STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

(1)

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN

FASILITAS PENDIDIKAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun Oleh: HIDAYAT 201210050311006

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN BERITA ACARA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... x

DATAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DADFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAKSI ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Konseptual ... 14

1. Pengertian Strategi ... 14

2. Kota Layak Anak ... 15

3. MAKOLA ... 16

4. Fasitiltas Pendidikan ... 17

F. Definisi Oprasional ... 18

G. Metode Penelitian ... 19

1. Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data ... 20

3. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4. Subjek Penelitian ... 23

5. Lokasi Penelitian ... 23


(3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi ... 27

1. Tahap-tahap Strategi ... 27

2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Strategi ... 28

3. Strategi Pemerintah Daerah ... 30

4. Strategi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perkotaan ... 34

B. Kota Layak Anak ... 34

1. Konsep Kota Layak Anak ... 34

2. Kriteria KLA ... 37

3. Indiktor KLA Bidang Pendidikan ... 39

4. MAKOLA ... 41

C. Teori dan Konsep Kota Layak Anak... 45

D. Fasilitas Pendidikan ... 49

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Malang ... 56

1. Profil Kewilayahan ... 57

2. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Malang ... 57

3. Potensi Pengembangan Wilayah ... 59

B. Malang Kota Layak Anak ... 61

1. Pengembangan Anak di Kota Malang ... 61

2. Fasilitas Penunjang KLA ... 62

3. Peta Kota Layak Anak ... 68

4. Milestons KLA ... 74

C. Pemerintahan Daerah Kota Malang ... 75

1. Visi dan Misi Pemerintah Kota Malang ... 76

D. Lembaga dan Instansi ... 79

1. BAPPEDA Kota Malang ... 79

2. BKBPM Kota Malang ... 87

3. Dinas Pendidikan Kota Malang . ... 88

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Strategi Pemerintah Kota Malang dalam Mewujudkan MAKOLA Melalui Penyediaan Fasilitas Pendidikan ... 89


(4)

1. Pengalokasian dana APBD untuk Failitas Pendidikan ... 90

2. Kerjasama dengan Private Sector dan CSR ... 94

3. Bentuk Fasilitas Pendidikan Penunjang Makola ... 99

B. Progres Penerapan MAKOLA ... 113

C. Faktor-faktor yang Berpengaruh ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan 1 ... 122


(5)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Indikator Kota Layak Anak ... 9

2. Tabel 3.1 Jumlah Kecaamatan dan Kelurahan di Kota Malang ...58

3. Tabel 3.2 Jumlah sekolah Negeri dan Swata Kota Malang ...60

4. Tabel 3.3 Sekolah di Kota Malang ... 64

5. Tabel 4.1 Data APBD Kota Malang serta Dana MAKOLA ... 91

6. Tabel 4.2 Anggaran Dukungan Dana MAKOLA Klaste 4 ... 93

7. Tabel 4.3 Fasilitas Pemeberian CSR ... 97

8. Tabel 4.4 Rute Bus Sekolah ... 103


(6)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1 Bagan Mekanisme Hak Asasi Manusia ... 3

2. Gambar 1.2 Bagan Analisis Data Miles dan Huberman ... 25

3. Gambar 3.1 Grafik Luas Wilayah Kecamatan Kota Malang ... 58

4. Gambar 3.2 Peta Wilayah Administrasi ... 59

5. Gambar 3.3 Periodesasi Perkembangan Anak ... 62

6. Gambar 3.4 Peta KLA ... 69

7. Gambar 3.5 Milestons KLA ... 75

8. Gambar 3.4 Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Malang ... 85

9. Gambar 4.1 Bus Sekolah Gratis ... 100

10.Gambar 4.2 Perpustakaan Keliling ... 107


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Mahan Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan segala puji syukur ke hedirat-Nya karena atas izin

Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

pemerintah dalam Mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) Melalui

Penyediaan Fasitas Pendidikan” yang merupakan salah satu syarat untuk

meyelesaikan studi sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan revisi dan penyempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tentu berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Drs. H. Fauzan, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang.


(8)

4. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov selaku pembimbing I dan Dr. Oman Sukmana, M.Si Selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dan berdiskusi dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal pengalaman penulis.

6. Desy Pratiwi Irma Suryani, S.IP selaku teman yang ikut membimbing serta telah memberikan waktunya untuk berdiskusi dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Pemerintah Kota Malang dalam hal ini BKBPM, BAPPEDA serta Dinas

Pendidikan Kota Malang yang telah membantu dalam penelitian. 8. Seluruh staff tata usaha FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. 9. Seluruh narasumber yang terlibat dalam penulisan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu disini yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap kiranya Allah SWT mempermudah langkah kita untuk memperdalam ilmu dan megamalkannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan dan para pembaca.

Malang, 10 Oktober 2016


(9)

LEMBAR PENGESAHAN Telah Dipertahankan Dihadapan

Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 27 Oktober 2016 Jam : 11.00 wib

Tempat : Ruang Sidang Jurusan Ilmu Pemerintahan Dewan Penguji

1. Drs. Krishno Hadi, MA :

2. Dr. Saiman, M.Si :

3. Hevi Kurnia Haridini,S.IP, MA.Gov :

4. Dr. Oman Sukmana, M.Si :

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(10)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: PT GrafindoPersada, Cet. II

Arikunto, Suharsimi. 2000. Pengelolaan Materiil. Jakarta: Primakarya

Ary H, Gunawan.1996. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro).

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Hariadi, Bambang.2005. Strategi Manajemen.Malang: Bayumedia Publishing. Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Ibrahim, Bafdal. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ilhami. 1990. Strategi Pembangunan Perkotaan di Inonesia. Surabaya: Usaha Nasional.

Joni, Muhammad, & Tanamas, Zulchaina, Z. 1999. Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Mamang, Etta. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi

Masyhur, Effendi. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (Hakham). Bogor: Ghalia Indonesia.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Siagia,Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sondang, P. 2007. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Sukirman, Harrtati, dkk. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.


(11)

Tufieq, Uwaidha, dkk. 2013. Modul Fasilitasi Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Propinsi Jawa Tengah.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Predia Media Group.

Dokumen Pemerintah:

Buku profil pendidikan kota Malang tahun 2015.

Buku saku. Ayo Tingkatkan Malang Sebagai Kota Layak Anak. Buku V. KLA Kota Malang.

Buku I. Kelembagaan dan program inovasi.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perilindungan Anak republik Indonesia no 12 tahun 2011 tentang indikator kabupaten/kota layak anak. Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Atas Hak Anak pasal 19.

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor

SK.1304/AJ.403/DJPD/2014 tentang Zona Selamat Sekolah (ZoSS). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2008 tetang Wajib

Belajar.

Petunjuk Teknis Pengisian Indikator Pengembangan Kabupaten/ Kota Layak anak, hal 28.

Renstra Bappeda Kota Malang 2014-2018. RPJMD Kota Malang 2014-2018.

Visi Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015. BAPPENAS.

Internet:

Dodi, Widyanto dan R. Rijanta, “Lingkungan Kota Layak Anak (Child Frendly City) Berdasarkan Presepsi Dari Orang Tua Di Kota Yogyakarta,”

sumber:

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=16007&val=988.ht ml.) diakses pada tanggal 23 april 2016.


(12)

Hamid,Patalima. 2014. Konvensi hak anak. sumber: http://www.kompasiana.com/hamidpatilima/konvensi-hak-anak.html diakses 15 agustus 2016.

Ptilima, Hamid. Kota Layak Anak. Diakses dari

http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=97:kota-layak-anak. Pada 23 juni 2016

Republika News, Malang Raih Penghargaan Kota layak anak, diakses dari (http://www.kompasiana.com/m_yunus/ruang-publik-ramah-sosial-di-taman-kota-malang.html) pada 13 februari 2016.

Sejarah Kora Ramah Anak. Sumber: http://www.kla.or.id/. Diakses pada 23 april 2016.

Setyawan, David. KPAI: Pelaku Kekerasan Anak Terus Meningkat. Sumber: (http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-terhadap-anak-tiap-tahun-meningkat.html.) Pada 14 juni 2016.

Umansangadji, Sukri. 2013. Analisis Kebutuhan dan penempatan Prasarana-sarana Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Wori. Sumber: ejournal.unsrat.ac.id. diakses pada 18 juni 2016

UNICEF Laporan Tahunan 2012. Sumber:

(http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind).html ) diakses 23 juni 2016.

Wicaksono, Bagus. 2015. Bahan Bacaan Awal Mengenai Hak Anak. (https://www.academia.edu/Bahan_Bacaan_Awal_Mengenal_Hak_Anak ), diakses pada 1 februari 2016.

(http://mediacenter.malangkota.go.id/2015/08/kota-malang-raih-penghargaan-kota-layak-anak.html) pada 13 februari 2016.

Sumber Tesis:

Sujarto. 1998. Model Neighborhood Unit Sebagai Pendukung Proses Pengembangan Komunitas. Tesis


(13)

Sumber wawancara:

Wawancara langsung dengan Endang, Staf Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya (EKOSOSBUD), BAPPEDA Kota Malang.

Wawancara Langsung dengan Erna, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), BKBPM Kota Malang.

Wawancara Langsung dengan Fedy Loysius, Pustakawan Perpustakaan Kota Malang.

Wawancara Langsung dengan Handayani, Kepala Bagian Pendidikan Formal dan Informal, Dinas Pendidikan Kota Malang.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kota memiliki sistem yang menggerakkannya, yaitu sistem aktivitas kota, sistem pengembangan lahan dan sistem lingkungan, sehingga kawasaan perkotaan tidak akan berbeda dengan keadaan stagnan dan statis tetapi akan semakin berkembang dan tumbuh karena kota dalam keadaan yang dinamis. Keadaan dinamis ini yang menjadikan kota sebagai pusat aktivitas. Sebagai pusat aktivitas bermacam kegiatan terjadi di kota yang menjadikan daya tarik bagi masyarakat untuk tinggal di kota. Akibatnya kota menjadi padat dan pertumbuhannya susah untuk dikendalikan karena tingginya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat kota sehingga terjadi berbagai macam permasalahan kota.

Permasalahan yang terjadi anatara lain ialah mengenai permasalahan anak yang merupakan bagian daripada masyarakat kota. Pesatnya pertumbuhan kota berdampak pada hilangnya lingkungan yang aman pada anak untuk melakukan aktivitasnya. Sedangkan di Indonesia terdapat 43% penduduk dibawah 18 tahun yang tinggal di lingkungan kota (UNICEF, 2007) dan pada tahun 2002 hampir setengah dari penduduk usia anak di dunia tinggal di daerah perkotaan dengan berbagai masalah yang ada di lingkup pendidikan dan kemiskinan yang menjadi fenomenanya. Di negara berkembang, beberapa kota memperlihatkan anak-anak tinggal bersama keluarganya tanpa fasilitas yang memadai. Kebanyakan dari mereka terancam oleh polusi udara, kekerasan dan kondisi lalulintas. Sedangkan anak-anak yang memiliki keluarga yang sejahterah hidup dengan peraturan yang menyebabkan keterbatasan untuk bermain dan bersosialisasi anatara teman


(15)

1 seusianya. berdasarkan fakta tersebut pemenuhan kebutuhan kegiatan anak perlu diperhatikan. Untuk itu diperlukan kebijakan yang melindungi hak daripada anak serta model pengembangan kota yang berbasis anak atau yang dapat disebut dengan Kota Layak Anak (KLA).

Model KLA telah digagas oleh Indonesia yang merupakan turunan daripada Konvensi Hak Anak (KHA) yang di ikuti oleh negara amggota PBB. sejak agustus 1990 Indonesia telah meratifikasi KHA melalui Keppres No. 36 tahun 1990 tentang Konvensi Hak Anak.1 Prefikasi KHA mengakibatkan

Indonesia terkait secara hukum untuk mengimplementasikan KHA. Implementasi KHA tersebut dapat terwujud dalam pembentukan hukum nasional serta program aksi. Sebagai konsekwensinya, maka munculah mekanisme hak dan kewajiban yang mana kewajiban negara sebagai pemangku kewajiban dan anak sebagai pemegang hak. pemenuhan kewajiban negara terhadap anak merupakan bentuk kepedulian nyata yang diberikan. adapun kewajiban dasar negara terhadap anak ialah menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Selain itu juga untuk memperkuat pernyataan bahwa negara merupakan pemangku kewajiban dapat dijelaskan melalui bagan Hak Asasi Manusia (HAM),

1 Secara internasional sejak tahun 1989 masyarakat dunia telah mempunyai istrumen hukum

tentang pemenuhan hak terhadap anak serta perlindungan, yakni Konvensi Hak Anak (KHA) yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam perspektif hukum internasional yang mempunyai kekuatan mengikat negara peserta dan negara penanda tangan, KHA mendeskripsikan hak-hak anak secara detail, menyeluruh dan maju Karena KHA memposisikan anak sebagai dirinya sendiri dan hak anak sebagai bagian manusia yang harus dibantu perjuangannya besama-sama oleh orang dewasa. Lihat: Muhammad & Zulchaina. 1999. Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal-ix


(16)

2

Gambar 1.1 Bagan Mekanisme Hak Asasi Manusia Sumber: Bagus Wicaksono, 20152

Terlihat pada gambar 1.1 bagan mekanisme hak asasi manusia menunjukan bahwa negara mempunyai kewajiban melindungi, memenuhi dan menghormati hak-hak anak. Hal ini disebabkan karena negara dianggap sebagai pengelola sumber daya yang akan didistribusikan ke rakyatnya. dalam kesepatan KHA, anak dianggap belum matang secara fisik dan mental. Untuk itu, semua kewajiban anak dianggap beralih pada orang dewasa yang menjadi pengasuhnya (baik keluarga maupun hubungan pengasuhan dalam bentuk lain seperti adobsi dan lainya). Adapun bentuk kewajiban pengasuh terhadap anak diantaranya adalah dalam hukum Hak Asasi Manusia, kewajiban dasar manusia kepada negara setidaknya ada dua hal, pertama (1) membayar pajak, dan kedua (2) patuh pada

2

Wicaksono, Bagus. 2015. Bahan Bacaan Awal Mengenai Hak Anak. sumber: https://www.academia.edu/Bahan_Bacaan_Awal_Mengenal_Hak_Anak.html diakses pada 1 februari 2016

Kewajiban:

Melindungi, Memenuhi, dan Menghormati

Anak

Pemegang Hak Negara


(17)

3 peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka dari itu, dalam bagan tersebut anak dinyatakan sebagai pihak yang memegang hak. Terlepas dari hal tersebut bukan hanya negara saja yang mempunyai kewajiban atas pemenuhan hak anak, akan tetapi anak juga harus memenuhi kewajibannya yang telah diatur oleh negara tidak untuk konteks yang luas melainkan hal-hal yang dapat diterima oleh setiap anak yang mana setiap anak berkewajiban untuk menghormati orang tua, mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman, mencintai tanah air, bangsa, dan negara, kemudian menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, serta melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.3

Dalam mewujudkan terpenuhinya hak pada anak, Indonesia menerapkan program maupun kebijakan yang di dalamnya terkait dengan pemenuhan hak anak yaitu Kota Layak Anak (KLA). KLA merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005 melalui kebijakan Kota Layak Anak. Karena alasan untuk mengakomodasi pemerintahan kabupaten, belakangan ini istilah Kota Layak Anak menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA. Dalam kebijakan tersebut digambarkan bahwa KLA merupakan upaya pemerintahan kabupaten/kota untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi, dan intervensi pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program yang layak anak 4. Perencanaan Kota Layak Anak (KLA) adalah salah satu upaya pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam memenuhi hak-hak anak yang juga merupakan bagian dari komunitas. Diperlukan partisipasi dari anak-anak agar perencanaan kota dengan konsep Kota

3 Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Atas Hak Anak pasal 19. 4 Muhammad & Zhulchaina, op.Cit., hal. 5


(18)

4 Layak Anak dapat mengakomodasi kebutuhan anak dengan baik. Inisiasi KLA bertujuan untuk membangun inisiatif kota agar mampu mengarahkan transformasi hak-hak anak ke dalam kebijakan, program, dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak di kabupaten/kota tersebut.5

Agar terpenuhinya hak anak di suatu kota maka baiknya pemerintah memenuhi salah satu aspek penunjang KLA yaitu ketersediaan infra-struktur yang dapat memfasilitasi kebutuhan pada anak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dari anak sesuai dengan hak mereka, karena sebagimana yang telah diketahui bahwa KLA menurut UNICEF adalah kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota yang mana hak anak ada diantaranya seperti mengekspresikan pendapatnya mengenai kota yang mereka inginkan, mendapatkan pelayanan dasar diantaranya seperti kesehatan dan pendidikan, memiliki rasa aman berjalan di jalan, dan dapat bertemu dan melakukan kegiatan bersama temannya (Unicef,2011). Hal ini dirasa sangat penting, maka dari itu hal ini merupakan salah satu bentuk kewajiban bagi pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas tersebut untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan anak sebagai bagian dari masyarakat kota. Untuk itu perlu kiranya pemerintah membuat upaya yang nyata yang berkaitan dengan isu hak anak ke dalam perencanaan dan pembangunan.

Perencanaan pembangunan di Kota Malang terkait dengan anak diwujudkan melalui MAKOLA yang merupakan singkatan dari Malang Kota Layak Anak, konsep ini sebelumnya pernah digagas dimasa periode pemerintahan

5Tufieq Uwaidha, dkk. 2013.

Modul Fasilitasi Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Propinsi Jawa Tengah.

Semarang : Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak danKeluarga Berencana Propinsi Jawa Tengah. Hal-19


(19)

5 sebelumnya yakni periode Peni Suparto, namun upaya perbaikan dan evaluasi terus dilakukan dimasa pemerintahan Mochamad Anton dengan yang paling akhir bulan mei 2015 lalu oleh BAPPEDA Kota Malang melalui evaluasi administratif mengenai konsep MAKOLA. Saat ini kota Malang sendiri terlihat bersungguh-sungguh untuk menjadikan Malang sebagai Kota Layak Anak (KLA) itu bisa dibuktikan dengan terpilihnya kota Malang sebagai Kota Layak Anak tingkat Madya pada tahun 2015.6 Selain itu kota Malang juga berkomitmen bahwa tahun 2016 bertekad untuk mendapatkan penghargaan sebagai kota layak anak tingkat yang lebih tinggi atau disebut dengan Nindya7, Komitmen ini tentu penting dan akan menjadi landasan mewujudkan cita-cita meraih predikat Kota Layak Anak kategori Nindya..8 konsep Malang kota layak anak sendiri dibangun sesuai cita-cita Kota Malang untuk menjadikannya layak terhadap anak dengan adanya beberapa PERDA terkait dengan pendukung untuk terciptanya MAKOLA diantaranya PERDA no 12 tahun 2015 tentang Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan, Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sitem Penyelenggaran Pendidikan, dan lain sebaginya. Kemudian hal ini juga tertuang di keputusan Walikota Malang no. 188.45/149/ 35.73.112/ 2013 tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota Layak Anak Kota Malang tahun 2013. Kebijakan dan peraturan tersebut juga dilandasi dengan Melihat Kondisi anak di Kota Malang terkait dengan pembangunan Malang kota layak anak menunjukkan bahwa kondisi anak seperti anak jalanan di Kota Malang paling

6 Republika News, Malang Raih Penghargaan Kota layak anak, diakses dari

http://www.kompasiana.com/m_yunus/ruang-publik-ramah-sosial-di-taman-kota-malang.html pada 13 februari 2016

7 Ada lima tingkatan kriteria Kota Layak Anak, yaitu KLA Pratama, KLA Muda, KLA Madya,

KLA Nindya dan KLA Utama.

8 Sumber:


(20)

6 banyak berada pada golongan usia 10 – 13 tahun (38,24%), berjenis kelamin laki-laki (77,94%), sebesar 69,12% memiliki tingkat pendidikan yang rendah (tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh hanya sampai SD), bekerja sebagai pengamen (80,88%), yang beralasan menjadi anak jalanan karena keinginan untuk membantu orang tua (52,94%), dan memiliki jam kerja antara 6 – 8 jam per harinya. Kelompok anak jalanan di Kota Malang didominasi oleh kelompok anak yang rentan menjadi anak jalanan dengan ciri-ciri masih memiliki hubungan teratur dengan keluarganya, tinggal dengan orang tuanya dan sudah putus sekolah atau tidak pernah sekolah (58,82%).9

Dengan adanya kondisi anak yang masi bermasalah di Kota Malang, melalui MAKOLA, Kota Malang bertekat untuk menjadikan kota yang layak terhadap anak. Salah satu yang direkomendasikan tim penilai untuk lebih dekat pada predikat tersebut Kota Malang harus melengkapi taman kotanya atau faslitas publiknya dengan ruang laktasi atau ruang ibu menyusui. tak hanya di taman-taman kota, namun juga di fasilitas publik lainnya seperti terminal, stasiun, pendidikan serta balaikota dan perkantoran pemerintah. Penyedian fasilitas publik di Malang bagi anak-anak di dasari dengan 31 indikator kota layak anak yang merupakan penjabaran dari 5 kluster hak-hak anak terlepas dari penguatan kelembagaan yang tertera dalam peraturan mentri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Indikator KLA dibuat dalam rangka untuk mengukur kabupaten/kota menjadi layak anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama seluruh pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah, menetapkan 31 Indikator Pemenuhan Hak Anak yang sekaligus juga

9

Profil pemberdayaan anak di Kota Malang diakses dari http://karya ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/32285 pada 29 oktober 2016


(21)

7 merupakan Indikator KLA. Dengan indikator tersebut kabupaten/kota dapat mengetahui pencapaian upaya pemenuhan hak anak di daerahnya. Penyedian fasilitas pendidikan maupun umum merupakan salah satu yang termuat dalam indikator tersebut. Agar lebih jelas, tabel dibawah ini akan menjelaskan mengenai 5 klaster dan indikator yang ada.

Tabel 1.1 Indikator Kota Layak Anak

3. klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan

1. Angka Kematian Bayi

2. prevalensi kekurangan gizi pada balita

3. persentase Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

4. jumlah Pojok ASI

5. persentase imunisasi dasar lengkap

6. jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan mental

7. jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesejahteraan 8. persentase rumah tangga dengan

akses air bersih

9. tersedia kawasan tanpa rokok 1. klaster hak sipil dan kebebasan

1. persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan Kutipan Akta Kelahiran

2. tersedia fasilitas informasi layak anak

3. jumlah kelompok anak, termasuk Forum Anak, yang ada di kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan.

2. klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif

1. persentase usia perkawinan pertama di bawah 18 (delapan belas) tahun

2. tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak tersedia lembaga kesejahteraan sosial anak

3. tersedia lembaga kesejahteraan sosial anak.

4. klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya

1. angka partisipasi pendidikan anak usia dini

2. persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun

3. persentase sekolah ramah anak

4. jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah

5. tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak


(22)

8 Sumber: Peraturan Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 tahun 2011 tentang Indikator Kabuppaten/Kota Layak Anak

Dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa dalam mewujudkan Kota Malang maupun kota-kota di Indonesia untuk menjadikan kota ramah terhadap anak, maka perlulah menggunakan pedoman pada indikator-indikator yang tertera pada tabel, karena indikator tersebut adalah penjabaran dari kebutuhan anak sesungguhnya. Selain dari pada itu indikator ini juga menjadi acuan bagi pemerintah pusat dalam memberikan penghargaan kepada kota yang telah menerapkannya.10

Terkait dengan 31 indikator pada tabel 1.1 yang terbagi menjadi 5 klaster, penelitian ini fokus terhadap klaster pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan, hal ini juga tercantum dalam peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar. melalui kebijakan kota layak anak pemerintah mengisyaratkan bahwa penting bagi anak untuk mengemban pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik maka dipelukannya hal yang dapat menunjang dari pendidikan itu sendiri yaitu fasilitas pendidikan yang juga termuat dalam klaster kota layak anak bagian pendidikan.

10 “Sebagaimana telah dijelaskan Peni Indriani ketua BKBPM bahwa Malang mendapatkan

penghargaan dari pusat berkat adanya keberadaan taman kota yang ramah sosial, dan bus wisata

Malang City Tour” sumber: http://www.beritametro.co.id/malang-raya/kota-malang-raih-award-kota-layak-anak. Html. diakses pada 12 februari 2016

5. Klaster perlindungan khusus

1. persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan 2. persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan dengan

pendekatan keadilan restoratif (restorative justice)

3. adanya mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan anak 4. persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak


(23)

9 Faktor yang mempengaruhi terciptanya pendidikan yang baik ialah fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan merupakan salah satu dari indikator yang disebutkan untuk terciptanya KLA, yang mana fasilitas pendidikan juga merupakan penunjang tumbuh kembang anak sehingga pelayanan pendidikan dapat berjalan dengan lancar yang menjadikan keselarasan satu dengan yang lainnya.

Bagian dari klaster pendidikan yang harus dipenuhi sesuai dengan indikator itu ialah pemenuhan penyediaan fasilitas pendidikan. dengan ini fokus terhadap fasilitas pendidikan seperti Mobil Pintar, Bus Siswa, dan Zona selamat sekolah yang mana beberapa fasilitas tersebut termuat dalam program Sekolah Ramah Anak. Sekolah Ramah Anak (SRA) adalah satuan pendidikan formal, nonformal dan informal yang mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak, dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan. Dikarenakan diperlukannya fasiltas-fasilitas tersebut guna melindungi hak anak mulai dari kekerasan dan pendidikan yang mana terkait dengan pengadaan bus sekolah ini meminimalisir terjadi pelecehan yang dialami oleh anak di dalam angkutan umum, kemudian penyediaan perpustakaan keliling ini juga menjadikan anak mendapatkan ruang baca atau fasilitas untuk penunjang pengetahuan mereka, dan zona selamat sekolah untuk melindungi hak mereka untuk berjalan di jalan raya sekitar sekolah.

Pemenuhan penyediaan fasilitas yang telah disebutkan dari beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat khususnya anak di Kota


(24)

10 Malang merupakan bagian dari pada strategi pemerintah untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota yang layak terhadap anak. Dari fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada masyarakat merpakan bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada masyarakat dari pemerintah untuk masyarakat.

Melalui strategi pemerintah Kota Malang nantinya dari penyediaan fasilitas pendidikan seperti bus sekolah, mobil pintar dan zona selamat sekolah yang berkaitan dengan klaster 4 ini dapat memudahkan anak-anak untuk mendapatkan kelancaran dalam proses maupun aspek yang berkaitan dengan kelancaran dalam proses menimba ilmu. Melalui BKBPM Kota Malang, BAPPEDA, serta Dinas Pendidikan Kota Malang, strategi ini dijalankan oleh pemangku kepentingan terkait dengan klaster ini serta adanya beberapa dinas maupun badan yang berkaitan dengan pemenuhan anak lainnya, yang nantinya strategi pemerintah untuk pemenuhan hak anak di Kota Malang dapat terpenuhi dengan baik.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa penyediaan fasilitas pendidikan merupakan salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan. Pasalnya, keberadaan sarana dan prasarana ini akan menunjang kegiatan akademik dan non-akademik siswa serta mendukung terwujudnya proses belajar-mengajar yang kondusif juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya Malang sebagai Kota Layak Anak. Selain itu karena Kota Malang juga dijuluki sebagai kota pelajar disebabkan karena banyaknya jenjang sekolah yang ada di Malang mulai dari pedidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan jenjang sekolah yang lebih tinggi yang ada di kota Malang hal ini sekaligus mempertahankan citra Malang sebagai kota pendidikan, sebab itu


(25)

11 penelitian ini fokus terhadapa penyedian fasilitas pendidikan guna dapat menunjang kebutuhan belajar dan menjadikan Kota Malang sebagai kota yang layak terhadap anak. Maka menjadi menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) dari penyediaan fasilitas pendidikan. Sehingga penelitian ini mengambil judul “STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS

PENDIDIKAN”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi pemerintah Kota Malang dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan? 2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Strategi pemerintah Kota Malang dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan.


(26)

12 2. Mengetahui apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam upaya mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literatur untuk pengembangan keilmuan dan memperkaya ilmu pengetahuan terkait Strategi melalui penyediaan fasilitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah, dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam Strategi mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan.

b. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan.

c. Bagi Penelitian Lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inspirasi dan referensi atau bahan acuan untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep atau istilah tertentu. Menurut Nazir, Moh Definisi konseptual memberikan penggambaran secara umum dan menyeluruh dan menyiratkan


(27)

13 maksud, konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan definisi yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan setidaknya dikamus bahasa). 11

Definisi konsep terkait dengan penelitian ini adalah strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang kota layak anak melalui penyediaan fasilitas pendidikan. agar dapat mewujudkan kota layak anak setiap daerah khususnya Kota Malang pemerintah membuat cara atau strategi bagaimana mewujudkan kota Malang sebagai kota yang layak terhadap anak, yang diantaranya memperhatikan aspek-aspek maupun hal yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak agar terciptanya kota layak anak, pemenuhan hak anak salah satunya adalah dalam hal fasilitas pendidikan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Adapun dalam penelitian ini yang merupakan definisi konseptual yaitu :

1. Pengertian Strategi

Strategi adalah suatu pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menunjukkan jati diri suatu organisasi, hal-hal yang dilakukannya, dan alasan melakukan hal-hal tersebut. Dengan demikian, strategi merupakan perluasan dari misi untuk menjembatani antara organisasi tersebut dengan lingkungannya. Strategi umumnya dibuat untuk menanggapi isu strategis, yaitu merupakan garis besar tanggapan organisasi tersebut terhadap pilihan kebijakan yang fundamental. (Bila pendekatan tujuan umum yang dipakai, maka strategi dirumuskan untuk mencapai tujuan tersebut; dan bila pendekatan visi yang dipakai, maka strategi dikembangkan untuk

11


(28)

14 mencapai visi tersebut).12 Selain daripada itu pengertian Strategi lainnya adalah

kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan (goals) kebijakan-kebijakan (policies), dan tindakantindakan/program (programs) organisasi.13

Dari pendefinisian makna strategi di atas, maka strategi dapat disimpulkan sebagai cara suatu oraganisasi tertentu untuk mempersiapkan hal-hal ataupun sumber daya yang ada, agar dapat mencapai tujuan dari apa yang mereka inginkan sejak awal.

2. Kota Layak Anak

Kota Layak Anak adalah sistem pembangunan kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat , keluarga dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan , program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak.14 selain itu Kota Layak Anak menurut UNICEF adalah kota yang dapat menjamin hak anak sebagai warga kota untuk tidak dipandang sebelah mata. Sedangkan menurut Nirwono Joga (2007) Kota Layak Anak adalah sistem kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan swasta dalam menciptakan lingkungan kota yang berkelanjutan dan kondusif untuk anak dapat tumbuh, berkembang dan berpartisipasi kedalam masyarakat luas.15

Dari pendefinisian di atas, maka kota layak anak dapat disimplkan merupakan sebuah kota yang di dalamnya menjamin atas hak-hak anak mulai dari tumbuh dan berkembang hingga menjadi dewasa, yang mana hak-hak tersebut

12 Miftaguddin, M. 2001. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

13 Tedjo, Tripomo. 2005. Manajemen strategi. Bandung: Rekayasa Sains.

14 Peraturan Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. No 11, tahun 2011. 15 Mujiran, Paulus. Membangun Kota Layak Anak. Sumber:


(29)

15 dilindungi oleh hukum atau peraturan yang ada serta menjamin beberapa aspek penunjang tumbuh kembang anak itu sendiri seperti pendidikan, hak sipil, kesehatan dsb yang dijamin oleh negara, lembaga masyarakat, keluarga dan khususnya oleh pemerintah kota.

Kota layak anak di Malang dikelola oleh pemerintah melalui instansi-intasi yang terkait seperti Badan pembangunan daerah, Dinas sosial, dan badan keluarga berencana dan pemberdayaan masyarakat kota Malang. Pemenuhan hak anak mulai dari fasilitas sampai perlindungan hukum yang dikelola Melalui instansi-instansi tersebut yang mana agar dapat terciptanya kota layak anak.

3. MAKOLA

MAKOLA atau yang dikenal sebagai Malang Kota Layak Anak merupakan sebutan yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Kota Malang melalui website makola.malangkota.go.id. pada dasarnya Makola ini perupakan perwujudan daripada Kota layak anak yang khusunya diterapkan di Kota Malang.

Kebijakan kota layak anak direspon oleh pemerintah Kota Malang dengan diadakannya MAKOLA ini, dengan adanya MAKOLA mendorong pemeritah memenuhi hak-hak yang ada pada diri anak untuk dilindungi dan diberikan hak sesuai dengan kebutuhannya. Adanya konsep MAKOLA didasari oleh kebijakan pemerintah pusat untuk meminta setiap daerah meretifikasi kebijkan itu yang nantinya mendukung Indonesia sebagai negara yang layak anak, kemudian pada tahun 2006 pemerintah Kota Malang menjalankan konsep kota layak anak ini yang disebut MAKOLA. Melalui MAKOLA pemerintah Kota Malang menciptakan berbagai program kegiatan untuk mendukung terpenuhinya Kota


(30)

16 Malang sebagai kota layak anak, diantaranya TeSa 129,16 Forum anak, Kelurahan

Ramah Anak, dsb.

4. Fasilitas Pendidikan

sarana atau fasilitas pendidikan adalah semua perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.17 Selain itu adapun pendapat Menurut E. Mulyasa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.18

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.

16 TeSA 129 adalah layanan telepon bebas pulsa lokal ke nomor 129 untuk menyampaikan

permasalahan anak, laporan kekerasan terhadap anak, maupun layanan konseling anak secara gratis.

17 Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Jakarta: PT GrafindoPersada, Cet. II. Hal 81


(31)

17

F. Definisi Operasional

1. Strategi Pemerintah dalam mewujudkan MAKOLA Melalui Penyediaan Fasilitas Pendidikan

a. Pengalokasian APBD untuk fasilitas pendidikan

pengalokasian APBD ini bermaksud untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan rutin pemerintah dan pembangunan yaitu seperti untuk penyediaan fasilitas pendidikan guna tercapinya kelancaran atas kegiatan belajar dalam hal pendidikan dan sekaligus untuk memberikan rasa aman serta kenyamanan bagi siswa.

b. Kerjasama dengan Private Sector dan CSR Perusahaan dalam penyedian

fasilitas pendidikan

kerjasama ini dilakukan guna meminimalkan pengluaran keuangan daerah yang mana daianggap cukup efektif. Dari adanya kerjasama ini melalui private sector dan CSR diharapkan semakin terpenuhuinya kebutuhan siswa dalam pemberian maupun penyediaan fasilitas

c. Bentuk program strategi pemerintah dalam penyediaan fasilitas pendidikan

1) bus sekolah gratis

2) penyediaan perpustakaan keliling. 3) sekolah adiwiyata

4) zona selamat sekolah

d. Progres Penerapan MAKOLA di Kota Malang

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyediaan Fasilitas a. Pendukung


(32)

18 2) Partisipasi anak dan orang tua

b. Penghambat

1) Minimnya koordinasi lintas satuan kerja

2) Kurangnya rasa tanggung jawab antar satuan kerja atas program KLA ini

G. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode kualitatif, metode kualitatif merupakan penelitian yang mengungkap situasi social tertentu dengan cara mendeskripsikannya secara benar. Metode penelitian memberikan peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian.19 Adapun uraian lebih lanjut dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang diamati.20 Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan

mengenai strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyedian fasilitas pendidikan. Penelitian ini juga menjelaskan apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam upaya mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan, dengan mengambil studi di Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Malang, Bandan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPM) kota Malang, dan Dinas Pendidikan kota Malang. Melalui

19 Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor, Ghalia Indonesia Hlm-44 20 Mamang, Etta. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi. Hal-26


(33)

19 penelitian deskriptif, penulis mencoba mendeskripsikan strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyedian fasilitas pendidikan serta fenomena-fenomena terkait yang ditemukan dilapangan. Fenomena-fenomena yang diperoleh tersebut dapat berupa fakta atau realita.

2. Sumber data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sebagai hasil pengumpulan sendiri, untuk kemudian disiarkan langsung.21 Data tersebut dapat berupa data

(catatan) penelitian dari hasil observasi dan data hasil wawancara langsung dengan subyek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara secara langsung dengan informan di lingkungan kerja Pemerintah kota Malang serta catatan lapang peneliti selama penelitian.

Dalam proses observasi lapang, data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti berhasil melakukan wawancara pada SKPD dan pihak-pihak yang terkait dalam hal perencanaan maupun teknis terhadap strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyedian fasilitas pendidikan.

b. Data Sekunder

Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer 22,

yang dapat berupa Peraturan Daerah (PERDA) kota Malang, Peraturan Wali Kota (PERWALI), buku, koran dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

21Kartono, Kartini.1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Hal-73


(34)

20 permasalahan penelitian. Dalam hal ini data sekunder yang peneliti dapatkan dari Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sitem Penyelenggaran Pendidikan, PERMEN No 11 tahun 2012 tentang indikator kota layak anak, selalin itu ada PERDA No.12 tahun 2015 tentang Perlindunga Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Manfaat dari data sekunder yang dimiliki peneliti adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu karena sudah tersedia pada instansi masing-masing, dapat mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dilapangan dengan data sekunder yang diperoleh, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi dengan tidak terlepas dari kualitas kevalidan data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data menjadi hal yang sangat penting untuk menjawab permasalahan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan langsung di BAPPEDA Kota Malang, BKBPM Kota Malang, serta Dinas Pendidikan Kota Malang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara langsung kepada peneliti tentang perihal yang akan diteliti sehingga peneliti mengetahui secara mendalam tentang bentuk strategi pemerintahan dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalu penyedian fasilitas pendidikan, serta serta apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pemerintahan dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak


(35)

21 (MAKOLA) melalui penyedian fasilitas pendidikan. Kegiatan Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera penglihatan, penciuman, ataupun pendengaran. Observasi dilakukan untuk memberikan suatu diagnosis23.

b. Wawancara Terstruktur

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data langsung dari informan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana percakapan dan tanya jawab diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas atau ditanyakan.24 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan subyek yang telah ditetapkan untuk mendapat data dan informasi yang relevan.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat bukti dan data yang diperoleh di lapangan dan mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh yang bersangkutan. Keutamaan dari studi dokumentasi adalah sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.25 Melalui studi dokumentasi, informasi dapat diperoleh dari fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal

23 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika. Hal-131

24 Ibid hlm 120 25 Ibid hlm 143


(36)

22 kegiatan dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen di SKPD terkait di kota Malang, catatan lapang peneliti serta gambar atau foto yang mendukung data penelitian.

4. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dipilih dengan sengaja untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Adapun subjek yang menjadi Informan dalam penelitian ini yaitu:

1) Kepala bagian atau staf Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BKBPM kota Malang

2) Kepala bagian atau staf Ekonomi,Sosial dan Budaya, BAPEDA kota Malang

3) Kepala bagian atau staf Pendidikan Formal dan Informal Dinas Pendidikan Kota Malang

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan kerja Pemerintah Kota Malang yang meliputi beberapa SKPD seperti :

1) BKBPM kota Malang Jl. Ki Ageng Gribig, Telpon (0341) 717744 2) BAPPEDA Jl. Tugu No. 1, telpon (0341) 328771

3) Dinas pendidikan Jl. Veteran 19 Malang, Telpon (0341) 551333

6. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan tahapan yang penting dalam penelitian untuk menyajikan data yang telah diperoleh peneliti. Miles & Huberman mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) Reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan


(37)

23 kesimpulan dan verifikasi.26 Adapun tahapan analisa menurut Miles dan

Huberman adalah sebagai berikut:

Gambar bagan 1.2 : Analisis Data Model Interaaktif Miles dan Huberman Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat tahapan-tahapan dalam proses analisis data yaitu :

a. Reduksi Data

merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan catatan lapang peneliti yang dilakukan di unit kerja Pemerintah kota Malang akan dipilah-pilah sesuai dengan rumusan masalah penelitian sehingga akan memberikan gambaran lebih jelas dalam memfokuskan pada hal-hal penting yang relevan, sehingga akan mempermudah penyajian data.

Data yang sebelumnya diperoleh di lapangan oleh peneliti berjumlah cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Proses reduksi data

26 Mamang, Etta. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi. Hal-99

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/verifikasi Reduksi Data


(38)

24 yang dilakukan meliputi rangkuman, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari bahasan dari data yang diperoleh sesui tema. Disamping hal tersebut reduksi data yang dilakukan oleh peneliti dibantu dengan alat elektronik seperti komputer.

b. Penyajian Data

menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data-data tentang Strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan diperoleh, direduksi untuk disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, maka selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan data dan dokumen yang diperoleh oleh peneliti. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman peneliti dan menjawab mengenai bagiamana Strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Proses penyajian data dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis yang valid dan handal.


(39)

25

c. Penarikan Kesimpulan

merupakan hasil penelitian untuk menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Sehingga setelah data yang diperoleh tentang Strategi pemerintah dalam pengembangan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan dalam bentuk uraian untuk menjawab rumusan masalah, maka selanjutnya akan disimpulkan. Melalui penarikan kesimpulan, temuan baru dalam penelitian yang berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas akan menjadi jelas setelah diteliti.

Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.


(1)

20

permasalahan penelitian. Dalam hal ini data sekunder yang peneliti dapatkan dari Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sitem Penyelenggaran Pendidikan, PERMEN No 11 tahun 2012 tentang indikator kota layak anak, selalin itu ada PERDA No.12 tahun 2015 tentang Perlindunga Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Manfaat dari data sekunder yang dimiliki peneliti adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu karena sudah tersedia pada instansi masing-masing, dapat mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dilapangan dengan data sekunder yang diperoleh, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi dengan tidak terlepas dari kualitas kevalidan data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data menjadi hal yang sangat penting untuk menjawab permasalahan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan langsung di BAPPEDA Kota Malang, BKBPM Kota Malang, serta Dinas Pendidikan Kota Malang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara langsung kepada peneliti tentang perihal yang akan diteliti sehingga peneliti mengetahui secara mendalam tentang bentuk strategi pemerintahan dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalu penyedian fasilitas pendidikan, serta serta apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pemerintahan dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak


(2)

21

(MAKOLA) melalui penyedian fasilitas pendidikan. Kegiatan Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera penglihatan, penciuman, ataupun pendengaran. Observasi dilakukan untuk memberikan suatu diagnosis23.

b. Wawancara Terstruktur

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data langsung dari informan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana percakapan dan tanya jawab diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas atau ditanyakan.24 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan subyek yang telah ditetapkan untuk mendapat data dan informasi yang relevan.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat bukti dan data yang diperoleh di lapangan dan mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh yang bersangkutan. Keutamaan dari studi dokumentasi adalah sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.25 Melalui studi dokumentasi, informasi dapat diperoleh dari fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal

23 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika. Hal-131

24 Ibid hlm 120 25 Ibid hlm 143


(3)

22

kegiatan dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen di SKPD terkait di kota Malang, catatan lapang peneliti serta gambar atau foto yang mendukung data penelitian.

4. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dipilih dengan sengaja untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Adapun subjek yang menjadi Informan dalam penelitian ini yaitu:

1) Kepala bagian atau staf Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BKBPM kota Malang

2) Kepala bagian atau staf Ekonomi,Sosial dan Budaya, BAPEDA kota Malang

3) Kepala bagian atau staf Pendidikan Formal dan Informal Dinas Pendidikan Kota Malang

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan kerja Pemerintah Kota Malang yang meliputi beberapa SKPD seperti :

1) BKBPM kota Malang Jl. Ki Ageng Gribig, Telpon (0341) 717744 2) BAPPEDA Jl. Tugu No. 1, telpon (0341) 328771

3) Dinas pendidikan Jl. Veteran 19 Malang, Telpon (0341) 551333

6. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan tahapan yang penting dalam penelitian untuk menyajikan data yang telah diperoleh peneliti. Miles & Huberman mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) Reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan


(4)

23

kesimpulan dan verifikasi.26 Adapun tahapan analisa menurut Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

Gambar bagan 1.2 : Analisis Data Model Interaaktif Miles dan Huberman Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat tahapan-tahapan dalam proses analisis data yaitu :

a. Reduksi Data

merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan catatan lapang peneliti yang dilakukan di unit kerja Pemerintah kota Malang akan dipilah-pilah sesuai dengan rumusan masalah penelitian sehingga akan memberikan gambaran lebih jelas dalam memfokuskan pada hal-hal penting yang relevan, sehingga akan mempermudah penyajian data.

Data yang sebelumnya diperoleh di lapangan oleh peneliti berjumlah cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Proses reduksi data

26 Mamang, Etta. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi. Hal-99 Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/verifikasi Reduksi Data


(5)

24

yang dilakukan meliputi rangkuman, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari bahasan dari data yang diperoleh sesui tema. Disamping hal tersebut reduksi data yang dilakukan oleh peneliti dibantu dengan alat elektronik seperti komputer.

b. Penyajian Data

menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data-data tentang Strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan diperoleh, direduksi untuk disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian, maka selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan data dan dokumen yang diperoleh oleh peneliti. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman peneliti dan menjawab mengenai bagiamana Strategi pemerintah dalam mewujudkan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Proses penyajian data dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis yang valid dan handal.


(6)

25 c. Penarikan Kesimpulan

merupakan hasil penelitian untuk menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Sehingga setelah data yang diperoleh tentang Strategi pemerintah dalam pengembangan Malang Kota Layak Anak (MAKOLA) melalui penyediaan fasilitas pendidikan dalam bentuk uraian untuk menjawab rumusan masalah, maka selanjutnya akan disimpulkan. Melalui penarikan kesimpulan, temuan baru dalam penelitian yang berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas akan menjadi jelas setelah diteliti.

Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.