KONSEP PEMASARAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN SYARIAH

  

KONSEP PEMASARAN LEMBAGA PENDIDIKAN

DALAM PANDANGAN SYARIAH

  Miftachul Ulum Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Indonesia

  E-mail: drajatulum@gmail.com

  

Abstract: The dynamics of change are fastened so fast, in a matter of time it

continues to experience changes, especially supported by technological

changes. Changes can occur in every line, so it requires organizational

actors to always follow them, including managers of educational

institutions. Education managers must be able to see opportunities and

opportunities that are always dynamic. Managers must be able to adjust to

the situation, including how to market the educational institutions they

manage so that they can create loyalty for their users or customers.

Education is a process of changing mindset, appreciation and habituation of

humans to become human. The activities of educational institutions,

whatever their form, are essentially human activities in fulfilling their needs

that will always be bound by sharia Keywords: Institute of Education, Marketing, Sharia

  Pendahuluan

  Globalisasi merupakan driver forces pada semua aspek kehidupan. Dampaknya turut menciptakan persaingan yang semakin tinggi pada semua aspek kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, dimana pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara tradisional akan tetapi membutuhkan kemampuan khusus sehingga output pendidikan sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar baik nasional maupun internasional. Pengelolaan pendidikan menjadi sangat penting, dimana pertumbuhan dan perkembangan lembaga dipengaruhi oleh kemampuan administrator dalam melakukan scaning lingkungan ekternal, kompetitor lembaga lain, memperhitungkan kompetensi internal, dan harus dapat menciptakan strategi yang mampu memenangkan persaingan tanpa meninggalkan esensi dari pendidikan itu sendiri.

  Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

  1

  organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Sedangka manajmen pendidikan mengalami perubahan dari sekedar melayani proses pendidikan menjadi bagaimana membuat pemakai pendidikan diubah menjadi pelanggan pendidikan (customer pendidikan), dimana pelanggan pendidikan akan memberikan loyalitas yang tinggi untuk tidak bisa berpaling pada lembaga lain. Sebagai seorang pelaku dalam pengelola lembaga pendidikan, manajemen merupakan kunci utama sukses dan tidaknya usaha yang dilakukan. Manajemen menjadi ruh utama dalam menjalankan roda 1 Miftachul Ulum, “Risiko Bisnis Dalam Pandangan Syariah,” Jurnal Ummul Quro VIII, no. 2 (2016): 11–25.

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 pengelolaan lembaga pendidikan. Manajemen adalah Sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya

  2

  organisasi lainnya . Sehingga menejemen dapat menjadi motivator utama dalam menjalankan pengelolaan lembaga pendidikan.

  Perubahan-perubahan dalam aspek manajemen tersebut, harus dapat menciptakan masyarakat sebagai pelanggan yang setia ( makes regular repeat

  

purchases ) serta mampu memberikan rekomendasi kepada mayarakat lainnya untuk

  andil dalam mengembangkan lembaga pendidikan. Melihat kondisi tersebut maka perlukan sebuah konsep pemasaran dalam pengembangan lembaga pendidikan, serta bagaimana konsep syariah dalam menciptakan lembaga pendidikan yang dinamis ?

  Manajemen Pemasaran Pendidikan

  Manajemen adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini bermanfaat bagi kemanusiaan. Mary Parker Follet mengatakan manajemen adalah seni dalam

  3

  menyelesaikan sesuatu melalui orang lain Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal bagi pimpinan maupun pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. Luther Gulick , mendefinisaikan manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan ( science) yang berusaha secara sistematik untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja lebih bermanfaat. Manajemen sebagai ilmu, manajemen memerlukan disiplin ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya misal ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan sebagainya. Terry, mendifinisikan manajemen adalah suatu proses khas terdiri atas tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan pelaksanaan dan pengawasan

  4 dengan memanfaatkan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

  Manajemen sebagai suatu seni mempunyai ciri-ciri bahwa kesuksesan dalam mencapai tujuan sangat dipengaruhi dan didukung oleh sifat-sifat dan bakat para manajer dalam proses pencapaian tujuan seringkali melibatkan unsur naluri (instinct), perasaan dan intelektual dalam pelaksanaan kegiatan. Faktor yang cukup yang menentukan keberhasilannya adalah kekuatan pribadi (character) kreatif yang dimiliki. Terkait dengan kegiatan bagaimana memperkenalkan lembaga pendidikan, maka unsur pemasaran menjadi suatu bagian, bagaimanakah suatu lembaga pendidikan dapat diterima dihati masyarakat ?.

  Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampain produk atau jasa mulai dari produsen sampai

  5

  konsumen. Menurut William J. Stanton, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan 2 3 Ibid. 1 4 T. Hani Handoko, Manajemen, II. (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009).8 5 .Agustina Shinta, Manajemen Pemasaran, 2 ed. (Malang: Universitas Brawijaya Pres, 2011). 2 Ibid. 2.

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan

  6

  kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. . Menurut Philip

  

Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan

  kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara

  7 menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

  Menelisik dari pendapat diatas maka pada dasarnya konsep inti pemasaran, yang meliputi: kebutuhan (needs), keinginan (wants)dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar dan prospek. Menurut

  

Maslow dalam bukunya “ Motivation and Personality “ lima jenjang kebutuhan pokok

  manusia sebagai berikut :

  1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs). Manifestasi kebutuhan ini nampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis

  2. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, dimana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan jaminan hari tua.

  3. Kebutuhan sosial (social needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging) kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of participation ).

  4. Kebutuhan akan penghargaan/prestice (esteem needs) semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan dalam banyak hal, misalnya tongkat komando, mobil mewah, kamar kerja ber AC dan lain-lain

  Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self-actualization), kebutuhan ini manifestasinya tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja, melalui on the job training, of the job training, seminar, konferensi, pendidikan akademis dan lain-lain. Konsep pemasaran tidak hanya berorientasi asal barang habis tanpa memperhatikan sesudah itu, tetapi juga berorientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan pengguna, dimana pemasaran itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan, memenuhi needs and wants dari konsumen, needs itu merupakan kebutuhan akan hal yang dirasakan kurang oleh konsumen yang harus segera dipenuhi. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan

  

beberapa pemuas dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat

berlindung, keamanan, hak milik dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh

masyarakat atau pemasar. Mereka merupakan hakikat biologis dan kondisi

manusia sedangkan wants adalah keinginan suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi

  oleh berbagai faktor, seperti daya beli, pendidikan, agama, keyakinan, famili dan sebagainya. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa

  

pemuas dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat berlindung,

keamanan, hak milik dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat

atau pemasar. Mereka merupakan hakikat biologis dan kondisi manusia 6 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data Untuk pemasaran dan Perilaku Konsumen

  (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). 1 7 Kevin Lane Keller Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2009). 5.

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 Bagi pemasaran, perubahan lingkungan dapat merupakan tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang atau kesempatan untuk mengembangkan usaha. Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan suatu keahlian yang mampu memilah dan melaksanakan kegiatan pemasaran dalam pencapaian tujuan perusahaan serta dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kegiatan pemasaran ini harus dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang benar, maka dikenalilah istilah manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan. Begitujuga persaingan dalam dunia pendidikan menjadi tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannyasehingga dalam beberapa tahun ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan administrator untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya.

  Ada komponen kunci yang dapat dijadikan bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah proses transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen sehingga calon konsumen menjadi terangsang untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati. Ukuran pasar tergantung pada jumlah orang yang

  

menunjukkan kebutuhan dan keinginan, memiliki sumber daya yang menarik

pihak lain, serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar

dengan apa yang mereka diinginkan.

  Pendidikan adalam proses perubahan pola pikir, apresiasi dan pembiasaan manusia agar menjadi manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan. Walaupun kebanyakan orang sering mengidentikan sekolah dengan pendidikan, pendidikan merupakan wahana perubahan peradaban manusia. Manakala membicarakan sistem pendidikan tidak cukup hanya membahas sistem persekolahan, sehingga untuk membicarakan pemasaran pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup dengan hanya membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada system persekolahan.

  

8

Pendidikan merupakan produk jasa yang dihasikan dari lembaga pendidikan

  yang bersifat non profit, sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata. Sedangkan untuk mengenal lebih dalam dari pemasaran pendidikan maka kita harus mengenal terlebih dahulu pengertian dan karakteristik jasa dan konsep pemasaran sehingga penerapan konsep pemasaran pendidikan ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang 8 Miftachul Ulum, “RO ’ SUMALIYAH VS SCARCITY : ( Paradigma Pelemahan Terhadap Perekonomian Syari ’ ah ),” Madinah: Jurnal Studi Islam 4, no. 2 (2017): 102–110.

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 mempunyai sifat tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. Merujuk pengertian tersebut, ada empat ciri utama dalam setiap jasa, yaitu:

  1. Tidak berwujud, sehingga konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, maka konsumen mencari informasi tentang jasa tersebut

  2. Tdak terpisahkan (inseparability), dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perusahaan jasa

  3. Bervariasi (variability), dimana jasa sering kali berubah-ubah tergantung siapa , kapan dan dimana menyajikannya

  4. Mudah musnah (perishability), jasa tidak dapat di jual pada masa yang akan datang.

  Dalam dunia pendidikan, bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah orang, yang memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jasa pendidikan diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana, semakin tinggi kualitas dari penyampai pendidikan maka semakin tinggi juga kualitas proses pendidikan tersebut.

9 Konsep pemasaran tidak hanya berorientasi asal barang habis tanpa

  memperhatikan sesudah itu, tetapi juga berorientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan pengguna, dimana pemasaran itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan , memenuhi needs and wants dari konsumen, needs itu merupakan kebutuhan akan hal yang dirasakan kurang oleh konsumen yang harus segera dipenuhi, sedangkan wants adalah keinginan suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti daya beli, pendidikan, agama, keyakinan, famili dan sebagainya. Beberapa ahli memberikan pengertian yang mengemukakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan(creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain. Dengan kata lain bahwa etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh.

  Dalam mengelola pendidikan, sebetulnya ada dua landasan filosofi yaitu landasan epistemologis, dimana lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masyarakat, dimana tujuan pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasan politik adalah memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu kompleks sehingga banyak masalah pemerintahan, industri, pertanian, perbankan, tenaga kerja, bahan baku, sumber daya alam dan manusia, hubungan internasional, pendidikan, lingkungan , kesehatan dan sebagainya yang perlu untuk di pecahkan oleh tenaga ahli yang dicetak oleh lembaga pendidikan , dimana lulusan yang 9 Terdapat lima konsep pemasaran yang dapat dipilih organisasi atau perusahaan untuk

  

melaksanakan kegiatan pemasaran, diantaranya adalah 1. konsep pemasaran berwawasan produksi

(bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia di banyak tempat dan murah harganya), 2.

konsep pemasaran berwawasan produk, 3. konsep pemasaran berwawasan menjual/penjualan, 4. konsep

pemasaran berwawasan pemasaran, dan 5. konsep pemasaran berwa wasan sosial (bermasyarakat )

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 bermutu dihasilkan dalam black box processing yang diolah oleh tenaga pendidik yang bermutu.

  Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari pemasran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan didorong oleh prinsip bahwa pelanggan adalah aset utama, pelanggan merupakan sosok terpenting bagi organisasi. Penerapan pemasaran dalam dunia pendidikan adalah untuk menciptakan kepuasan bagi pelanggan pendidikan.

  Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin ”satis” (artinya cukup baik, memadai) dan ”facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai, bahwa kepuasan merupakan respons konsumen yang sudah terpenuhi keinginannya tentang penggunaan barang atau jasa yang mereka pakai. Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

  Untuk menjamin kepuasan pelanggan pendidikan terdapat 6 elemen yang perlu diperhatikan terkait dalam pemasaran lembaga pendidikan yaitu:

  1. Product, produk pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

  Produk itu sendiri terbagi atas lima tingkatan yaitu :

  a. Core benefit merupakan manfaat dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer , dalam hal ini adalah pendidikan;

  b. Basic product atau versi dasar dari suatu produk dalam hal ini misalnya pengetahuan dan keterampilan yang memiliki ciri khas; c. Expected product yaitu sejumlah atribut yang menyertai diantaranya adalah kurikulum, silabus, tenaga pendidik dan sebagainya; d. Augmented product merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk pesaing, misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan, computer, bahasa arab dan sebagainya; e. Potensial product yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk tersebut adalah pengakuaan lulusan lembaga tersebut dari dunia kerja.

  2. Price , merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu produk baik, maka calon siswa/mahasiswa berani membayar lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang dapat dikembangkan lembaga pendidikan adalah adalah skiming

  price artinya adalah memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai

  dipasarkan dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya. Akan tetapi ketika hendak menetapkan harga sebaiknya lembaga pendidikan memperhatikan sasaran yang hendak dicapai yaitu :

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018

  a. Sasaran yang berorientasi pada keuntungan yang bertujuan untuk mencapai target pengembalian investasi, untuk memperoleh laba maksimum; b. Sasaran yang berorientasi pada penjualan yang bertujuan meningkatkan volume penjualan mempertahankan atau meningkatkan market share c. Sasaran yang berorientasi status quo yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan menghadapi pesaing.

  3. Place adalah letak lokasi sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan faktor- faktor:

  a. Akses yaitu kemudahan mencapai lokasi;

  b. Vasibilitas yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya; c. Lalu lintas dalam arti tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi minat customer terhadap jasa tersebut; d. Tempat parkir yang luas;

  e. Ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan usaha;

  f. persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita;

  g. Ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai dengan standar pelayanan minimum yang harus di anut oleh setiap lembaga pendidikan.

  4. Promotion merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. aktivitas tentang bagaimana memberitahu pelanggan tentang keberadaan produk dan jasa. Aspek yang harus dipertimbangkan adalah bentuk komunikasi, khususnya iklan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity). Tujuan promosi dalam konteks pemasaran adalah:

  a. Membangun kepedulian dan ketertarikan terhadap produk jasa dan lembaga penyedia jasa, b. Membedakan jasa yang ditawarkan dan lembaga dari pesaing,

  c. Mengkomunikasikan dan menggambarkan kelebihan dari jasa yang tersedia/lembaga penyedia jasa tersebut, d. Membujuk customer untuk membeli dan menggunakan jasa tersebut. Promosi ini lebih diarahkan pada penyedia jasa pendidikan sehingga pengaruh image tersebut berperan penting terhadap penjatuhan pilihan customer. promosi yang berlebihan mempunyai hubungan korelatif yang negatif terhadap daya tarik peminat.

  5. Physical evidence , merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya.

  6. Process. Dengan demikian proses penyampaian jasa pendidikan merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas dalam seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbantuk akan membentuk sirkulasi dalam merekrut pelanggan pendidikan.

  Strategi dan Komunikasi Pemasaran Pendidikan

  Strategi pemasaran adalah serangkain tujuan dan sasaran, kebijakan serta aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu kewaktu pada masing-

  10

  masing tingkatan serta lokasinya . Strategi pemasaran adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan faktor eksternal yang ada kemudian dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan, sehingga dapat terhindar dari serangan para pesaingnya. Strategi pemasaran adalah rencana untuk memilih dan menganalisis

  11

  target pasar, mengembangkan, dan memelihara bauran pemasaran (marketing mix ) yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen.

12 Dalam pemasaran jasa sangatlah kompleks sekali , karena banyak elemen

  yang mempengaruhinya, seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik, kontak 10 M. Nur Rianto AL Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: CV Alfabeta,

  2012).83 11 Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan strategi mencampurkan suatu perangkat yang

menentukan tingkat keberhasilan dalam kegiatan pemasaran semua yang ditujukan untuk memberikan

kepuasan kepada pangsa pasar atau konsumen yang diplih. Setiap unsur yang ada masing-masing

mempunyai banyak sekali sub unsur, dengan demikian manajer harus dapat memilih kombinasi terbaik

sehingga didapat ramuan yang sesuai dengan kondisi lingkungan. 12 Lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu:

a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.

  b.Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani

pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan/

pasien. c.Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara tepat,

kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam

memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa

yang ditawarkan, dan enanamkan kepercayaan pelanggan terhadap

kemampuan dalam m perusahaan Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:

  

1. Kompetensi (competence), artinya keter ampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para

karyawan untuk melakukan pelayanan.

  2. Kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.

  

3. Kredibilitas (credibility), meliputi hal -hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada

perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.

  d. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan

seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi

dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi:

  1. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan.

  2. Komunikasi (communication), merupakan kemampuanmelakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.

  3. Pemahaman pada pelanggan (Understanding the customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. e.Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office,

tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan

komunikasi dan penampilan karyawan.

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut - ke-mulut, dan sebagainya. Pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal dan pemasaran interaktif.

  Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh

  perusahaan dalam mempersiapkan jasa, menetapkan harga, melakukan distribusi, dan mempromosikan jasa yang bernilai superior kepada para pelanggan. Bila ini bisa dilakukan dengan baik, maka pelanggan akan terikat dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang bisa terjamin. Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan dalam rangka melatih dan memotivasi para karyawan (sebagai aset utama perusahaan dan ujung tombak pelayanan) agar dapat melayani para pelanggan dengan baik. Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini bisa membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas, dan rasa 'memiliki' setiap orang dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani. Pemasaran

  

interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan dan karyawan. Diharapkan

  setiap karyawan yang loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan (empowered) dapat memberikan Total Quality Service kepada setiap pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka pelanggan yang puas akan menjalin hubungan berkesinambungan dengan personil dan perusahaan yang bersangkutan.

  Secara garis besar, strategi pemasaran lembaga pendidikan berkaitan dengan tiga hal sebagaimana tertuang berikut:

  1. Melakukan diferensiasi kompetitif, strategi memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan lembaga pendidikan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. Strategi differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada pelangga atau konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kerja, inovasi produk, pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan lain-lain. Perusahaan jasa perlu melakukan diferensiasi melalui inovasi yang bersifat pre-

  

emptive yai t u implementasi suatu strategi yang baru bagi suatu bisnis tertentu,

  karena merupakan yang pertama maka dapat menghasilkan keterampilan atau aset yang dapat merintangi, mencegah atau menghalangi para pesaing untuk melakukan duplikasi atau membuat tandingannya. Dalam pengelolaan lembaga pendidikan, pengelola dapat mendiferensiasikan dirinya melalui citra di mata pelanggan atau pengguna lembaga pendidikan, misalnya melalui simbol-simbol, merek atribut-atribut yang digunakan. Selain itu perusahaan dapat melakukan diferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa (service delivery) melalui 3 aspek yang juga dikenal sebagai 3P dalam pemasaran jasa atau pendidikan , yaitu melalui: a. Tenaga pendidik dan kependidikan (People ) , Lembaga pendidkan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih tenaga pendidik dan kependidikan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan atau pengguna lembaga pendidikan, daripada karyawan pesaingnya

  b. Lingkungan fisik (Physical environment), yang berarti lembaga pendidikan Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif.

  c. Proses (Process), lembaga pendidikan dapat merancang proses penyampaian kegiatan belajar mengajar yang superior, misalnya seorang guru mendampingi 10 siswa

  2. Mengelola kualitas jasa atau keunggulan biaya (low cost), adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya pengelolaan pendidikan sehingga menghasilkan layanan jasa pendidikan yang bisa dijual lebih murah dibandingkan pesaing. Kualitas jasa sendiri dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived

  

service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Bila jasa yang dirasakan lebih

  kecil daripada yang diharapkan, maka para pelanggan menjadi tidak tertarik lagi pada penyedia jasa yang bersangkutan. Sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya (perceived > expected), maka ada kemungkinan para pelanggan ak an menggunakan penyedia jasa itu lagi.

3. Mengelola produktivitas dan Fokus (Focus), adalah strategi menggarap satu

  target market khusus. Strategi fokus biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai karakteristik khusus. Beberapa produk misalnya hanya fokus ditargetkan untuk kaum muslim sehingga semua produknya memberikan benefit dan fungsi yang disesuaikan dengan aturan Islam. Produk yang fokus pada target market kaum muslim biasanya selalu mensyaratkan label halal, tanpa riba, dan berbagai aturan lain yang disesuaikan dengan ketentuan Islam. Begitu juga dalam pengelolaan pendidikan lebih mengedepankan program yang mungkin dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan. Diharapkan dengan melihat kompetensi dan kemampuan maka diharapkan lebih terfokus apa yang akan diraihnya.

  Konsep Syariah Pemasaran Lembaga Pendidikan

  Dalam Islam semua kegiatan dan aktifitas manusia tidak boleh melanggar aturan yang telah disyariatkan oleh ajaran Islam. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki pemikiran tentang manajemen, begitu juga manajemen pemasaran . Manajemen pemasaran secara syariah adalah penerapan suatu disiplin bisnis strategi yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah. Jadi pemasaran syariah dijalankan berdasarkan konsep keislaman yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Nilai inti manajemen pemasaran syariah adalah integritas dan transparansi, sehingga marketer atau para pemasar tidak boleh bohong dan orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya atau iming-iming hadiah belaka

  Peran syariah dalam pemasaran merupakan suatu pemahaman akan pentingnya nilai-nilai etika dan moralitas pada pemasaran, sehingga diharapkan perusahaan atau dalam hal ini lembaga pendidikan tidak akan serta merta menjalankan pengelolaan pendidikan demi keuntungan pribadi saja ia juga harus berusaha untuk menciptakan dan menawarkan bahkan dapat mengubah suatu nilai ( values ) kepada para stakeholders sehingga lembaga pendidikan dapat menjaga keseimbangan program pendidikan dapat berjalan lebih baik dan menjadikan eksistensi lembaga pendidikan tetap yang stabil dan berkelanjutan. Konsep ini tercermin dalam surat Al Qashash ayat 77 :

  

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018

  

dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan 13 .

  Dari ayat diatas maka tercermin bahwa keberadaan alam ini milik Allah, manusia hanya menerima apa yang telah diputuskan oleh Allah. Manusia mestilah menggunakan kekayaan yang diperolehnya di dunia ini untuk mendapatkan kehidupun yang baik dan sejahtera di akhirat kelak. Manusia tidak boleh mengabaikan kebahagiannya di dunia ini. Manusia hendaklah bekerja sekuat-kuatnya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dengan cara-cara yang paling adil dan dibenarkan oleh undang-undang. Manusia mestilah berlaku baik terhadap sesama manusia. Hendaklah mereka melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan membantu orang orang yang berada dalam kesusahan dan kesempitan.

  Tolak ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal dan haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang muslim. Sementara yang haram akan ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridhaan Allah. Atas dasar nilai-nilai utama itu pula tolak ukur strategis bagi aktivitas lembaga pendidikan adalah syariah Islam itu sendiri. Aktivitas lembaga pendidikan apa pun bentuknya, pada hakikatnya adalah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang akan selalu terikat dengan syariah. Oleh karena itu, syariah adalah aturan yang diturunkan Allah untuk manusia melalui lisan para Rasul-Nya. syariah tersebut harus menjadi pedoman dalam setiap aktivitas manusia, termasuk dalam aktivitas lembaga pendidikan.

  Dalam penerapan konsep pemasaran syariah setidaknya terdapat 4 karakteristik yang terdapat pada syariah marketing.

  a. Ketuhanan (rabbaniyah) Salah satu ciri khas pemasaran syariah adalah sifatnya yang religius. Jiwa seorang syariah marketer dalam hal ini pengelolah lembaga pendidikan menyakini bahwa hukum-hukum syariah yang bersifat ketuhanan merupakan hukum yang paling adil, sehingga akan mematuhinya dalam setiap aktifitas pemasaran yang dilakukan. Dalam setiap langkah, aktivitas, dan kegiatan yang dilakukan harus selalu menginduk kepada syariat Islam. Pemasaran syariah menyakini bahwa hukum-hukum ketuhanan ini adalah hukum yang paling ideal, paling sempurna, paling tepat untuk segala bentuk kebaikan serta paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan.

  b. Etis (akhlaqiyyah) Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai- nilai moral dan etika yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Etika dan nilai moral merupakan tujuan dan hakikat dari suatu pendidikan, yaitu membentuk masyarakat pengguna pendidikanyang berakhlaqul karimah.

  c. Realistis (al-waqi’yyah) Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti modernitas, dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang fleksibel. Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus berpenampilan ala bangsa arab dan mengharamkan dasi. Namun, syariah marketer haruslah tetap berpenampilan bersih, rapi, dan besahaja apapun model atau gaya berpakain yang dikenakan. Sifat realistis 13 Departemen Agama RI, al-Qura>n Musha>f dan al-Qura>n Terjemah (Jakarta: Al Huda, 2005). dikarenakan pemasaran syariah sangat fleksibel dan luwes dalam tafsir hukum dan implementasi terhadap pemasran konvensional.

  d. Humanitis (insaniyyah) Keistimewaan yang lain adalah sifatnya yang humanitis universal. Pengertian humanitis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaanya terjaga dan terpelihara, serta sifat kehewananya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariah islam adalah syariah humanitis, diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa memperdulikan ras, warna, suku, sehingga syariah marketing bersifat universal.

  Selain itu karakteristik berupaya menjelaskan posisi antara perusahaan ( lembaga

  

pendidikan ) dan konsumen. Posisi lembaga pendidikan dan konsumen ( dalama hal ini

  peserta didik dan wali murid ) berada pada tingkatan yang sama yaitu mitra sejajar dan posisi antara lembaga pendidikan dan konsumen diikat oleh persaudaraan sehingga konsumen dalam konsep pemasaran syariah bukanlah obyek belaka. Namun, bertindak pula sebagai subyek dalam aktivitas pemasaran. Dengan meletakkan konsumen sebagai subyek dalam aktivitas pemasaran menunjukkan bahwa dalam pemasaran syariah posisi konsumen bukanlah hanya sebagai sapi perah bagi perusahaan atau lembaga pendidikan , namun ia merupakan aset berharga yang dimiliki bagi kemajuan perusahaan kedepan. Sehingga pemasar syariah sebagai ujung tombak perusahaan harus mampu merangkul konsumen ( peserta didik) agar dapat menjadi kunci kemajuan perusahaan.

  Konsep dan filosofi dasar antara Pemasaran konvensional dan pemasaran syariah berbeda. Pemasaran konvensional merupakan pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan ketuhanan dalam setiap aktifitas pemasaranya. Sehingga dalam pemasaranya dapat seorang pemasar memberikan janji-janji kosong hanya pemikat konsumen untuk membeli produk. Dalam pemasaran syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam setiap aktifitas pemasaranya ia selalu diawasi oleh allah SWT.sehingga sangat berhati hati dalam memasarkan produknya. Dan tidak akan memberikan janji kosong belaka yang allah SWT. selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggung jawaban dihari kiamat.

  Seorang pemasar syariah akan secara jujur menceritakan kelebihan serta kekurangan produk yang ditawarkanya itu sesuai dengan praktik yang dicontohkan rosululah SAW. Abu sa’ad meriwayatkan bahwa rasulullah SAW pernah besabda:

  ءاَﺪَﮭﱡﺸﻟاَو َﻦْﯿِﻘْﯾﱢﺪﱢﺼﻟاَو َﻦْﯿﱢﯿِﺒﱠﻨﻟا َﻊَﻣ ُﻦْﯿِﻣَ ْﻻا ُقوُﺪﱠﺼﻟا ُﺮِﺟّﺎﺘﻟا Artinya: ’pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada” (HR.Tirmidzi).

  Hal penting dari nasihat nabi di atas adalah bahwa jujur merupakan sarana mutlak untuk mencapai kebaikan tatanan masyarakat. Oleh karenanya, shidiq bukan sekedar wacana pribadi tetapi juga wacana publik, yaitu perlunya sebuah sistem dan struktur pengelolaan sesuatu yang jujur. Dibandingkan dengan pemasaran konvesional yang cenderung bebas menilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat.

  Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra citra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai “sapi

  Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 perah” untuk membeli produknya tapi menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan usaha.

  Dalam pemasaran konvensional, konsumen diletakkan sebagai obyek untuk mencapai target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena antara janji dan realitas seringkali berbeda. Dan setelah mendapatakan target penjualan tidak memperdulikan lagi konsumen yang telah membeli produknya tanapa memikirkan kekecewaan atas janji produk.

  Konsep persaingan dalam pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kita dalam turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah dilapangan, bukan sebagai lawan yang harus dimatikan. Berbeda dengan pemasaran konvensional yang menganggap pesaing sebagai pihak lawan yang harus dimatikan agar eksitensi perusahaan dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan setelah pesaing dikalahkan, akhiranya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada motivasi dari pesaing.

  Kesimpulan

  Pemasaran merupakna salah sutu hal fital sekali bagi perkembangan suatu usaha bisnis, begitu juga dengan pengelolaan lembaga pendidikan. Pemasran merupakan suatu transformasi ide atau gagasan sehingga mampu diterima oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu juga nilai ( value ) perusahaan akan naik jika pemasarannya berhasil. Meningkatkan jumlah angka partisipasai terhadap perusahaan khususnya lembaga pendidikan.

  

Daftar Pustaka

  Danang Sunyoto. Teori Kuesioner & Analisis Data Untuk pemasaran dan Perilaku Konsumen . Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Departemen Agama RI. al-Quran Mushaf dan al-Quran Terjemah. Jakarta: Al Huda, 2005. Handoko, T. Hani. Manajemen. II. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009. M. Nur Rianto AL Arif. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: CV Alfabeta, 2012. Miftachul Ulum. “Risiko Bisnis Dalam Pandangan Syariah.” Jurnal Ummul Quro VIII, no. 2 (2016): 11–25. ———. “RO ’ SUMALIYAH VS SCARCITY : ( Paradigma Pelemahan Terhadap