I. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Karakteristik dan Kepuasan Petani Sayuran Organik pada Kualitas Pelayanan Penyuluhan terh

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian

Desa Batur merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bertani. Di Desa Batur terdapat 2 golongan petani yaitu petani organik dan petani non organik. Jumlah penduduk Desa Batur sampai tahun 2014 adalah sebanyak 6.878 jiwa yang terdiri dari 3.633 laki-laki dan 3.235 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 4.848 KK. Desa Batur secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Batur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara

: Desa Sumogawe

b. Sebelah Selatan : Gunung Merbabu

c. Sebelah Barat

: Desa Kopeng

d. Sebalah Timur

: Desa Tajuk

Secara geografis Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut :

a. Jarak dari Pusat Kecamatan Getasan

: 3 km

b. Jarak dari Pusat Kabupaten Semarang

: 30 km

c. Jarak dari Pusat Provinsi Jawa Tengah : 35 km

d. Jarak dari Pusat Ibu Kota Jakarta

: 200 km

Berdasarkan data monografi Desa Batur 2014, luas Desa Batur adalah 1081,750 Ha yang terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri 19 RW, dan 55 RT. Luas tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, ladang, pemukiman, bangunan umum, pemakaman dan peternakan. Desa Batur mempunyai keadaan tanah yang masuk

golongan dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 m 2 diatas permukaan laut, sedangkan suhu rata-rata yang dimiliki adalah 17°C dengan curah hujan sebesar 2.500 mm/th.

4.1.2. Keadaan Tanah dan Luas Penggunaan Lahan

Luas keseluruhan Desa Batur adalah 1081,750 Ha. jenis penggunaan lahan desa Batur dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas dan Penggunaan Lahan Desa Batur Bentuk penggunaan lahan

Persentase Pemukiman, bangunan umum

19 Luas (Ha)

35,13 Jalan, makam

29,67 Tanah kritis, Tanah bengkok

9,43 Tanah negara

100% Sumber: Data Monografi Desa Batur, 2014

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa lahan di Desa Batur pada tahun 2014 masih banyak yang belum digunakan, masih menjadi milik negara. Namun pada tahun 2016 ini tanah negara tersebut sudah banyak dimiliki oleh penduduk Desa Batur dan digunakan untuk bercocok tanam menanam sayuran.

4.1.3. Keadaan Pertanian

Lokasi penelitian yaitu Desa Batur, jenis tanaman yang biasanya diusahakan petani adalah sawi sendok, selada hijau, selada merah, brokoli, seledri, daun bawang, dan masih ada banyak jenis sayuran lainnya. Para petani di Desa Batur menggunakan pola tanam tumpangsari agar dapat menghasilkan hasil panen yang berlimpah meskipun memiliki lahan yang tidak begitu luas. Menurut Paimin (1991) menyatakan bagi petani yang menanam sayuran sebagai penghasilan keluarga, pola tanam menggunakan tumpangsari memang menguntungkan. Dengan melakukan tumpangsari bersama tanaman lain dapat memberikan penghasilan bagi petani selama menunggu hasil sayuran lainnya. Pertanian di Desa Batur memiliki pola pergiliran usahatani yang cenderung tetap tiap tahunnya dan tanaman yang biasanya ditumpangsarikan adalah jagung, cabai, sawi sendok, selada hijau, selada merah dan masih banyak lainnya.

4.2. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini petani responden adalah petani yang melakukan budidaya sayuran secara organik yang bergabung di dalam kelompok tani Bangkit Merbabu. Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, pendapatan dan luas lahan.

a. Tingkat Pendidikan Menurut Widiarti (2010), pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pola pikir petani dalam menjalankan usahatani dan pengambilan keputusan dalam hal membudidayakan sayuran yang diproduksinya. Selain itu, pendidikan juga akan berpengaruh dalam penyerapan inovasi yang dapat diterapkan dalam kegiatan usahataninya. Tabel 4.2 Petani berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Tidak Sekolah

Perguruan Tinggi

Sumber: Data Primer (2016)

Tingkat pendidikan yang ditempuh petani akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi. Pada tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar petani memiliki pendidikan SMP sehingga tidaklah sulit bagi mereka untuk menerima informasi.

b. Usia Usia akan mempengaruhi keputusan petani. Menurut Kartasapoetra dalam Nurdin (2011), petani yang berusia 50 tahun ke atas biasanya sulit menerima hal-hal b. Usia Usia akan mempengaruhi keputusan petani. Menurut Kartasapoetra dalam Nurdin (2011), petani yang berusia 50 tahun ke atas biasanya sulit menerima hal-hal

15 petani sehingga kemampuan bekerja dan menerima hal-hal baru diharapkan lebih baik dengan kriteria umur dibawah 50 th, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk petani yang memiliki usia diatas 50th mereka memiliki pengalaman lebih banyak hanya saja cara berfikir yang berbeda dalam hal penerimaan inovasi pertanian.

Tabel 4.3 Petani berdasarkan Usia

Sumber: Data Primer (2016)

c. Luas Lahan Luas lahan usahatani berpengaruh positif terhadap produksi usahatani. Luas lahan dapat menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani. Tabel 4.4 Petani beradasarkan Luas Lahan

Luas lahan (m 2 )

Frekuensi

Persentasi

200.0 - 1760.0

1760.0 - 3320.0

3320.0 - 4880.0

4880.0 - 6440.0

6440.0 -8000.0

Jumlah

Rata-rata

1949 m 2

Pada tabel diatas diketahui kebanyakan petani memiliki luas lahan yang sempit yaitu 200 m 2 – 1760 m 2 dengan jumlah responden terbanyak yaitu 28 petani, tetapi hal

ini tidak mengecilkan hasil produksi mereka karena para petani di kelompok tani Bangkit Merbabu ini menanam sayuran dengan sistem tumpang sari, sehingga walaupun mereka memiliki lahan yang digolongkan sempit mereka masih dapat memenuhi kebutuhan pasar.

4.3. Kepuasan Petani dengan Kualitas Pelayanan Penyuluhan

Kelompok tani Bangkit Merbabu merupakan kelompok tani syauran organik yang mendapatkan penyuluhan serta pembinaan dari Dinas Pertanian. Penyuluhan yang didapatkan oleh kelompok tani Bangkit Merbabu ini tidak mendapatkan jadwal yang pasti dari Dinas Pertanian, oleh karena itu kelompok tani Bangkit Merbabu mengadakan pertemuan kelompok setiap minggunya untuk membahas permasalahan yang ada baik di lahan maupun mengenai penjualan. Kepuasan petani terhadap suatu jasa ditentukan oleh kepentingan petani. Pada hal ini kepuasan petani diukur menggunakan 5 indikator yaitu tangible, reliability, responsiveness, insurance dan empathy.

4.3.1. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas

Pelayanan Penyuluhan dalam hal bukti fisik/nyata (Tangible)

Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dilihat dari kepuasan terhadap bukti fisik/nyata (tangible) dari penyuluh melalui tabel berikut: Tabel 4.5 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Tangible)

Tidak Rata- No

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh menggunakan alat peraga yang

5 6 15 13 6 2,8 memperjelas materi penyuluhan 2 Penyuluh selalu berpakaian rapi (sopan/

3 Kelengkapan ruangan penyuluhan alat bantu seperti LCD dan proyektor sehingga

20 6 10 7 2 3,7 penyuluhan lebih menarik. 4 Penyuluh memberikan brosur atau materi kepada petani saat menyampaikan

22 10 10 3 0 4,1 penyuluhan

Rata-rata skor total 3,6 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui petani menilai penyuluhan yang mereka dapatkan dari segi fisik atau tangiblememiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 3,6. Hal ini dikarenakan untuk setiap kegiatan penyuluhan, penyuluh selalu memakai peralatan seperti proyektor, dan brosur sehingga petani tidak bosan ketika kegiatan penyuluhan berlangsung.

4.3.2. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas

Pelayanan Penyuluhan dalam hal keandalan (Reliability)

Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap keandalan (reliability) dari penyuluh melalui tabel berikut : Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Reliability)

Tidak Rata- No

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Penyuluh memberikan materi dengan jelas 14 15 9 6 1 3,1 dan mudah dimengerti

2 Bahasa yang digunakan penyuluh merupakan bahasa Indonesia yang jelas dan

mudah dimengerti

3 Penyuluh mampu menjawab pertanyaan dari peserta dengan sabar dan mudah

14 16 13 0 2 3,3 dimengerti 4 Materi

yang disampaikan

dengan

menggunakan peralatan atau media yang 14 15 12 4 0 3 menarik sehingga tidak membosankan Rata-rata skor total

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel diatas rata-rata skor untuk kepuasan petani dalam hal keandalan penyuluh sebesar 3,2 dapat disimpulkan bahwa petani menilai keandalan penyuluh sudah baik atau sudah cukup puas, menurut hasil wawancara petani mengakui penyuluh yang hadir sangat membantu mereka karena menambah wawasan petani semakin luas walaupun sebagian kecil penyuluh yang datang terkadang masih belum bisa menjawab pertanyaan dari para petani tetapi walaupun demikian petani.

4.3.3. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas

Pelayanan Penyuluhan dalam hal merespon (Responsiveness)

Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap respon (responsiveness) dari penyuluh melalui Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7 didapat nilai yang tinggi dari hasil respon penyuluh dengan rata-rata skor 3,9, hal ini sesuai dengan pernyataan petani dari hasil wawancara dimana mereka sangat puas terhadap respon penyuluh ketika melakukan tanya jawab karena penyuluh bersikap ramah terbukti dengan rata-rata skor tertinggi ada pada pernyataan pertama dan kedua selain itu menurut petani informasi yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan petani. Tabel 4.7 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (responsiveness)

Tidak Rata- No

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Penyuluh tanggap ketika peserta

mengajukan saran atau pertanyaan 2 Penyuluh berinteraksi secara aktif dengan peserta sehingga terjadi timbal balik saat

penyuluhan 3 Penyuluh menangani masalah atau

18 9 15 3 0 3.9 keluhan yang dialami petani secara tepat

4 Penyuluh memberikan informasi yang 13 15 13 4 0 3.8 dibutuhkan petani secara tepat

Sumber: Data Primer (2016)

4.3.4. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas

Pelayanan Penyuluhan dalam hal jaminan (Assurance)

Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap jaminan(Assurance) dari penyuluh melalui Tabel 4.8. Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan nilai skor rata-rata yang tinggi yang sebesar 4,06 dapat diartikan bahwa petani puas dengan cara penyampaian yang dilakukan penyuluh serta penyuluh juga dapat meyakinkan para petani dengan inovasi-inovasi baru mengenai pertanian organik.

Tabel 4.8 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Assurance)

Tidak Rata- No

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Penyuluh mampu meyakinkan peserta dengan materi mengenai inovasi baru

14 18 12 1 0 4 dalam pertanian 2 Penyuluh yang datang memiliki kemampuan kompetensi dan professional

17 15 9 3 1 3.9 dalam melayani peserta 3 Penyuluh memberikan rasa percaya kepada petani untuk menangani masalah

4 Penyuluh selalu bersikap sopan dan sabar

kepada petani Rata-rata skor total

4.06 Sumber data primer : 2016

4.3.5. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas

Pelayanan Penyuluhan dalam hal empati (Emphaty)

Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap empati (emphaty) penyuluh melalui tabel berikut : Tabel 4.9 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Emphaty)

Tidak Rata- No

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Penyuluh memberikan perhatian secara 8 13 18 6 0 3.5 individu kepada anda

2 Penyuluh mampu menjalin hubungan yang 12 18 10 3 2 3.7 baik dengan peserta

3 Penyuluh mampu berkomunikasi dengan 13 18 8 4 2 3.8 baik dengan petani

4 Penyuluh mampu melayani peserta dengan

12 20 10 3 0 3.9 penuh perhatian

Rata-rata skor total 3.7 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai rata-rata skor yang tinggi sebesar 3,7 yang dapat menyatakan bahwa petani di kelompok tani Bangkit Merbabu puas dengan cara penyampaian penyuluh, hal ini dikarenakan penyuluh yang datang dapat menyesuaikan cara berkomunikasi dengan petani dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti petani.

4.4. Kapasitas Petani

Dalam hal ini kapasitas petani mencakup kemampuan manajerial petani dan kemampuan sebagai innovator.

Tidak Rata- No

Setuju

Ragu

Kapasitas Petani

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Mampu menciptakan inovasi baru pertanian atau usahatani berupa menciptakan

6 14 7 7 11 2.9 produk baru atau alat pertanian yang lebih

mudah digunakan dan efektif 2 Aktif sebagai pengurus kelompok tani dan atau kegiatan pertanian tingkat

6 16 9 8 6 3.1 desa/kecamatan 3 Mampu menggunakan media yang ada sebagai sumber informasi pertanian antara

8 6 11 10 10 2.8 lain koran, tv, radio, dan internet.

4 Mampu mengatasi permasalahan

pertanian secara mandiri antara lain

menghilangkan hama penyakit, irigasi, dan kesuburan lahan 5 Mampu mempertahankan/meningkatkan

6 16 15 7 1 3.4 produksi 3 musim tanam terakhir

6 Mampu menghasilkan produksi diatas 4 19 15 4 3 3.3 rata-rata desa

7 Mampu menghindari kegagalan panen 3 5 15 15 9 1 3.3 musim tanam terakhir

8 Mampu mempertahankan/meningkatkan rata-rata harga jual hasil sayuran selama 3

3 29 18 5 2 3.5 musim terakhir Rata-rata skor total

3.2 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa kapasitas petani memiliki nilai rata- rata 3,2 dan dapat dikatakan sudah cukup baik, tetapi dalam hal menciptakan inovasi dan pemanfaatan media memiliki nilai yang rendah yaitu 2,8 dan 2,9, hal ini dikarenakan hanya sedikit petani yang dapat menggunakan internet dan tingkat kemauan untuk belajar melalui media tidak cukup baik, kebanyakan petani lebih memilih untuk ikut penyuluhan dibandingkan mencari informasi melalui media seperti Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa kapasitas petani memiliki nilai rata- rata 3,2 dan dapat dikatakan sudah cukup baik, tetapi dalam hal menciptakan inovasi dan pemanfaatan media memiliki nilai yang rendah yaitu 2,8 dan 2,9, hal ini dikarenakan hanya sedikit petani yang dapat menggunakan internet dan tingkat kemauan untuk belajar melalui media tidak cukup baik, kebanyakan petani lebih memilih untuk ikut penyuluhan dibandingkan mencari informasi melalui media seperti

4.5. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Ketahanan pangan terdiri dari tiga pilar yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan. (Chung et al, 1997) Dalam penelitian ini ketahanan pangan rumah tangga petani diukur dengan tigaindikator tersebut.

4.5.1. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

dilihat dari Ketersediaan Pangan

Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator ketersediaan pangan sapat dilihat melalui Tabel 4.11. Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa ketersediaan pangan petani memiliki nilai yang tinggi dengan rata-rata 4,2 dimana setiap keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari akan ketersediaan pangan seperti beras dan kebutuhan pangan lainya. Dari hasil wawancara petani mengaku setelah panen mereka akan membeli beras untuk satu musim panen sehingga mereka tidak kekurangan beras, dan untuk sayuran mereka mengkonsumsi dari hasil tanam mereka sendiri.

Tabel. 4.11 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Ketersediaan Pangan)

Tidak Rata- No

Setuju

Ragu

Ketersediaan Pangan

Setuju rata skor

1 Mampu memenuhi kebutuhan pangan sayuran keluarga selama selama 1 musim

29 6 4 5 1 4.2 panen dari hasil tanam sendiri 2 Dari hasil panen 1 musim panen dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan makan

32 3 2 6 2 4.2 minimal 3x sehari 3 Mampu memenuhi kebutuhan beras

>11kg/bulan 4 Dari hasil panen sayuran 1 musim panen

dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan 31 3 6 4 1 4.3 beras

Rata-rata skor total 4.2 Sumber: Data Primer (2016)

4.5.2. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

dilihat dari Akses Pangan

Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator akses pangan dapat dilihat melalui Tabel 4.12. Berdasarkan Tabel 4.12diketahui untuk akses pangan petani memiliki nilai rata- rata skor yang tinggi sebesar 4,3 hal ini dikarenakan akses pangan di desa Batur sangatlah mudah dan terjangkau sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun tidak ada kendaraan umum di sekitar lingkungan mereka, petani tidak kesulitan untuk menjangkau sumber pangan yang jaraknya mungkin jauh karena kebanyakan petani sudah memiliki kendaraan pribadi sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam hal transportasi. Selain itu tersedia beberapa warung kelontong juga penjual ikan keliling sehingga petani tidak perlu pergi ke pasar untuk mendapatkan bahan-bahan yang mereka butuhkan.

Tabel. 4.12 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Akses Pangan)

Tidak Rata- No

Setuju

Ragu

Akses Pangan

Setuju rata skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Tersedia sarana transportasi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang jauh dari

rumah 2 Sumber pangan yang dibutuhkan selalu

tersedia setiap saat

3 Biaya perjalanan ke lokasisumber pangan (pasar, warung, toko serba ada) tidak

mengeluarkan biaya yang mahal

4 Jarak rumah ke lokasi untuk mendapatkan sumber pangan (pasar, warung, toko serba

ada) mudah dijangkau Rata-rata skor total

4.3 Sumber: Data Primer (2016)

4.5.3. Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

dilihat dari Pemanfaatan Pangan

Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator pemanfaatan pangan dapat dilihat melalui Tabel 4.13. Berdasarkan tabel 4.13 mengenai pemanfaatan pangan memiliki nilai rata-rata yang cukup tinggi yaitu 3,7. Dalam hal pemanfaatan pangan rumah tangga petani di desa Batur ini sudah cukup bagus dan mereka sudah mengerti bagaimana harus memenuhi kebutuhan gizi keluarga walaupun tidak selalu membeli ikan mereka mengganti kebutuhan protein dengan tempe, tahu dan telur hal ini dilakukan petani untuk menekan pengeluaran kebutuhan rumah tangga tetapi kebutuhan akan gizi tetap terpenuhi.

Tabel. 4.13 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Pemanfaatan Pangan)

Tidak Rata-rata No

Setuju

Ragu

Pemanfaatan Pangan

Setuju skor

(Orang)

(Orang) (Orang)

1 Mampu membeli ikan, daging, telur, tahu, dan tempe sebagai sumber protein gizi

16 13 12 4 0 3.9 keluarga dalam kurun waktu minimal 1

minggu sekali 2 Mengkonsumsi buah-buahan sebagai

13 8 12 9 3 3.4 pelengkap gizi minimal 1 minggu sekali

3 Mampu menyediakan susu sebagai pelengkap menu empat sehat lima

9 14 11 5 6 3.3 sempurna minimal 1 minggu sekali 4 Mampu membeli minyak goreng, kacang- kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber

33 2 7 3 0 4.1 lemak

Rata-rata skor total 3.7 Sumber: Data Primer (2016)

4.6. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Responden dengan Kepuasan,

Kapasitas,dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Menurut Widiarti (2010), usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha. Ditinjau dari segi umur, tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 50 tahun, sedangkan jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai tenaga kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.Mayoritas petani berusia produktif, yaitu antara 31-

50 tahun dengan rata-rata 40 tahun. Usia produktif merupakan salah satu faktor penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif petani lebih memiliki kesempatan berusaha tani dan kemauan untuk belajar dan menerapkan teknologi maupun ide-ide baru dalam pengelolaan. Usia produktif merupakan salah satu faktor penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif 50 tahun dengan rata-rata 40 tahun. Usia produktif merupakan salah satu faktor penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif petani lebih memiliki kesempatan berusaha tani dan kemauan untuk belajar dan menerapkan teknologi maupun ide-ide baru dalam pengelolaan. Usia produktif merupakan salah satu faktor penunjang meningkatkan produksi pertanian karena dengan usia produktif

4.6.1. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kepuasan

Petani (X2)

Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kepuasan petani melalui tabel berikut: Tabel. 4.14 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kepuasan Petani

Jumlah Sampel

Kepuasan (Skor)

Tinggi Rata-Rata

10 9 26 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel diatas hasil rata-rata tingkat kepuasan petani yang paling tinggi terdapat pada usia petani yang masih tergolong muda yaitu 20 – 35 tahun dengan nilai rata-rata yaitu 4,6. Sedangkan untuk usia di atas 35tahun juga memiliki nilai rata- rata kepuasan yang tinggi sebesar 3,4 - 3,8 dimana rentanya tergolong jauh dari nilai rata-rata pada usia petani yang masih tergolong muda. Hal ini dikarenakan petani yang tergolong muda atau usia produktif lebih mau menerima masukan dan memiliki rasa ingin tau yang lebih besar dibandingkan petani yang usianya lebih tua. Menurut Kartasapoetra dalam Nurdin (2011), petani yang berumur 50 tahun ke atas, biasanya sulit menerima hal baru, mereka akan tetap menggunakan tradisi usaha tani yang sudah sejak lama mereka jalani. Namun meskipun rentanya tergolong jauh dari nilai tertinggi, nilai rata-rata tersebut masih didalam kategori yang baik dimana di semua umur petani puas dengan pelayanan penyuluhan, karena untuk anggota kelompok tani Bangkit

Merbabu yang usianya 50 tahun ke atas kebanyakan dari mereka mau mengikuti apa keputusan yang di ambil oleh kelompok taninya.

4.6.2. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kapasitas

Petani (X3)

Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kapasitas petani melalui tabel berikut : Tabel. 4.15 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kapasitas

Jumlah Sampel

Kapasitas (Skor)

Rata-Rata Usia

8 24 13 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel diatas kapasitas petani memiliki nilai rata-rata tertinggi pada usia 28 - 35 tahun dengan nilai rata-rata kapasitas sebesar 3,7. Dimana usia tersebut dapat dikatakan usia yang tergolong produktif. Menurut Moekijad (1992) dalam Pandapotan (2013), golongan pelopor umurnya antara 24-40 tahun, golongan pelopor ciri-cirinya antara lain adalah berpikiran maju, pandai, pengetahuan luas, usaha rata- rata maju, penghasilan tinggi, kaya dan memiliki produktifitas tinggi. Pada hasil distribusi ini diketahui petani yang kapasitasnya paling tinggi ada pada umur golongan pelopor. Dengan pemikiran yang lebih maju dan produktifitas yang masih tinggi dapat meningkatkan kapasitas petani dalam berusaha tani. Walaupun demikian kapasitas petani pada usia yang tergolong tidak produktif juga memiliki nilai rata-rata yang tinggi, hanya saja memang kapasitas petani di usia yang lebih tua tidak sama dengan kapasitas petani yang masih muda. Dari wawancara yang ada petani mengaku untuk Berdasarkan tabel diatas kapasitas petani memiliki nilai rata-rata tertinggi pada usia 28 - 35 tahun dengan nilai rata-rata kapasitas sebesar 3,7. Dimana usia tersebut dapat dikatakan usia yang tergolong produktif. Menurut Moekijad (1992) dalam Pandapotan (2013), golongan pelopor umurnya antara 24-40 tahun, golongan pelopor ciri-cirinya antara lain adalah berpikiran maju, pandai, pengetahuan luas, usaha rata- rata maju, penghasilan tinggi, kaya dan memiliki produktifitas tinggi. Pada hasil distribusi ini diketahui petani yang kapasitasnya paling tinggi ada pada umur golongan pelopor. Dengan pemikiran yang lebih maju dan produktifitas yang masih tinggi dapat meningkatkan kapasitas petani dalam berusaha tani. Walaupun demikian kapasitas petani pada usia yang tergolong tidak produktif juga memiliki nilai rata-rata yang tinggi, hanya saja memang kapasitas petani di usia yang lebih tua tidak sama dengan kapasitas petani yang masih muda. Dari wawancara yang ada petani mengaku untuk

4.6.3. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Ketahanan

Pangan Rumah Tangga Petani (Y)

Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani melalui Tabel 4.16. Tabel. 4.16 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan (Skor) Rata-Rata Usia

Jumlah Sampel

Rendah

Sedang

Tinggi Ketahanan

Orang

49 - 61 Pangan 20 – 27

10 9 26 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui ketahanan pangan rumah tangga petani memiliki nilai rata-rata yang tinggi untuk setiap usia, nilai terendah terdapat pada usia

44 – 51 tahun dengan rata-rata 3,8 yang rentanya tidak jauh jika dibandingkan dengan nilai rata-rata untuk usia yang lainya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia berapapun tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani.

4.6.4. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Kapasitas

Petani (Y1)

Tabel. 4.17. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Kapasitas Petani

Kapasitas (Skor) Pendidikan

Jumlah sampel

Rendah

Sedang

Tinggi

Orang

12 - 20

21 - 30

31 - 39

1 1 3 Perguruan Tinggi

7 24 14 Sumber: Data Primer (2016)

Dari tabel diatas diketahui kapasitas petani Bangkit Merbabu dominan ada pada kategori sedang dengan pendidikan SD, tetapi petani yang tidak sekolah juga memiliki kapasitas yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan disini tidak mempengaruhi kapasitas petani.

4.6.5. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)

Dari Tabel 4.18 distribusi petani berdasarkan pendidikan dengan ketahanan pangan, diketahui dari jenjang tidak sekolah hingga SMA memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani.

Tabel. 4.18. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Ketahanan Pangan

Kapasitas (Skor) Pendidikan

Jumlah Sampel

31 - 39 Tidak Sekolah

1 0 3 Perguruan Tinggi

11 1 33 Sumber: Data Primer (2016)

4.6.6. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X2) dengan

Kapasitas Petani (X3)

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui tingkat kepuasan padakategori tertinggi dengan skor 80-99 kapasitas petaninya ada pada kategori sedang memiliki jumlah paling tinggi sebanyak 24 responden. Hal ini dapat dikatakan bahwa kepuasan petani mempengaruhi kapasitas petani.

Tabel. 4.19. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan dengan Kapasitas

Kapasitas (Skor) Kepuasan (Skor)

Jumlah Sampel

Rendah

Sedang Tinggi

Orang

21 - 30 31 - 39 Rendah (41 - 59)

12 - 20

5 3 0 Sedang (60 - 79)

0 5 7 Tinggi (80 - 100)

8 24 13 Sumber: Data Primer (2016)

4.6.7. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X3) dengan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)

Distribusi kepuasan petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 4.20 Distribusi Petani berdasarkan kepuasan dengan ketahanan pangan

Ketahanan Pangan (Skor) Kepuasan (Skor)

Jumlah Sampel

49 - 61 Rendah (41 - 59)

23 - 35

36 - 48

6 0 2 Sedang (60 - 79)

11 1 33 Sumber: Data Primer (2016)

Jumlah

Dari tabel distribusi diatas dengan tingkat kepuasan paling tinggi, ketahanan petani juga ada pada kategori jumlah responden yang tinggi sebanyak 33 responden.Tabel diatas dapat dikatakan bahwa kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan petani yang menyatakan bahwa penyuluhan yang mereka dapatkan tidak hanya sekedar informasi mengenai pertanian yang ada tapi bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup dengan berusaha tani.

4.6.8. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kapasitas Petani (X3) dengan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y)

Distribusi kapasitas petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 4.21 Distribusi Petani berdasarkan Kapasitas Petani dengan Ketahanan Pangan

Ketahanan (Skor) X 21 Kapasitas

Jumlah Sampel

49 - 61 Rendah (12 - 20)

11 1 33 Sumber: Data Primer (2016)

Dari Tabel 4.21 kapasitas petani pada kategori sedang memiliki jumlah responden ketahanan pangan yang paling tinggi dengan jumlah 20 responden dan kapasitas petani pada kategori tinggi memiliki 11 responden. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan kapasitas yang baik maka ketahanan pangan rumah tangga petani juga baik.

4.7. Analisis Regresi Tahap 1

Analisis regresi tahap satu mengkaji pengaruh usia , pendidikan dan kepuasan

Getasan. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji t. Ringkasan dari pengaruh usia petani dan kepuasan petani terhadap kapasitas petani di kelompok tani Bangkit Merbabu, kecamatan Getasan dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22. Regresi Berganda Tahap 1

Hipotesa Variabel eksogen

Ket. A Usia

Variabel endogen

t hitung

P-value

Tidak Signifikan B Pendidikan

Tidak Signifikan C Kepuasan

Signifikan Fhitung

Uji F R 2 = 15,4 Sig

Sumber : Analisis Data Primer (2016)

Pada analisis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu melihat pengaruh secara gabungan dan melihat pengaruh secara parsial. Dari tabel diatas diketahui besarnya angka R square 15,4 % , angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh usia,pendidikan dan kepuasan terhadap kapasitas secara gabungan adalah 15,4%, sedangkan sisanya sebesar 84,6% dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel diluar model ini.

Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi. Dengan n = 45, k = 4 diperoleh F tabel = 2,83.dan F hitung = 2,483dengan sig = 0,074> 5 %.Ini berarti usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel kapasitas petani.

4.7.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Kapasitas Petani (Y1)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel bebasmempengaruhi variabel terikat secara signifikan atau tidak. Berdasarkan tabel

4.22 diperoleh keterangan untuk variabel usia petani diperoleh nilai t hitung = 1,128< t tabel = 1,682 dan sig 0,266> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak berpengaruh terhadap kapasitas petani. Hal ini sesuai dengan Tabel 4.15 yang menggambarkan bahwa dari usia muda sampai usia tua memiliki selisih nilai rata-rata yang tidak jauh yaitu 0,1 – 0,6 dan terdapat 3 petani berusia muda (20-35 tahun) yang 4.22 diperoleh keterangan untuk variabel usia petani diperoleh nilai t hitung = 1,128< t tabel = 1,682 dan sig 0,266> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak berpengaruh terhadap kapasitas petani. Hal ini sesuai dengan Tabel 4.15 yang menggambarkan bahwa dari usia muda sampai usia tua memiliki selisih nilai rata-rata yang tidak jauh yaitu 0,1 – 0,6 dan terdapat 3 petani berusia muda (20-35 tahun) yang

X1 Y1 = 0,178

4.7.2 Uji Hipotesis Pendidikan Petani (X2) terhadap Kapasitas Petani (Y1)

Nilai yang diperoleh variabel pendidikan petani sebesar t hitung = 0,904< t tabel = 1,682 dengan sig 0,371> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap kapasitas petani, hasil tersebut sesuai dengan Tabel 4.17 distribusi pendidikan terhadap kapasitas terdapat 2 petani yang tidak sekolah kapasitasnya tinggi, 16 petani berpendidikan SD memiliki kapasitas sedang, dan 1 petani berpendidikan SMA kapasitasnya rendah, dari data tersebut diketahui bahwa petani dari pendidikan rendah sampai tinggi dapat memiliki kapasitas yang tinggi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Tahitu (2013) yang menyatakan bahwa pendidikan formal berpengaruh terhadap kemampuan individu. Hal ini dikarenakan proses yang dialami masing-masing individu berbeda sehingga hasil yang didapatkan juga berbeda, meskipun para petani mengenyam pendidikan yang rata-rata sama yaitu SD sampai SMP tetapi semua tergantung proses individu dalam menjalani pendidikannya, selain itu petani mengatakan bahwa kemampuan yang mereka miliki sekarang mengenai budidaya sayuran organik ini didapatkan dari pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan dan pertemuan-pertemuan kelompok serta pembelajaran turun menurun dari orang tua. Dengan demikian pengaruh langsung pendidikan Nilai yang diperoleh variabel pendidikan petani sebesar t hitung = 0,904< t tabel = 1,682 dengan sig 0,371> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap kapasitas petani, hasil tersebut sesuai dengan Tabel 4.17 distribusi pendidikan terhadap kapasitas terdapat 2 petani yang tidak sekolah kapasitasnya tinggi, 16 petani berpendidikan SD memiliki kapasitas sedang, dan 1 petani berpendidikan SMA kapasitasnya rendah, dari data tersebut diketahui bahwa petani dari pendidikan rendah sampai tinggi dapat memiliki kapasitas yang tinggi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Tahitu (2013) yang menyatakan bahwa pendidikan formal berpengaruh terhadap kemampuan individu. Hal ini dikarenakan proses yang dialami masing-masing individu berbeda sehingga hasil yang didapatkan juga berbeda, meskipun para petani mengenyam pendidikan yang rata-rata sama yaitu SD sampai SMP tetapi semua tergantung proses individu dalam menjalani pendidikannya, selain itu petani mengatakan bahwa kemampuan yang mereka miliki sekarang mengenai budidaya sayuran organik ini didapatkan dari pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan dan pertemuan-pertemuan kelompok serta pembelajaran turun menurun dari orang tua. Dengan demikian pengaruh langsung pendidikan

X2 Y1 = 0,138

4.7.3 Pengujian Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Kapasitas Petani (Y1)

Nilai yang diperoleh variabel kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan sebesar t hitung = 2,530> t tabel = 1,682dengan sig 0,015< 0,05 jadi Ha diterima dengan kata lain kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan berpengaruh terhadap kapasitas petani. Berdasarkan Tabel 4.19 tampak bahwa kepuasan petani kategori rendah maka kapasitasnya juga rendah, dan tidak ditemukan petani yang memiliki kapasitas tinggi. Sedangkan petani kepuasan tinggi memiliki kapasitas sedang dan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan berpengaruh positif terhadap kapasitas. Kepuasan petani terhadap suatu jasa ditentukan oleh kepentingan petani tersebut, dalam hal ini dapat dikatakan kepentingan kelompok tani bangkit Merbabu sudah terpenuhi sehingga petani puas dan mau menerima serta mencoba inovasi- inovasi baru yang diberikan oleh penyuluh. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner pada tabel distribusi kepuasan petani yang memiliki nilai rata-rata tinggi untuk setiap pernyataan petani contohnya seperti penyuluh memberikan rasa percaya kepada petani untuk menangani masalah yang dihadapi petani, penyuluh dan petani saling berinteraksi serta penyuluh memberikan informasi sesuai kebutuhan petani. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Morgan (2004) bahwa kapasitas individu, kelompok maupun organisasi akan mencapai hasil yang diinginkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang efektif. Dengan adanya penyuluhan tersebut, petani di kelompok tani Bangkit Merbabu mengaku menjadi lebih terbuka dengan hal-hal baru yang diberikan kepada mereka dan petani cenderung mau mencoba inovasi-inovasi baru yang ada, dengan terus mencoba maka kapasitas atau kemampuan petani semakin berkembang. Pengaruh langsung untuk kepuasan petani terhadap kapasitas petani adalah sebesar 0,380 atau 38% (table 4.20 kolom β) yang selanjutnya akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur.

4.7.4 Uji Korelasi

Tabel 4.23 Uji Korelasi Karakteristik Petani dengan Kepuasan Petani

Variabel Korelasi X 1 X 2 X 3

X 1 1 -0,330

X 2 -0.330 * 1,000

1 Sumber: Analisis Data Primer (2016) Keterangan:

X 3 -0.291

X1 = Usia X2 = Pendidikan X3 = Kepuasan

Untuk menafsirkan angka pada tabel diatas digunakan kriteria sebagai berikut :

0 – 0,25 = korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) >0,25 – 0,5

= korelasi cukup

= korelasi kuat

= korelasi sangat kuat

Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka korelasi antara variabel usia dan pendidikan sebesar -0,330 mempunyai maksud bahwa hubungan antara variabel usia dan pendidikan sangat lemah dan tidak searah (karena hasilnya negative). Tidak searah artinya jika usia semakin tinggi maka pendidikan semakin rendah atau turun, korelasi signifikan karena angka signifikansinya 0,027 < 0,05. Korelasi antara pendidikan dan kepuasan nilainya -0,291 artinya usia dan kepuasan korelasinya sangat lemah dan tidak searah yaitu jika usia semakin tinggi maka tingkat kepuasan menurun dan tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,053 > 0,05. Untuk korelasi antara pendidikan dan kepuasan diperoleh nilai 0,134 yang artinya korelasi antara pendidikan dan kepuasan sangat lemah dan searah (karena nilainya positif) artinya jika pendidikan tinggi maka tingkat kepuasan juga semakin tinggi. Korelasi pendidikan dan kepuasan tidak signifikan karena nilai signifikansinya 0,381 > 0,05.

4.8. Analisis Regresi Tahap 2

Analisis regresi tahap dua mengkaji pengaruh usia, pendidikan, kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani di kelompok tani Bangkit Merbabu, Kecamatan Getasan melalui kapasitas petani sebagai variabel intervening. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji t. Ringkasan dari pengaruh usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani melalui kapasitas petani sebagai variabel intervening dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.24 Regresi Berganda Tahap 2

Hipotesa Variabel eksogen

Ket. A Usia

Variabel endogen

(β)

t hitung

P-value

Tidak signifikan B Pendidikan

Ketahanan Pangan

Tidak Signifikan C Kepuasan

Ketahanan Pangan

-0.088 -0.651

0.519

Signifikan D Kapasitas

Ketahanan Pangan

Signifikan Fhitung

Ketahanan Pangan

a R 2 Sig = 36,1 % .001

Sumber: Analisis Data Primer (2016)

Dari tabel diatas diketahui besarnya R square adalah 36,1% dengan kata lain variabel usia, pendidikan, kepuasan petani dan kapasitas petani secara gabungan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani, sedangkan sisanya sebesar 63,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel pada model ini. Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independent secara simultan terhadap variabel dependent atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi.

Dengan n = 45, k = 5 diperoleh Ftabel = 2,61 dengan nilai F hitung = 5,643 dan sig = 0,001< 5 %. Ini berarti usia, pendidikan, kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan, dan kapasitas petani secara simultan benar-benar berpengaruh signifikan terhadap variabel ketahanan pangan rumah tangga petani.

4.8.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel

4.22 diperoleh untuk variabel karakteristik petani diperoleh nilai t hitung = 0,374 < t tabel = 1,683 dengan sig 0,711 > 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Pada hal ini usia tidak mempengaruhi ketahanan pangan petani di kelompok tani Bangkit Merbabu juga bisa dilihat dari Tabel 4.16 distribusi yang menyatakan dari usia muda sampai yang paling tua ketahanan pangannya memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari serta akses yang ditempuh sangatlah mudah sehingga baik dari segala rentan usia tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan atau menjaga ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Halik (2007) menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan melainkan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan adalah luas lahan, tingkat pendapatan perkapita, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Pengaruh langsung variabel usia terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani sebesar 5,3% (tabel 4.22 pada kolom β) yang akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur :

X1 Y2 = 0,053

4.8.2 Uji Hipotesis Pendidikan (X2) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)

Berdasarkan Tabel 4.22 diperoleh keterangan untuk variabel pendidikan petani diperoleh nilai t hitung = -0,651< t tabel = 1,683 dengan sig 0,519> 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani, hasil tersebut sesuai dengan analisis Tabel 4.18. yakni terdapat 3 orang petani yang tidak bersekolah memiliki ketahanan pangan tinggi, 23 petani berpendidikan SD ketahanan pangannya tinggi, 4 petani berpendidikan SMP ketahanan pangannya tingggi dan 3 petani berpendidikan SMA ketahanan pangannya tinggi sehingga dapat dikatakan baik dari petani yang tidak berpendidikan ataupun yang

berpendidikan SMA dapat memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Hal ini berbeda dengan pendapat Khomsan (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka pendapatan rumah tangga juga akan semakin tinggi sehingga mereka memiliki berpendidikan SMA dapat memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Hal ini berbeda dengan pendapat Khomsan (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka pendapatan rumah tangga juga akan semakin tinggi sehingga mereka memiliki

X2 Y2 = -0,088

4.8.3 Uji Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)

Untuk variabel kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan diperoleh nilai t hitung = 2,657 > t tabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima dengan kata lain kepuasan petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Berdasarkan Tabel 4.20. terdapat 10 petani dengan kepuasan sedang yang memiliki ketahanan pangannya tinggi dan 21 petani dengan kepuasan tinggi memiliki ketahanan pangan yang tinggi serta 6 petani dengan kepuasan rendah ketahanan pangannya juga rendah, sehingga dapat dikatakan kepuasan petani

mempengaruhi ketahanan pangan. Hal ini senada dengan Singh (2002 dalam Wesley 2014) “innovative technologies and good practices translate to increased yields and improved food security only when they properly shared with farmer ” artinya teknologi yang inovativ dan penyampaian yang baik untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan adalah hanya dengan ketika mereka membagikan dengan baik kepada petani, yang dimaksudkan membagikan dengan baik disini adalah penyuluhan kepada petani sehingga dengan penyuluhan yang baik akan sangat membantu petani sehingga wawasan petani lebih terbuka. Kepuasan berpengaruh secara langsung terhadap ketahanan pangan dengan nilai beta sebesar 0,378 atau 37,8%

X3 Y2 = 0,378

4.8.4 Uji Hipotesis Kapasitas (Y1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)

Nilai yang diperoleh untuk variabel kapasitas petani adalah sebesar t hitung = 2,682 > t tabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima dengan katalain kapasitas petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini Nilai yang diperoleh untuk variabel kapasitas petani adalah sebesar t hitung = 2,682 > t tabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima dengan katalain kapasitas petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini

Kapasitas petani salah satunya adalah kemampuan petani dalam meningkatkan produksi usahatani, sehingga ketika kapasitas petani baik maka produktivitas tinggi, produktivitas yang tinggi dapat meningkatkan hasil pendapatan para petani sehingga kebutuhan akan pangan terpenuhi dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Aminah (2015) yang menyatakan bahwa jika kapasitas petani kecil atau rendah berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga petani. Dengan demikian diperoleh kapasitas berpengaruh langsung terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani dengan nilai beta sebesar 0,369 atau 36,9%.

Y1

Y2 = 0,369

4.9. Pembentukan Analisis Jalur

Dalam analisis jalur selain terdapat pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung suatu variabel terhadap variabel tertentu dapat dihitung dengan cara mengalikan koefisien-koefisien regresi (beta- β) dari variabel pemberi efek. Dibawah ini akan ditunjukkan pengaruh tidak langsung : Perhitungan Pengaruh Tidak Langsung (IE)

X1 Y1

Y2 = 0,178 x 0,369 = 0,065

X2 Y1

Y2 = 0,138 x 0,369 = 0,050

X3 Y1

Y2 = 0,380 x 0,369 = 0,140

Dari perhitungan diatas dapat diketahui jalur yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani adalah jalur kepuasan petani melalui kapasitas terhadap ketahanan pangan dengan nilai sebesar 0,140. Kepuasan petani mempengaruhi ketahanan pangan melalui kapasitas ini memperkuat pernyataan Singh (2002 dalam Wesley 2014) dimana dengan adanya penyuluhan yang baik sesuai dengan kebutuhan petani akan meningkatkan kapasitas petani dengan begitu produktifitas akan naik serta pendapatan petani juga meningkat.

Sehingga pada penelitian ini dapat digambarkan model analisis jalur ini sebagai berikut :

0,863

Usia Petani 0,646

Ketahanan Petani

Kepuasan Petani

Gambar 4.1. Pembentukan Analisis Jalur

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Dosis Pupuk Hijau Azolla (Azolla pinnata) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica rapa var.parachinensis L) = The Effect of Azolla (Azolla pinnata) Green Manure’s on th

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sikap - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Sikap Petani dalam Budidaya Sayuran Secara Organik di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang = Analysis of Farmer’s Attit

0 0 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Sikap Petani dalam Budidaya Sayuran Secara Organik di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang = Analysis of Farmer’s

0 0 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Desa Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Sikap Petani dalam Budidaya Sayuran Secara Organik di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabu

1 1 20

BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Sikap Petani dalam Budidaya Sayuran Secara Organik di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang = Analysis of Farmer’s Attitudes in Organic Vegetab

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Peterseli (Petroselinum crispum var. Moss Curled) = The Influence of Storage Temperature and Duration on Quality of Parsley (Petroselinum cr

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi, Dampak dan Keputusan Pemilihan Pekerjaan Wanita Tani yang Bekerja Sampingan sebagai Buruh Gendong di Pasar Wisata Bandungan = Motivation, Impact and Decision of Women Farmers in Choos

0 0 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Ketahanan Pangan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Karakteristik dan Kepuasan Petani Sayuran Organik pada Kualitas Pelayanan Penyuluhan terhadap Kapasitas dan Ketahanan Pa

0 0 7

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Karakteristik dan Kepuasan Petani Sayuran Organik pada Kualitas Pelayanan Penyuluhan terhadap Kapasitas dan Ketahanan Pangan R

0 0 9

I. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Karakteristik dan Kepuasan Petani Sayuran Organik pada Kualitas Pelayanan Penyuluhan terh

1 1 29