Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Materi Akhlak Terpuji Kepada Diri Sendiri Melalui Model Pembelajaran STAD Siswa Kelas I SDN 2 Banua Batung

  

Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Materi Akhlak Terpuji

Kepada Diri Sendiri Melalui Model Pembelajaran STAD Siswa

Kelas I SDN 2 Banua Batung

  • Aimansyah

  

Sekolah Dasar Negeri 2 Banua Batung Pandawan

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 29-09-2018 • Revisi: 25-10-2018 • Terbit Daring: 05-11-2018

  

Abstrak

Pembelajaran PAI di SDN 2 Banua Batung lebih sering disajikan melalui ceramah, tanyajawab dan penugasan sehingga

terkesan monoton dan membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih didominasi guru dan membuat siswa kurang

antusias dan merespon materi yang disajikan guru. Akibatnya daya serap siswa melemah sehingga hasil belajar menjadi

rendah. Mengatasi hal ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model STAD. Tujuan utama penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

yang dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Data penelitian berupa aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa diperoleh melalui pengamatan dan tes.

Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017

dengan subjek 5 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa dapat

semakin meningkat dari baik pada siklus I menjadi baik sekali pada siklus II. Oleh karena itu hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan dari tidak tuntas dengan ketuntasan 60% menjadi tuntas belajar dengan ketuntasan 100%. © 2018 Rumah Jurnal.

All rights reserved Kata-kata kunci: Hasil belajar, STAD, PAI * ———

  Korespondensi. Aimansyah: E-mail: aimansyah@gmail.com

1. Pendahuluan

  Peranan guru sangat penting dan strategis dalam menentukan kualitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru harus selalu berupaya meningkatkan proses pembelajaran melalui berbagai cara seperti menerapkan strategi dan model pembelajaran yang sesuai. Guru sebagai pengajar juga harus mampu menjadi fasilitator, moderator, serta inovator dan evaluasi dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila hal-hal tersebut dapat terpenuhi, maka akan memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif selama mengikuti KBM dengan begitu hasil belajarnya juga akan bisa ditingkatkan.

  Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran sangat penting dalam meningkatkan penalaran dan kecerdasan. Hal tersebut tentu akan bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.

  Belajar merupakan proses aktif siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002), sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Jadi dalam proses pembelajaran mata pelajaran apapun termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) maka keterlibatan aktif siswa sangat diperlukan. Oleh karena itu dalam menyajikan pelajaran PAI, seharusnya guru tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Aktivitas siswa perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

  Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran PAI memungkinkan terjadinya peningkatan aktivitas siswa. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Melalui komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. Pembelajaran PAI demikian akan lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajarnya dapat ditingkatkan.

  Pembelajaran PAI di SDN 2 Banua Batung kecamatan Pandawan, masih menghadapi permasalah mendasar, yaitu kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Penyebab permasalahan ini bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri, namun bisa juga berasal dari luar seperti cara mengajar guru. Selama ini metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI hanya ceramah, tanyajawab dan penugasan sehingga proses pembelajaran terkesan monoton dan membosankan. Proses demikian menjadikan pembelajaran lebih didominasi guru dan membuat siswa kurang antusias dan merespon materi yang disajikan guru. Akibatnya daya serap siswa melemah sehingga hasil belajar menjadi rendah. Berdasarkan hasil ulangan tahun sebelumnya khususnya pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri, sebelum dilakukan remedial banyak siswa yang tidak tuntas belajar dengan nilai rata-rata siswa hanya mencapai 50 dan ketuntasan belajar di bawah 60%.

  Upaya mengatasi masalah kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa dapat dilakukan guru dengan menerapkan model pembelajaran STAD. Model ini tergolong pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerja dalam kelompok- kelompok kecil dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Wahyuni (2001), bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.

  Menurut Sukarto (2010) STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Langkah-langkah penerapan pembelajaran model STAD menurut Widyantini (2008) adalah (1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa; (3) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu; (5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman; (6) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai.

  Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Sebagai suatu model, pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan seperti dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, memberikan kesempatan siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah dan siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran dan dalam diskusi (Roestiyah, 2001).

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017; Derlina et al., 2018). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2008). Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Banua Batung kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan subjek 5 orang siswa terdiri dari 4 perempuan dan 1 laki-laki. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  Data pada penelitian berupa aktivitas guru melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran dengan model STAD dikumpulkan melalui pengamatan. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai yang tercapai.

  Hasil belajar siswa dihitung sehingga diketahui ketuntasan belajar secara individual dan klasikal. setidaknya mencapai KKM, yaitu sebesar 75.

  Ketuntasan klasikal tercapai jika dalam satu kelas siswa yang tuntas belajar setidaknya mencapai 85%.

  Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa setidaknya dapt dialkukan dengan baik dan hasil belajar siswa dapat dapat mencapai ketuntasan secara klasikal, yaitu terdapat 85% siswa yang mencapai nilai memenuhi KKM sebesar 75..

  3. Hasil dan Pembahasan

  Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model STAD pada penelitian ini dapat semakin ditingkatkan dari siklus I ke siklus II, untuk kegiatan awal pembelajaran meningkat dari 80,00% menjadi 100%, kegiatan inti dari 86,11% menjadi 91,67%, dan kegiatan akhir dari 75,00% menjadi 91,67%. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan rata-rata dapat ditingkatkan dari 80,40% dalam kriteria baik pada siklus I menjadi 94,12% dalam kriteria baik sekali pada siklus II.

2. Metodologi

  Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model STAD dapat semakin ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran dengan model STAD, yaitu dari keriteria baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan dari 70,80% dalam kriteria baik pada siklus I menjadi 87,50% dalam kriteria baik sekali pada siklus II.

  Hasil belajar siswa pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri melalui penggunaan model pembelajaran STAD hasil belajar siswa pada penelitian ini dapat ditingkatkan dari ketuntasan 60% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan perolehan nilai dapat diketahui, pada siklus I terdapat 2 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (75) dan pada siklus II tidak ada yang di bawah KKM.

  Hasil observasi terhadap aktivitas guru menunjukkan, bahwa pembelajaran siklus I dengan menggunakan model STAD pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun demikian guru merasa kegiatan awal seperti apersepsi, pemberian motivasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran belum bisa terlaksana secara maksimal, demikian juga saat mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal demikian model STAD sehingga pengelolaan kegiatan awal dan akhir pembelajaran menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu kegiatan inti pembelajaran dapat terlaksana dengan lebih baik.

  Pembelajaran pada siklus II dapat terlaksana dengan semakin baik dan semua tahapan mulai kegiatan awal, inti, dan akhir mengalami peningkatan. Rata-rata kegiatan pembelajaran pada siklus II dapat mencapai 94,12% dengan kriteria baik sekali. Peningkatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II terjadi karena guru berhasil melakukan perbaikan atas kekurangan- kekurangan yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus

  I. Hasil ini menggambarkan bahwa guru telah memahami penggunaan model pembelajaran STAD dengan baik dan sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian.

  Berdasarkan hasil observasi diketahui, pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 70,80% dan sudah dapat dikatakan baik. Beberapa aktivitas siswa yang terlihat masih kurang baik adalah menjawab pertanyaan/kuis sebelum kerja kelompok dan memberi tanggapan terhadap jawaban teman, serta mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami. Hal demikian bisa disebabkan karena waktu untuk kegiatan tanyajawab yang masih kurang, guru merasa pertanyaan/soal kuis yang diberikan ke siswa masih belum merata.

  Pada pelaksanaan siklus II rata-rata aktivitas siswa dapat semakin meningkat dan tidak ada lagi yang kurang baik sebagaimana pada pelaksanaan siklus I. Aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, menjawab pertanyaan/kuis sebelum maupun setelah kerja kelompok, membaca dan memahami tugas dari guru, kerjasama siswa dalam kelompok, dan membuat kesimpulan sudah dapat dilakukan siswa dengan baik. Peningkatan aktivitas siswa ini terjadi karena siswa semakin memahami belajar dengan menggunakan model STAD sehingga memungkinkan siswa untuk saling berinteraksi dan memotivasi serta saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Roestiyah (2001) yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, memberikan kesempatan siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah dan siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran dan dalam diskusi. Aktivitas siswa pada pelaksanaan siklus II dapat mencapai 87,50% sehingga dapat dikatakan sangat baik. Hasil ini sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan dengan aktivitas setidaknya mencapai

  70% dalam kriteria baik.

  Evaluasi yang dilakukan pada siklus

  I menunjukkan, nilai rata-rata siswa sebesar 72,00 dengan ketuntasan belajar 60%. Hasil ini belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang belum tuntas belajar dan ketuntasan yang tercapai masih di bawah batas indikator yang ditetapkan sebesar 85%. Data ini menggambarkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas dalam belajar materi akhlak terpuji kepada diri sendiri. Hal ini bisa terjadi karena belum maksimalnya beberapa kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru terutama pada saat memberikan kuis/pertanyaan dan membimbing siswa dalam bekerja dan berdiskusi sehingga berdampak keaktifan siswa.

  Pada siklus II hasil belajar siswa dapat semakin ditingkatkan dengan nilai rata-rata mencapai 92,00 dan ketuntasan mencapai 100%. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II ini terjadi karena siswa dapat semakin terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model STAD. Hal demikian menjadikan siswa semakin aktif melakukan diskusi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Di samping itu pertanyaan/soal kuis yang diberikan guru dapat membantu siswa dalam mengingat materi pelajaran pada saat siswa menjawab soal-soal tes pada tiap akhir pertemuan pembelajaran.

  Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat mencapai 100%. Hasil ini sudah dapat memenuhi bahkan melampaui indikator keberhasilan, yaitu dengan hasil belajar setidaknya mencapai ketuntasan 85%. Dengan demikian penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil.

  4. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka disimpulkan (1) Pelaksanaan pembelajaran dengan model STAD pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri dapat ditingkatkan dari 80,40% dalam kriteria baik pada siklus I menjadi 94,12% dalam kriteria baik sekali pada siklus II; (2) Aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model STAD dapat ditingkatkan dari 70,80% dalam kriteria baik pada siklus I menjadi 87,50% dalam kriteria baik sekali pada siklus II; (3) Hasil belajar siswa pada materi akhlak terpuji kepada diri sendiri dapat ditingkatkan dengan ketuntasan 60% menjadi tuntas belajar dengan ketuntasan 100%.

  Daftar Rujukan Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and

  Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology , November. 714-721.

  Derlina., Dalle, J., Hadi, S., Mutalib, A.A., & Sumantri, C. (2018).

  Signaling Principles in Interactive Learning Media through Expert's Walkthrough. Turkish Online Journal of Distance Education (TOJDE) . 19(4), 147-162

  Dimyati., & Mudjiono. (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Kunandar. (2008). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali Pers. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Roestiyah. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sukarto. (2010). Strategi pembelajaran stad (student teams achievement devision) . (Online), (Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2032326- strategi-pembelajaran-stad-student-teams/#ixzz1xA5i0n5f, diakses 22 Agustus 2016). Wahyuni. (2001). Pembelajaran kooperatif. (Online), (Tersedia: http://www.anneahira.com/pembelajaran- kooperatifi/index.htm, diakses 22 Agustus 2016). Widyantini. (2008). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif . Yogyakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.

  Winduono, Y. (2002). Analisis keterampilan guru fisika sltp dalam menggunakan alat praktikum listrik . Tesis Magister Pendidikan, Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia.

Dokumen yang terkait

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran Melalui Supervisi dengan Teknik Kunjungan Antar Kelas di SDN 2 Kalahang

0 0 8

Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar di Kelas Melalui Penerapan Reward and Punishment di SDN 3 Setiap Kecamatan Pandawan

0 0 6

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Penggunaan Media ICT di TK Hadikat Kecamatan Pandawan

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Globalisasi Melalui Model pembelajaran STAD Siswa kelas VI SDN Pengambau Hilir Kecamatan Haruyan

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menghitung Volume Prisma Segitiga Melalui Penggunaan Alat Peraga Siswa Kelas VI SDN Jaranih Kecamatan Pandawan

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas VI SDN 2 Banua Hanyar Kecamatan Pandawan

0 0 6

Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Menggunakan Media Pembelajaran Dengan Teknik Supervisi Bimbingan Individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Peraturan Perundang- Undangan Tingkat Pusat dan Daerah Dengan Metode Pemberian Tugas Pada Kelas V SDN 3 Setiap Pandawan

0 0 6

Penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Konduktor dan Isolator Panas Siswa Kelas VI SDN 2 Banua Hanyar

0 0 6

Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Perubahan Wujud Benda Siswa Kelas V SDN 2 Mundar Kecamatan Labuan Amas Selatan

0 0 6