PAI life skill.doc

PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASAH

  Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Ljfe Skill dan Active Learning di Madrasah Abtract Madrasah is one path of the Islamic educational intitution. It is very importance for increasing the learning strategy like the innovation of curicullum with aplicated several

strategies in the Islamic instructional, for example the implementation active learning and life

skill to applying th curicullum in the madrasah. In the realily many madrasah have that ative

strategy of learning and life skill for a long time ago Key Word: Madarasah, Kurikulum, Strategi pembelajaran aktif dan life skill A. Pendahuluan

  Pendidikan Agama Islam merupakan basis penyangga kontinuitas ajaran agama Islam sepanjang sejarah kemunculan agama Islam. Nilai-nilai universal Islam hanya bisa diwariskan melalui proses pendidikan dan pengajaaran, yang telah berlangsung sejak lama, dari masa Nabi Muhammad SAW, hingga kini, dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu berbagai metode dan strategi pembelajaran sudah banyak diterapkan guna mempertahankan keberlangsungan ajaran agama Islam itu sendiri melalul proses pendidikan. Secara aplikatif strategi pembelajaran itu muncul secara resiprokal dengan pemberlakuan kebijakan pendidikan, terutama dalam konteks pemberlakuan kurikulum pendidikan dalam kurun tertentu. Dalam konteks ke-Indonesia-an, paling tidak pendidikan Islam selalu berkembang secara dinamis mengikuti transformasi zaman dan awal masuknya agama Islam ke nusantara pada awal abad ke-13 hingga pada masa kolonial, sampai kini pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh beragam lembaga pendidikan Islam ternyata tetap rnenunjukkan perkembangan yang adaptif dan progresif.

  Di antara lembaga pendidikan Islam yang tetap eksis hingga kini adalah Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia, di samping tentunya pesantrenpesantren yang tersebar di pelosok tanah air.1 Pendidikan di Madrasah merupakan

  bagian integral pesantren dalam awal perkembangannya. Lembaga mi mempunyai peran strategis dalam rangka pengembangan pendidikan Islam dalam masa yang cukup panjang. Madrasah secara realitas telah berkembang dengan pesat di pedesaan dan sebagian kota-kota di tanah air, baik di Jawa maupun di luar Jawa.

  B. Realitas Transformasi Kurikulum Madrasah

  Kurikulum bermuatan lokal yang dipakai di Madrasah yang berkembang di Jawa maupun di luar Jawa mempunyai afinitas dengan Madrasah yang berkembang di Timur Tengah, tentunya dengan beberapa penyesuaian yang bersifat lokal. Namun demikian secara signifikan model pembelajaran dan latar belakang organisasi yang memayungi madrasah tersebut turut memperkaya khazanah muatan kurikulum yang dikembangkan di beberapa madrasah tersebut secara otonom dan bercirikan khas kegamaan sesuai dengan acuan organisasinya, baik yang berasal dan pengaruh organisasi sosial keagamaan semacam Nahdlatul Ulama (NU), maupun Muhammadiyah, Persis, Nahdlatul Wathan dan sebagainya. Hal ini berbedadengan madrasah yang dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI, yang cenderung bersifat netral tidak mempunyai karakter spesifik sesual dengan keyakinan dan ciri khas kurikulum tersebut, misalnya pelajaran Aswaja (Ahlusunnah wal Jama ‘ah) di kalangan NU, atau KeMuhammadiyahan, di kalangan Muhammadiyah. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam muatan kurikulum pendidikan agamanya yang mempunyai perbedaan spesifik, misalnya Madrasah yang didirikan oleh NU (Nahdlatul Ulama), jelas berbeda muatan kurikulum pendidikan agamanya dengan MTs Muhammadiyah, ketika menyangkut aspek-aspek khusus pendidikan agama (ke-NU-an dan KeMuhammadiyah-an), yang merupa ciri khas masing- masing lembaga keagamaan tersebut.

  Namun sejak diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum baru yang di sebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),— apapun namanya keduanya tetap merupakan kurikulum— , dan sebenarnya kurikulum tersebut berorientasi pada upaya penyiapan para peserta didik (siswa) yang siap pakai atau menjadi lulusan yang siap dipakai di masyarakat. Untuk siap dipakai di perlukan special skill (kecakapan khusus) sesuai dengan konsentrasi studi yang programnya dikembangkan dengan melibatkan para users, kelompok atau organisasi profesi atau stakeholders lainnya.2 Dengan demikian sebenarnya semua Madrasah tersebut, mau tidak mau harus merespon kebijakan baru tersebut, dan menyiapkan segala fasifitas untuk mendukung pengembangan pembelajaran agama Islam yang lebih efektif dan berdaya guna. Di samping itu dalam masa-masa mendatang perlu dipikirkan untuk “memberdayakan” madrasah agar tetap eksis dengan segala karakteristiknya, sebagai lembaga pendidikan Islam ungggulan dan prospektif di masa mendatang. Secara realitas pendekatan pengembangan kurikuluin dengan demikian tidak cukup dengan hanya dikembangkan dengan strategi pembelajaran berbasis kompetensi semata, tetapi juga perlu dikembangkan secara teknis aplikatif dengan pengembangan keterampilan professional berbasis llfe skill (kecakapan atau keterampilan hidup). Secara terminologis konsep life skill merupakan konsep pembelajaran yang hasilnya akhirnya berorientasi dan bertujuan pada pengembangan keahlian praktis dan aplikatif sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, minat dan bakat peserta didik (siswa). Melalui pengembangan keterampilan hidup (life skill) ini diharapkan peserta didik atau katakanlah output memiliki keahlian dan mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan untuk mau hidup dan berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi.3 Berdasarkan asumsi tersebut diatas, sebenarnya secara kronologis konsep kecakapan hidup (life skill) itu bisa dianggap sebagai kelanjutan dari beberapa kebijakan politik pendidikan pemerintah sebelumnya. Konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan konsep kecakapan hidup (life skill) ini adalah konsep pendidikan Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan), yang pernah mengemuka pada era tahun 1990-an. Keterkaitan (Link) dalam pengertian keterkaitan program pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, sehingga terjadi kesepadanan (Match) dalam pengertian lulusannya siap pakai untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan pasaran kerja.4 Untuk mengembangan kecakapan hidup (life skill) di Madrasah diperlukan strategi pembelajaran yang efektit agar tujuan pembentukan kecakapan hidup bagi siswa tersebut dapat tercapai secara optimal, termasuk dalam konteks pemgembangan pendidikan agama Islam sebagai basis penyangga dan ciri utama pendidikan di Madrasah. Strategi pembelajaran yang cocok dengan semangat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam rangka pengembangan keterampilan atau kecakapan hidup tersebut adalah strategi atau model pembelajaran aktif (active learning), yang sekarang sedang menjadi trend.

  Secara realitas metode pembelajaran aktif (active learning) itu juga mirip dengan konsep /earning by doing (belajar sambil bekerja), yang populer pada era 1980-an, yang berarti proses bisa diaplikasikan dalam dunia kerja. Pembelajaran aktif dengan demikian,— dalam konteks dan format yang berbeda—, bisa juga dianggap sebagai kelanjutan dan konsep Student Active Learning (SAL) atau yang kemudian disadur dalam konteks pendidikan kelndonesiaan melalui model pendidikan dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan menjadi trend nasional pada waktu itu. Tidak bisa dipungkiri, bahwa strategi pembelajaran aktif (active learning) merupakan kelanjutan dan pengembangan Kurikulum Berhasis Kompetensi (KBK), yang menekankan kompetensi siswa atau yang lebih dikenal dengan istilah kecakapan hidup (life Skill). Walaupun secara faktual pelaksanaan KBK sendiri hingga kini masih menimbulkan polemik dan kontroversi, akan tetapi sebagai sebuah kebijakan pendidikan nasional tampaknya KBK akan tetap bergulir dengan segala konsekuensinya. Sehingga tidak mengherankan jika pada akhir tahun 2006 muncul gagasan untuk menerapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai wujud penyempurnaan dari berbagai kekurangan dalam KBK. Namun demikian semangat KBK tetap tercermin dalam kurikulum baru tersebut, sehingga terkesan KTSP merupakan penjabaran teknis dari muatan utama KBK. Respon terhadap model pembelajaran aktif (active learning) yang sangat ditekankan dalam implementasi KBK—di kalangan guru dan praktisi pendidikan lainnya juga sangat beragam. Ada yang merespon positif, tetapi tidak sedikit juga yang apatis terhadap model pembelajaran aktif. Mereka yang merespon positif terhadap pengembangan metode dan strategi pembelajaran mutakhir ini. antara lain seperti yang dilakukan oleh beberapa dosen UIN Yogyakarta yang tergabung dalam CDIE (Central Developing Islamic Education) dan CTSD (Center for Teaching Staff Development), yang berhasil mengembangkan teori pembelajaran aktif ini, sekaligus mensosialisasikan pada beberapa madrasah dan perguruan tinggi Islam di seluruh Indonesia. Melalui berbagai training semacam Work Shop, TOT (Training of Trainer) bagi guru-guru madrasah dan para dosen PTAI, tampaknya lembaga-lembaga tersebut cukup berhasil memperkenalkan berbagai strategi inovatif dalam pengembangan metode dan strategi pembelajaran aktif yang berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup (life skill). sebagaimana yang dikehendaki oleh kurikulum yang berkembang saat ini

C. Pembelajaran Agama Berbasis Active Learning dan Life Skill di Madrasah

  Secara teoritis, munculnya konsep pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup (life skill) dan strategi pembelajaran aktif (active learning), sebagai wacana yang mengemuka dalam konteks pendidikan nasional adalah diakibatkan oleh beberapa pertimbangan logis yang dialami dunia pendidikan di Indonesia yang mengalami stagnasi atau bahkan penurunan kualitas pendidikan secara signifikan. Indikator keterpurukan dunia pendidikan tersebut salah satunya dapat diukur berdasarkan hasil survei tentang kualitas pendidikan yang dilakukan oleh Human Development Indeks (HDI) tahun 2002 menunjukkan bahwa lndonesia menempati urutan ke- 102 dan 164 negara, dan berada dibawab Vietnam.5 Hasil survey tersebut menjadi pukulan yang berat bagi pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan di Indonesia.6 Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun KTSP, dan life skill (kecakapan hidup), dalam perspektif ajaran Islam bertolak dari pandangan dasar bahwa pendidikan ditujukan untuk hidup. Hidup (al-Hayah) dapal dideskripsikan dengan ungkapan dalam hahasa Arab sebagai berikut: “Inna al-Hayat hiya al-harakah wa al-harakah hiya al-baraauh wa al barakah hiya al-ni’mah wa alziyadah wa al-sa‘adah” yang artinya kurang lebih demikian, bahwa hidup ini adalah bergerak (dinamis) yang dapat membawa berkah (kebajikan rohani dan jasmani atau sesuatu yang mantap, atau kebajikan yang melimpah yang beragam dan bersinambung) dan hidup yang berkah adalah kebahagiaan.7 Dengan begitu sebenarnya konsep pembelajaran agama Islam berbasis kecakapan hidup merupakan salab satu bagian penting dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim seutuhnya. Tugas hidup manusia di dunia ini adalah sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya di muka bumi. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya diperlukan kecakapan-kecakapan hidup (life skill). Dengan demikian life skill tidak hanya dipahami sebagai keterampilan untuk mencari penghidupan atau bekerja, tetapi lebih luas dari itu mencakup keterampilan untuk menjalankan tugas hidupnya sebagai Hamba Allah sekaligus KhalifahNya. Umat Islam pada dasarnya harus menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi . Sebagai pemimpin maka perlu dibekali dengan berbagai kecakapan atau keterampilan diantaranya perlu life skill atau leader life skill.

  Dalam konteks pendidikan. sudah sewajarnya bahwa lembaga pendidikan merupakan tempat yang menentukan dalam penanaman keterampilan atau kecakapan kecakapan yang diperlukan oleh peserta didiknya, dan keterampilan tersebut seharusnya berupa kemampuan menerapkan atau mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya melalui jalur pendidikan (al-ilmu bi amalin) yakni ilmu yang bisa diamalkan. Oleh karena itu konsep life skill dalam konteks pemberdayaan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi sesuatu yang sangat urgen, termasuk pada lembaga pendidikan madrasah sebagai tempat mempersiapkan siswa yang potensial dan berkualitas.

  Secara konseptual pola pengembangan life skill dapat dikelompokkan menjadi dua macam. Pertama, general life skill dan kedua, adalah specific life skill. Untuk kelompok general life skill dapat dijelaskan cakupannya yang meliputi:

  I. Personal life skill atau self awar ness, yang mencakup: (1) penghayatan diri sebagai mahkluk Tuhan; (2) menyadari kelebihan dan kekurangannya serta mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

  2. Thinking skill, yang mencakup: (1) information searching skill atau kecakapan menggali dan menemukan informasi; (2) information processing and decision making skill atau kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan; (3) creative problem solving skill atau kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

  3. Social skill, yang mencakup, : (1) kecakapan komunikasi dengan empati, (2) kecakapan bekerjasama (collaboration skillT).8 Sedangkan kecakapan kedua adalah Specific life skill yang mencakup beberapa kecakapan hidup, antara lain:

  1. Academic skill, atau kemampuan berfikir ilmiah (scientific method) yang mencakup antara lain; (1) identifikasi variable; (2) perumusan hipotesis dan (3) melaksanakan penelitian.

  2. Vocational skill, (kecakapan vokasional) atau keterampilan kejuruan, yakni keterampilan atau kecakapan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu yang terdapat di lingkungan atau masyarakatnya.9 Kecakapan -kecakapan tersebut, baik yang berpola general ljfe skill maupun specific life skill, atau antara kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, tidak berfungsi secara terpisah-pisah, atau individu, yang melibatkan aspek fisik mental, emosional dan intelektual. Derajat tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung tersebut. Demikian juga pengembangan life skill siswa di beberapa Madrasah juga sangat bergantung pada upaya pengembangan yang komprehensif yang melibatkan seluruh komponen yang ada dalam lembaga pendidikan. Sejalan dengan aktualisasi konsep pengembangan kecakapan hidup (life skill), tampaknya upaya tersebut secara signifikan bersinggungan langsung dengan salah satu strategi implementasi KBK dan KTSP. Karena implementasi kurikulum berbasis kompetensi di lembaga pendidikan erat kaitannya dengan kebijakan Depdiknas dan Departemen Agama RI mengenai pelaksanaan Broad Based Education (BBE) dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan. OIeh karena itu dengan penerapan KBK menggunakan konsep BBE yang life skill (BBE-LS), dengan cara mendayagunakan semua potensi sumber belajar yang dimiliki sekolah, baik yang direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resources by design), maupun yang dimanfaatkan (learning resources by utilization).10 Dalam perspektif aplikasi membentukan kecakapan hidup (life skill) bagi siswa di lembaga pendidikan (sekolah dan madrasah), secara konsepsional sangat tergantung pada kebijakan pengelola lembaga pendidikan (good will), dalam hal ini berkaitan dengan visi dan misi lembaga pendidikan bersangkutan. Dan secara praktis pengembangan kecakapan hidup siswa sangat tergantung pada model pembelajaran (instructional design) Karena proses pembelajaran secara teoritis dan praktis berbeda konteksnya sesuai dengan karakter spesifik masing-masing lembaga penyelenggara pendidikan. OIeh karena itu diperlukan pendekatan khusus berupa strategi yang lebih aplikatif, interaktif, humanis dan demokratis, yakni strategi pembelajaran aktif (active learning). Konsep pembelajaran aktif (active learning) sebenarnya sudah pernah diperkenalkan oleh beberapa praktisi pendidikan dan konseptor pendidikan. sebelum trend implementasi KBK. Melalui sistem pembelajaran aktif siswa yang pernah populer pada era 1980-an, yakni pembelajaran dengan pendekatan SAL (Student Active Learning) atau CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), namun model pembelajaran dengan sistem ini hilang seiring dengan bergulirnya waktu dan pergantian kebijakan Menteri baru di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. atau sekarang Depdiknas, maupun Departemen Agama RI. Namun setelah KBK diperkenalkan sebagai kurikulum pendidikan nasional baru, strategi pembelajaran aktif (active learning strategy), kemudian menjadi mengemuka kembali, tentunya dengan kosntruksi dan model pembelajaran yang lebih kontemporer.11 Sebenarnya strategi pembelajaran aktif menuntut kreatifitas guru untuk mendisain proses pembelajaran yang dapat menstimulasi aktifitas siswa. Dalam konteks teori pembelajaran strategi pernbelajaran ini dikenal dengan pendekatan student centered, yakni pembelajaran yang berpusat pada anak didik, dan guru atau dosen bertindak sebagai fasilitator belajar. Komunikasi yang dibangun dalam proses pembelajaran adalah komunikasi banyak arah (multiple way communication). Dalam konteks ini siswa dituntut lebih aktif. tetapi tetap dalam koridor pengawasan dan bimbingan guru. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih optimal hasilnya dengan efektifitas dan efisien waktu, tenaga serta materi yang disajikan.12 Strategi pembelajaran aktif (active learning), berfungsi juga dalam melatih para siswa lebih mandiri. inovatif dan berani betanggung jawab, serta membentuk keterampilan atau kecakapan hidup (life skill) sebagai bekal menghadapi masa depannya. Kecakapan hidup tersebut terejawantahkan dalam ranah kompetensi yang umum dikenal dalam teori

  Dengan begitu, sebenarnya strategi pembelajaran aktif memegang peranan yang sangat dominan dalam kerangka pengembangan kecakapan hidup tersebut. Pembelajaran aktif sudah lama diterapkan di negara-negara maju seperti Kanada, dan Amerika Serikat, lnggris dan sebagainya. Para ahli di negara-negara tersebut telah merancang sistem pembelajaran yang inovatif serta berbasis pada kompetensi dan keaktifan siswa. Banyak referensi yang menerangkan tentang strategi pembelajaran aktif ini, diantaranya, Active Learning, 101 Strategies to Teach Any Subjects, karya Mel Silberman. The Art of Teaching Adult, oleh Pete Rener, Classroom Assessment Techniques, oleh Thomas Agelo dan sebagainya. Referensi-referensi tentang sistem pembelajaran aktif tersebut kemudian banyak diadopsi di negara-negara berkembang. Dalam konteks ke-Indonesiaan buku-buku yang membahas strategi pembelajara aktif ini juga cukup banyak, diantaranya adalah Membuat Siswa Aktif Be/ajar (65 Cara Belajar Mengajar dalam Kelompok), oleh Surjadi, Strategi Pembelajaran Aktif, oleh Tim CTSD, Cara Be/ajar Siswa Aktif (CBSA) oleh Nana Sudjana, serta berbagai buku tentang Strategi Belajar dan Mengajar yang dikarang oleh penulis yang beragam. Metode pembelajaran yang bisa diklasifikasikan dalam strategi pembelajaran aktif antara lain brainstorming (curah pendapat), discussion (dikusi), lecturing (ceramah), active debate (debat aktif), snow balling (bola salju), dan sebagainya. Di antara berbagai macam strategi pembelajaran tersebut tampaknya di kalangan madrasah terutama dalam konteks pembelajaran Agama Islam, sebenarnya tidak bisa didekati dengan mengandalkan strategi atau teori pembelajaran aktif semata. Seperti pelajaran yang bersifat indoktrinasi yang menyangkut keyakinan siswa di madrasah. Terutama di madrasah-madrasah tradisional, tensi keaktifan siswa jelas sangat dibatasi, misalnya beberapa siswa yang belajar di madrasah yang dikelola berdampingan dengan pesantren tradisional yang sangat teguh memegang tradisi pesantren tradisional yang menjunjung tinggi adab kesopanan dan etika pesantren mereka, di bahaw patronasi dan kharisma seorang kyai. Namun demikian, ada beberapa unsur-unsur strategi pembelajaran aktif di madrasah secara tradisional sebenarnya sudah ada dan muncul secara historis, seiring dengan kemunculan madrasah itu sendiri sebagai lembaga pendidikan, yang merupakan kontinuitas pendidikan model pesantren tradisonal, seperti model pembelajaran dalam bentuk Muhadlarah (latihan berpidato), Jadal (debat), atau beberapa pelajaran yang menekankan praktek seperti Faraid. Falak, Fikih dan sebagainya. Sebenamya di antara pelajaran tersebut sangat menekankan aspek psikomotorik yang banyak dituntut oleh model atau strategi pembelajaran kontemporer yang menekankan pembelajaran aktif (active learning), sekaligus menanamkan keterampilan personal yang menjadi kecakapan hidup (life skill) yang dimiliki siswa di madrasah-madrasah.

D. Kesimpulan

  Pembelajaran Aktif dan Life Skill di madrasah sebenarnya telah menjadi kebutuhan mendasar dalam rangka peningkatan kualitas SDM dan kualitas institusi pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan dan inovasi kurikulum sangat diperlukan dalam pengembangan madrasah ke depan, dalam bentuk pencarian model dan strategi pembelajaran, tentunya yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi adab dan kesopanan. Bukan model pembelajaran yang terlalu liberal, karena secara realitas hampir semua strategi pembelajaran aktif memang berasal dari hasil pemikiran dan model dan strategi pembelajaran Barat yang tentunya dalam beberapa hal ada yang bertentangan dengan tradisi Islam. Walaupun setelah dikaji sebenarnya strategi pembelajaran aktif dan life skill, dalam batas-batas tertentu tidak banyak bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam.

  1 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 153.

  No. 1, Januari —Juli 2003.

  3 Muhaimin, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dalam Perspektif Islam, Makalah 2002, STAIN (UIN) Malang hal. 13 4 Depdiknas RI, 2003, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. dalam situs www.diknas.go.id.

  5 The Jakarta Post. Edisi September 2002

  6 Muhaimin, op.cit. h. 105

  7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‘an, Vol. 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm. 234

  8 Muhaimin, Pendidikan Kecakapan Hidup…, of. Cit. hal. 118

  9 Muhaimin, ibid. hlm. 119

  10 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya. 2004). Hlm. 107

  11 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pernbelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD

  IAIN Sunan Kalijaga, 2004). hlm. ix

  12 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: SinarBaru, 1989). hlm. 56

  13 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 ((Bandung: Rosda, 2004). h 13 DAFTAR PUSTAKA Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 ((Bandung: Rosda, 2004)

  E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya. 2004). Depdiknas RI, 2003, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. dalam situs www.diknas.go.id. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: UGM Press. 1986). Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pernbelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2004). Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1994). Muhaimin, Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Life Skill, dalam Jurnal “Lektur”, Vol. IX, No. 1, Januari —Juli 2003. _____________, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dalam Perspektif Islam, Makalah 2002, STAIN (UIN) Malang. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‘an, Vol. 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: SinarBaru, 1989). Surjadi, Membuat Siswa Aktif Belajar (65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok),

  The Jakarta Post. Edisi September 2002. Penulis : Zainal Abidin Sumber : Majalah Tarbawiyah Vol. 5 No. 1, STAIN Jurai Siwo Metro Lampung Diposkan oleh irfan di Label:

  0 komentar:

  Langgan:

  

http://irfan-na.blogspot.com/2008/10/pengembangan-kurikulum-madrasah.html