BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

   

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

  seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni mensejahterakan rakyat. Dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tersebut yang mengemukakan: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak”, oleh sebab itu dibuatlah program untuk menjamin perlindungan seluruh rakyat Indonesia dalam program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dimana yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh

  1 beberapa badan penyelenggara jaminan sosial (Pasal 1 ayat (2)).

  UU SJSN menjelaskan bahwa pilar jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial, tabungan wajib dan asuransi sosial. Bantuan sosial adalah suatu sistem untuk reduksi kemiskinan yang didanai dari pajak (yang dimasukan dalam APBN dan dikeluarkan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI)), sedangkan tabungan wajib (provident fund) merupakan skema tabungan untuk dirinya sendiri seperti wajib

                                                               1 Sentosa Sembiring., Himpunan Undang-Undang Lengkap Tentang Asuransi Jaminan Sosial, Nuansa Aulia, Bandung, 2006, Hal. 20

  1  yang didanai dengan iuran peserta atau pihak lain dan atau oleh pemerintah bagi penduduk miskin. Model asuransi sosial ini dinilai paling baik dan efektif untuk

  2 membiayai jaminan sosial.

  Asuransi sosial (Social Insurance) adalah program jaminan sosial yang bersifat wajib menurut Undang-undang bagi setiap pemberi kerja dan pekerja mandiri profesional untuk tujuan penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan sebagai konsekuensi adanya hubungan kerja yang kemungkinan menimbulkan industrial

  3 hazards .

  Pada tahun 1992 Indonesia telah mempunyai undang-undang yang mengatur Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang sering disebut dengan UU Tentang Jamsostek Nomor 3 tahun 1992. Memang undang-undang ini difokuskan pada perlindungan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja. Tujuannya untuk memberikan ketenangan kerja kepada tenaga kerja dengan memberikan jaminan sosial sehingga disiplin dan

  4

  produktivitasnya meningkat. Selain itu manfaat yang didapatkan dari jaminan sosial mencakup santunan tunai untuk dukungan pendapatan pancari nafkah utama

  

(cash benefit for the income support of the breadwinner) , kompensasi finansial

  untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini sarta pelayanan kesehatan dan

  5 pemberian alat bantu (benefits in kind).

                                                               2 Chazali H. Situmorang., Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia Transformasi BPJS : ”Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”, Cinta Indonesia, Depok, 2013, hal.7 3 4 Ibid., hal. 10 5 Ibid., hal. 36

  Ibid., hal. 24     Ada 4 (empat) program jaminan sosial yang diatur dalam undang-undang tersebut, yaitu program Jaminan Pelayanan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua. Dari keempat program tersebut, 3 (tiga) diantaranya iuran dibayar pemberi kerja (JPK, JKK, JKm) dan hanya Jaminan Hari Tua (JHT), yang iurannya dibayar sharing pemberi kerja dan pekerja. Hal yang menarik dalam UU Nomor 3 Tahun 1992, belum mencantumkan asas dan prinsip penyelenggaraan jaminan sosial yang dilakukan. Pada Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Artinya pola

  

6

asuransi tidaklah wajib tetapi suatu pilihan.

  Pada PP Nomor 14 tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pada Pasal 2 ayat (4) : Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara. Implikasi tidak wajib atau disebut dengan juga opting out Jaminan Pemeliharaan Kesehatan menurut PP tersebut, menyebabkan tingkat kepesertaan JPK Jamsostek tidaklah optimal yaitu sekitar 10% dari jumlah pekerja formal, sedangkan ketiga program jaminan sosial lainnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada Pasal 2 ayat (4) sudah dihapuskan dalam

                                                               6 Ibid., hal. 36-37    

  PP No. 84 Tahun 2013 perubahan kesembilan atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang

  7 Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

  Harapan agar Jaminan Pemeliharaan Kesehatan lebih baik yang diselenggarakan Pengusaha kenyataannya juga diselenggarakan dengan “ala kadarnya” dan tidak ada yang mengontrolnya, akibatnya banyak pekerja yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Jika JPK diselenggarakan oleh PT. JAMSOSTEK sebagaimana perintah UU Nomor 3 Tahun 1992, tentunya akan lebih mudah untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan JPK tersebut.

  Sebagaimana kita ketahui, penyelenggaraan Jaminan Sosial di Indonesia, secara

  

eksisting telah diselenggarakan oleh 4 Badan Penyelenggara yaitu PT. Askes yang

  dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Husada Bhakti menjadi Perusahaan Persero, PT.Jamsostek yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT. Taspen yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan Undang-Undang Nomor

  11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil,

                                                               7 Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013

Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

1993,” dalam Undang-Undang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

      PT. Asabri yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi Sosial/Angkatan

  8 Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Persero.

  Dalam perjalanannya keempat persero tersebut berada dalam lingkup Kementerian BUMN, dengan menyelenggarakan asuransi sosial sesuai program yang telah ditetapkan, yaitu PT. Askes menyelenggarakan Asuransi Kesehatan bagi PNS dan keluarga, PT. Taspen menyelenggarakan Jaminan Pensiun Hari Tua, PT. Jamsostek menyelenggarakan JKK, JKm, JHT dan JP bagi pekerja dan PT. Asabri menyelenggarakan JPT bagi Anggota TNI/POLRI. Sebagimana kita ketahui, bahwa prinsip persero tentu mencari laba kepentingan pemilik perusahaan (owner), dalam hal ini ownernya adalah pemerintah, disisi lain ada kewajiban Undang-Undang Dasar 1945, agar negara memberikan Jaminan Sosial

  9 bagi seluruh penduduk.

  Menurut ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, pengusaha dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

  Berdasarkan ketentuan ini, pihak yang menjadi peserta ada 2 (dua) golongan, yaitu pengusaha dan tenaga kerja. Termasuk golongan pengusaha adalah orang, persekutu, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, atau yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya, atau yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Yang termasuk golongan tenaga kerja adalah setiap orang

                                                               8 9 Chazali H. Situmorang., Op.Cit., hal. 37-38 Ibid., hal. 38-39     yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja

  10 guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Pemerintah selalu berupaya untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk seluruh rakyatnya, agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara ini khususnya rakyat Indonesia. Pemerintah kita tidak hanya berhenti dengan satu peraturan saja dalam mensejahterakan rakyatnya, mereka selalu mencari bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dapat merasakan kesejahteraan dan ketenteraman dalam bekerja tidak perlu khawatir apabila mengalami keadaan-keadaan yang sulit dalam melindungi dirinya dan keluarganya dari risiko yang mungkin saja akan terjadi. Oleh sebab itu pemerintah berupaya mengeluarkan peraturan yang mengcover risiko-risiko yang mungkin saja terjadi pada setiap masyarakat terutama para tenaga kerja yang sangat rentan dengan risiko tinggi dalam pekerjaannya. Bukanlah mudah dalam membuat peraturan tersebut selain harus memikirkan dari segi baik buruknya pemerintah juga harus melihat kemampuan dari suatu negara tersebut apalagi Negara Indonesia ini yang masih di bilang negara yang berkembang. Salah satu bukti bahwa pemerintah kita terus berupaya menciptakan peraturan yang lebih bermutu dan bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia yaitu pemerintah kita melahirkan Undang-Undang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dan merupakan transformasi dari empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi rakyat Indonesia sebagaimana amanat dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU

                                                               10 Abdulkadir muhammad., Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 223-224    

  SJSN. Dimana dalam BPJS tersebut terdapat dua bagian yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menggantikan PT. ASKES dan BPJS Ketenagakerjaan menggantikan PT. JAMSOSTEK, setelah diberlakukannya BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan maka PT. ASKES dan PT. JAMSOSTEK

  11 sudah tidak diberlakukan lagi.

  Lima tahun terakhir ini, memang dirasakan berbagai perbaikan telah dilakukan pemerintah maupun oleh keempat BPJS (eksisting) tersebut, antara lain Kementerian BUMN tidak mengambil deviden yang menjadi haknya, tapi dikembalikan untuk peningkatan pelayanan kepada peserta. Services telah meningkat, jika ada complaint cepat tanggap dan segera ditindak lanjuti, laporan keuangan lebih terbuka. Kebijakan manajemen sudah memposisikan sebagai BPJS eksisting sesuai dengan UU SJSN dan 1 Januari 2014 sudah menjadi Badan Hukum Publik, dengan melaksanakan 9 prinsip dan beberapa diantaranya tidak ada pada badan hukum persero yaitu nirlaba, dana amanat, kegotongroyongan, kepesertaan bersifat wajib dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Khusus PT. Jamsostek diberikan kelonggaran untuk menyelenggarakan JKK, JKm, dan JHT sampai dengan akhir Juni 2015 menyelenggarakannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, selanjutnya menyelenggarakan

                                                               11 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), hal. IV

      empat program JKK, JKm, JHT, dan JP dengan mengacu pada UU SJSN dan UU

12 BPJS serta aturan pelaksanaannya.

  Dalam perjalanannya yang panjang, jaminan sosial telah berlabuh dengan utuh pada Undang-Undang SJSN Nomor 40 Tahun 2004 dan implementasinya dengan keluarnya Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nomor 24 Tahun 2011, memberikan kepastian bahwa bangsa Indonesia telah menetapkan pilihan Sistem Jaminan Sosial yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip jaminan sosial yang bersifat universal dan telah banyak diterapkan di negara- negara maju dan negara berkembang.

  Kehadiran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, yang telah dinanti-nanti cukup lama dengan berbagai dinamika masyarakat yang tinggi dalam proses penerbitan dan menjadi batu loncatan mencapai cita-cita kesejahteraan (welfare

  13 state ).

  Mengingat masyarakat Indonesia yang rentan dengan risiko tinggi adalah para tenaga kerja maka penulis tertarik untuk membahas mengenai BPJS Ketenagakerjaan dan sebab itu pula penulis mengangkat judul skripsinya mengenai : “PERBEDAAN PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA

  

MELALUI ASURANSI JAMSOSTEK DENGAN PROGRAM BPJS

(BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 (STUDI PADA PT.

  JAMSOSTEK CABANG MEDAN)”.

                                                               12 13 Chazali H. Situmorang., Op.Cit., hal. 39-40 Ibid., hal. 40    

     

  Berdasarkan uraian di atas maka, penulis akan membahas mengenai seperti apa perlindungan tenaga kerja yang diberikan oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan, bagaimana sistem penanganan masalah oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan dan apa perbedaan antara PT. JAMSOSTEK dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kerjanya.

  B. Permasalahan

  Adapun yang menjadi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS dalam mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja?

  2. Bagaimana perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS?

  3. Bagaimana akibat hukum terhadap perusahaan yang terlambat membayar iuran kepada JAMSOSTEK dan BPJS?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS dalam mengatasi masalah data/identitas para pekerja

  2. Agar kita mengetahui perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS

  3. Untuk mengetahui bagaimana dampak hukum yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS terhadap perusahaan yang terlambat membayar iuran.

  D. Manfaat Penelitian

  Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Perguruan Tinggi dan dapat dipergunakan sebagai referensi bagi perpustakaan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

  2. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat tentang gambaran umum mengenai perbedaan perlindungan hukum tenaga kerja melalui asuransi JAMSOSTEK dengan program BPJS.

  3. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan program BPJS Ketenagakerjaan ini dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan amanat UU No 40 Tahun 2004 dan tidak ada lagi para tenaga kerja yang merasa khawatir terhadap risiko yang akan terjadi dalam pekerjaannya.

  E. Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan tertentu di dalam penulisan skripsi. Hal ini agar terhindar dari suatu penilaian bahwa penulisan skripsi dibuat dengan cara sembarangan dan tanpa di dukung

      dengan data yang lengkap. Oleh karena itu, dalam melakukan penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan juga penelitian empiris yang dilaksanakan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan kota Medan : 1. Sifat Penelitian.

  Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskripstif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek

  14 penelitian.

  2. Sumber Data.

  Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, bukuk-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk

  15 laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.

  Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa:

                                                               14 15 Zainuddin Ali., Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika , Jakarta, 2009, hal. 105-106 Ibid., hal. 106     a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.

  Yaitu dokumen peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011tentang “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)” dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang “JAMSOSTEK”.

  b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Yaitu buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

  c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder. Yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar, internet dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

  3. Teknik Pengumpulan Data.

  Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data melalui kepustakaan. Teknik pengumpulan data dengan cara ini yaitu mengumpulkan data- data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang “JAMSOSTEK”, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)”, buku-buku, literatur, makalah, dan lain sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur pada Kantor Cabang Umum PT. JAMSOSTEK yang sekarang

      berubah menjadi kantor BPJS KETENAGAKERJAAN yang terdapat di Kota Medan.

  4. Analisis Data.

  Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara bertingkat (hierarki). Teknik analisis data kualitatif ini tidak membutuhkan populasi dan sampel melainkan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

F. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait dengan JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA telah dituliskan sebelumnya oleh beberapa penulis. Diantaranya adalah:

  1. Saudara Riza Kurniawan, Nim 960200115, Tahun 2001 dengan judul Skripsi “Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sebagai Salah Satu Bentuk Asuransi Di Indonesia”.

  Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

     

     

  1) Sering sekali ditemukan klausula-klausula perjanjian asuransi yang diisi oleh tertanggung adalah klausula yang dibuat oleh pihak penanggung. Bagaimanakah kedudukan para pihak dalam perjanjian asuransi sosial seperti halnya dalam penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), serta hubungan antara pengusaha, pekerja, dan Jamsostek?

  2) Dalam penyelenggaraan program Jamsostek, bagaimanakah penyelesaian klaim asuransi apabila terjadi peristiwa kecelakaan terhadap tenaga kerja?

  2. Saudara Mantra BP Latuperissa, Nim 020200065, Tahun 2007 dengan judul Skripsi “Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pengurus Dalam Pemberian Hak Tenaga Kerja (PT.Jamsostek)” Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah : 1)

  Apa saja bentuk-bentuk jaminan sosial yang sering diajukan oleh pekerja atau buruh kepada PT. Jamsostek?

2) Bagaimana peraturan pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja di PT.

  Jamsostek? 3)

  Bagaimana kedudukan hukum dan tanggungjawab direksi dan komisaris terhadap hak tenaga kerja pada PT. Jamsostek?

  3. Saudara Mehaga Bastanta, Nim 090200120, Tahun 2013 dengan judul Skripsi “Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Antara PT. JAMSOSTEK (PERSERO) Cabang Medan Dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan

  Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. JAMSOSTEK (PERSERO) Cabang Medan” Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah : 1)

  Bagaimana bentuk hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) cabang medan dan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) cabang medan?

  2) Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek

  (Persero) cabang medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) cabang medan saat ini?

  3) Apakah pernah terjadi penyimpangan perjanjian kerjasama

  (wanprestasi) antara PT. Jamsostek cabang medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT.

  Jamsostek (Persero) cabang medan dan seperti apa bentuk serta bagaimana kasus penyelesaiannya?

4) Bagaimana bentuk pengakhiran perjanjian kerjasama antara PT.

  Jamsostek (Persero) cabang medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang medan?

  Penulisan skripsi dengan judul “PERBEDAAN PERLINDUNGAN HUKUM

  

TENAGA KERJA MELALUI ASURANSI JAMSOSTEK DENGAN

PROGRAM BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 (Studi Pada PT. JAMSOSTEK

     

  

Cabang MEDAN)” belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian,

  berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

  Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub bab.

  Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran

  bagi penyusun skripsi, baik mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

     

  BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perasuransian Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia Bab ini menguraikan tentang pengertian hukum

  perasuransian jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, aspek hukum jaminan sosial tenaga kerja, fungsi jaminan sosial tenaga kerja, dan jenis-jenis jaminan sosial tenaga kerja.

  

BAB III : Tinjauan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Dalam

Transformasi JAMSOSTEK Menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Bab ini membahas mengenai pengertian BPJS, dasar hukum BPJS, fungsi BPJS dan jenis-jenis BPJS setelah diberlakukannya dan menggantikan PT.JAMSOSTEK. BAB IV : Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Bab ini membahas mengenai prosedur penanganan dalam

  mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja dilihat dari sudut pandang JAMSOSTEK dan BPJS, perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS, dan akibat hukum terhadap perusahaan yang terlambat membayar iuran kepada pihak JAMSOSTEK dan BPJS.

     

BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisikan

  kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran penulis berdasarkan atas uraian-uraian yang telah di kemukakan.

     

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Analisis Terhadap Status Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11 248 141

Kepesertaan Perusahaan Dan Tenaga Kerja Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada PT. Jamsostek Cabang Medan Tahun 2006

0 28 8

Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Tertanggung Dalam Pelaksanaan Klaim Asuransi Kebakaran (Studi Pada PT. Asuransi Bintang, Tbk Cabang Medan Dan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan)

1 28 159

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Penyelia Jasa (Outsourcing) Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Juncto Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik I

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Dalam Hal Teradi Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

0 4 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

0 0 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 20

0 0 30