Maturasi Induk Ikan Belida

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 115-122

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

  

PERFORM A PEM IJAHAN IKAN BELIDA ( Notopterus chitala )

#

M ELALUI INDUKSI HORM ON HCG DAN LHRH

Lies Setijaningsih , Jojo Subagja, Deni Radona, Brata Pantjara, Anang Hari Krist anto, dan

Yohanna Retnaning W idyastuti

  

Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan

Jl. Se mpur No. 1, Bogo r 16129

(Naskah dit erima: 20 M ar et 2018; Revisi final: 16 M ei 2018; Diset ujui publikasi: 16 M ei 2018)

  ABSTRAK

Permintaan ikan belida cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku olahan makanan

yang masih mengandalkan tangkapan dari alam. Tingginya eksploitasi mengakibatkan populasi ikan dari

tahu n ke t ah un sem akin b erku rang d an t eran cam pu nah. Tekno lo gi p em be nihan ikan b elid a de ngan

penggunaan hormon d iduga d apat me ningkat kan prod uksi larva unt uk kepe rluan b udidaya. Penelitian

dilakukan untuk mengevaluasi performasi pemijahan ikan belida secara alami dan buatan melalui induksi

hormon HCG dan LHRH analog. Pemijahan alami dan buatan dilakukan menggunakan induk betina sebanyak

enam ekor dan jantan tiga ekor (rasio 2:1). Induk yang digunakan berukuran panjang 46 ± 5 cm dan bobot

2.209 ± 623 g. Pe mijahan buatan dilakukan dengan indu ksi horm on HCG dosis 500 IU/kg dan LHRH

analog dosis 0,5 mL/kg. Penyuntikan HCG dan LHRH diberikan dengan interval 24 jam. Hasil penelitian

menunjukkan pada pemijahan buatan (induksi hormon) diperoleh induk yang memijah sebanyak dua ekor

den gan nilai diameter telur (3,1 ± 0,3 mm); fekund itas (282-907 but ir); d erajat pembu ahan (21%-40%);

derajat penetasan (56%-75%); dan sintasan (30%-50%); sedangkan pada pemijahan alami diperoleh satu ekor

induk yang memijah dengan nilai diameter te lur (3,5 ± 0,3 m m); feku nditas (1.616 butir); dan de rajat

pembuahan (86,7%); selama tiga bulan pengamatan secara intensif dengan frekuensi pemijahan enam kali.

Aplikasi t eknologi pemijahan d engan m enggunakan in duksi h ormon d apat m enghasilkan produk larva

pada ikan belida.

  KATA KUNCI: ikan belida; LHRH analog; HCG; pemijahan alami; pemijahan buatan ABSTRACT: Performance of Clown Knifefish Not opt erus chit ala in natural and artificial spawning conditions.

  By: Lies Setijaningsih, Jojo Subagja, Deni Radona, Brata Pantjara, Anang Hari Kristanto, and Yohanna Retnaning W idyastuti

The demand for fish consumpt ion of Clown Knifefish is considerably high. However, t he fish supply for consumpt ion

and processed food st ill relies on wild-caught . Such exploit at ion has decreased t he populat ion of Clown Knifefish t o a

point t hat it can become an endangered species. Efforts on t he breeding t echnology of Clown Knifefish t hrough nat ural

and art ificial propagat ion using of hormones have shown promising result s. The current st udy was conduct ed t o

evaluat e t he performance of Clown Knifefish in nat ural and art ificial spawning condit ions using t he induct ion of HCG

hormone and LHRH analogues. The nat ural and artificial spawning treat ment s were conduct ed using six fish females

and t hree fish males (a rat io of 2:1). The average Broodst ocks’ size was 46 ± 5 cm in lengt h and 2,209 ± 623 g in

weight . The art ificial spawning was conduct ed wit h HCG hormone induct ion (dose of 500 IU/kg body weight ) and

LHRH analogue (dose: 0.5 mL/kg). HCG and LHRH inject ions were given wit hin 24 hours int erval. The result s showed

t hat t he artificial spawning (hormone induction) had successfully caused t wo broodst ock t o spawn producing eggs wit h

t he diamet er of 3.1 ± 0.3 mm; fecundit y of 282-907 eggs; fert ilizat ion rat e of 21%-40%; hat ching rate of 56%-75%;

and survival rat e of 30%-50%. In t he nat ural spawning, one broodst ock had spawned wit h t he egg diamet er of 3.5 ±

0.3 mm; fecundit y of 1,616 eggs; and fert ilizat ion rat e of 86.7%. This st udy concludes t hat spawning t echnology

applicat ions using hormonal induct ion can increase t he product ion larvae of Clown Knifefish broodst ock. # KEYW ORDS: Clown Knifefish; LHRH analogue; HCG; natural spawning; artificial spawning

  Ko re sp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Tawar d an Pe nyu lu h an Pe rikan an. Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 61 2 9 , In d o n e s ia. Te l. + 6 2 2 5 1 8 3 1 3 2 0 0 l i esset i j ani ngsi h@ yahoo.com

  E-m ail: Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6 534

  Performa pemij ahan ikan belida (Notopterus chilata) melalui induksi ..... (Lies Set ij aningsih) PENDAHULUAN

  Penelit ian dilakukan di Inst alasi Riset To ksiko lo gi dan Lingkungan Budidaya Cibalagung, unit pelaksana t eknis Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan

  ., 2004), ikan t ambakan (Radona

  et al

  ikan belida, pro ses mat urasi dengan menggun akan induksi ho rmo n sudah dilakukan juga namun belum o p t im a l. Pe n e lit ia n Kr is t a n t o & Su b a g ja (2 0 1 0 ) melapo rkan bahwa ikan belida yang diinduksi dengan ho rmo n LHRH analo g 1,5 mL/kg dan HCG 500 IU/kg dapat meningkat kan kemat angan go nad, akan t et api belum berhasil dipijahkan. Hasil yang sama dilakukan Pamu n gkas (20 0 6 ) d e n gan m en ggun akan h o rm o n LHRH analo g 25 mg/kg dan 17á-met ilt est o st ero n 150 mg/kg. Ap likasi t e kn o lo gi pe mb en ihan ikan be lida dengan induksi ho rmo n dapat mendukung pencapaian t a rge t d an u n t u k m e n in gk at k an p r o d u ks i d alam mencegah t erjadinya kepunahan spesies ( species ext inc-

  t ion

  ). Pe n elit ian in i be rt u ju an un t uk m e ngevalu asi performa pemijahan ikan belida secara alami dan buatan melalui induksi ho rmo n HCG dan LHRH analo g.

  BAHAN DAN M ETODE

  Pe n yu lu h an Pe rikan an Bo go r d an Balai Pe rikan an Budidaya Air Tawar, Mandiangin, Kalimant an Selat an.

  ., 2018; Maidie et al ., 2015), ikan nilem (Rado na et al ., 2011), ikan t o rso ro (Asih

  Ikan Uji

  Induk ikan belida yang digunakan adalah sebanyak 18 eko r (12 bet ina dan enam jant an) dengan ukuran panjang 46 ± 5 cm dan bo bo t 2.209 ± 623 g. Induk b e lid a d ip e r o le h d ar i d u a t e m p at ya it u Cisa lak , Kabupat en Subang dan Kampar, Kabupat en Kampar. Pemilihan induk ikan belida mengacu dari penelit ian yang pernah dilakukan o leh Set ijaningsih & Sut risno (2013).

  M at urasi Induk Ikan Belida

  Pe meliharaan indu k ikan b elida dilaku kan pada kolam t embok dengan luas 16,5 m 2 dengan kedalaman 1,2 m. Pakan yang diberikan berupa pakan “hidup” yakn i be n ih ikan m as, n ila, dan n ile m . Se lain it u , dib erikan pakan be rupa udang dalam ben t uk b eku (mat i). Pemberian pakan dilakukan sebanyak 5% dari bio massa dengan frekuensi dua kali sehari yait u pagi dan so re. Dalam pro ses percepat an mat urasi go nad ikan belida, pakan yang diberikan diperkaya dengan tambahan nutrien berupa vitamin C dan mineral dengan rasio 1 kg pakan: 150 g vit amin dan mineral. Vit amin d a n m in e r a l d icam p u r m e n g g u n a ka n m e d ia a ir, kemudian disempro t kan ke dalam pakan.

  Teknik Pemijahan Ikan Belida

  Pemijahan induk ikan belida dilakukan secara alami dan buat an. Sebelum pemijahan, dilakukan penent uan t ingkat kemat an gan induk ikan belida dengan cara pengambilan t elur dalam gonad ikan melalui kanulasi, co nt o h t elur diamat i meliput i diamet er t elur. Induk ikan belida yang t erpilih digunakan dalam perco baan pe mijah an alami dan b uat an . Pemijahan alam i d an bu at an dilakukan m enggu nakan ind uk be t in a ikan belida sebanyak enam ekor dan induk jant an sebanyak t iga eko r dengan rasio sat u jantan dan dua bet ina yang sekaligus digunakan sebagai ulangan individu. Induk ya n g d igu n aka n d ib e ri t a n d a d e n g an ch ip u n t u k m em ud ah kan pe gamat an. Pad a pe mijahan bu at an , induk bet ina ikan belida yang mat ang go nad (TKG 2- 4) diinduksi dengan ho rmo n HCG do sis 500 IU/kg dan LHRH analo g do sis 0,5 mL/kg. Induksi ho rmo n LHRH analo g dilakukan 24 jam set elah induksi HCG (Kristanto & Subagja, 2010). Ho rmon LHRH analo g diberikan dua kali dengan int er val wakt u dari penyunt ikan kesat u ke p en yu nt ikan ke dua selam a e nam jam, pro p o rsi pemberian hormo n yait u 40% pada penyunt ikan kesat u dan 60% pada penyunt ikan kedua.

  et al

  et al

  Ikan belida

  ., 1 9 9 9 ; Su n a rn o

  Not opt erus chit ala

  merupakan ikan asli perairan Indo nesia dengan dist ribusi sebaran di Pulau Jawa, Sumat era, dan Kalimant an. Selain it u, ikan belida pernah dilapo rkan keberadaan po pulasinya di negara- negara Asia sepert i Thailand, Kambo ja, Viet nam, dan Malaysia (Wibo wo , 2011; Ko t t elat

  et al

  ., 1993). Ikan ini memiliki nilai eko lo gi dan eko no mis t inggi sebagai ikan ko nsumsi dan bahan baku olahan makanan. Sejauh ini unt uk memenuhi kebut uhan ko nsumsi dan bahan baku o lahan makanan sep ert i kerupuk dan empek- e mp e k m asih me n gan d alkan t an gkap an d ari alam sehingga dist ribusi sebarannya sudah dikat ego rikan sebagai ko mo dit as langka at au bahkan hampir punah.

  Beb erapa pe ne lit ian t en t an g ikan b elida su dah banyak dilakukan sepert i aspek bio lo gi yang meliput i makanan, re pro duksi, dan habit at (Adjie & Ut o mo , 1 9 9 4 ; Ad jie

  et al

  ,

  ., 2017), ikan bet o k (Yulisari

  2 0 0 2 ), as p e k lingkungan (Set ijaningsih & Sut risno

  ,

  2013; Nur yadi & Set ijaningsih, 2014), sert a penelit ian t erkait aspek genet ik melalui analisis pro t ein (Madang, 1999).

  Dalam me n in gkat kan p ro du kt ivit as ikan be lid a perlu dilakukan pengembangan t ekno lo gi budidaya ikan belida dari kehidupan

  insit u

  ke budidaya secara t erko nt ro l. Salah sat unya yait u dengan menggunakan induksi ho rmo n dalam mempercepat proses mat urasi. Penelit ian unt uk pro ses mat urasi pada ikan-ikan asli p erairan Ind o n e sia d e ngan m en ggu nakan ho rmo n sudah banyak dilakukan ant ara lain pada ikan gabus (At h-t har

  et al

  Pada pemijahan alami, diberikan subst rat sebagai tempat penempelan telur ikan yang t erbuat dari papan, d ib e n t u k s e g i e m p a t u k u r a n 1 0 0 c m x 5 0 c m Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6 534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 115-122

  (Set ijaningsih & Sut risno , 2013). Subst rat papan yang sudah dit empeli t elur kemudian diangkat dan dibilas dengan air bersih, set elah it u dimasukkan ke dalam akuarium dan diberi aerasi (Gambar 1). Pada pemijahan buatan, t elur yang diperoleh diinkubasi pada akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm dengan ket inggian air 20 cm. Suhu air yang digunakan selama inkubasi t e lu r 2 8 °C. Pa ram e t e r yan g d iam a t i p ad a p ro s e s pemijahan yaitu panjang t otal, bo bo t awal, bobot akhir, TKG, frekuensi pemijahan (%), fekundit as (but ir/eko r), derajat pembuahan (persentase t elur yang dibuahi dari t elur yang dio vulasikan; %). Selain it u, pada pemijahan buat an dilakukan juga pengamat an derajat penet asan (persent ase jum lah t elur yang mene t as dari jumlah t elur yang dibuahi; %), panjang (cm), dan bo bo t lar va (g). Sampel yang digunakan unt uk paramet er panjang dan bo bo t lar va sebanyak 30 eko r, menggunakan alat ukur dan t imbangan dengan ket elit ian 0,001 g.

  Ha s il p e n g a m a t a n in d u k ik a n b e lid a s e la m a p e n e lit ia n (t ig a b u la n ) d i k o la m t e m b o k d e n g an pemijahan alami menunjukkan persent ase frekuensi p e m ijah a n t e rt in gg i (5 0 ,0 0 %) p a d a b u la n k e d u a pemeliharaan sebanyak t iga kali, dan t erendah pada bulan ketiga pemeliharaan yang diperoleh hanya sekali bert elur (16,67%) (Gambar 2).

  . (2006) melaporkan jumlah fekundit as yang dihasilkan dari induk dengan ukuran > 4.000 g sebanyak 5.761 but ir.

  et al

  . (2 0 1 6 ) menghasilkan rat a-rat a 1.000 but ir t elur pada induk belida dengan ukuran bo bot sekitar 2.000 g, sedangkan pada penelitian Hossain

  et al

  . (2 0 1 2 ) d an Gu st o m i

  et al

  . (2012) yan g melapo rkan bahwa t elur ikan belida memiliki diamet er 3,5 ± 0,5 mm. Nilai Fekundit as pada suat u spesies ikan dapat berbeda ant ara sat u individu dengan individu lainnya. Fekun dit as m em p un yai ke t erpaut an de ngan um ur, p a n jan g, d an b o b o t in d ivid u . Ju m la h fe ku n d it as t erbanyak t erdapat pada bulan kedua pemeliharaan s e ju m la h 9 3 2 b u t ir /e k o r, p a d a b u la n k e t ig a pemeliharaan masing-masing sejumlah 459 dan 225 b u t ir/e k o r (Gam b ar 3 ). Me n u ru t Niko lsky (1 9 6 3 ), b a h w a fe k u n d it a s p a d a s e t ia p in d ivid u b e t in a t ergant ung pada umur, ukuran, spesies, dan ko ndisi lingkungan, sepert i ket ersediaan pakan. Fekundit as akan m e n u ru n se jalan de n gan m u lai m e n u run n ya kondisi ikan yang memengaruhi kualit as dan kuant itas t elur yang dihasilkan. Pada penelit ian Sant o so (2009) dan Sunarno (2002) fekundit as yang dihasilkan ikan belida dengan ukuran < 1.000 g berkisar 250-500 but ir d e n ga n ra t a -r a t a 2 9 0 b u t ir/e ko r. Pe n e lit ia n la in , Ko h in o o r

  et al

  Fekun dit as yang d ih asilkan p ad a pe mijahan in i didapat dari perhitungan secara manual pada telur yang dio vulasikan dan menempel pada subst rat . Dari hasil pengamat an t elur ikan belida dipero leh ukuran diam- et er 3,5 ± 0,3 mm. Nilai ini sama halnya dengan hasil penelit ian Srivast ava

  Pada sat u bulan pert ama pemeliharaan induk dapat memijah secara alami dan t elur didapat kan pada papan subst rat (Gambar 1). Pro ses pemijahan induk belida mulai menempelkan t elur t idak diket ahui wakt u yang t epat nya.

  Analisis Dat a

  Pem ijahan Alam i

  Pada pemijahan alami dipero leh sat u eko r induk yan g siap m e m ijah d e n gan uku ran b o b o t se b esar 1.500 g sedangkan pada pemijahan buat an dipero leh dua eko r induk bet ina dengan bo bo t masing-masing 1.460 g dan 1.418 g. Ketiga eko r induk bet ina t ersebut m e n g a la m i p e n in g k at a n b o b o t b e r k isa r 8 -1 0 g . Peningkatan bo bo t ikan sejalan dengan perkembangan t ingkat kemat angan go nad (TKG) dari TKG-2 dan 3 m e n ja d i TKG-3 + d an 4 d an d iiku t i ju g a d e n g an pert umbuhan diamet er o o sit menjadi rat a-rat a 3,1 ± 0,3 mm. Kristant o et al . (2008) melapo rkan bahwa ikan belida bisa memijah sepanjang t ahun dengan puncak pemijahan t erjadi pada mu sim kemarau. Selain it u, pro ses mat urasi go nad ikan dapat dipengaruhi o leh fakt o r ekst ernal dan int ernal. Fakt o r int ernal ant ara la in s p e s ie s , u m u r, d a n k e t e r s e d ia a n h o r m o n , s e d a n g k a n fa k t o r e k s t e r n a l d ip e n g a r u h i o le h lingkungan, suhu, dan jenis makanan (Sant o so , 2009).

  Hasil pengamat an mat urasi go nad dilakukan selama t iga bulan pemeliharaan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Pa d a p r o s e s p e m ija h a n a la m i, k o n d is i in d u k mengalami peningkat an pada karakt er bo bo t sebesar 7,77 g atau 0,4%; dari bobot rata-rata awal pemeliharaan seb esar 2 .209,5 6 ± 6 60,96 g men jadi 2 .217,2 2 ± 621 ,32 g (Tabel 1). Pada pro ses p emijahan den gan in d u k s i h o r m o n , k o n d is i in d u k m e n g a la m i peningkatan pada bo bo t sebesar 9,22 g atau 0,5%; dari bo bo t rat a-rat a awal pemeliharaan sebesar 2.227,78 ± 605,589 g menjadi 2.237,00 ± 570,04 g (Tabel 2).

  HASIL DAN BAHASAN Perkembangan Induk Ikan Belida

  dan dianalisis secara deskript if.

  ex- cel

  , dat a bio logis dilakukan dengan penimbangan bo bot dan pengukuran panjang pada induk. Dat a yang dipero leh kemudian dit abulasi dan dianalisis dengan bant uan pro gram

  sampling

  Data dipero leh dengan cara

  Selanju t nya d ise b u t kan b ah wa d at a fe ku nd it as signifikan pada musim hujan dit unjukkan dengan lebih banyak t elur pada musim hujan. Menurut Cho lik et al . (2005), ikan belida memijah pada musim penghujan, namun demikian juga t erkait dengan kualit as telur ikan belida.

  9 4 1 1 ,4 1 0 1 ,4 1 8 Be tin a ( Female ) TKG 2 -4 B** X 4 7 ,0 0 2 ,2 2 7 .7 8 2 ,2 3 7 SD 4 .9 0 6 0 5 .5 9 5 7 0 .0 4

  Tabel 2. Panjang, bo bo t (awal dan akhir), jenis kelamin, dan t ingkat kemat angan go nad (TKG) induk ikan belida di ko lam dengan sist em pemijahan menggunakan induksi ho rmo n

  Sperm ) + + B** 8 4 0 1 ,4 5 0 1 ,4 6 0 Be tin a ( Female ) TKG 3 -4 B**

  M al e ) Sp e r m a (

  5 4 7 2 ,4 5 0 2 ,4 5 9 Be tin a ( Female ) TKG 3 B 6 4 5 2 ,0 0 0 2 ,0 1 3 Be tin a ( Female ) TKG 1 B 7 4 6 1 ,8 0 0 1 ,8 1 2 Ja n ta n (

  Female ) TKG 3 B 4 4 9 2 ,5 6 0 2 ,5 7 1 Be tin a ( Female ) TKG 1 B

  T r eat m ents 1 5 4 2 ,8 5 5 2 ,8 6 1 Ja n ta n ( M al e ) Sp e r m a ( Sperm ) + B 2 5 4 3 ,1 5 0 3 ,1 5 8 Ja n ta n ( M al e ) Sp e r m a ( Sperm ) + + B** 3 4 7 2 ,3 7 5 2 ,3 8 1 Be tin a (

  Sex TKG Per l ak uan

  Final weig ht (g) Kel am i n

  Initial w eig ht (g) Bobot ak hi r

  T otal leng th (cm ) Bobot aw al

  B: art ifi cial spawning t reat ment ; B**: broodst ock was inj ect ed (mal e and femal e), sperm + : lit t le sperm product ion, and sperm + + : many sperm product i on No. Panj ang t ot al

  Lengt h, weight (init ial and final), sex, gonad mat urat ion st age (TKG) of Clown Knifefish induct ion Ke terangan: B: p erlakuan p em ijahan buatan , B**: ind u k yang d isunt ik (jan tan d an be tina), sp e rma + : p ro d uksi sp erma d ikit, d an sp e rma + + : p ro d uksi sp erma banyak Remar ks :

  Table 2.

  X 4 6 .8 2 2,20 9 .5 6 2 ,2 1 7 .1 1 SD 5 .9 3 6 6 0.96 6 21 .32

  Performa pemij ahan ikan belida (Notopterus chilata) melalui induksi ..... (Lies Set ij aningsih)

  ) TKG2 A 7 40 .0 1 ,41 0 1 ,4 2 0 Jantan ( M ale ) Sp er ma ( Sprem ) + A** 8 42 .9 1 ,83 0 1 ,8 3 7 Betin a ( Female ) TKG 1 A 9 41 .2 1 ,50 0 1 ,5 1 0 Betin a ( Female ) TKG 2 A*

  6 40 .6 1 ,50 0 1 ,5 1 1 Betin a ( Female

  Female ) TKG 1 A 5 53 .3 2 ,82 5 2 ,8 3 4 Betin a ( Female ) TKG2 A

  1 56 .2 3 ,16 6 3 ,1 7 0 Jantan ( M ale ) Sp er ma ( Sperm ) 0 A 2 50 .1 2 ,71 5 2 ,7 1 9 Jantan ( M ale ) Sp er ma ( Sprem ) + A 3 49 .7 2 ,57 0 2 ,5 7 8 Betin a ( Female ) TKG 2 A 4 47 .4 2 ,37 0 2 ,3 7 6 Betin a (

  TKG Perl akuan Treatments

  (g) Kel am i n Sex

  (g) Bobot akhi r Final weight

  (cm ) Bobot awal Initial weight

  Panj ang t ot al Total length

  A: nat ur al spawni ng t reat ment , A*: br oodst ock all egedly spawning (r ed papil la), A**: male br oodst ock w as used for spawning in t reat ment B, sper m 0: no sperm produced, and sperm

  Remar ks:

  Table 1. Length, weight (init ial and final), sex, gonad mat uration stage (TKG) of Clown Knifefish

broodst ock cult ured in t he pond wit h nat ural spawning syst em

Ke terangan: A: Perlakuan p emijahan alam i, A*:Ind u k yan g d id uga memijah (p ap ila berwarna merah), A**: ind u k jantan yang d ip erg unakan untu k p emijahan b uatan p ad a p erlakuan B, sp e rma 0: tid ak ad a sp erma, d an sp e rma + : ad a sp erma

  Tabel 1. Panjang, bo bo t (awal dan akhir), jenis kelamin, dan t ingkat kemat angan go nad (TKG) induk ikan belida di ko lam dengan sist em pemijahan alami

  • + : sper m produced No.
Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6 534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 115-122

  Pengamat an t erhadap ko ndisi t elur yang diinkubasi dilakukan selama 3-5 hari set elah pro ses pembuahan. Telur yang t elah dibuahi ber warna kuning mengkilap, sedangkan t elur yang t idak dibuahi ber warna put ih keruh. Hasil perhit ungan derajat pembuahan dipero leh pada setiap bulan pemeliharaan masing-masing adalah 90%, 80%, dan 90% (Gambar 4). Pada saat pengamat an t elu r, t e rd ap at juga t e lu r-t e lur yan g p o sisi int inya s u d a h d it e p i a t a u b a h k a n k o s o n g . Ha l in i dim ungkinkan pada b eberapa induk mem iliki t e lur dengan t ingkat kemat angan yang t idak seragam dan sedikit nya sperma yang dihasilkan o leh induk jant an. Se la in it u , fa k t o r p e n ye b a b r e n d a h n ya t in g k a t pembuahan karena waktu pengamatan dilakukan di luar musim pemijahan ikan belida yait u musim penghujan (Krist ant o

  10.00

  Wakt u pe me liharaan (bulan)

  N a tu ra l sp a w n in g f re q u en cy (% )

  re k u e n si p e m ij a h a n a la m i

  60.00 F

  50.00

  40.00

  30.00

  20.00

  0.00

  et al ., 2008).

   (A) (B)

  Nat ural spawning frequency of Clown Knifefish.

  Gambar 2. Frekuensi pemijahan alami ikan belida. Figure 2.

  Clown Knifefish eggs of t he first day post bot t om subst rat e collect ion from t he rearing pond; A) unfert ilized eggs and B) fert ilized eggs.

  Figure 1.

  . (2006) yait u 82,00%; Gambar 1. Telur ikan belida hari pert ama pengambilan subst rat dari ko lam pemeliharaan; A) t elur yang t idak t erbuahi dan B) t elur yang t erbuahi.

  et al

  Pengamatan pada telur yang menet as ini dilakukan mulai dari hari ket iga set elah pembuahan dilakukan sampai t idak t erdapat lagi t elur yang menet as sampai h ari ke lim a. Te lu r yan g m e n e t as d it an d ai d e n gan gerakannya yang memut ar, sedangkan telur yang t idak menetas ber warna put ih keruh, t idak ada gerakan dan t et ap ada di subst rat yang pada akhirnya membusuk. Pada p enelit ian ini, persent ase derajat pem buah an yang dihasilkan t erbilang t inggi (86,7%) dibandingkan dengan penelit ian Ho ssain

  Rearing periods (mont h)

  Performa pemij ahan ikan belida (Notopterus chilata) melalui induksi ..... (Lies Set ij aningsih)

  80.00

  3 F

  e k u n d it a s (b u ti r)

  F ec u n d it y (e g g s)

  Wakt u p em eliharaan (bulan)

  Rearing periods (mont h)

  75.00

  85.00

  1

  90.00

  95.00 100.00

  1

  2

  3 D

  e ra ja t p e m b u a h a n fe rt il iz a ti o n r a te (% )

  Lama pe me liharaan (bulan) /

  2

  1000

  hal ini karena induk betina ikan belida pada saat pro ses pemijahan alami t erjadi sudah pada fase TKG-4. Daya p e m b u a h an t e lu r d a p a t d ip e n ga ru h i o le h fa kt o r int rinsik dari embrio it u sendiri (Kurcharczky

  Fecundit y value of Clown Knifefish.

  et al

  ., 2014).

  Pemijahan Buat an dengan Induksi Horm on

  Karakt erist ik bio lo gi repro duksi ikan belida hasil pemijahan dengan induksi hormon disajikan pada Tabel

  3. Set elah t u juh jam 30 menit , induk belida bet ina Gambar 3. Nilai fekundit as ikan belida.

  Figure 3.

  memijah. Jumlah t elur yang dipero leh dari sat u induk bet ina sebanyak 386 but ir/eko r, dengan bo bo t 20 g. Inkubasi t elur belida dilakukan pada bak fiber dengan diamet er bak 100 cm dan diisi air sebanyak 30 lit er. Telur menet as diinkubasikan selama t iga hari. Lama p e n e t a s a n ya n g d ih a s ilk a n r e la t if le b ih c e p a t dibandingkan dengan penelit ian Srivastava

  100 200 300 400 500 600 700 800 900

  et al

  . (2012) yang menyat akan penet asan t erjadi pada hari kelima a t a u ke e n a m s e t e la h p e m b u a h a n . Ke b e r h a s ila n pemijahan buat an dalam menghasilkan lar va, karena

  Gambar 4. Nilai derajat pembuahan ikan belida hasil pemijahan alami.

  

Figure 4. Value of fert ilizat ion rat e of nat ural spawning of Clown Knifefish.

  Ke

teran gan: Warna bar p ad a gambar merup akan ind ivid u ikan belid a yan g memijah

  Remar ks :

  Color bar in t he fi gur e is an indivi dual spawn of clown kni fefi sh

  Rearing periods (mont h) Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakult ur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6 534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 115-122

  induk ikan belida t elah mencapai mat ang go nad yang se suai dan d apat m ene rima rangsangan ho rm o nal. Me n u r u t Zo h a r (1 9 8 9 ), HCG a k a n m e r a n g s a n g pematangan oo sit dan mempercepat akt ivitas ho rmo n ya n g t e r lib a t d a la m p e m a t a n g a n t e lu r s e p e r t i t e st o st e ro n , p ro ge st e ro n , d an 1 7  -p ro ge st e ro n . Penggunaan

  V.A., & Pu t r i, F. P. (2 0 1 7 ). In d u k s i h o r m o n a l mat urasi go nad ikan gabus ( Channa st riat a ). Jurnal

  Length of larvae (cm) 1 .7 -1 .9 Bo b o t larva /

  Obser vation r esult Waktu laten p emijah an (jam) / Latent period of spawning (hours) 13 -1 5 Fekun d itas (b u tir p er eko r ) / Fecundit y (eggs per individual) 2 25 -9 32 Diam eter telu r / e gg diamet er (mm) 3 .2 -3 .8 Der ajat p emb u ah an / Fertilization rat e (%) 21 -4 0 Der ajat p en etasan / Hat hcing rat e (%) 56 -7 5 Pan jan g larva /

  Parameters Hasil pengam at an

  Reproduct ive biology charact er of clown knifefish spawning result wit h HCG hormonal induct ion and LHRHa Param et er

  Tabel 3. Karakt er bio lo gi repro duksi ikan belida hasil pemijahan dengan induksi ho rmo n HCG dan LHRHa Table 3.

  Not opt erus chit ala ). Ecoprint , 13, 41-47.

  Breeding bio lo gy, capt ive breeding and fr y nurs- in g o f hum ped feat herb ack (

  Ho ssain, Q.Z., Ho ssain, M.A., & Par ween, S. (2006).

  Jurnal Ilmu Pert anian Indonesia , 21(1), 56-62.

  Pallas, 1769) di ko lo ng-bendungan Simpur, Pulau Bangka.

  Notopt erus notopterus

  A. (2 005 ). Aku aku lt u r t ump uhan h arapan masa depan bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Jakart a, 425 hlm. Gust o mi, A., Sulist io no , & Yo nvit ner. (2016). Bio lo gi reproduksi ikan belida (

  Ch o lik, F., Jagadraya, A.G., Po erno mo , R.P., & Jauji,

  Riset Akuakult ur , 12(1), 9-20.

  hlm. 314-323. At h-t har, M.H.F., Gust iano , R., Kusmini, I.I., Prako so ,

  Luteinizing hormon releasing hormon

  Adjie, S., Husnah, & Gafar, A.K. (1999). St udi bio lo gi ikan belida

  (LHRH) pada pemijahan secara buat an diperunt ukkan unt uk memacu kelenjar pit uit ari melepaskan ho rmo n go na- do tropin (GTH) setelah kelenjar hipot alamus mendapat t ambahan ho rmo n LHRH yang berasal dari ekso genus. GTH d i d a la m d a r a h m e r a n g s a n g g o n a d u n t u k menghasilkan ho rmo n st e ro id yang memacu unt uk pemat angan t elur dan sperma (Lut z, 2001).

  Pe m ija h a n ik a n b e lid a s e ca r a b u a t a n d a p a t m e n in g k a t k a n k in e r ja r e p r o d u k s i d a n p r o d u k t ivit a s n ya s e h in g g a d a p a t m e n ja m in ket ersediaan benih unt uk budidaya dan mendukung ko nser vasi di alam.

  Aplikasi t ekno lo gi pemijahan ikan belida dengan menggunakan induksi ho rmo n dapat meningkat kan produksi dalam pemenuhan ket ersediaan benih unt uk budidaya dan mendukung ko nser vasi ikan belida di alam.

  UCAPAN TERIM A KASIH

  Uc a p a n t e r im a k a s ih d is a m p a ik a n k e p a d a Kement erian Riset Tekno lo gi dan Pendidikan Tinggi yang sudah mendanai penelitian ini melalui DIPA Tahun 2 0 1 7 . Te r im a ka s ih ju g a k e p a d a Sd r. He p p y Aprilist ian t o dan Su darm aji yan g t e lah me mb ant u t erlaksananya penelit ian ini.

  DAFTAR ACUAN

  Noptoterus chitala

  Laporan Hasil Penelit ian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.

  di daerah aliran sungai Ba t a n g Ha r i Pro vin s i Ja m b i. Jur nal Penel i t i an

  Perikanan Indonesia , 5(1), 38-44.

  Adjie, S. & Ut o mo , A.D. (1994). Aspek bio lo gi ikan belida di sekitar perairan Lubuk Lampam Sumat era Se la t a n .

  Pr osi d i n g sem i n ar d a n p en yu su na n , pengolahan dan evaluasi hasil penelit ian perikanan per air an umum

  . Lo ka Pe n e lit ian Pe rikan an Air Tawar Palembang. Asih, S., Subagja, J., Winarlin, & Widiyat i, A. (2004).

  Penguasaan t eknik pembenihan dan pembesaran ikan bat ak: Pe n in gkat an kualit as t e lur me lalu i perlakuan ho rmo nal pada penyunt ikan awal dalam berbagai dosis dan selang wakt u berbeda.

  Weight of larvae (g ) 0 .0 3 75 -0 .0 3 79 Sintasan / Survival rate (%) 30 -5 0

  Performa pemij ahan ikan belida (Notopterus chilata) melalui induksi ..... (Lies Set ij aningsih)

  Not opt erus not opt erus (Pallas).

  Penggunaan o vaprim dalam keberhasilan o vulasi, derajat penet asan dan kelangsungan hidup lar va ikan nile m

  Ost eochilus hasselt i .

  Prosiding Seminar Nasional Per ikanan

  , Se k o lah Tin g gi Pe rik an an . Jakart a, hlm. 102-106.

  San t o so , L. (20 09 ). Bio lo gi re pro du ksi ikan b elid a (

  Chit ala lopis ) di Sungai Tulang Bawang, Lampung. Berkala Perikanan Terubuk , 37(1), 38-46.

  Set ijaningsih, L. & Sut risno . (2013). Perbaikan t eknik perbenihan ikan belida Not opt erus chit ala melalui rekayasa lingkungan.

  Laporan Teknis Hasil Penelitian .

  Balai Penelit ian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Bo go r, 31 hlm. Srivast ava, S.M., Go palakrish nan , A., Sin gh , P.S., &

  Pandey, A.K. (2012). Embr yo nic and lar val devel- o p m e n t o f t h r e a t e n e d b r o n z e fe a t h e r b a c k ,

  J. Exp. Zoology

  Prosiding Forum Inovasi Teknologi Ak ua ku l t ur

  , 15(2), 425-430. Sunarno, M.T.D. (2002). Selamatkan plasma nutfah ikan belida.

  Wart a Penelit ian Perikanan , 8(4), 2-7.

  Supriyadi. (2005). Efekt ivit as pemberian HCG dan 17á-

  met ilt est ost eron yang dienkapsulasi didalam emulsi t erhadap perkembangan gonad ikan baung

  . Te sis pascasarjana. Inst it ut Pert anian Bo go r, 74 hlm. Wibo wo , A. (201 1).

  Kaj ian bioekologi dalam rangka menent ukan arah pengelolaan ikan belida Notopterus chitala (Bleeker 1851) di Sungai Kampar, Provinsi Riau

  . Dise rt asi. Se ko lah Pascasarjan a. In st it u t Pert anian Bo go r, 170 hlm. Yulisari, I., Sukendi, & Nuraini. (2018). The effect o f o vaprim and HCG inject io n wit h different do ses o n o vulat io n and egg qualit y o f climbing pearch (

  Anabas t est udineus ).

  Jurnal Online M ahasiswa Uni- versit as Riau

  , 5(1), 1-9. Zo har, Y. (1989). Fish repro duct io n it s physio lo gy and art ificial manupulat io n.

  In Shilo , M., & Sarig, S. Fish cult ure in warmwat er syst em: Problem and t rends .

  , Pu s a t Pe n e lit ia n d a n Pe r ika n a n Budidaya. Jakart a, hlm. 885-891. Ra d o n a , D., As ih , S., & Su n a r n o , M.T.S. (2 0 1 1 ).

  Kalimant an Barat .

  Ko t t e la t , M., Ka r t ik a s a ri, S.N., Wh it t e n , A.J., & Wirjo at m o d jo , S. (1 99 3 ). Fre sh wat e r fish e s o f West ern Indonesia and Sulawesi. Edisi dua bahasa.

  . Disert asi. Pro gram Pascasarjana, Inst it ut Pert anian Bo go r. Maidie, A., Sumo harjo ., Asra, S.W., Ramadhan, M., &

  Jakart a: Periplus Edit io ns Limit ed, 221 pp. Krist ant o , A.H. & Subagja, J. (2010). Respo ns induk ikan belida t erhadap ho rmo n pemijahan.

  Prosiding For um Inovasi Teknologi Akuakult ur . Pu sat Rise t

  Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 113-116. Krist an t o , A.H., Nu r ya d i, Yo sm an iar, & Su t r is n o .

  (2008). Perkembangan telur dan sperma induk ikan belida

  Not opt erus chit ala yang dipelihara di ko lam. Jurnal Riset Akuakult ur , 3(1), 73-82.

  Kucharczyk, D., ¯ arski, D., Targo ñska, K., £uczyñski, M.J., Szczerbo wski, A., No wo sad, J., Kujawa, R., & Mamcarz, A. (2014). Inducedart ificial andro gen- esis in co mmo n t ench, Tincat inca (L.), using co m- mo n carp and co mmo n bream eggs.

  It al. J. Anim. Sci ., 13, 196-200.

  Lut z, C.G. (2001). Pract ical genet ic fo r aquacult ure.

  Fishing News Books , 234 pp.

  Madang, K. (1999).

  M orfologi habit at dan keragaman genet ik ker abat ikan belida di perair an Sumat er a Selat an

  Hid a ya n t o , D. N. (2 0 1 5 ). Pe n g e m b a n g a n pembenihan ikan beto k (

  Helost oma t emminckii ) di Balai Budidaya Ikan Sent ral, Pro vinsi

  Anabas t est usdineus

  ) untuk skala rumah t angga.

  M edia Akuakult ur

  , 10(1), 31- 37. Nikolsky, G.V. (1963). The eco lo gy o f fishes. New Yo rk: Academic Press. Nur yadi & Set ijaningsih, L. (2014). Perio de penyinaran pembenihan ikan belida

  Not opt erus chit ala

  unt uk me ningkat kan sint asan. Pr osiding Forum Inovasi

  Teknologi Akuakult ur

  . Pusat Penelitian dan Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 881-885. Pamun gkas, A.J. (2006 ).

  Efekt ivit as hormon 17 alpha met ilt est ot eron dan LHRHa dalam mencapai t ingkat kemat angan gonad siap memij ah pada ikan belida .

  Te sis. Seko lah p asca Sarjan a. In st it ut Pe rt anian Bo go r, 70 hlm. Rad o n a, D., Cah ya n t i, W., & Ku sm in i, I.I. (2 0 1 4 ).

  Tekno lo gi pembenihan ikan t ambakan (

  Bo ca rat o n, Flo rida: CRC Press. Inc., p. 65-119.