayaan, pertimbangan,
perkataan, perbuatan, penghidupan, usaha Samadhi, dan persatuan pikiran yang baik,
sedangkan pengertian “nirwana” (tujuan asthabrata tersebut) adalah “sepi dari
kehendak” (Djumhur, 1974:108).
Pada zaman Sriwijaya yang berpusat di Plembang, telah terdapat perguruan tinggi
agama Budha, yang dipimpin oleh maha guru yang bernama Dharmapala. Aktivitas
yang dilakukan antara lain menterjemahkan buku-buku agama Budha, disamping
kerajaan Sriwijaya, kerajaan Mataramkuno yang berpusat di jawa Tengah, juga telah
memiliki perguruan tinggi agama Budha yang dipimpin oleh Jama Badra. Aktivitas

4

yang dilakukanantara lain menterjemahkan buku-buku agama budha dan buku lain
kedalam bahasa Jawa Kuno, misalnya buku Ramayana.
4. Zaman Pengaruh Islam
Masa ini berlangsung mulai memperoleh kedudukan yang baik di Jawa sekitar
abad XV. Melalui usaha mubaligh islam yang datang dari India, agama ini sangat
berpengaruh di Nusantara, terutama di daerah-daerah pantai (Soemaryo, tt:1).
Pendidikan dan pengajarannya antara lain sebagaiberikut :
1.) Langgar atau Surau: mengaji Al-qur’an (individual/semiklasikal). Pembimbingnya
semacam “tutor”.
2.) Pondok pesantren

: belajar ilmu agama, ilmu bahasa, ilmu falaq, hokum fiqih,

logika, dsb.Pembimbingnya adalah “Kyai”.
3.) Madrasah: belajar ilmu pengetahuan umum dan kejuruan, agama, dan sebagainya.
Pembimbingnya adalah “guru”.
4.) Pada zaman kerajaan Demak, R. Patah mendirikan pesantren-pesantren, untuk
menggantikan asrama-asrama. System pendidikan dan pengajarannya perorangan /
hoof delijk.
5. Zaman Kolonial Belanda
Masa ini berlangsung dari abad ke XVI sampai kira-kira pertengahan abad XX.
Selama periode ini bangsa Indonesia berkenalan dan terkena pengaruh peradaban Barat
dan pada umumnya kebudayaan Belanda pada khususnya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi Barat, agama Kristen dan Katolik, memberikan corak lain dari cara
kehidupan menurut rasa “ketimuran”. Akibatnya sering kali terjadi konfrontasi, tetapi
juga terjadi adaptasi, integrasi, konvergensi, dan saling pemanfaatan antara kedua belah
pihak. Hal inilah yang menyebabkan kebudayaan Indonesia berangsur-angsur maju ke
arah “modernisasi”, yang tidak sama dengan “westernisasi”. Dengan kata lain
kebudayaan Indonesia ingin menjadi modern, dengan tetap mempertahankan
identitasnya sebagai bangsa Indonesia (Soemaryo, tt : 1 – 2).
Pengaruh barat terhadap Indonesia lewat : pendidikan/pengajaran umumkejuruan, pendidikan/agama Kristen, pendidikan/pengajaran yang pernah diberikan
secara cuma-cuma, dan komunikasi yang diusahakan lebih mudah.

5

Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah : menyiapkan tenaga rendah/murahan,
mengabdi kepentingan penjajah melaksanakan politik memecah belah, dipertahankan
kekuasaan politik dan ekonomi penjajah.
Pada zaman VOC, Inggris dan Hindia Belanda, pendidikan untuk rakyat
Nusantara sangat terlantar. Setelah adanya tanam paksa (cultuur Stelsel 1830), Belanda
menjadi kaya raya, maka muncullah suatu usul dari Van Deventer tahun 1848, yang
disebut “Politik Etis” (politik balas jasa), yang isinya agar Belanda membalas budi
kepada rakyat Indonesia dalam bentuk : educasi (pendidikan), irigasi (pengairan dan
kolonisasi (transmigrasi) ).
Usul tersebut memang diterima oleh DPR Belanda, tetapi pelaksanaannya adalah
sangat timpang. Sekolah-sekolah dibuka lebih banyak untuk melayani orang-orang
Belanda sendiri, sedangkan untuk orang-orang pribumi hanya sebagian kecil saja.
Sekolah-sekolah rendah yang dibuka antara lain : ELS (Europese Lager School),
HCS (Holands Inlandse School), Schakel School (Sekolah sambungan), Sekolah
Keputrian, Sekolah Ambon, Sekolah angka satu, Sekolah angka dua, dan sebagainya.
Sejak Budi Utomo didirikan (1908), maka terdapat perubahan dalam
penyelenggaraan sekolah, antara lain :
a. Sekolah angka satu (5 th) ditingkatkan menjadi 6 th. Dan pada tahun 1914
diubah menjadi HIS (7 th) dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
b. Sekolah angka dua (3 th) ditingkatkan menjadi 5 tahun.Setelah tahun diseleksi
dengan kalsifikasi:
 Yang kurang cerdas, melanjutkan ke kelas 4 dan 5.
 Yang cerdas, melanjutkan ke Schakel School (5 th, dan berbahasa
Belanda) dan boleh melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs).
c. Dari MULO (SMP 3 th) dapat melanjutkan ke AMS (Al-Gemene Middlebbare
School).
d. Dari AMS (SMA 3 th) dapat melanjutkan ke :
 GHS (Geneeskudige Hoge School) = Kedokteran
 RHS (Rechtskundige Hoge School) = Sekolah Tinggi Hukum
 THS (Technische Hoge School) = Sekolah Tinggi Teknik.
Sekolah-sekolah lain yang timbul stelah Budi Utomo antara lain :
1.) Sekolah-sekolah Muhammadiyah 1912, yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan,
yang berpusat di Yogyakarta.
6

2.) Sekolah-sekolah yang didirikan oleh misi Katholik yang berpusat di Muntilan oleh
Pastor Van Lith, dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending (sekolah
Kristen).
3.) Taman Siswa : 3 Juli 1922
Sekolah ini didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro dan berpusat di Yogyakarta
Azas Taman Siswa adalah Panca Dharma : Kemanusiaan, kodrat alam,
kemerdekaan, kebangsaan, dan kebudayaan.
Tujuan pendidikan adalah hidup tertib dan damai. Sedangkan isi
pendidikannya mengutamakan kebudayaan sendiri, yaitu kebudayaan Indonesia,
dengan prinsip “trikon” : konsentris, kontinuitas, dan konvergensi.
Metode pendidikannya adalah “Tut Wuri Handayani” dengan sistem
“Among”, dan macam sekolah yang didirikannya ialah : Taman Indria (TK), Taman
Putra (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), Taman Guru (SPG), dan
Sarjana Wiyata (Universitas).
Pada tahun 1938 atas usul Ki Hajar Dewantoro diadakan Kongres Pendidikan
Nasional (KPN) dengan tugas pokok : mencari sistem pendidikan nasional.
Tetapi sayang sebelum tugas pokok KPN selesai pecah perang dunia II.
Indonesia lepas dari penjajahan Belanda (1942), tetapi jatuh ke tangan Jepang/Dai
Nippon.
Sekolah Kerja di Kayu Tanam
Sekolah ini didirikan oleh Moh. Syafei dan berpusat di Kayu Tanam, Sumatera
Barat. Tujuan pendidikannya ialah, berdiri di atas kaki sendiri, sedangkan mata
pelajaran yang dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan tersebut ialah :
seni keterampilan, pertanian, dan koperasi.
Sesudah Budi Utomo ini sesungguhnya masih banyak sekolah-sekolah yang
bertumbuhan, seperti Sekolah Kartini, Sekolah Dewi Sartika, dan sebagainya.
Namun karena sempitnya ruangan ini (hanya dasar-dasar) terpaksa hal tersebut
tidak dapat dituliskan di dalam buku ini seluruhnya.
6. Zaman Penjajahan Jepang
Masa penjajahan Jepang ini relatif pendek (3,5 tahun). Tetapi penderitaan bangsa
Indonesia lebih mengerikan bila dibandingkan dengan zaman penjajahan Belanda yang
3,5 abad lamanya.

7

Landasan idiil dari penjajahan Jepang ini ialah : Indonesia adalah sumber bahan
mentah, tenaga manusia murah, politik ekspasi, menanamkan ideologi “kemakmuran
bersama” di Asia Timur Raya (Hakko Ichiu), dan kelangsungan perah pasifik.
Tujuan pendidikan adalah : pembentukan militerisme dan menang dalam perang
melawan sekutu.
Sistem pendidikan dan pengajarannya ialah : Sekolah Rakyat 6 tahun, Sekolah
Menengah 3 tahun, dan Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun. Untuk mendidik guru
terdapat tiga jenis sekolah yaitu : Sekolah Guru 2 tahun (Syoto Sihan Gakko), Sekolah
Guru 4 tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru 6 tahun (Koto Sihan Gakko).
Semua Perguruan Tinggi ditutup, kecuali : Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko)
di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik (Kogyo Dai Gakko) di Bandung, Sekolah Tinggi
Pamongpraja (ini PT yang baru di Jakarta), dan Sekolah Tinggi Kedokteran Tinggi di
Bogor.
Kesempatan belajar terbuka lebar bagi semua golongan penduduk di Indonesia.
Jalur-jalur sekolah menurut penggolongan keturunan bangsa/status sosial sudah
dihapus. Oleh karena itu semua mendapat kesempatan yang sama (Depdikbud, 1979 :
89)
Keberatan yang diderita oleh anak didik pada umumnya antara lain : kerja bakti
(kinrohosi) pada hari-hari tertentu, mencari iles-iles (ubi bunga bangkai), menanam
jarak, cari besi tua, membersihkan asrama-asrama militer jalan raya, dan latihan
kemiliteran.
7. Zaman Kemerdekaan
Terpelasnya bangsa Indonesia dari belenggu penjajah (17 Agustus 1945),
memungkinkan bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi-potensi yang
mengarah pada terwujudnya sila-sila dari Pancasila. Harapan kita ialah agar pergaulan
antara warga bangsa Indonesia diresapi oleh kelima sila itu, sehingga rasa keadilan,
kemakmuran, dan kesejahteraan hidup yang merata meliputi seluruh warga bangsa
(Soemaryo, tt : 2).
Di dalam pendidikan dan pengajaran bangsa Indonesia tidak henti-hentinya untuk
merombak dan membangun sistem pendidikan Indonesia dengan tujuan agar sistem itu
benar-benar dapat dijadikan media pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
(Soedomo H, 1983 : 21).

8

Dasar hukum untuk menciptakan sistem pendidikan tersebut ialah : proklamasi
kemerdekaan Indonesia, pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 bab XIII,
pasal 31, ayat 1 dan 2, Ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR, dan UUPP No. 4/1950
No. 12/1954 (Soedomo H, 1983: 5).
B. Ciri-Ciri Khas Masing-Masing Periode
Untuk memperoleh gambaran bagaimana corak peradaban dan kebudayaan bangsa
Indonesia pada tiap-tiap periode tersebut, berikut ini akan dibicarakannya atas dasar silasila Pancasila.
Bila dibandingkan dengan sila-sila dalam pancasila, maka ciri-ciri pada masingmasing periode itu dapatlah diuraikan sebagai berikut :
1. Zaman Pra Hindu
1.) Perasaan ingin aman dan mencari keselamatan hidp sebagai sumber kehidupan
religius. Karena bangsa Indonesia masih terpecah dan terpisah satu sama lain
dalam kelompok kesukuan, maka corak keagamaan mengacu kepada kekuatan
gaib atau magic, animisme dan dynamisme.
2.) Kemanusiaan yang adil dan beradab, menggambarkan martabat manusia
memandang orang lain sama dengan martabatnya bila orang lain itu sama
keyakinannya, sama daerah dan sukunya. Rasa bersatu dalan in-group sangat
kuat dan mencurigai hal-hal yang serba tidak sama.
3.) Rasa perstuan dimulai dengan kesetiaan dan kebanggaan kepada orang tuanya,
keluarga besarnya, daerah dan tanah kelahirannya, suku bangsa dan kepala
sukunya (rajanya). Kesetiaan ini didukung oleh sikap religiusnya. Karena itu
mereka memuja dan mendewakan dewa rumahnya, dewa dasanya, dewa
sukunya, dan dewa yang menjelma dalam diri kepala sukunya atau rajanya.
4.) Semangat kerakyatan diawali dengan musyawarah dan mufakat kelompok
apabila rasa amannya terancam dan terganggu. Dalam musyawarah ini terjadi
pembagian tugas, hak dan kewajiban diantara sesama warga kelompok.
Akhirnya mereka tahu bahwa kepentingan bersama yang kolektif harus
didahulukan dari pada kepentingan individual. Orang berani berkorban demi
kepentingan kelompok, demi atasan (kepala suku/raja), dan demi roh halus.
5.) Keadilan sosial muncul dimulai dari pengaturan hak milik bersama mengenai
tanah, hutan dan hasilnya, hasil bumi, warisan orang tua, dan sebagainya.
Tetapi setelah muncul pola hubungan antara kepala suku (raja) disatu pihak
9

dan hamba sahaya dilain pihak, maka terjadilah “dualisme” dalam arti
keadilan sosial (Soemaryo, tt : 2-3).
2. Zaman Hindu-Budha
1.) Kehidupan beragama pada masa pra Hindu diteruskan dengan bentuk dan corak
yang semakin kaya : upacara-upacara, kisah nenek moyang yang penuh mistik,
sesaji terhadap nenek moyang dan dewa-dewa. Isi kepercayaan terhadap Tuhan,
dengan hirarki dewa-dewa, dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah.
Roh-roh dari masa pra Hindu dengan mudah ditransfer dalam keyakinan Hindu.
2.) Gambaran kemanusiaan sejalan dengan hirarki dewa-dewa, yaitu adanya sistem
kasta. Kasta Brahmana, Ksatria dan Waisa adalah kasta yang memiliki hak
kemanusiaan, walaupun dengan gradasi yang berbeda, sedangkan Kasta Sudra
hampir tak ada hak asasi manusia. Hanya dengan kepercayaan “reinkarnasi”
orang akan dapat berpindah dari Kasta yang satu ke Kasta yang lain.
3.) Faham persatuan menjadi kabur setelah masyarakat terpecah menjadi golongan
atasan dan golongan bawahan. Kaum bawahan lebih setia pada tanah kelahiran
(patriotisme) dari pada kaum atasan. Oleh kaum atasan kesetiaan dari kaum
bawahan ini kemudian digeser dan dididik ke arah setia kepada dynasti atasan
(raja). Akhirnya kedua kesetiaan ini (tanah air dan dynasti raja) tertanam kuat
pada generasi muda bawahan.
4.) Faham kerakyatan menjadi kabur karena sistem feodalisme semakin kuat.
Pengertian hak dan kewajiban menjadi goyah, karena terdapat ketidak
seimbangan antara kesetiaan kepada suku bangsanya dan kesetiaan kepada raja
(yang tidak selalu berasal dari suku bangsa tersebut). Demokrasi dalam arti
terbatas hanya berlaku intern di desa, yang disebut “rembug desa”. Dalam soal
kenegaraan rakyat hanya melayani, tetapi kurang dilayani.
5.) Azas keadilan tidak jelas, semakin tinggi Kasta seseorang semakin besar pula
hak istimewanya dan sebaliknya semakin rendah Kasta seseorang semakin berat
beban kewajibannya. Bentuk tertua gambaran keadilan sosial berupa “peraturan
adat” yang menjamin “rasa adil” dalam persekutuan hidup suku bangsa
(Soemaryo, tt : 3).
3. Zaman Mulai Menyebarnya Agama Islam
1.) Faham Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagai nabi
junjungannya. Namun demikian kepercayaan lama ( pra Hindu dan masa Hindu),
masih tetap dipertahankan. Dengan demikian kepercayaan terhadap Tuhan Yang
10

Maha Esa bercampur dengan kepercayaan terhadap dewa-dewa Hindu dan rohroh nenek moyang yang melindungi manusia di dunia.
2.) Azas kemanusiaan secara teoritis

berlaku persamaan hak

semua orang

dihadapan Tuhan. Islam tidak mengenal hirarki dalam ibadat. Dalam praktek
terdapat perbedaan yang tajam antara hamba sahaya dengan kerabat keraton,
antara orang biasa dengan alim ulama. Sistem feodalisme dari zaman Hindu
dipertahankan dan dimanfaatkan untuk konsolidasi kerajaan Islam.
3.) Azas persatuan dari zaman Hindu masih dipertahankan dan dikembangkan.
Struktur politik juga belum berubah. Kaum atasan dan bawahan sering kali
bersama-sama berjuang dan berperang untuk membela tanah kelahiran, raja dan
agama Islam. Rasa persatuan Indonesia masih terbatas pada patriotisme lokal
dan kesukuan.
4.) Azas kerakyatan secara teoritis diajarkan, berupa musyawarah dan mufakat
dalam keluarga dan masyarakat. Tetapi dalam praktek, sistem feodalisme yang
kuat menyebabkan musyawarah dan mufakat hanya berlaku di kalangan alim
ulama dan pemimpin masyarakat.
5.) Azas keadilan pada masa Hindu belum banyak berubah. Masih ada dualisme
dalam pembagian wewenang, hak dan kewajiban antara kaum atasan dan kaum
bawahan.
4. Zaman Kolonial Belanda
1.) Azas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut paham Kristiani. Kedatangan orang
Portugis dan Belanda membawa ajaran-ajaran agama Katholik dan Kristen
Protestan.
2.) Azsas kemanusiaan menurut paham Eropa (renaissance, humanisme, reformasi,
kontra reformasi, realisme, dan aufklarung) berangsur-angsur masuk ke
Indonesia. Gambaran mengenai kemanusiaan mulai mengalami deferensi
menurut agama Kristen dan kepercayaan suku (terutama Jawa).
3.) Renaissance adalah gerakan yang merupakan reaksi terhadap sikap hidup abad
tengah. Renaissance berarti lahir kembali, kelahiran yang merindukan kembali
kepada kebudayaan klasik (kebudayaan Yunani-Romawi). Mereka ingin bebas,
mencari pedoman baru, individualistis, pandangannya antroposentris (Djumhur
dkk., 1974 : 38). Humanisme adalah renaissance dalam sastra.

11

4.) Reformasi adalah reaksi terhadap tindakan gereja, yang membebani rakyat
dengan bermacam-macam pajak. Gerakan ini ingin bebas dan hanya mengikuti
injil saja sebagai satu-satunya sumber kepercayaan (Djumhur dkk., 1974 : 39).
5.) Kontra reformasi adalah suatu gerakan yang berusaha memperbaharui keadaan
berdasarkan disiplin yang ketat sebagai jawaban terhadap gerakan reformasi
(Djumhur dkk., 1974 : 41).
6.) Aufklarung (pencerahan) : manusia menghendaki kebebasan dari absolutisme
negara, kebebasan ekonomi. Pendidikan ingin bebas dari pengaruh gereja, tetapi
negara yang mengurusnya (Djumhur dkk., 1974 : 119).
7.) Realisme suatu gerakan yang meninggalkan

cara-cara klasik (anjuran

Humanisme). Mereka mengarahkan perhatian ke dunia nyata, kepada alam dan
benda-benda yang sebenarnya. Disini munculnya ilmu-ilmu alam dan runtuhnya
sistem pengajaran yang bersifat humanisme (Djumhur dkk., 1974 :42-43).
8.) Azas persatuan Indonesia selama VOC terkoyak-koyak, karena taktik Kompeni
“devide et impera” dan suku-suku bangsa sendiri memang mudah diadu domba.
Tetapi menjelang abad ke XX, rasa persatuan timbul kembali akibat penderitaan
yang dirasakan oleh semua suku bangsa dari penguasa tunggal : Pemerintah
Kolonial Hindu Belanda. Sejak 20 Mei 1908 rasa persatuan itu sescara resmi
dicetuskan oleh Budi Utomo dan wujud persatuan itu makin nyata dengan
adanya sumpah pemuda yang tanggal 28 eksplesit lahir pada tanggal 17 Agustus
1945.
9.) Azas kerakyatan selama zaman VOC sampai awal abad ke XX tidak dikenal.
Kecuali bentuk musyawarah dan rembug desa di kalangan masyarakat desa.
Pada awal abad ke XX, rakyat mulai haus akan pendidikan, pengajaran dan
pengetahuan Barat. Sejak itulah demokrasi mulai menjadi idam-idaman seluruh
bangsa. Kesamaan derajad diantara sesama orang, persaudaraan antara sesama
suku bangsa, menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
10.) Azas keadilan sosial di zaman VOC sampai awal abad ke XX belum terasa.
Baru setelah Daendels berkuasa, paham aufklarung, demokrasi dan kebebasan
terdengar di Indonesia. Semboyan revolusi Perancis yang terkenal: liberte,
fraternite dan egelite mulai berpengaruh. Gerakan emansipasi sejak abad ke XX
di Indonesia mencerminkan akan kehausan masayrakat mengenai meratanya
keadilan dan kemakmuran (Soemaryo, tt : 4-5).

12

5. Zaman Jepang
1.) Azas ketuhanan diarahkan sesuai dengan kepercayaan orang Jepang, di samping
kepercayaan Islam juga dibiarkan berlangsung. Orang-orang Kristen sedikit
mendapat rintangan, dan banyak Pastor-pastor yang dipenjara atau bahkan
dibunuh.
2.) Azas kemanusiaan mendapat goncangan yang luar biasa. Tenaga romusha
mendapat perlakuan tidak lebih tinggi dari pada binatang. Anak-anak sekolah
setiap hari dikerahkan ke ladang-ladang untuk mencari “iles”, untuk memberi
makan kepada tenaga-tenaga romusha tersebut.
3.) Azas persatuan ditandai dengan penghormatan kepada raja Teno Haika (raja
Jepang). Di samping itu juga ditandai dengan ajaran militer: gerilya dan
pembentukan pasukan Pembela Tanah Air (Peta).
4.) Azas kerakyatan tidak menunjukkan adanya musyawarah atau mufakat. Sikap
otoriterlah yang sangat menonjol dalam pemerintahan Jepang. Tetapi pengertian
rembug desa walaupun terbatas masih nampak pula di pedesaan.
5.) Azas keadilan sosial makin tidak nampak. Hak-hak orang Jepang sudah jelas
pasti lebih tinggi. Tetapi meskipun demikian bangsa Indonesia masih mendapat
harapan lewat pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan. Dengan
diselenggarakannya pendidikan SR, SM, SMT, dan pendidikan Guru, berarti
bangsa indonesia masih ada secercah harapan untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan (Soemaryo, tt: 5).

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan berperan penting terhadap kebudayaan manusia. Mulai dari zaman
purba,

pendidikan

secara

tidak

langsung

berperan

penting

dalam

proses

kehidupannya, hingga akhirnya masa Hindu dan Budha masuk ke Indonesia,
pendidikannya berubah menjadi lebih terstruktur. Setiap masa atau periode, memiliki
karakteristik pendidikan yang berbeda pula, baik dari segi pengajarannya, objek yang
dipelajarinya, pola belajarnya bahkan tujuan pendidikannya pun tidak sama.
Pendidikan zaman prahindu masih mengandung kepercayaan animism dan
dinamisme sebagai ciri khasnya. Zaman hindu dan budha mulai dikenal adanya kasta
yang menandakan status social dalam masyarakat. Kasta Brahmana, Ksatria, Sudra
dan Waisya muncul dan berkembang di lapisan masyarakat pada periode Hindu
Budha. Persamaan hak di hadapan Tuhan mulai dikembangkan pada masa islam
masuk ke Indonesia. Pesantren dan langgar menjadi tempat masyarakat menuntut
ilmu pada zaman tersebut. Paham Eropa mulai merasuk ke Indonesia seiring colonial
Belanda hadir di negeri ini. Paham kristiani mulai diajarkan ke dalam system
pendidikannya.
B. Saran
Dari beberapa periode pendidikan yang berkembang dan masuk di Indonesia,
semuanya memiliki peran penting dalam adanya kebhinekaan di negeri kita ini.
Kesemuanya memberikan dampak yang besar pula bagi system pendidikan yang ada
sekarang ini di Indonesia. Sebagai calon guru, kita seyogyanya mampu
mengembangkan system pendidikan yang lebih baik lagi dari masa-masa sebelumnya
guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Karena maju mundurnya sebuah
bangsa adalah tergantung dari sumber daya manusianya juga.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hadi, Soedama. 1983. Pendidikan Nasional dan Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta:
IKIP Sanata Dharma. Hal. 5 dan 21.
Soemartoyo, tt., Pengantar Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia.
Yogyakarta. IKIP Sanata Dharma. Hal. 1-5

15