BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Veruka Vulgaris 2.1.1 Definisi - Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Karakteristik Penderita pada Pengobatan Veruka Vulgaris dengan Pengolesan Larutan Fenol 80%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Veruka Vulgaris

  2.1.1 Definisi

  Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi

  4,5,12,13 terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.

  2.1.2 Etiologi

  Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1,

  1,5 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.

  2.1.3 Epidemiologi

  Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam

  13

  kehidupannya. Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat

  1,5,12

  pada usia di atas 35 tahun. Veruka vulgaris dapat mengenai seluruh ras. Di Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih mendekati 2 kali lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun Asia, dan tidak ada perbedaan antara

  14 pria dan wanita.

  Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya veruka vulgaris. Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebih

  4 tinggi terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga

  1

  50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan. Terjadi juga peningkatan insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering menggunakan kolam renang

  5 umum.

2.1.4 Patogenesis

  Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai pinggir

  3,12,14,15 kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.

  Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang

  14,15 yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.

  Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang

  12,15

  terdapat abrasi, maserasi atau fisura. Virus akan mengadakan inokulasi pada

  5 epidermis melalui defek pada epitelium.

  Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan

  5 epitelium berikutnya. Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari

  12,14 1-6 bulan atau lebih.

  2.1.5 Gambaran klinis

  Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan

  4,5,12,13 14 jari-jari. Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.

  2.1.6 Histopatologi

  Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler

  5,14 dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.

  2.1.7 Diagnosis

  Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

  5

  dan anamnesis. Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus

  1

  yang memerlukan konfirmasi. Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam

  12 yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler.

  2.1.8 Penatalaksanaan

  Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah

  4

  penyebaran infeksi. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit

  16

  dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat. Veruka vulgaris dapat

  2

  mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun. Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat

  17 mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.

  Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta

  16

  pengalaman dokter. Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan untung-

  5

  rugi bagi pasien harus dipertimbangkan. Indikasi dilakukannya pengobatan pada veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka

  17 kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.

  Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat

  17

  diaplikasikan pada seluruh pasien. Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi bedah, terapi

  18 sistemik, hipnoterapi dan terapi dengan agen imunosupresif (Tabel 2.1).

  • Pengobatan Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat

    bukti

Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit

  Terapi lini pertama Asam salisilat Argentum nitrat Glutaraldehid Formaldehid Tretinoin Terapi lini kedua Krioterapi Terapi lini ketiga Bleomisin Fluorourasil Levamisol Terapi fotodinamik Kuretase, cauterisasi, pembedahan Laser Imunoterapi kontak Simetidin Interferon Imunoterapi dengan antigen mumps atau kandida Hipnoterapi Terapi panas terlokalisir Imikuimod

  Topikal Topikal Topikal Topikal Topikal Destruktif Intralesional Topikal Sistemik Destruktif Destruktif Destruktif Topikal Sistemik Intralesional Intralesional Lainnya Lainnya Topikal Vulgaris/periungual/subungual/plantaris

  Vulgaris Plantaris Plantaris Flat Vulgaris/filiformis Vulgaris/plantaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/flat/plantaris Vulgaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/plantaris Vulgaris multipel Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris/periungual/subungual/flat Vulgaris

  UAT UAT UAT UKT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UKT UAT UAT UKT UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol

  Dikutip dengan perubahan dari kepustakaan no. 18

2.2 Larutan Fenol 80%

  6 H

  Fenol dikenal juga dengan berbagai nama seperti asam karbolik, benzenol, hidroksi benzen, mohidroksibenzen, monofenol, asam fenik, asam fenilik, fenilik alkohol, fenil hidroksida, fenil hidrat dan oksibenzen adalah molekul dengan rumus kimia C

  10,19,20

  Bentuk fenol berupa kristal putih higroskopis dengan bau yang sedikit aromatis.

  10,19,20 Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

  10 Pada tahun 1834 seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman bernama

  Friedlieb Runge menemukan asam karbolik yang diperolehnya dengan mengisolasi dari tar batubara.

  21,22

  Kemudian senyawa ini diperkenalkan dengan

  6 O. Molekul ini memiliki berat molekul 94,11 g/mol, berat jenis 1,065, titik leleh pada 43°C dan titik didih pada 181,8°C. nama fenol oleh Charles Frederick Gerhardt seorang ahli kimia berkebangsaan

23 Perancis di tahun 1841.

  Senyawa ini dan turunannya banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

  19

  hari, di rumah tangga, industri dan pengobatan. Dalam bidang pengobatan fenol pertama sekali digunakan sebagai antiseptik untuk luka pada manusia oleh Lemaire di Perancis pada tahun 1864 kemudian Lister di Skotlandia pada tahun

  22

  1867. Lima tahun kemudian Lister merekomendasikan penggunaaan larutan fenol konsentrasi 1:40 sebagai antiseptik untuk tindakan operasi dengan khasiat bakterisidal dan fungisidal dengan mekanisme kerja denaturasi sel bakteri dan

  8,9,22 jamur.

  Fenol dalam konsentrasi rendah (2-3%) dapat menyebabkan rasa terbakar dan kemerahan pada kulit, sedangkan dalam konsentrasi tinggi (80-90%) merupakan agen kautik, menimbulkan krusta putih pada permukaan kulit dan

  8,11 dapat berpenetrasi ke jaringan.

  Fenol telah lama digunakan sebagai pengobatan dalam bidang

  23

  dermatologi. Sekitar 100 tahun yang lalu kepala Departemen Dermatologi dan Sifilislogi New York, Goerge Miller McKee telah menggunakan fenol untuk pengelupasan kimia dan bersama dengan koleganya Florentine L Karp telah mempublikasikan pengalaman mereka selama 10 tahun menggunakan

  23 pengelupasan fenol untuk skar akne.

  Penggunaan fenol sebagai terapi untuk berbagai kelainan dalam bidang dermatologi semakin berkembang. Saat ini fenol fenol telah digunakan sebagai terapi antara lain untuk moloskum kontangiosum, keratosis aktinik, penyakit bowen, veruka vulgaris, vitiligo, alopesia areata, ingrowing nail, mengatasi penuaan, melasma, hiperpigmentasi setelah inflamasi, akne, skar, nevus dan

  11,21,24-28 xantelasma.

  Banyak produk yang mengandung fenol secara alami, seperti pada tanaman maupun hewan, sehingga fenol juga merupakan komponen normal yang

  22

  terdapat dalam urin. Tubuh manusia memiliki tiga mekanisme untuk memetabolisme fenol, yaitu konjugasi, oksidasi dan ekskresi. Semua fenol yang terdapat dalam makanan akan dikonjugasi di usus menjadi fenil sulfat dan

  22

  glukoronida sebelum diabsorbsi ke aliran darah. Konjugasi fenol juga terjadi di

  22

  ginjal, hati dan sel darah merah. Dari pengamatan hewan coba, terlihat sekitar 25-50% fenol dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dan sebagian kecil

  22

  mengalami oksidasi menjadi katekol dan kuinilon. Pada akhirnya fenol yang

  22 telah mengalami proses konjugasi dan oksidasi akan dieksresikan melalui urin.

  22 Fenol dapat diabsorbsi melalui kulit dan mukosa. Banyaknya absorbsi

  22

  tergantung dari luas area yang terlibat, waktu terpapar dan konsentrasi. Fenol

  29 dapat melalui plasenta dan ditemukan pada air susu ibu.

  30 Fenol dapat menyebabkan toksisitas. Belum ada dosis toksik yang pasti

  untuk fenol, namun diperkirakan oleh Nothnagel dan Rossbach mengonsumsi 8-

  

30

  15g fenol dapat menyebabkan kematian. Menurut Benatar diperlukan 1g fenol dalam darah untuk menyebabkan kematian dan Sax melaporkan bahwa kematian

  2

  31

  dapat terjadi bila luas area yang terlibat sebesar 64 inci . Tanda-tanda dari keracunan fenol dapat berupa takikardi, hipotensi, aritmia, diare, mual, muntah,

  32 takipnoe dan henti napas.

  2.3 Kerangka Teori

  Pengolesan Veruka

  Bersifat asam, larutan fenol vulgaris korosif

  80% Denaturasi protein

  Jaringan mati

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori

  2.4 Kerangka Konsep

  Karakteristik individu Lama waktu dengan veruka vulgaris penyembuhan

  • jenis kelamin veruka vulgaris
  • umur