MENYEGARKAN KEMBALI ISU SEKTARIANISME DAN KOMUNALISME DALAM ISLAM Masduki Institute Agama Islam Sunan Giri Ponorogo masduki_gtgyahoo.co.id Abstrak - MENYEGARKAN KEMBALI ISU SEKTARIANISME DAN KOMUNALISME DALAM ISLAM

MENYEGARKAN KEMBALI ISU SEKTARIANISME DAN KOMUNALISME DALAM ISLAM

Masduki

Institute Agama Islam Sunan Giri Ponorogo masduki_gtg@yahoo.co.id

Abstrak

Tulisam ini bertujuan untuk menegaskan kembali sikap Islam yang anti terhadap sikap- sikap sektarianisme dan komunalisme. Sehingga pemahaman umat muslim tentang makna Islam tidak terjebak pada pemahaman yang parsial dan radikal. Setidaknya, Islam harus di lihat sebagai pertama, ajaran Islam adalah ajaran hanif, murni sebagaiamana ajaran Nabi Ibrahim yang sesuai dengan fitrah manusia untuk berserah diri kepada Satu Tuhan yaitu Allah swt. Kedua, ajaran Islam sebagi bentuk ketundukan kepada Allah adalah ajaran universal yang berlaku untuk seluruh umat dahulu, sekarang dan yang akan datang, bahkan berlaku bagi seluruh alam semesta. Ketiga, ajaran Islam bersifat inklusif non sectarian dan non komunalistik dengan tetap mengakui keberadaan agama-agama yang lain yang turun lebih awal sebelum datangnya ajaran Islam yang dibawa Nabi Saw.

Keywords: Islam, Sekretarianisme, dan Komunalisme

dan jauh sebelumnya Thomas Jefferson juga menganut pandangan serupa.

Pendahuluan

Peta dunia sekarang ditandai oleh Jefferson mengaku percaya kepada konflik dengan warna keagamaan.

Tuhan (Deisme), kepada Ke-Maha Esa-an Meskipun agama bukan merupakan satu-

Tuhan (Unitarianisme), dan kepada satunya faktor, namun jelas sekali bahwa

Kebenaran Universal (Universalisme) pertimbangan keagamaan dalam konflik-

tanpa merasa perlu mengikatkan diri konflik itu dalam eskalasinya banyak

kepada salah satu agama formal yang memainkan peran. John Naisbitt dan

ada. Apa yang diamati oleh Naisbitt dan Patricia Aburdene

Aburdene tidak lain dari apa yang semboyan: Spirituality Yes, Organized

mengemukakan

diamati oleh Alfin Tofler sebagai gejala Religion No.

kultus (cult), yaitu gerakan spiritual (dan Semboyan ini mengandung makna

keagamaan) dengan sistem pengor- bahwa mereka menginsyafi perlunya

ganisasian yang ketat, penuh disiplin, spiritualisme dalam hidup manusia,

absolutistik, dan dengan sendirinya tetapi mereka sangat kritis terhadap

kurang toleran terhadap kelompok lain. agama mapan, bahkan menolaknya.

berpusat pada Eisntein pernah menyatakan hal serupa,

Kultus

biasanya

ketokohan pribadi yang menarik, berdaya ketokohan pribadi yang menarik, berdaya

menyatakan kepada “tidak seorang pun menjanjikan umat agama-agama lain yang berzikir keselamatan dan

kepada Tuhan di tengah malam seperti kebahagiaan.

ini”. Pada saat itu pula Allah swt. Gerakan ini menurut Toffler bisa

Menurunkan ayat sebagai teguran, peringatan, dan penjelasan kepada

diterangkan jika kita melihat gejala-gejala Nabi, bahwa umat agama-agama lain negatif masyarakat industri, yaitu

juga berzikir pada Tuhan di tengah kesepian,

malam. Di antara orang-orang Kristen kemasyarakatan yang kukuh, dan

hilangnya

struktur

dan Yahudi (ahlul kitab) terdapat ambruknya makna yang berlaku. Industri

mereka yang beriman dan melakukan amal saleh. Mereka bangun di malam

telah mengakibatkan alienasi pada diri hari, bermunajat kepada Allah swt. pribadi para anggotanya.

Dan menebarkan kebaikan di muka Dalam konteks bangsa Indonesia,

bumi. (Al-Wahidi, 2003: 96) saat ini kita melihat umat manusia

Dalam hal fiqih, selama ini bila terkotak kotak dalam berbagai sekte,

membaca kitab-kitab fiqih, maka fiqih salah satunya adalah sekte agama,

seakan- akan terlalu “dimanja” dan menjelmanya agama menjadi ajaran yang

oleh pembacanya, sectarian dan komunal menumbuhkan

“disakralkan”

sehingga fiqih menjadi ilmu yang tak sikap eksklusif pada masing-masing

terjamah secara mendasar. Padahal dari agama, hal itu menyebabkan rawannya

segi pemahamannya saja, fiqih berarti terjadi gesekan bahkan pertikaian antar

“pemahaman”. Dan proses pemahaman sekte agama. Ajaran agama yang

mengharuskan adanya dialektika dinamis eksklusif dan sektarian ini tidak hanya

antara teks dan konteks. Sebab, fiqih terjadi pada agama non muslim, para

tidak lahir dari kevakuman, melainkan pemeluk Islam sendiri juga ada yang

sebagai respon faqih (ahli fiqih) terhadap menjadikan ajarannya sebagai ajaran

problem zamannya.

eksklusif dan cenderung memusuhi atau Dalam perkembangannya saat ini,

tidak menerima keberadaan agama lain. fiqih menyimpan sejumlah problematika Dalam sebuah riwayat diceritakan

serius antara lain: mapannya paradigma Nabi Muhammad pun sempat mendapat

klasik dan lambannya upaya pembaruan, teguran dari Allah swt. dikarenakan

sehingga dengan mudah didapatkan memahami agama secara sektarian dan

adanya pengulangan-pengulangan yang eksklusif.

tidak perlu, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kesenjangan

Pada suatu malam Rasulullah saw. Tidak seperti hari-hari biasanya. Beliau

(Mun‟im A. Sirry (ed), 2004: 3). Hal tidak menemui para sahabat hingga

seperti akan mengakibatkan penafsiran larut malam. Padahal mereka

terhadap teks cenderung tekstual tanpa menunggu untuk melaksanakan shalat

konteks, serta isya‟ secara berjamaah. Kemudian pada menjadikan lapuk atau usangnya

memperhatikan

sepertiga malam beliau keluar dari sepertiga malam beliau keluar dari

berpikir yang yang akan menjadikan usangnya pemahaman dan penafsiran

Lemahnya usaha pembaharuan

teks agama.

pemahaman oleh umat Islam memang terjadi karena umat muslim mutakhir

Memaknai Islam: Kontemplasi atas

mendapatkan warisan besar dari umat

Agama Ibrahim yang Hanif

terdahulu, ibarat seseorang yang Perkataan hanif bermaksud “dia mendapat warisan harta yang besar

yang berpaling ” yaitu dari penyembahan hingga menyebabkan kemalasan untuk

berhala. Orang hanif ialah orang bekerja keras karena sudah merasa cukup

Jahiliyah yang telah dipengaruhi oleh dengan warisan yang ada, terlebih jika

faham Yahudi dan Kristen, tetapi mereka beranggapan warisan itu cukup untuk

menolak amalan penyembahan berhala. tujuh turunan.

Mereka tidak berjamaah tetapi percaya pada agama yang benar ialah agama yang

Beberapa tahun lalu kita tahu dipegang bapak bangsa mereka yaitu

Majlis Ulama Indonesia

(MUI)

menfatwakan tentang haramnya paham Ibrahim. Agama Yahudi, Kristen dan pluralism, MUI juga mengharaman

Islam masing-masing menuntut mewakili liberalisme pemikiran dan sekularisme.

agama Ibrahim yang benar. Karena ketiga agama Yahudi,

Kata haram adalah sebuah istilah agama yang mengakibatkan pandangan bahwa

Kristen dan Islam itu sering disebut dengan melakukan hal tersebut akan

agama-agama Ibrahim, mengacu pada mendapatkan dosa dan sebaliknya akan

Ibrahim, bapak para Nabi pembawa agama-agama itu. Masing-masing dari

mendapatkan pahala

bagi

yang

tiga agama itu mengaku mempunyai meninggalkannya. Fatwa MUI ini

kemudian disebarluaskan para da‟i, bentuk hubungan tertentu dari Nabi tokoh masyarakat melalui mimbar-

Ibrahim. Dari sini dapat dimengerti mimbar keagamaan dan pidato-

seruan Al- Qur‟an kepada agama-agama Kitab Suci, Yahudi dan Kristen untuk

pidatonya. menuju ajaran yang sama (kalimah sawa)

Dalam sebuah tulisannya KH. antara kesemuanya itu Ketuhanan Yang Husein Muhammad mengkritisi fawa

Maha Esa (Q.S. Ali Imran: 6). MUI dengan menyatakan bahwa

Berkaitan dengan ini pula dalam meskipun fatwa MUI hanya pendapat

Al- Qur‟an tercatat adanya polemik orang tetapi tidak sedikit masyarakat

(perdebatan) antara Nabi Muhammad Muslim di negeri ini yang memercayai

SAW dengan kaum Yahudi, Al- Qur‟an bahwa fatwa adalah hukum Tuhan yang

menyanggah dengan mengemukakan mutlak harus ditunduki (Abd. Moqshid

bahwa kitab suci Taurat dan Injil Ghazali, 2009:i). Kenyataan ini meng-

diturunkan masing-masing kepada Nabi akibatkan penolakan terhadap paham

Musa dan Isa jauh sesudah Nabi pluralisme dan menumbuhkan eksklu-

Ibrahim. (Q.S. Ali Imran : 65) “Wahai Ibrahim. (Q.S. Ali Imran : 65) “Wahai

dengan Lurus kepada agama Allah; tidak diturunkan melainkan sesudah dia,

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

apakah kamu tidak menggunakan akalmu?!). tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Maka Al- Qur‟an menjelaskan

(Itulah) agama yang lurus; tetapi bahwa Ibrahim bukanlah seorang Yahudi

kebanyakan manusia tidak mengetahui atau Kristen melainkan seorang hanif

(QS. Ar-Rum :30) (orang yang memiliki kecenderungan

Dalam kitab tafsirnya Ibn Katsir suci, dan pemihakan alami kepada

menambahkan keterangan tentang QS. kebenaran) dan seorang muslim (orang

Ar-Rum :30 di atas

yang tulus berserah diri kepada Tuhan).

Berfirman bahwa Oleh karena itu, demikian yang

Allah

swt.

luruskanlah wajahmu menghadap disebutkan dalam al- Qur‟an yang paling

agama yang telah disyariatkan oleh berhak atas Ibrahim adalah mereka yang

Allah bagimu, yaitu agama yang hanif, mengikuti ajarannya (Q.S. Ali Imran : 66-

agama Ibrahim yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu dan disempur-

68) (Nurcholish Madjid, dkk, 2004:22- nakan-Nya bagimu dengan sangat

23). sempurna. Selain dari itu kamu adalah Agama Ibrahim yang otentik dan

orang yang tetap berada pada fitrahmu asli itu disebut agama Hanifiyyah atau

yang suci yang telah dibekalkan oleh “kehanifan” dan Nabi Ibrahim adalah

Allah kepada semua makhluk-Nya (Ibn. Katsir, 2004: 371).

seorang yang hanif artinya bersemangat kebenaran

Surat ar-Ruum ayat 30 ini bersemangat pasrah dan taat kepada

merupakan surat Makiyyah dengan kata Allah Tuhan Seru Sekalian Alam

lain bahwa surat ini diturunkan semasa (Nurcholish

Nabi belum diperintah untuk berhijrah Hanifiyyah merupakan suatu bentuk

Madjid,

ke Madinah. Setelah ayat-ayat terdahulu kepercayaan yang juga berkembang di

bukti-bukti tentang Arab, secara harfiah hanif berarti

menguraikan

keniscayaan kebangkitan, kini ayat-ayat menolak penyembahan berhala.

berbicara tentang Diantara ayat yang menjelaskan

selanjutnya

penyembahan berhala. Adanya Ayat 28 secara khusus tentang agama hanif ini

adalah sebagai perumpamaan yang adalah ayat sebagai berikut:

ditujukan Allah SWT. kepada kaum yang mempersekutukan-Nya, dan menjadikan-

Nya saingan-saingan. Pada hal mereka mengakui bahwa sekutu-Nya itu terdiri         dari patung-patung dan berhala-berhala adalah hamba dan milik Tuhan.

Setelah memberikan perumpa- maan itu sikap kaum musyrikin tetap      seperti semula yang hanya mengikuti Setelah memberikan perumpa- maan itu sikap kaum musyrikin tetap      seperti semula yang hanya mengikuti

bahwa kebanyakan manusia mengingkari dalam benak orang-orang yang tidak

akan pertemuan dengan Allah pada ayat mengerti bahwa itu terjadi di luar

8. karena itu mereka tidak memikirkan khendak Allah. Untuk menghilangkan

diri mereka sendiri dan memperhatikan kesan itu, ayat 29 turun sebagai lanjutan

ciptaan Allah yaitu langit dan bumi yang bahwa Allah memberikan kebebasan

diciptakan dengan indah. Manusia juga untuk menerima atau menolak tuntunan-

tidak mau mengambil I‟tibar terhadap Nya, namun kaum musyrikin memilih

yang telah lalu untuk

orang-orang

memakmurkan bumi dan Rasul memberi mengikuti mereka dan menyesatkan

peringatan, akibatnya mereka berbuat mereka (M. Quraish Shihab, 2004 :51).

jahat dan mendustakan ayat-ayat Allah. Karena itu Allah memberi pahala bagi

Setelah kejadian itu

Allah

orang-orang yang berbuat baik berupa menurunkan ayat 30 yang ditujukan

surga, adapun mereka yang kufur kapada Nabi Muhammad dan kaumnya

ditempatkan dalam neraka. Hal ini agar tetap mempertahankan apa yang

terdapat dalam ayat 8-16. telah dilakukan selama ini dan tetap pada

agama-Nya. .(M. Quraish Shihab, 2004 Pada ayat selanjutnya 17-19 Allah :52)

menerangkan agar manusia mendapat pahala akhirat (surga), maka manusia

Munasabah ayat 30 dalam surat ar- disuruh mensucikan dirinya di waktu

Ruum dengan ayat sebelumnya adalah petang, senja dan subuh yaitu fajar mulai

bahwa Allah menunjukkan agama yang memancar, diwaktu isya‟ dan dhuhur benar menurut fithrah manusia adalah serta ashar. Allah juga memperingatkan

agama yang menyembah Tuhan Allah manusia akan kehidupan setelah mati, ini

saja, hal ini diterangkan dan dijelaskan dikarenakan agar manusia dapat selalu

dengan pembuktian kaum penyembah mengingat dan mensucikan Allah dan

Allah melawan kaum musyrikin atau segala yang tidak layak.

penyembah berhala dan sejenisnya. Dalam pertempuran antara kaum

selanjutnya Allah penyembah Allah dengan

Dan

menerangkan dalam ayat 21-27 akan musyrikin di menangkan oleh kaum

kaum

kekuasaan-Nya, yaitu penyembah

tanda-tanda

tentang penciptaan manusia dan juga perjuangan ini diterangkan dalam ayat 1-

Allah,

kemenangan

penciptaan langit serta bumi. Hal ini

7, kemenangan ini tidak lain juga karena ditunjukkan kepada manusia agar mereka atas pertolongan Allah Yang Maha Esa

mau berfikir. Allah juga menerangkan seperti yang terdapat pada ayat 5 dalam

tentang penghidupan manusia setelah surat ini. Akan tetapi manusia hanya

kematian mereka. Dalam hal ini mengetahui yang dhahir saja, yaitu ilmu-

kehidupan setelah mati, orang-orang ilmu yang berkaitan dengan kehidupan

kafir merasa aneh dan tidak percaya duniawi saja, diterangkan dalam ayat 7.

terhadap kejadian ini maka turunlah ayat terhadap kejadian ini maka turunlah ayat

saat itu kedua ajaran tersebut bertolak belakang dengan ajaran Ibrahim serta

Ditegaskan dalam ayat tersebut dijadikan ajaran yang sektarian dan

bahwa meyakini agama Ibrahim yang eksklusif oleh para pemeluknya.

hanif adalah cocok dengan fitrah ber- Tuhan manusia sebagai homo religious, hal

      ini adalah kelanjutan penegasan Al-

Qur‟an bahwa manusia ketika masih di          dalam kandungan telah dibaiat oleh

Allah untuk menyembah Allah sebagai    satu-satunya Tuhan pada surat surat Al-

A‟raf ayat 172: Artinya: Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut    agama Yahudi atau Nasrani, niscaya     kamu mendapat petunjuk". Katakanlah :  "Tidak, melainkan (kami mengikuti)    agama Ibrahim yang lurus. dan bukanlah Dia (Ibrahim) dari golongan orang

musyrik".(QS. Al-Baqarah; 135)  Dalam ayat di atas ditegaskan      

bahwa Nabi saw. Suatu ketika diajak untuk memeluk agama Yahudi atau      Nashrani, akan tetapi Nabi saw. Memilih

Artinya: Dan (ingatlah), ketika agama Ibrahim yang hanif. Makna hanif Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

menurut Qatadah dalam Tafsir Ibnu anak Adam dari sulbi mereka dan Allah

Katsir adalah suatu kesaksian yang mengambil kesaksian terhadap jiwa menyatakan bahwa tidak ada Tuhan mereka (seraya berfirman): "Bukankah

aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: Selain Allah; termasuk juga di dalam nya "Betul (Engkau Tuban kami), Kami

ajaran haram menikahi ibu, anak menjadi saksi". (kami lakukan yang

perempuan, bibi dari pihak ibu maupun demikian itu) agar di hari kiamat kamu

dari pihak ayah.(Tafsir Ibnu Katsir, 2004 tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami

(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Penegasan untuk mengikuti agama (QS. Al- A‟raf ; 172)

yang hanif yakni agama Ibrahim juga Kembali kepada bahasan tentang

terdapat pada ayat berikut : perintah untuk menghadap agama yang

hanif yakni agama Ibrahim agama yang        sesuai dengan fitrah manusia, dalam ayat lain juga ditegaskan bahwa Nabi Saw.

mengabaikan ajakan mengikuti ajaran

Artinya: Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka

       ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan

bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang       

musyrik. (QS. Ali Imran; 95) Artinya: kemudian Kami wahyukan

Maksud dalam ayat di atas adalah kepadamu (Muhammad): "Ikutilah

anjuran untuk mengikuti agama Ibrahim agama Ibrahim seorang yang hanif" dan yang telah disyariatkan oleh Allah dalam

bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang Al- Qur‟an

mempersekutukan tuhan. (QS. Annahl : Muhammad saw (Tafsir Ibnu Katsir,

2004:92). Karena sesunggunya agama Nabi Ibrahim dikenal sebagai nabi nabi Muhammad itu adalah agama yang

yang yang menganut agama hanif, dalam haq, yang tidak diragukan lagi dan tidak

al- Qur‟an Nabi Ibrahim tidak dinyatakan ada

Ia sebagai pemeluk Yahudi ataupun merupakan jalan yang belum pernah

kebimbangan

padanya.

Nasrani akan tetapi sorang yang hanif didatangkan oleh seorang Nabi pun

dan muslim, makna hanif dirtikan murni, dalam bentuk yang lebih sempurna

suci dan benar dengan titik inti sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-

pandangan Ketuhanan yang Maha Esa An‟am ayat 161 :

atau tawhid (Mun‟im A. Sirry (ed), 2004; 26).

Dalam ayat di atas QS. An-Nahl ;  123 dinyatakan bahwasannya Nabi        Muhammad membawa ajaran agama    Nabi Ibrahim yang hanif. Disini tergambar bahwa Nabi Saw. Mengajak

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya umat-umat pemeluk agama terdahulu aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada

untuk kembali ke dasar atau inti dalam jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar,

beragama yakni kepasrahan atau agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim

itu bukanlah Termasuk orang-orang ketundukan diri kepada Allah. Istislam

musyrik". (QS. Al- An‟am ; 161) atau sikap berserah diri ini adalah common platform dari semua agama-

Lagi-lagi dalam ayat di atas agama agama terdahulu sebagaimana ditegaskan

Ibrahim yang hanif dipertentangkan dalam QS. Ali Imran ayat 64 :

dengan agama kemusyrikan dimana musyrik adalah mempersekutukan atau

      mempertuhankan selain Allah dalam arti

ketundukan atau kepasrahan diri kepada         selain Allah.

Hal senada ditegaskan lagi pada       

firman Allah surat An-Nahl ayat 123.

 kemurnian dan pengembangan, dan        Nabi Ibrahimlah yang tampil sebagai orang pertama yang mengetengahkan     secara sistematis faham ketuhanan yang

Artinya: Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Maha Esa (tauhid) dan konsep kehanifan Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat

(hanifiyyah).

(ketetapan) yang tidak ada perselisihan Karena itu, garis kontinuitas agama antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita

Nabi Muhammad dengan agama-agama sembah kecuali Allah dan tidak kita

persekutukan Dia dengan sesuatupun dan sebelumnya secara efektif dimulai dari tidak (pula) sebagian kita menjadikan

titik ajaran Ibrahim. Itulah sebabnya sebagian yang lain sebagai Tuhan selain

Allah Swt. memerintahkan Nabi Allah". jika mereka berpaling Maka

Muhammad untuk mengikuti agama Katakanlah

kepada

mereka:

Ibrahim yang hanif itu. "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-

orang yang berserah diri (kepada Allah)". Dan sebagian karakteristik utama (QS. Ali Imran ayat 64) kehanifan itu ialah kelapangan (samhah) Dalam al-

Qur‟an surat An-Nahl yang tulus dan bersih, yang fitri dan alami. Maka kehanifan dan kemusliman

ayat 123 dan beberapa ayat di atas, disebut agama fitrah. Karena titik

dijelaskan tentang firman Allah Swt. yang menjelaskan bahwa: “Kemudian kami

pangkal efektif dari kelanjutan agama itu wahyukan engkau (Muhammad), hendaknya

ialah ajaran Nabi Ibrahim yang hanif, engkau ikuti ajaran Ibrahim sebagai seorang

maka Nabi Muhammad menegaskan hanif, dia bukanlah tergolong kaum yang

bahwa “sebaik-baik agama ialah kehanifan musyrik. yang lapang ”.

atau samhah bahwa agama yang dibawa oleh Nabi

Jadi dengan jelas tergambarkan

Kelapangan

bagian integral dari Muhammad saw adalah agama Ibrahim

merupakan

kehanifan, karena kehanifan sebagai naluri paling mendalam pada manusia

yang hanif dan muslim, dengan demikian agama Nabi Muhammad

untuk mencari, merindukan, dan adalah “kembali ke dasar” yakni kembali akhirnya memihak atau condong kepada

pada agama Nabi Ibrahim yang kebenaran, kesucian dan kebaikan harus menyerukan tentang ajaran tauhid yaitu

dibiarkan bekerja dan berproses secara lapang, justru untuk keberhasilan yang

keyakinan akan keesaan Allah Swt., namun kemudian terjadi perkembangan-

murni dalam mencapai tujuannya. perkembangan baru pada agama tersebut

Segi kelapangan ini juga ditegaskan yang tidak selamanya sesuai dengan dasar

oleh Nabi dalam sebuah hadits, “hari ini agama tersebut. biarlah kaum Yahudi tahu bahwa dalam agama kita terdapat kelapangan. Sesungguhnya

Ini berarti, bahwa ada garis kelanjutan aku diutus dengan kehanifan yang lapang antara agama Nabi ”

Muhammad saw dengan agama-agama (Olaf Scumann dan Nurcholish Madjid, sebelumnya, serta sekaligus ada garis

1977:16-19).

Jadi, menurut M. Quraish Shihab Tuhan dengan perantara berhala. (2000:331) bahwa monotheisme yang

Perantara kepada patung dan berhala diajarkan oleh Ibrahim, bukanlah sekedar

yang dianggap sebagai bentuk nenek merupakan hakikat keagamaan yang

moyangnya yang dianggap lebih dekat benar, akan tetapi sekaligus merupakan

dengan Allah.

penunjang akal ilmiah manusia yang Karena agama hanif yang di bawa lebih tepat, lebih teliti dan lebih

oleh Nabi Ibrahim as merupakan agama meyakinkan. yang mengajak manusia pada ajaran

Wajar jika beliau dijadikan teladan tauhid dan menentang bentuk kesyirikan. untuk seluruh umat manusia, seperti

Maka agama Islam disebut juga ad-dien al- yang ditegaskan di al- Qur‟an surat Al-

hanif.

Baqarah ayat 127: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-

Memaknai Islam Sebagai Ajaran

dasar Baitullah beserta Ismail (seraya

Universal non Sektarian Non

berdo‟a) “ya Allah Tuhan kami terimalah

Komunalistik

dari pada kami (amalan kami) sesungguhnya Kita tahu tidak sedikit umat Islam

Engkaulah yang Maha Mendengar Lagi yang memposisikan umat non muslim Maha Mengetahui ”. sebagai “musuh” atau pihak “kafir” yang

Karena Ibrahim adalah hamba harus diperangi. Mereka seolah-olah

kebenaran yang

mengikuti jalan

ingin menjadikan semua umat manusia lurus/hanif dan kesetaraan sosial, cinta

dalam satu wadah yang sama, padahal ini kasih serta persaudaraan, berarti dia

adalah sebuah cita-cita yang justru (Ibrahim) mengikuti Islam yang secara

bertentangan dengan kehendak Allah. harfiah berarti ketundukan seseorang

yang jujur kepada Allah Swt. yaitu       menjalankan ajaran agama secara benar.

Dan Islam adalah agama yang        benar yang diridhoi oleh Allah Swt yang

berdasarkan paham tauhid. Konsep       tauhid pada dasarnya memfokuskan pada

kalimat “Laa Illaha Illa Allah” (tiada       Tuhan selain Allah). Konsep tauhid

Artinya: Sekiranya Allah menghendaki, tersebut

merupakan

pembebasan

niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat manusia

(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu penghambaan kepada hamba menuju

dari segala

belenggu

terhadap pemberian-Nya kepadamu, penghambaan kepada Allah semata.

berlomba-lombalah berbuat Ibadah kepada Allah harus

Maka

kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali

kamu semuanya, lalu dilakukan secara langsung tanpa diberitahukan-Nya kepadamu apa yang perantara seperti yang dilakukan orang-

telah kamu perselisihkan itu, (Q.S Al- orang kafir dulu, mereka menyembah

maidah :48)

Ayat di atas juga sebagai        penegasan bahwa fenomena keragaman

sudah menjadi sunnatullah atau hukum        alam yang tak bisa dihindari oleh umat

manusia, uamt manusia harus selau Artinya: Barangsiapa mencari agama mempersiapkan dirinya untuk hidup

selain agama Islam, Maka sekali-kali berdampingan dengan siapapun yang

tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan Dia di akhirat Termasuk

berbeda golongan dan sekte. orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran :

Banyak umat

memaknai pesan agama secara dangkal, Penjelasan dua ayat di atas Al- qu‟an yang kaya akan pesan-pesan

menurut terjemahan Departemen Agama universal

(sekarang Kementerian Agama) seolah disimplifikasi sehingga yang muncul

olah menyatakan bahwa selain agama adalah pesan-pesan ekstrimisme dan

Islam adalah agama yang tidak akan ajaran komunal. Coba kita melihat

diterima oleh Allah, penerjemahan yang bagaimana pesan Al- Qur‟an yang

jauh dari pesan universal. Dan tidak dimunculkan misalnya “inna ad-diina

sedikit umat Islam yang punya „indallaahi al-islaam” ayat tersebut sering

pemahaman seperti itu dalam memaknai diberi makna yang sempit dan sectarian.

kedua ayat diatas, pemaknaan yang menjadikan agama Islam ajaran sectarian

dan komunalistik serta ekslusif, padahal umat

Islam

Indonesia hidup

berdampingan dengan lima agama lain  (Katholik, Protestan, Hindhu, Budha,       

dan Konghucu).

Kita coba akan mengurai lebih dalam makna kedua ayat di atas, kita   akan mulai dari ayat yang lazim kita

dengar dan kita ucapkan yaitu Al- qur‟an Artinya: Sesungguhnya agama (yang

Surat Al- anbiya‟ Ayat 107 : diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang

     pengetahuan kepada mereka, karena

kedengkian (yang ada) di antara mereka.  Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat

Artinya: Dan Tiadalah Kami cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran 19)

mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS. Al-anbiya ‟; 107)

Al- qur‟an menegaskan bahwa       

agama (ajaran Rasulullah Saw.) adalah berlaku untuk seluruh alam raya,

    termasuk seluruh umat manusia.

Ditegaskan lagi dalam firman yang lain      dalam Surat Saba‟ Ayat 28

       Artinya: Dan Kami tidak mengutus

kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa

      berita gembira dan sebagai pemberi

       manusia tiada mengetahui.(QS. Saba‟ ; 28)

peringatan, tetapi

kebanyakan

      Ajaran Nabi Saw. Adalah ajaran

Artinya: Maka Apakah mereka mencari yang universal ajarah untuk seluruh umat agama yang lain dari agama Allah,

Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan penegasan-penegasan lain di kitab suci

manusia,dan masih

banyak

lagi

diri segala apa yang di langit dan di bumi, tentang ke-universalan ajaran Islam yang

baik dengan suka maupun terpaksa dan sepatutnya menjadi bahan renungan

hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Katakanlah: "Kami

untuk umat muslim pada umumnya. beriman kepada Allah dan kepada apa

Kata “islam” mempunyai makna yang diturunkan kepada Kami dan yang universal karena islam bermakna sikap diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan

tunduk, pasrah dan berserah kepada apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan

Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Makna Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami universal tunduk dan patuh tidak hanya

tidak membeda-bedakan seorangpun di bagi umat manusia, alam semesta beserta

antara mereka dan hanya kepada-Nyalah isinya pun patuh dan tunduk kepada Kami menyerahkan diri."

hukum Allah Sang Pencipta, baik secara Barangsiapa mencari agama selain agama sukarela maupun secara terpaksa, sikap

Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia

tunduk dengan

sukarela

ialah

di akhirat Termasuk orang-orang yang ketundukan kalangan makhluk yang

rugi.(QS. Ali Imran; 83-85) dianugerahi daya pilih yakni manusia.

Terkait ayat di atas Nurkholis Madjid menjabarkan bahwa penegasan tentang universalisme Islam itu di dalam

Kitab Suci dimulai dengan pertanyaan Dalam ayat bersangkutan tedapat retorik, apakah manusia mau menempuh

“aslama” yang hidup selain sikap tunduk kepada Allah?

perkataan

Arab

merupakan kata kerja untuk perkataan Padahal penghuni seluruh alam semesta

“islam”. Dan perkataan “islam” adalah ini, secara sukarela atau terpaksa telah

mashdar atau verbal noun dari kata kerja pasrah kepada Allah.

“aslama”. (Nurkholis Madjid, 1995: xii) Kemudian diikuti perintah agar

Dengan pengertian seperti itu umat manusia beriman kepada semua

maka “islam” dalam makna aslinya Utusan Allah, tanpa membeda-bedakan

sebagai hukum ketundukan makhluk satu dari yang lain, sebab melalui para

kepada Khaliknya bukan bermakna Utusan atau Rasul itulah disampaikan

sebuah organisasi, lembaga atau nama petunjuk kepada umat manusia tentang

agama yang dibawa Rasulullah. Dan bagaimana menempuh hidup pasrah dan

pesan itu tidak berbatas waktu, zaman tunduk kepada Sang Maha Pencipta

atau kawawan tertentu, melainkan seperti yang telah terjadi pada jagad raya.

berlaku untuk seluruh zaman lampau, Lalu secara amat logis penegasan-

sekarang serta zaman yang akan datang, penegasan itu diakhiri dengan peringatan

dan begitu juga berlaku semua untuk bahwa barang siapa menganut suatu

semua manusia bahkan seluruh alam pandangan hidup selain sikap pasrah dan

semesta.

tunduk (al-islam) kepada Tuhan, maka Sekali lagi Ayat di atas juga diawali

dari dia tidak akan diterima sesuatu dengan kalimat pertanyaan apakah umat

apapun, karena menyalahi ketepatan manusia akan mencari agama selain

Allah untuk seluruh

ciptaan-

daripada agama Allah, padahal seluruh Nya.(Nurkholis Madjid, 1995: xii)

semesta telah tunduk kepada agama Pemaknaan Nurkholis Madjid

Allah itu. Hal ini akan cocok dengan tentang QS. Ali Imran; 83-85

penegasan ayat pada awal bahasan kita menjadikan islam sebagai sebuah sikap

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, dan ajaran yang universal. Paham yang

melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi menjadikan Islam sebagai ajaran

semesta alam”.(QS. Al-anbiya‟; 107). komunal

dan sectarian

adalah

Dalam sebuah keterangannya Ibnu pemahaman terhadap kata Islam, bagi

Taimiyah menjelaskan hal ini demikian : yang memaknai kata islam sebagai sebuah organisasi agama maka organisasi agama Adapun ikhlas, itulah hakikat Islam,

sebab “al-Islam” adalah sikap menyerah- lain selain agama Islam akan tertolak dan

pasrah (al-istislam) kepada Allah, tidak tidak layak diterima disisi Allah,

yang lain, sebagaimana sedangkan pemahaman islam sebagai

kepada

difirmankan oleh Allah Ta‟ala: „Allah sebuah sikap tunduk dan patuh akan

membuat perumpa-maan (tentang al- menjadikan islam) pada seorang (budak) yang Islam sebuah ajaran dimiliki bersama oleh banyak orang yang

universal tanpa terkotak-kotak dengan berselisih, dan seorang (budak) yang

organisasi agama.

pasrah sepenuhnya (salam-an) kepada Ada pendapat dan pernyataan satu orang saja. Samakah keduanya itu

yang dinyatakan mufassir tanah air Hamka sebagai perumpamaan?‟ (al-Qur‟an,s. al-

tentang Islam inklusif, (QS. 3;85) adalah Zumar/39:29. Maka orang yang tidak

menyerah –pasrah kepada Allah, dia islam inklusif yang merupakan agama adalah sombong; dan orang yang

semua Nabi. Hamka juga menyatakan menyerah-pasrah kepada Allah dan

bahwa ayat ini tidak menasakh QS. 2;62 kepada yang lain, dia melakukan syirik.

karena makna Islam yang sebenarnya Sombong dan syirik adalah kebalikan al-

mengandung ketundukan kepada Tuhan, islam (Ibn Taymiyah, 1989:26). keimanan kepada hari akhir dan

Islam dalam ayat-ayat tersebut melakukan kebajikan. Hamka juga sebagaimana diterangkan Ibn Taymiyah,

menegaskan bahwa QS. 2;62 juga adalah Islam universal yang juga

memuat gagasan inklusivitas , bukan merupakan agama semua Nabi dan Rasul

eksklusivitas . Hamka lebih jauh ber- yang diutus kepada setiap umat manusia

argumen bahwa jika dinyatakan bahwa di mana saja dan kapan saja, maka dalam

QS.2;62 telah dinasakh oleh QS.3;85 hal pengertian itulah terdapat salah satu

itu akan membangkitkan fanatisme men- makna penting universilasime Islam

daku Islam hanya miliknya sekalipun khusus yang dibawa Nabi Saw.

tidak mempraktikkannya, dan mendaku Mufassir

surga hanya untuk dirinya sendiri. memahami “islam” dalam pengertian

lain

Tabataba‟i

Namun jika kita memahmi kedua ayat generiknya, yaitu kepasrahan. Ia adalah

tersebut sebagai saling melengkapi , diin yang diwahyukan kepada semua

maka pintu dakwah akan selalu terbuka, Nabi di sepanjang masa. Ia mengakui

dan status Islam sebagai agama fitrah adanya beberapa perbedaan dalam

tetap dapat dipertahankan.( Hamka, syari‟ah para Nabi, tapi esensinya adalah

sama, yaitu kepasrahan dan kepatuhan Pendapat-pendapat di atas kepada Tuhan dengan mengikuti apa yan

menjelaskan tentang pengertian Islam telah disampaikan oleh para Nabi.

universal non sectarian dan non “perbedaan di antara syari‟ah dari segi

komunal, hal ini juga sebagai wujud kesempurnaan dan kekurangannya,

Islam dalam menghargai keberadaan tegasnya tidak menunjukkan adanya

umat-umat terdahulu, mengingat ajaran kontradiksi atau penghapusan, atau

Nabi saw. Tidak turun dalam ruang superioritas yang satu atas yang lainnya,

kosong, artinya ketika ajaran Nabi Saw. semuanya adalah sama dalam arti bahwa

turun telah ada ajaran-ajaran lain semuanya adalah manifestasi dari

sebelumnya yang sedang dianut oleh kepasrahan dan kepatuhan kepada

umat manusia. hal ini juga ditegaskan Tuhan dalam seluruh hal yang Dia

oleh Al- Qur‟an bahwa setiap umat kehendaki dari hamba-hambanya, seperti

beragama mempunyai kiblat sendiri- yang telah disampaikan oleh para Nabi-

sendiri :

Nya.( Tabataba‟i , 1980 : 120)

            Artinya: Sesungguhnya orang-orang

mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada

Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

saja diantara mereka yang benar-benar kepadanya. Maka berlomba-lombalah

beriman kepada Allah, hari kemudian (dalam membuat) kebaikan. di mana saja

dan beramal saleh, mereka akan menerima kamu berada pasti Allah akan

pahala dari Tuhan mereka, tidak ada mengumpulkan kamu sekalian (pada hari

kekhawatiran kepada mereka, dan tidak kiamat). Sesungguhnya Allah Maha

(pula) mereka bersedih hati. (QS. Al- Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-

baqarah 62).

baqarah ; 148) Ada banyak pendapat tentang Agama yang lebih tua atau

pemaknaan QS. Al-baqarah ayat 62, pendahulu

Mughniyah menyebutkan “Para mufassir diantaranya adalah Shabi‟in, Yahudi dan

terbelah ke dalam delapan pendapat, Nasrani, Islam mengakui eksistensi

yang dua diataranya adalah yang paling agama pendahulunya tersebut, dalam

Mughniyah, 1968:118). ayat di atas (QS. Al-baqarah ; 148) malah

otentik”(

Pertama, makna ayat tersebut adalah ditegaskan bahwa eksistensi kelompok

Tuhan tidak memerhatikan identitas agama lain dijadikan untuk berlomba-

keagamaan, baik ia seorang Muslim atau lomba dalam hal kebaikan.

Mukmin atau Yahudi dan Sabiin, atau Kristen, karena tampilan luar tidak

Dalam QS, Al-Baqarah 62 yang berpengaruh banyak.

disinggung Buya Hamka di atas ditegaskan bahwa penganut agama-

Yang penting adalah keimanan agama terdahulu itu tidak perlu risau,

yang benar (aqidah shahiha) dan kebajikan Islam menerima keberadaan mereka

(„amal shalih). Kedua, ayat ini berkaitan bahkan Allah tetap mencatat amal-amal

dengan nasib orang-orang terdahulu shalih mereka, hal ini ditegaskan sebagai

yang hidup dalam ketakwaan karena berikut :

keimanan mereka yang ikhlas dan murni kepada Allah, meskipun mereka tidak

pernah berjumpa dengan Nabi, seperti halnya Qays ibn Sa‟ida, Zayd Ibn Amr,

     Waraqa ibn Nawfal dan lainnya yang biasa disebut sebagai penganut agama

hanif. Mughniyah berargumen bahwa ayat tersebut dapat diperluas hingga mencakup orang-orang Yahudi, Sabiin, dan Kristen yang beriman kepada Tuhan hanif. Mughniyah berargumen bahwa ayat tersebut dapat diperluas hingga mencakup orang-orang Yahudi, Sabiin, dan Kristen yang beriman kepada Tuhan

berdampingan dengan golongan lain dalam

hubungan yang seintim

Islam dan Keharusan Bersikap ‘Toleran’ hubungan perkawinan, ini menunjukkan

secara eksplisit bahwa permusuhan Sedangkan

tidak dianggap sebagai norma dalam pandangan Islam terhadap agama lain

secara

umum,

hubungan Muslim-kaum lain. (Ahli Kitab —pen) sangat positif dan Ketiga, dalam bidang hukum

sangat kontruktif. Hal ini dapat dilihat agama, norma-norma dan peraturan

dari nilai dan ajarannya yang kaum Yahudi dan Nasrani diakui (QS

memberikan peluang dan mendorong al-Maidah: 47) dan bahkan dikuatkan

kepada umat Islam untuk dapat oleh Nabi ketika beliau diseru untuk

melakukan interaksi sosial, kerja sama menyelesaikan perselisihan di antara

dengan mereka. Tentang hal ini, Farid mereka (QS al-Maidah: 42-43). Keempat,

kesucian kehidupan religius penganut menunjukkan

bukti-bukti

sebagai

agama wahyu lainya ditegaskan oleh berikut;

fakta bahwa izin pertama yang pernah Pertama, Ahli Kitab, sebagai

diberikan bagi perjuangan bersenjata penerima wahyu, diakui sebagai bagian

untuk menjamin dari komunitas. Ditujukan kepada

dimaksudkan

terpeliharanya kesucian ini, “Dan semua nabi, al- Qur‟an mengatakan:

Allah tiada menolak “Dan sungguh inilah umatmu, umat yang

sekiranya

(keganasan) sebagai manusia dengan satu ” (QS al-Mu‟miunun: 52). Sehingga

sebagian yang lain, tentulah telah konsep Islam tentang para pengikut

dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja- Kitab Suci atau Ahli Kitab yaitu konsep

gereja dan sinagog-sinagog orang yang memberikan pengakuan tertentu

Yahudi, dan masjid-masjid, yang di kepada para penganut agama lain, yang

dalamnya banyak di sebut nama Allah” memiliki

(QS al-Hajj: 40).

memberikan kebebasan menjalankan Perintah Islam agar umatnya

ajaran agamanya masing-masing. bersikap toleran, bukan hanya pada

Kedua, dalam dua bidang sosial agama Yahudi dan Kristen, tetapi juga terpenting, makanan dan perkawinan,

kepada agama-agama lain. Ayat 256 sikap murah hati al- Qur‟an terlihat jelas,

surat al-Baqarah mengatakan bahwa bahwa makanan “orang-orang yang

tidak ada paksaan dalam soal agama diberi Alkitab” dinyatakan sebagai sah

karena jalan lurus dan benar telah dapat (halal) bagi kaum muslim dan makanan

dibedakan dengan jelas dari jalan salah kaum muslim sah bagi mereka (QS al-

dan sesat. Terserahlan kepada manusia Maidah: 5). Demikian juga, pria muslim

memilih jalan yang dikehendakinya. diperkenankan mengawini “wanita suci

Telah dijelaskan mana jalan benar yang dari Ahli Kitab” (QS al-Maidah: 5). Jika

akan membawa kepada kesengsaraan.

Manusia merdeka memilih jalan yang universal, yaitu realitas pluralitas dikehendakinya. Kemerdekaan ini

keberagamaan manusia dan menuntut diperkuat oleh ayat 6 surah al-Kafirun

supaya bersikap toleransi terhadap yang mengatakan: Bagimulah agamamu

kenyataan tersebut demi tercapainya dan bagiku agamaku.

perdamaian di muka bumi. Karena Islam menilai bahwa syarat untuk

Demikianlah beberapa prinsip

keharmonisan adalah dasar al- Qur‟an yang berkaitan dengan

membuat

terhadap komponen- masalah pluralisme dan anjuran untuk

pengakuan

komponen yang secara alamiah dapat menunjukkan sikap saling

berbeda.

menghormati, ramah dan bersahabat dengan agama Kristen, secara khusus.

Dengan begitu, dapat pula Dengan begitu, jauh-jauh hari, al-

dikatakan konsepsi pluralisme dalam Qur‟an sesungguhnya telah mensinyalir

Islam sudah terbawa pada misi awal akan munculnya bentuk “truth claim”

agama ini diturunkan, yakni membawa (Abdullah, 1999: 68). Baik itu dalam

kasih terhadap seluruh alam tanpa wilayah intern umat beragama maupun

batas-batas atau benturan-benturan wilayah antar-umat beragama. Kedua-

dimensi apapun. Semua orang yang duanya, sama-sama tidak favourable dan

mengaku Islam haruslah menunjukkan tidak kondusif bagi upaya membangun

sikap saling “mengasihi” kepada sesama tata pergaulan masyarakat pluralistik

manusia. Karena seseorang bisa disebut yang sehat.

sebagai seorang muslim, menurut kanjeng nabi adalah Al-Muslimu man

Oleh al- Qur‟an, kecendrungan manusia untuk mengantongi “truth salima Al-muslimuna min lisanihi wa yadihi.

claim ” yang potensial untuk ekplosif dan Maksudnya adalah seorang muslim yang

senantiasa menebarkan sikap damai dan destruktif itu, kemudian dinetralisir

rasa aman dihati masyarakatnya. dalam bentuk anjuran untuk selalu

waspada terhadap bahaya ektrimitas

Penutup

dalam berbagai bentuknya. Dan Dari bahasan ini setidaknya dapat

manusia Muslim sendiri dituntut untuk dijadikan perenungan mendalam dalam

senantiasa merendahkan hati dan usaha memperbaharui pemahaman umat bersedia dengan “kebenaran” (al-haq) muslim tentang makna Islam dimana

dan kesabaran (al-Shabar) dalam setiap ajaran Islam pertama, ajaran Islam adalah

langkah dalam perjalanan hidupnya ajaran hanif, murni sebagaiamana ajaran

(surat al-Ashr: 1-3). Nabi Ibrahim yang sesuai dengan fitrah

Paling tidak, dalan dataran manusia untuk berserah diri kepada Satu konseptual, al- Qur‟an telah memberi

Tuhan yaitu Allah swt. resep atau arahan-arahan yang sangat

Kedua, ajaran Islam sebagi bentuk diperlukan bagi manusia Muslim untuk

ketundukan kepada Allah adalah ajaran memecahkan masalah kemanusiaan

universal yang berlaku untuk seluruh universal yang berlaku untuk seluruh

Daftar Kepustakaan

datang, bahkan berlaku bagi seluruh alam

semesta. Abd. Moqsith Ghazali, (2009), Argumen

Ketiga, ajaran Islam bersifat inklusif Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis non sectarian dan non komunalistik Al- Qur‟an,

Depok: KataKita, dengan tetap mengakui keberadaan

agama-agama yang lain yang turun lebih Abu al-Hasan Aliy Bin Muhammad Ibni Khabib al-Mawardiy al-Bashriy,

awal sebelum datangnya ajaran Islam (tt), Al-Nukatu wa al-Uyun Tafsir

yang dibawa Nabi Saw. al-Mawardiy, Juz. IV, (Beirut : Daar al-Kutub al-Alamiyah)

Ahmad Musthafa al-Maraghi, (1974), Tafsir al-Maraghi, Jilid XIX, Mesir : Mustafa al-Babil Halabi.

Al-Wahidi, (2003) Asbab Al-Nuzul,. Kairo: Dar Al-Hadis. Departemen Agama RI, (1995), Al-

Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid VIII, Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia. Hamka, (1967), Tafsir al-Azhar Jakarta:

Pembimbing Massa

Hasan Hanafi dkk.. (2007), Islam dan

Humanisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibn Taymiyah, (1989), Al-Tufat al- „Iraqiyah, al-„Urdun: Maktabat

al-Manar

Legenhausen, (2010), Pluralitas dan

Pluralisme

Agama, Jakarta: Shadra Press,

M. Quraish Shihab, (2004), Tafsir al- Misbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian al- Qur‟an, Vol. 11, Jakarta, Lentera Hati.

Mughniyah, Muhammad Jawad, (1968), al-Tafsir al-Kasyif, Beirut; Dar al- Ilm Lil malayin,

Muhammad Fuad Abdul Baqy, (1945), Al- Mu‟jam al-Mufahras Li Alfadil

Qur‟an, Kairo : Darul Kutub.

Mun‟im Sirry, (2013), Polemik Kitab Suci, Tafsir Ibnu Katsir (2004), Alih bahasa Tafsir Reformasi Atas Kritik Al-

M. Abdul Ghoffar EM, (Bogor: Qur‟an Terhadap Agama Lain,

Pustaka Imam Asy- Syafi‟I, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Teungku Muhammad Hasbi ash- Utama, Shiddieqy, Tafsir al- Qur‟anul

Mun‟im A. Sirry (Ed), (2004), Fiqih Majid an-Nuur, (Semarang: Lintas

Pustaka Rizki Putra, 2000), Masyarakat

Wahbah Zuhaili, (1991), Tafsir Munir, Jakarta: Paramadina Juz. 11, Beirut Libanon: Dar al-

Nurcholish Madjid dkk. (2007), Islam Fikr al- Mu‟asir. Universal, Yogyakarta: Pustaka

Zuhairi Misrawi,. (2007), .Al- Qur‟an Kitab Pelajar,

Jakarta: Fitrah Nurcholish Madjid, (2004), Fiqih Lintas

Toleransi.

Publishing, Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis,

Jakarta:

Paramadina Nurcholish Madjid, (2000), Islam Doktrin

Dan Peradaban, Sebuah Telaah kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta, Paramadina,

Nurcholish Madjid, (1999), Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta : Penerbit Paramadina.

Nurcholish Madjid, (1997), Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta : Penerbit Paramadina.

Nurcholish Madjid, (1995), Islam Agama Kemanusiaan, Membangun Tradisi

dan Visi baru Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina.

Olaf Scumann dan Nur Cholish Madjid (1977), Nabi Ibrahim Sebagai Bapak Orang Beriman, Jakarta : Paramadina.

Qomaruddin Shaleh dkk, (t.t), Asbabun Nuzul: Latar Belakang Turunnya

Ayat al- qur‟an, Cet. 7, (Bandung, CV. Diponegoro),

Tabataba‟i, (1980), Al-Mizan fi Tafsir al_qur‟an. Beirut: Mu‟assasa al- a‟lami lil-Mathhbu‟at.