Sistem Penentu Suhu Dan Kelembaban Incubator Telur Unggas Berdasarkan Berat Dan Warna Telur Menggunakan Metode Fuzzy

  

Vol. 2, No. 12, Desember 2018, hlm. 7302-7311 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Penentu Suhu Dan Kelembaban Incubator Telur Unggas

Berdasarkan Berat Dan Warna Telur Menggunakan Metode Fuzzy

1 2 3 Moh. Zainur Rodhi , Dahnial Syauqy , Gembong Edhi Setyawan

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: zainurrodhi@gmail.com, dahnial87@ub.ac.id, gembong@ub.ac.id

  

Abstrak

  Mesin penetas telur merupakan salah satu inovasi dibidang teknologi yang terbukti mampu meningkatkan hasil produksi dalam usaha budidaya unggas. Tetapi mesin penetas telur yang ada saat ini dinilai masih kurang efisien, karena jika dilihat dari segi fungsionalitas, satu unit mesin penetas telur hanya berfungsi untuk menetaskan satu jenis telur tertentu saja dan tidak bisa difungsikan untuk menetaskan jenis telur yang berbeda. Dari permasalahan itulah muncul sebuah ide untuk melakukan perancangan sistem penentu suhu dan kelembaban berdasarkan berat dan warna telur pada Incubator telur unggas ayam, bebek dan puyuh. Sistem ini dibuat menggunakan sensor berat load cell untuk mendeteksi berat telur, sensor warna TCS3200 untuk mendeteksi warna telur, sensor DHT11 untuk mendeteksi suhu dan kelembaban udara dan juga arduino uno sebagai pemroses data dari sensor. Proses pendeteksian jenis telur dilakukan dengan menggunakan logika fuzzy. Sistem ini mampu menyesuaikan nilai suhu serta kelembaban pada Incubator secara otomatis berdasarkan jenis telur yang terdeteksi. Penyesuaian nilai suhu dilakukan dengan menggunakan lampu pijar yang berfungsi sebagai sumber panas, sedangkan untuk kelembaban digunakan humidifier yang berfungsi untuk menambah nilai kelembaban udara. Dari hasil pengujian logika fuzzy diperoleh persentase eror sebesar 0,001%, dan aktuator untuk menyesuaikan nilai suhu serta kelembaban sudah sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.

  Kata kunci: load cell, sensor warna TCS3200, DHT11, sistem penetas telur, logika fuzzy.

  

Abstract

Egg hatching machine is one innovation in technology that is proven to increase production results in

poultry farming. But the existing egg hatchery machine is considered still less efficient, because in terms

of functionality, one unit of egg hatchery machine only serves to incubate just one particular egg species

and can not be used to incubate different egg species. As the result based on this problem, come an idea

for designing temperature and humidity control sistems using the weight and color of poultry eggs on

poultry egg Incubator for chicken egg, duck egg and quail egg. This sistem is created using a load cell

  sensor to detect the egg weight, color sensor TCS3200 to detect egg color, DHT11 sensor to detect air

  

temperature and humidity and arduino uno as the data processor of the sensor. The process of detecting

eggs done by using fuzzy logic. This sistem is able to adjust the temperature and humidity values in the

Incubator automatically according to the egg species detected. Adjust the temperature value using a

bulb lamp which functions as a heating, while for humidity use humidifier which functions to increase

the value of air humidity. From the results of fuzzy logic testing obtained error percentage of 0.001%,

and aktuator conditions to adjust the temperature and humidity values is in compliance with the required

conditions.

  Keywords: load cell, color sensor TCS3200, DHT11, egg hatching sistem, fuzzy logic.

  1.

  per kapita dari 13,8 kg pada tahun 2015. Dengan

   PENDAHULUAN

  demikian, daging unggas diperkirakan Seiring berkembangnya laju pertumbuhan meningkat dari 33% menjadi sekitar 38%. Di penduduk, maka tingkat konsumsi daging negara-negara sedang berkembang, konsumsi unggas diperkirakan juga akan terus meningkat. unggas diperkirakan akan meningkat hingga

  Pada tahun 2030, konsumsi daging unggas dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 17,2 kg

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

7302

  33,3%, dari 10,5 kg menjadi 14 kg per kapita (Poultry, 2016).

  Seiring dengan meningkatnya tingkat konsumsi daging unggas, maka inovasi-inovasi baru guna meningkatkan hasil produksi budidaya unggas-pun semakin banyak diciptakan. Salah satunya yaitu mesin penetas telur, dimana mesin tersebut sudah terbukti mampu mempercepat proses penetasan telur pada usaha budidaya unggas, hal itu dikarenakan proses penetasan telur menggunakan mesin bisa dilakukan dengan kapasitas besar secara bersamaan, sedangkan apabila melakukan proses penetasan secara alami hanya bisa dilakukan dalam kapasitas terbatas. Faktor utama yang perlu dikontrol dalam sebuah mesin penetas telur adalah suhu, karena suhu merupakan parameter yang menentukan berkembang atau tidak berkembangnya embrio pada telur. Kebutuhan suhu dalam incubator berbeda-beda untuk setiap telur dari berbagai jenis unggas. Prinsipnya semakin besar telur yang ditetaskan akan memerlukan suhu yang lebih tinggi, misal : telur puyuh, telur merpati, telur ayam, telur itik dan telur angsa akan berbeda (disini besar telur dari yg terkecil mengarah ke telur yang lebih besar). Jika suhu sesuai dengan kondisi ideal yang dibutuhkan selama proses penetasan telur, maka akan memberikan waktu tetas yang tepat (sesuai masa inkubasi dari telur itu sendiri, misal : telur puyuh masa inkubasinya 17 hari, ayam 21 hari, itik 28 hari) dan menghasilkan tingkat daya tetas yang tingi (Sudjarwo, 2012).

  Mesin penetas telur yang ada saat ini dinilai masih kurang efisien, karena jika dilihat dari segi fungsionalitas, satu unit mesin penetas telur hanya berfungsi untuk menetaskan satu jenis telur tertentu saja dan tidak bisa difungsikan untuk menetaskan jenis telur yang berbeda, hal itu disebabkan karena mesin penetas telur yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk membaca jenis telur yang akan ditetaskan dan menyesuaikan kondisi suhu serta kelembabannya sesuai dengan jenis telur tersebut.

  Maka dari permasalahan itulah muncul sebuah ide untuk melakukan penelitian guna merancang dan mengimplementasikan sebuah sistem penetas telur yang bisa digunakan untuk beberapa jenis telur sekaligus sebagai topik penelitian skripsi, dengan harapan dapat meningkatkan nilai fungsionalitas dari sistem penetas telur konvensional yang ada saat ini. Dimana alat yang dirancang nantinya mampu menyesuaikan parameter suhu, kelembaban dan lama masa incubasi sesuai kebutuhan jenis telur secara otomatis.

  2. PERANCANGAN & IMPLEMENTASI

  2.1 Perancangan Sistem

  Perancangan sistem terbagi atas perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak.

  2.1.1 Perancangan Perangkat Keras

  Sistem yang akan dibuat yaitu sistem yang mampu menentukan suhu dan kelembaban pada penetas telur unggas meliputi jenis telur bebek, puyuh, dan ayam berdasarkan berat dan warna telur menggunakan metode fuzzy. Sistem akan terdiri dari perangkat keras berupa arduino uno yang berfungsi untuk mengendalikan keseluruhan sistem. Perangkat keras lainnya ada berupa sensor warna TCS3200 yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan warna dari tiap jenis telur dan sensor load cell yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan berat dari tiap jenis telur. Pada bagian aktuator digunakan lampu pijar sebagai sumber panas dan humidifier untuk meningkatkan nilai kelembaban udara didalam ruang penetas telur. Diagram blok perancangan perangkat keras dapat dilihat pada gambar 1.

  Gambar 1. Diagram blok sistem

  2.1.2 Perancangan Mock-up Box Incubator dan Rak Telur

  Perancangan mock up box incubator pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2. Pada desain telah diberi keterangan berupa huruf A sampai dengan M. Keterangan pada gambar tersebut menunjukkan tataletak tiap-tiap bagian yang terdapat pada box incubator. Berikut adalah keterangan mengenai masing-masing bagian tersebut. A = Penutup ruang panel mikrokontroler B = Panel LCD dan tombol power C = Box utama (panjang 55cm, lebar 55cm, tinggi 60cm) D = Lampu pijar pemanas E = Humidifier F = DHT11 G = Sensor pintu sistem, dan blok aktuator. Berikut adalah H = Sensor pintu pemaparan tentang masing-masing blok utama I = Pintu sistem tersebut.

  J = Jendela pintu K = Gagang pintu L = Ruang panel mikrokontroler M = Ruang Incubator

  Gambar 2. Mock up box Incubator Perancangan mock up rak telur pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3. Pada desain telah diberi keterangan berupa huruf N sampai dengan T. Keterangan pada gambar tersebut menunjukkan tataletak tiap-tiap bagian yang terdapat pada rak telur. Berikut adalah keterangan mengenai masing-masing bagian tersebut.

  N = Lubang rak telur O = Tempat meletakkan sensor load cell P = Kerangka luar rak telur

  Gambar 4. Diagram alir akuisisi data sensor Q = Motor servo

  Bagian blok yang pertama merupakan blok R = Tempat meletakkan motor servo akuisisi data oleh sensor yang digunakan pada S = Baris rak telur sistem ini yaitu sensor load cell, sensor warna T = Mekanik pemutar rak telur dan sensor DHT. Sensor akan melakukan akuisisi data berupa nilai berat telur, warna telur serta nilai suhu dan kelembaban, apabila data didapatkan, maka data kemudian akan dikirimkan ke mikrokontroler, dan apabila data belum didapatkan, maka proses akan kembali ke sensor untuk melakukan akuisisi data kembali seperti yang ditunjukka pada gambar 4.

  Gambar 3. Mock up rak telur

2.1.3 Perancangan perangkat lunak

  Perancangan perangkat lunak pada sistem ini dibagi menjadi 3 blok utama sistem yaitu blok akuisisi data sensor, blok mikrokontoler yang sekaligus menjadi pengendali utama

  Gambar 6. Diagram alir proses kerja aktuator Bagian blok yang ketiga yaitu blok aktuator

  , proses yang dilakukan aktuator diawali dengan aktuator yang berupa lampu dan humidifier dalam kondisi idle, kemudian lampu akan menyala apabila suhu kurang dari nilai yang ditentukan untuk masing-masing jenis telur, dan kemudian lampu akan kembali stanby apabila

  Gambar 5. Diagram alir mikrokontroler suhu sudah melebihi nilai perhitungan yang telah ditentukan untuk masing-masing jenis telur. Dan

  Bagian blok kedua merupakan pengendali juga humidifier akan menyala jika nilai mikrokontroler, proses dimulai dengan kelembaban kurang dari yang ditentukan, dan pengiriman data hasil akuisisi sensor sebagai

  humidifier akan kembali idle apabila nilai

  data input, apabila data belum didapatkan, maka kelembaban telah melebihi nilai yang proses akan diulangi lagi pada kondisi ditentukan. Proses pada bagian ini ditunjukkan mikrokontroler menunggu data hasil akuisi pada gambar 6. sensor, kemudian setelah data didapatkan, maka data hasil akuisisi tersebut akan diolah oleh mikrokontroler dengan melakukan perhitungan logika fuzzy untuk mendapatkan nilai derajat keanggotaan jenis telur, Dari nilai derajat keanggotaan jenis telur tersrbut nantinya kita bisa menentukan output suhu dan kelembaban yang dibutuhkan untuk jenis telur yang terdeteksi. alur proses kerja untuk bagian mikrokontroler tersebut ditunjukkan pada gambar 5.

  Linguistik Numerik

  Berat Lebih dari 25 Sedang

  10

  • – 40 Ringan Kurang dari 25

  Berikut adalah cara untuk mendapatkan nilai keanggotan berdasarkan fariabel linguistik dan fariabel numerik berat telur.

  • Fungsi derajat keanggotaan berat telur ringan dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1 ; X < 10

  25 –

  µ[x] Ringan = ; 10 <=X<=25

  25 – 10

  ; X > 25

  • Fungsi derajat keanggotaan berat telur sedang dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 10 atau X >40

  • – 10

  µ[x] Sedang = ; 10 <= X <= 25

  25 – 10 40 –

  ; 25< X <= 40

  40 – 25

  • Fungsi derajat keanggotaan berat telur berat dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 25

  • – 25

  µ[x] Berat = ; 25 <= X <= 40

  40 – 25

  1 ; X > 40 Gambar 7. Diagram alir logika fuzzy

  Gambar 7. Merupakan diagram proses kerja logika fuzzy, dimana bisa dilihat bahwa proses perhitungan logika fuzzy yang terjadi saling

  Gambar 8. Grafik derajat keanggotaan berat berhubungan antara tahapan satu dengan tahapan telur yang lainnya, sehingga tahapan yang dihasilkan

  Sedangkan untuk proses perhitungan akan menjadi input pada tahapan selanjutnya derajat keanggotaan warna telur adalah sebagai sampai menjadi output akhir dari sistem. berikut. Anggota fariabel derajat keanggotaan

  Proses diawali dengan akuisisi data oleh warna telur dibagi atas tiga kategori berat seperti sensor load cell dan sensor warna sebagai data pada tabel 2 berikut.

  input pada proses perhitungan fuzzy, kemudian

  Tabel 2. Variabel keanggotaan warna telur setelah data input diperoleh dilanjutkan pada tahap menentukan derajat keanggotaan berat

  Berikut adalah cara untuk mendapatkan telur dan warna telur. Proses perhitungan derajat nilai keanggotan berdasarkan variabel linguistik keanggotaan berat telur adalah sebagai berikut. dan fariabel numerik warna telur. Anggota fariabel derajat keanggotaan berat

  • Fungsi derajat keanggotaan warna telur gelap telur dibagi atas tiga kategori berat seperti pada dapat dirumuskan sebagai berikut.

  tabel 1 berikut.

  1 ; X < 80 Tabel 1. Variabel keanggotaan berat telur 108 –

  µ[x] Gelap= ; 80 <= X <=108

  108 – 80

  ; X > 108 Tahap selanjutnya adalah proses implikasi untuk mencari nilai minimal pada aturan fuzzy

  • Fungsi derajat keanggotaan warna telur redup yang digunakan. kemudian dilakukan proses dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 80 atau X > 136 komposisi menggunakan hasil yang diperoleh dari

  • – 80

  implikasi aturan sebelumnya untuk memperoleh µ[x] Redup = ; 80 <= X <= 108

  108 – 80

  nila maksimal dari masing-masing variabel yang

  136 –

  ; 108<X<=136 digunakan pada aturan fuzzy.

  136–107

  Setelah nilai terkecil dan terbesar diketahui maka selanjutnya memasukkan nilai tersebut

  • Fungsi derajat keanggotaan warna telur terang kedalam daerah hasil sesuai dengan jenis varibel dapat dirumuskan sebagai berikut.

  nilai tersebut. Setelah itu dilakukan perhitungan ; X < 108

  • – 108

  untuk menentukan nilai akhir COG berdasarkan µ[x] Terang = ; 108 <= X <= 136

  136 – 108

  nilai daerah hasil untuk masing-masing jenis telur yang diperoleh. Fungsi untuk melakukan nilai 1 ; X > 136 COG dapat dirumuskan sebagai berikut.

  (60× )+(150× )+(570× )

  =

  (4× )+(3× )+(6× )

  Dengan A untuk nilai daerah hasil telur bebek, B untuk nilai daerah hasil telur puyuh dan C untuk nilai daerah hasil telur ayam.

  Nilai 60 diperoleh dari hasil penjumlahan nilai kelipatan 10 pada grafik derajat keanggotaan jenis telur yang terdapat pada gambar 10,

  Gambar 9. Grafik derajat keanggotaan warna penjumlahan dimulai dari titik 0 (nol) sampai titik telur 30 (batas nilai COG telur bebek dan telur puyuh),

  Setelah didefinisikan masing-masing sedangkan nilai 150 diperoleh dari hasil variabel derajat keanggotaan yang digunakan penjumlahan nilai grafik derajat keanggotaan jenis dalam penelitian ini, maka proses selanjutnya telur 40 sampai 60 (titik tengah nilai jenis telur adalah membuat aturan berdasarkan variabel yang puyuh), dan nilai 570 diperoleh dari penjumlahan telah dibuat tersebut. Aturan tersebut akan nilai pada grafik derajat keanggotaan jenis telur dijelaskan pada tabel 3. dari titik 70 sampai titik 120 (batas maksimal nilai

  Tabel 3. Aturan fuzzy

  COG ). Untuk nilai 4, 3 dan 6 diperoleh dari jumlah

  banyaknya nilai yang dijumlahkan pada tiap-tiap kategori derajat keanggotaan jenis telur tersebut.

  Tahap terakhir adalah menentukan nilai

  Linguistik Numerik

  derajat keanggotaan jenis telur berdasarkan nilai

  COG yang didapat. Penjelasan untuk menghitung

  Terang Lebih dari 108 derajat keanggotaan jenis telur adalah sebagai Redup

  80

  • – 136 berikut.

  Anggota variabel derajat keanggotaan jenis Gelap Kurang dari 108 telur dibagi atas tiga kategori seperti pada tabel 4

  Warna berikut.

  Tabel 4. Variabel kenaggotaan jenis telur

  Gelap Redup Terang Linguistik Numerik Berat

  Telur ayam

  60

  • – 120 Telur Telur Telur

  Ringan

  TelurBebek

  • – 60 Bebek3 Puyuh2 Puyuh1

  Telur puyuh

  30

  • – 90 Telur Telur Telur

  Sedang

  Bebek1 Ayam1 Ayam4 Berikut adalah cara untuk mendapatkan nilai keanggotan berdasarkan variabel linguistik

  Telur Telur Telur

  Berat dan fariabel numerik jenis telur.

  Bebek2 Ayam2 Ayam3

  • Fungsi derajat keanggotaan jenis telur bebek dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 0 atau X > 60

  60 –

  µ[x] Bebek= ; 30 <= X <= 60

  60 – 30

  2 ; X < 30 dan X<=0

  • Fungsi derajat keanggotaan jenis telur puyuh dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 30 atau X > 90

  • – 30

  µ[x] Puyuh = ; 30 <= X <= 60

  60 – 30 90 –

  ; 60< X <= 90

  90 – 60

  • Fungsi derajat keanggotaan jenis telur ayam dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ; X < 60 atau X > 120

  • – 60

  µ[x] Ayam = ; 60 <= X <= 90

  90 – 60

  2 ; X > 90 dan X <=120 Gambar 11. Implementasi box Incubator

  Pada gambar 11 diatas merupakan gambar foto implementasi box sistem penetas telur dengan ukuran Panjang 55cm, Lebar 55cm dan Tinggi 60cm, pada gambar tersebut bagian yang ditandai dengan lingkaran berwarna merah merupakan panel LCD dan tombol power, bagian yang ditandai dengan lingkaran berwarna

  Gambar 10. Grafik derajat keanggotaan jenis kuning merupakan cendela dengan bahan akrilik telur hitam transparan, dan bagian yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau merupakan

2.2 Implementasi Sistem gagang pegangan pintu box sistem penetas telur.

2.2.1 Implementasi Perangkat Keras

  Pada tahapan implementasi perangkat keras ini dilakukan pembuatan sistem dengan mengacu pada perancangan perangkat keras yang telah ditentukan sebelumnya. Sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan, box sistem penetas telur yang dibuat memiliki ukuran panjang 55cm, lebar 55cm dan tinggi 60cm dengan kapasitas telur ayam dan bebek kurang lebih 35 butir telur. Serta sensor yang digunakan untuk melakukan akuisisi data adalah sensor load cell dan sensor warna TCS3200, dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 buah.

  Gambar 12. Implementasi bagian dalam box Data hasil akuisisi oleh sensor kemudian

  Pada gambar 12 diatas merupakan gambar dikirimkan ke mikrontroler, pada sistem ini foto implementasi bagian yang terdapat didalam mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino

  box icubator. Bagian yang pertama yaitu lampu uno R3.

  pijar pemanas yang ditandai dengan lingkaran berwarna kuning, terdapat dua buah lampu yang digunakan sebagai sumbar panas di dalam ruang

  box sistem penetas telur, kemudian yang kedua

  adalah sensor DHT11 yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru, yang ketiga yaitu motor

  servo yang ditandai dengan lingkaran berwarna

  berwarna merah, komponen yang kedua yaitu

  3.1 Pengujian Sensor Load cell

  3. PENGUJIAN DAN ANALISIS

  servo , library EEPROM, library SimpleDHT, library LiquidCrystal_I2C, library RTC.

  Hasil dari rancangan software/perangkat lunak diterapkan ke dalam bentuk kode program pada arduino dengan beberapa bantuan library yang terdapat pada arduino sehingga keseluruhan komponen dapat berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Library yang digunakan antara lain library HX711, library

  2.2.2 Implementasi Perangkat Lunak

  (Real Time Clock) yang ditandai dengan lingkaran berwarna orange, komponen yang ketiga yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau yaitu bagian socket penghubung dengan beberapa sensor dan aktuator yang digunakan, dan yang terakhir adalah komponen relay yang ditandai dengan lingkaran berwarna kuning.

  RTC

  arduino uno yang ditandai dengan lingkaran

  merah dan yang keempat yaitu humidifier yang ditandai dengan lingkaran berwarna orange dan yang terakhir yaitu sensor pintu berupa kabel tembaga yang digunakan sebagai switch untuk mengindikasikan pintu sedang dalam keadaan terbuka atau tertutup, sensor pintu ditandai dengan lingkaran berwarna hitam. Pengimplementasian rak telur juga bisa langsung terlihat pada gambar 12 tersebut.

  Gambar 15 Implementasi bagian panel mikrokontroler Gambar 15 diatas merupakan gambar foto implementasi bagian ruangan panel yang terdiri dari beberapa komponen yang digunakan dalam sistem ini. Komponen yang pertama yaitu

  penempatan sensor tersebut diletakkan tapat dibawah salah satu lubang yang berada pada baris rak telur sehingga bisa secara langsung melakukan pendeteksian nilai warna telur yang diletakkan diatasnya.

  TCS3200 yang ditempatkan pada rak telur,

  Gambar 14. Implementasi sensor warna Pada gambar 14, yang ditandai dengan lingkaran berwarna merah diatas merupakan gambar pengimplementasian sensor warna

  sehingga bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan untuk mengukur berat dari salah satu baris rak telur.

  load cell yang diletakkan pada rak telur,

  Gambar 13. Implementasi sensor load cell 5kg Pada gambar 13, bagian yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau diatas merupakan gambar pengimplementasian sensor

  Pengujian terhadap sensor load cell dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor load cell dalam menentukan kategori berat telur sesuai dengan perhitungan derajat keanggotaan berat yang ditentukan didalam program. Pada pengujian sensor load cell ini, tidak digunakan data pembanding dari alat ukur manual, tetapi hanya untuk mengetahui kemampuan sensor menghasilkan keluaran berupa kategori berat telur berdasarkan nilai pembacaan sensor. Berikut adalah hasil yang diperoleh pada pengujian sensor load cell.

  Tabel 5. Hasil pengujian sensor load cell

  37 C

  26 C 82%

  1

  28 C

  27 C 79%

  15

  34 C

  33 C 72%

  30

  35 C

  35 C 56%

  45

  37 C 59%

  Menit Suhu Kelem baban Sistem Manual

  60

  36 C

  35 C 63% Rata-rata Selisih

  0,5 Rata-rata Persentase Eror

  0,016%

  Dari hasil pengujian sensor DHT didapati nilai selih untuk suhu antara hasil pengukuran sensor dan hasil pengukuran manual sebesar 0,5, kemudian juga didapat nilai persentase eror untuk suhu sebesar 0,016%.

  3.4 Pengujian Keseluruhan Sistem

  Pengujian keseluruhan sistem dilakukan untuk mengukur kinerja sistem pada saat beroperasi, dan kemampuan sistem menghasilkan keluaran berupa perhitungan logika fuzzy untuk menentukan jenis telur berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran sensor. Pada pengujian ini digunakan set point suhu 10 o C dan kelembaban

  10% untuk mengetahui kondisi apa yang akan terjadi pada lampu dan humidifier apabila nilai suhu dan kelembaban lebih besar dari set point tersebut.

  Tabel 8. Hasil pengujian keseluruhan sistem

  Variabel Perhitu ngan Sistem Perhitu ngan Manual Selisih Hasil Perhitu ngan Persen tase Eror

  26 C

  Tabel 7. Hasil pengujian sensor DHT11

  No Jenis Telur Nilai Sensor Kategori Berat Telur

  9 Ayam 41,2 Berat Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap sensor load cell yang digunakan, dengan cara mengujinya menggunakan tiga jenis telur(bebek, puyuh, ayam) yang berbeda pada saat pengujian, sensor load cell menunjukkan hasil pengujian yang sesuai antara kondisi dan keluaran sensor seperti kategori yang telah dibuat pada derajat keanggotaan berat teur.

  DHT yang digunakan sebagai sensor untuk

  Pengujian terhadap sensor DHT dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor

  3.3 Pengujian Sensor DHT11

  1 Bebek 40,80 Berat

  2 Puyuh 10,6 Ringan

  3 Ayam 41,6 Berat

  4 Bebek 42,2 Berat

  5 Puyuh 11,0 Ringan

  6 Ayam 40,8 Berat

  7 Bebek 41,0 Berat

  8 Puyuh 10,0 Ringan

  mendeteksi nilai suhu dan kelembaban pada sistem ini. Untuk parameter suhu, digunakan alat pembanding berupa termometer, Sedangkan untuk parameter kelembapan tidak digunakan data pembanding dari alat ukur manual, tetapi hanya untuk mengetahui kemampuan sensor menghasilkan keluaran berupa nilai pembacaan kelembaban udara pada sistem penetas telur. Berikut adalah hasil yang diperoleh pada pengujian sensor DHT.

3.2 Pengujian Sensor Warna

  Tabel 6. Hasil pengujian sensor warna

  Pengujian terhadap sensor warna dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor warna dalam menentukan kategori warna telur sesuai dengan perhitungan derajat keanggotaan warna yang ditentukan didalam program. Pada pengujian sensor warna ini, tidak digunakan data pembanding dari alat ukur manual, tetapi hanya untuk mengetahui kemampuan sensor menghasilkan keluaran berupa kategori warna telur berdasarkan nilai pembacaan sensor. Berikut adalah hasil yang diperoleh pada pengujian sensor warna.

  No Jenis Telur Nilai Sensor Kategori Warna Telur

  2 Puyuh 124,5 Terang

  3 Ayam 112,6 Redup

  4 Bebek 81,0 Gelap

  5 Puyuh 125,6 Terang

  6 Ayam 123,2 Terang

  7 Bebek 81,8 Gelap

  8 Puyuh 122,4 Terang

  9 Ayam 116,8 Redup Hasil pengujian sensor warna menunjukkan hasil yang sesuai antara kondisi dan keluaran sensor seperti kategori yang telah dibuat pada derajat keanggotaan warna telur.

  1 Bebek 81,6 Gelap

  Berat 43,00 43,00 0%

  Poultry Indonesia, 2016. Pertumbuhan Konsumsi Ayam Dunia. [Online]

  Warna 85,20 85,20 0%

  Tersedia di:

  COG 35,39 35,82 0,43 0,01%

  <http://www.poultryindonesia.com/read- news/pertumbuhan-konsumsi-ayam-

  Suhu 28,00 28,00 0% dunia> [Diakses 8 September 2017]. Kelemb 77,00 - 0%

  Sutikno, I. W., 2014. Perbandingan Metoda

  aban

  Deffuzifikasi Sistem Kendali Logika

  Lampu OFF OFF 0% Fuzzy . Jurnal Masyarakat Informatika, Volume 2.

  Humidif OFF OFF 0% ier Rata- 0,06 - 0,001 - rata %

  Setelah dilakukan pengujian, analisis dilakukan dengan cara menghitung selisih perhitungan logika fuzzy dan kesesuaian status (ON / OFF) aktuator yang digunakan untuk mengontrol suhu dan dan kelembaban. Maka bisa diketahui bahwa nilai rata-rata selisih untuk pengujian keseluruhan sistem adalah 0,06 dan persentase eror sebesar 0,001%.

  4. KESIMPULAN

  Penerapan logika fuzzy untuk sistem penentu suhu dan kelembaban berdasarkan berat dan warna telur pada sistem penetas telur unggas dilakukan dengan cara menuliskan kode program arduino yang tersusun berdasarkan aturan perhitungan logika fuzzy

  Hasil pengujian untuk sensor load cell menunjukkan hasil keluaran yang sesuai dengan kategori yang telah dibuat. Sensor warna juga didapatkan hasil keluaran yang sesuai dengan kategori yang telah dibuat. Pengujian sensor

  DHT didapatkan rata

  • –rata persentase error sebesar 0,016%, Keseluruhan sistem perhitungan akhir logika Fuzzy untuk menentukan jenis telur memiliki persentase error sebesar 0,001%. Dan kondisi aktuator secara keseluruhan sudah sesuai dengan yang ditentukan.

  5. DAFTAR PUSTAKA

  Edhy Sudjarwo, M., 2012. Blog Dr. Ir. Edhy Sudjarwo, MS. [Online] Tersedia di : <http://edhysudjarwounggas.lecture.ub.a c.id/> [Diakses 8 September 2017].

  Kusrini, 2008. Aplikasi SIstem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Penggunaan dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. 1 penyunt. Yogyakarta: Penerbit Andi.