ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS – HIGHER ORDER THINKING SKILLS) SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK PADA KONTEN BIOLOGI.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memeperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Gustia Angraini 1201309

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK

PADA KONTEN BIOLOGI

Oleh Gustia Angraini

S. Pd. Unversitas Negeri Padang, 2012

Sebuah Tesis diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi

© Gustia Angraini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014


(3)

BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS – HIGHER ORDER THINKING

SKILL) SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK

PADA KONTEN BIOLOGI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Hj. Siti Sriyati, M. Si. NIP. 196409281989012001

Pembimbing II

Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M. Si. NIP. 196209211991012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………. i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ………. 5

C. Batasan Masalah Penelitian ……….. 6

D. Tujuan Penelitian ……….. 7

E. Manfaat Penelitian ………. 7

F. Organisasi Penulisan ………. 8

BAB II LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS–HIGHER ORDER THINKING SKILL) …………. 10

A. Literasi Sains ………. 10

B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS-Higher Order Thinking Skills) ……….. 29

C. PISA (Programme of International Student Assessment) ……… 37

D. Hubungan antara Literasi Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi ….. 41

E. Penelitian yang Relevan ……… 44


(5)

A. Metode dan Desain Penelitian ………... 46

B. Subjek Penelitian ………... 46

C. Defenisi Operasional ………. 47

D. Instrumen Penelitian ……….. 47

E. Prosedur Penelitian ……… 52

F. Analisis dan Pengolahan Data ………... 55

G. Alur Penelitian ………... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 59

A. HASIL PENELITIAN ………... 59

1. Capaian Penguasaan Literasi Sains Siswa SMAN kelas X … 59 2. Capaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS-Higher Order Thinking Skills) Siswa SMAN Kelas X di Kota Solok ……….. 70

3. Sikap Siswa SMAN kelas X terhadap Sains ……….. 71

B. PEMBAHASAN ………... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 124

A. KESIMPULAN ………. 124

B. SARAN ………. 124

DAFTAR PUSTAKA ………. 126


(6)

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS – HIGHER ORDER THINKING

SKILLS) SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK

PADA KONTEN BIOLOGI

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS – Higher Order Thinking Skills) siswa SMAN kelas X di kota Solok pada konten biologi. Deskriptif kuantitatif merupakan metodologi yang digunakan dan jenis penelitian ini adalah survei. Sampel berjumlah 53 orang yang tersebar di dua sekolah (akreditasi A dan B). Data diperoleh dengan menggunakan soal literasi sains PISA 2006 khusus pada materi biologi, angket siswa dan lembar observasi kelas. Selain menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, penelitian ini juga melihat bagaimana sikap siswa terhadap sains dan aktivitas pembelajaran di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X di kota Solok tergolong “kurang sekali”, yaitu masing-masing hanya mencapai persentase sebesar 29.81% dan 32.08%. Persentase sikap siswa sekolah akreditasi A terhadap sains sebesar 95%. Sedangkan persentase sikap siswa-siswa sekolah akreditasi B terhadap sains sebesar 27.27%. Hasil penelitian ini dapat diharapkan dijadikan masukan dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran Biologi di SMA.


(7)

THE ANALYSIS OF SCIENTIFIC LITERACY SKILLS AND HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) BY SENIOR HIGH SCHOOL

STUDENTS IN SOLOK CITY ON BIOLOGY CONTENT

ABSTRACT

This study aims to analyze the ability of scientific literacy and higher order thinking skills high school students in Solok city on biology content. The methodology used is descriptive quantitative and the type of research is survey. The sample amounted to 53 people spread across the two schools (accreditation A and B). Data obtained using PISA 2006 scientific literacy questions specific to biological content, student questionnaires and classroom observation sheet. In addition to analyzing the ability of scientific literacy and the higher order thinking skills, this study also looked at how students' attitudes toward science and learning activities in the classroom. The results showed that the achievement of scientific literacy and higher level thinking of high school students in the city of Solok classified as "less so", which respectively reached only a percentage of 29.81% and 32.08%. Students' attitudes from accreditation A toward science amounting to 95%. Whereas students' attitudes from accreditation B toward science amounting to 27.27%. The results of this study can be expected to be used as input in order to improve the quality of learning biology in high school.

Keywords: scientific literacy, higher order thinking skills, PISA’s questions, Biology


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang yang dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan yang nyata (Marzano, 1988). Kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis dan kreatif merupakan hakekat tujuan pendidikan dan menjadi kebutuhan bagi peserta didik untuk menghadapi kehidupan nyata.

Tujuan pembelajaran idealnya adalah memandu siswa untuk dapat beradaptasi di dunia nyata, menjadi pemikir kritis dan kreatif, pemecah masalah, dan pengambil keputusan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Casner-Lotto & Barrington (2006) tentang kebutuhan dunia kerja di Amerika Serikat, keterampilan berpikir kritis (critical thinking) berada di posisi pertama. Keterampilan lainnya yang menonjol dan penting menurut survei adalah penguasaan teknologi informasi, kemampuan berpikir kolaboratif, dan inovatif. Arti hasil survei tersebut terhadap dunia pendidikan kita adalah menjadi gambaran peta kebutuhan anak didik di masa depan, yaitu pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa harus mampu menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills. Sejalan dengan hasil survei, maka anak harus ditantang untuk berpikir, menemukan masalah, menemukan alternatif solusi, dan mampu menyelesaikannnya.


(9)

Salah satu keterampilan berpikir adalah berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan analisis, evaluasi, dan mencipta. Menurut Lazear (2004), level kemampuan berpikir tingkat tinggi ini merupakan asesemen paling tinggi dalam mengukur pengetahuan dalam pembelajaran. Dengan kata lain, siswa mengetahui apa yang harus dilakukan dengan pengetahuan yang didapatkannya selama ini, mampu untuk mengaplikasikannya, mampu melihat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dengan pengetahuan awalnya, mampu untuk menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh baik menurut pemahaman pribadi maupun secara bemakna, sehingga hal tersebut menjadi bagian dari kehidupannya, dan mampu menggunakan pengetahuan atau informasi untuk menciptakan pengetahuan atau informasi yang baru. Siswa diharapkan nantinya tidak hanya mampu memahami informasi-informasi atau pelajaran di sekolah, tetapi juga mampu untuk menggunakan pengetahuan yang didapatkannya itu ke dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dari sikap maupun cara berpikir. Mereka mampu mengembangkan infomasi yang mereka dapatkan sehingga mampu membangun sebuah pengetahuan atau pemahaman yang baru. Artinya bahwa jika siswa telah mengetahui apa yang harus dilakukan dengan pengetahuan yang didapatkannya selama ini, maka mereka mampu untuk mengaplikasikannya serta memahami hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dengan dan pengetahuan awalnya, siswa tersebut dapat dikatakan telah literate atau melek terhadap sains. Seseorang dikatakan telah memiliki kemampuan literasi sains apabila dia mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta-fakta yang didapatkan di sekolah dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa kaitan antara kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan literasi sains dapat dilihat dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi itu sendiri.


(10)

Lazear (2004) menyatakan bahwa pada tahapan sintesis dan evalusi (Bloom revisi) yang merupakan jantung dari kemampuan berpikir tingkat tinggi secara umum melibatkan: (a) mengeksplor dampak personal dari informasi yang telah dipelajari: bagaimana hal tersebut menjadi suatu perubahan dalam hidup, (b) menanamkan perubahan dalam pemikiran: bagaimana hal tersebut mengubah pemahaman diri sendiri dan dunia, (c) membuat penilaian pribadi tentang pentingnya hubungan suatu informasi itu satu sama lain, (d) membuat rencana bagaimana menggunakan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, (e) mengintegrasikan informasi tersebut dengan pengetahuan atau informasi yang lain.

Dari hal di atas dapat dilihat bahwa siswa yang telah literate atau melek terhadap sains apabila siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena dalam literasi sains, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan (Yusuf, 2003). Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa yang menentukan untuk meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu.

Literasi sains siswa Indonesia dapat dilihat melalui hasil literasi IPA anak-anak Indonesia, yaitu melalui PISA (Programme for International Student Assessment). PISA mengukur kemampuan siswa pada akhir usia belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society) dewasa ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan siswa untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. PISA juga menilai peserta


(11)

didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif.

Thomson & De Bortoli (2008) menyatakan bahwa PISA bertujuan untuk memonitor hasil sistem pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan siswa usia 15 tahun dalam literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (literacy science). Disamping itu, PISA juga didisain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan efektifitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan literasi membaca matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b) memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara, sehingga dengan mengetahui kemampuan literasi sains siswa di daerah masing-masing, akan dapat dilakukan berbagai upaya yang sesuai untuk meningkatkan efektifitas dan hasil sistem pendidikan yang telah diterapkan dan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei- internasional-pisa).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan teknik wawancara terhadap siswa dan guru Biologi di kota Solok, diketahui bahwa pengetahuan baik mengenai literasi sains maupun tentang PISA dapat dikatakan minim, karena meskipun kota Solok telah sering meraih prestasi baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional seperti Olimpade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), Lomba Keterampilan Siswa (LKS) maupun Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) (Elfian, 2013), dari wawancara yang dilakukan mengungkap bahwa informasi mengenai adanya lomba tingkat internasional seperti PISA yang diadakan oleh OECD tidak diketahui sama sekali. Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk pengenalan mengenai PISA dan bentuk-bentuk soal yang digunakan sehingga dapat diadaptasi oleh guru untuk


(12)

diterapkan dalam evaluasi pembelajaran serta disesuaikan dengan tuntutan perbandingan internasional.

Selain itu, terkait dengan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi, Nuh (2013) menyatakan bahwa dalam Kurikulum 2013, kompetensi siswa harus diperkuat dalam tiga hal, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, Dyers, et al. (Nuh, 2013) menyebutkan bahwa 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, sedangkan 1/3 sisanya berasal dari warisan genetik. Sementara kebalikannya berlaku untuk kemampuan intelejensia, yaitu 1/3 pendidikan, dan 2/3 sisanya dari warisan genetik. Jadi, dalam Kurikulum 2013, siswa akan didorong untuk memiliki kemampuan kreativitas, yang merupakan salah satu aspek berpikir tingkat tinggi. Kreativitas ini dikembangkan melalui observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring). Jadi, dengan mengetahui kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa, akan dapat melaksanakan tuntutan Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kota Solok. Berdasarkan hasil PISA 2012, nilai yang diperoleh siswa Indonesia sangat rendah yaitu peringkat 64 dari 65 negara peserta, perlu dilakukan penelitian di daerah untuk melihat bagaimana kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN kelas X di kota Solok, terkait dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya penelitian tentang mengukur kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya di kota Solok, serta untuk memberikan gambaran bagi berbagai elemen pendidikan seperti orang tua, guru, lingkungan maupun pemerintah, sehingga diharapkan di masa yang akan datang hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tentang kemajuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada sekolah tersebut.


(13)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "bagaimanakah kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills) siswa SMAN kelas X di kota Solok pada konten Biologi." Agar penelitian ini lebih terarah, secara rinci permasalahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah capaian penguasaan literasi sains siswa SMAN kelas X di kota Solok yang diukur dengan soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa SMAN kelas X di kota Solok yang diukur dengan soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi?

3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap sains serta permasalahan yang terkait dengan sains?

C. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuat batasan masalah.

1. Literasi sains yang dimaksud dalam penelitan ini diukur menggunakan soal PISA released items-science 2006, khusus pada konten Biologi. Penilaian didasarkan pada kerangka literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang bertujuan untuk mengevaluasi aspek:

a. Konteks berupa kesehatan, sumber daya alam, mutu lingkungan, bahaya, kemajuan sains dan teknologi.


(14)

menjelaskan fenomena secara ilmiah serta menggunakan bukti-bukti ilmiah. 2. HOTS (Higher Oder Thinking Skills) yang akan diukur adalah kemampuan

berpikir yang berada pada tingkatan kognitif C4-C6, yaitu analisis, evaluasi, dan mencipta. Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang termasuk pada tingkat kognitif C4-C6 (Bloom revisi).

3. Sikap siswa yang dinilai dalam angket difokuskan terhadap: a) pandangan siswa terhadap isu-isu yang berhubungan dengan sains; b) lingkungan; c) karir; d) waktu yang digunakan untuk belajar; e) pembelajaran dan mempelajari sains, serta f) kegiatan di kelas.

4. Lembar penilaian observasi kelas

Pada lembar penilaian observasi kelas, lebih difokuskan kepada bagaimana guru mengajar di kelas. Digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya yang berhubungan dengan cara guru mengajar di kelas.

5. Subjek penelitan adalah siswa SMAN kelas X jurusan IPA di kota Solok pada tahun ajaran 2013/2014.

6. Analisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan terhadap sekolah menengah atas Negeri (SMAN) dengan akreditasi A dan B.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills) siswa SMAN kelas X di kota Solok pada konten Biologi melalui soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi.


(15)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak. 1. Sekolah

Capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang lebih mengarah pada pembelajaran yang menjadikan siswa lebih melek sains dan mampu berpikir tingkat tinggi serta digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal pengenalan mengenai PISA dan bentuk-bentuk soal yang digunakan sehingga dapat diadaptasi oleh guru dalam mengevaluasi siswa.

F. Organisasi Penulisan

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu bagian pendahuluan, tinjauan pustaka, meotodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta bagian kesimpulan. Masing-masing bagian ini memiliki penjelasan yang menyeluruh dan terdapat penekanan tertentu.

Bagian pendahuluan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu latar belakang, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian dan organisasi penelitian. Bagian latar belakang menjelaskan mengenai alasan pentingnya melakukan penelitian ini. Bagian identifikasi masalah penelitian ini menjelaskan mengenai masalah-masalah yang diungkap dalam penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Dalam bagian identifikasi masalah ini juga terdapat rumusan masalah. Bagian batasan masalah penelitian menjelaskan mengenai batasan-batasan terhadap permasalahan yang diteliti sehingga


(16)

tidak keluar dari hal-hal yang diteliti. Bagian tujuan penelitian ini berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian, serta bagian manfaat penelitian yang menjelaskan mengenai manfaat setelah dilakukannya penelitian bagi berbagai pihak.

Bagian tinjauan pustaka terdiri dari landasan-landasan teoritis yang terkait dan digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini kajian teori berisi tentang literasi sains, kemampuan berpikir tingkat tinggi - HOTS (Higher Order Thinking Skills), PISA (Programme for International Student Assessment), dan hubungan antara literasi sains dan berpikir tingkat tinggi dan beberapa penelitian yang relevan.

Pada bagian metodologi penelitian menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, subjek yang diteliti dalam penelitian, defenisi operasional yang berguna agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Selain itu, dalam metodologi penelitian ini juga dijelaskan mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian tata cara atau prosedur penelitian, cara menganalisis dan mengolah data yang telah didapatkan, serta alur penelitian memperlihatkan tahap yang dilakukan dari awal penelitian sampai memperoleh data.

Pada bagian hasil penelitian memaparkan data-data yang telah didapatkan baik dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik serta temuan-temuan yang didapatkan dari proses penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan dalam rumusan masalah pada BAB I. Data-data serta temuan-temuan yang didapatkan selanjutnya dibahas secara menyeluruh untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pembahasan ini dikaitkan dengan temuan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sehingga didapatkan pembahasan yang mendalam. Penelitian ini tidak hanya menyajikan informasi mengenai capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN di kota Solok, tetapi juga mengungkap pengaruh sikap siswa terhadap kedua capain tersebut dan penyebab rendahnya capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN di kota Solok.


(17)

Pada bagian BAB V terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang dijelaskan secara ringkas. Hasil penelitian ini kemudian dijadikan landasan untuk memberikan saran kepada peneliti lain yang ingin meneliti terkait dengan penelitian ini namun dengan fokus yang berbeda.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan khusus terhadap sampel yang digunakan sehingga tidak memerlukan kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Penelitian deskriptif ini bertujuan menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills) siswa SMA kelas X di kota Solok pada konten Biologi melalui soal-soal literasi sains PISA 2006.

Jenis penelitian ini adalah survei serta pengambilan data dilakukan dengan cara tes, angket, dan observasi proses pembelajaran. Menurut Fraenkel, et al. (2012), penelitian survei memiliki beberapa karakteristik antara lain adalah informasi yang dikumpulkan berasal dari sampel yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang beberapa aspek atau karakteristik tertentu dari populasi tempat sampel tersebut berasal.

B. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN kelas X jurusan IPA di kota Solok pada tahun ajaran 2013/2014 yang berada pada akreditasi A dan B. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster random sampling. Metode cluster random sampling digunakan untuk mengambil kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan seluruh siswa anggota kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah subjek penelitian.

Agar data dapat mewakili seluruh karakeristik siswa SMAN kelas X, maka dipilihlah masing-masing satu kelas secara acak dari tiap-tiap sekolah yang mewakili


(19)

akreditasi A dan B. Sampel pada penelitian ini berjumlah 53 orang siswa. Pada Tabel 3.1 di bawah ini dapat dilihat rincian jumlah siswa dari masing-masing sekolah di kota Solok.

Tabel3.1 Sebaran dan Jumlah Sampel Penelitan

No Sekolah Kelas Jumlah Siswa

1 Akreditasi A X6 24 orang

2 Akreditasi B X2 29 orang

Jumlah 53 orang

C. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Capaian literasi sains siswa adalah capaian 53 orang siswa SMAN kelas X di kota Solok yang diukur dengan menggunakan soal literasi sains PISA 2006 yang fokus pada konten Biologi.

2. Capaian kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimaksud adalah capaian 53 orang siswa SMAN kelas X di kota Solok yang diukur dengan menggunakan soal PISA 2006 konten Biologi yang berada pada tingkatan C4-C6 menurut Bloom (revisi).

3. Konten Biologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal-soal materi Biologi.

D. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen yang terdiri dari soal literasi sains PISA 2006 released items konten Biologi baik berupa pilihan ganda maupun essay dan pokok-pokok pertanyaan, angket serta lembar observasi kelas.

1. Soal Literasi Sains


(20)

konten Biologi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Soal ini terdiri dari 30 butir soal yang terdiri dari soal pilihan sederhana (simple multiple-choice) yang memuat empat pilihan jawaban (a, b, c, dan d), pilihan kompleks (complex multiple-choice) yang berisi pilihan respon ya atau tidak, uraian tertutup (closes constructed response) yang mengharuskan siswa menuliskan jawaban berupa kata atau kalimat, dan uraian terbuka (open constructed response) yang mengharuskan siswa untuk membuat penjelasan dengan menggunakan kata-kata sendiri (Rifqiyati, 2013).

Soal literasi yang digunakan menggunakan soal PISA 2006, menggunakan 15 tema (30 butir soal) dari 34 total tema soal yang ada. Soal ini disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa selama SMP dan SMA kelas X dan telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini adalah tabel pemetaan soal PISA 2006 khusus konten Biologi berdasarkan kurikulum 2013.

Tabel 3.2 Pemetaan Soal Literasi Sains PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Kurikulum 2013

No Kode Soal Unit Jumlah

Soal Kelas Semester 1 S216 Keanek aragaman 2 VII 2 2 S210 Perubahan Ik lim 1 VII 2

3 S212 Lalat 2 VII 2

4 S253 Ozon 2 IX 2

5 S409 Air yang Layak untuk

Diminum 2 VII 2

6 S423 Mousepox 3 X/XII 1/1

7 S439 Rok ok Tembak au 2 VIII 1 8 S505 Adonan Roti 2 X/IX 1/2 9 S515 Resik o Kesehatan? 2 VII 2 10 S526 Operasi Besar 2 VIII/XI 2/2

11 S114 Rumah Kaca 2 X 2

12 S477 Mary Montagu 2 X 1

13 S485 Hujan Asam 3 X 2

14 S493 Latihan Fisik 1 IX 1 15 S508

Hasil Panen yang Dimodifik asi Secara Genetik

2 XII 1


(21)

Berikut adalah tabel pemetaan soal PISA 2006 khusus konten Biologi berdasarkan dimensi literasi sains, yaitu dari aspek konteks dan aspek proses. Untuk aspek konteks, khususnya cakupan Sumber Daya Alam, tidak terdapat dalam soal yang diujikan, karena berada pada tema soal yang lain.

Tabel 3.3 Pemetaan Soal Literasi Sains PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Dimensi Literasi Sains

No Kode

Soal Unit

Nomor Soal

Dimensi Literasi Sains Aspek

Konteks

Aspek Kompetensi 1 2 3 4 5 a b c

1 S216 Keanek aragaman 1 √ √

2 √ √

2 S210 Perubahan Ik lim 3 √ √

3 S212 Lalat 4 √ √

5 √ √

4 S253 Ozon 6 √ √

7 √ √

5 S409 Air yang Layak untuk

Diminum

8 √ √

9 √ √

6 S423 Mousepox

10 √ √

11 √ √

12 √ √ √

7 S439 Rok ok Tembak au 13 √ √

14 √ √

8 S505 Adonan Roti 15 √ √

16 √ √

9 S515 Resik o Kesehatan? 17 √ √

18 √ √

10 S526 Operasi Besar 19 √ √

20 √ √

11 S114 Efek Rumah Kaca 21 √ √

22 √ √

12 S477 Mary Montagu 23 √ √

24 √ √

13 S485 Hujan Asam

25 √ √

26 √ √

27 √ √

14 S493 Latihan Fisik 28 √ √


(22)

No Kode

Soal Unit

Nomor Soal

Dimensi Literasi Sains Aspek

Konteks

Aspek Kompetensi 1 2 3 4 5 a b c

Dimodifik asi Secara

Genetik 30 √ √

Jumlah 30 10 - 5 5 10 10 14 7

Keterangan:

1 : Kesehatan a : Mengidentifikasi permasalahan ilmiah 2 : Sumber daya alam b : Menjelaskan fenomena ilmiah 3 : Mutu lingkungan c : Menggunakan bukti-bukti ilmiah 4 : Bahaya

5 : Kemajuan sains dan teknologi

√ : Masuk ke dalam aspek proses ilmiah a dan b

2. Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS – Higher Order Thinking Skills) adalah soal PISA 2006 khusus konten Biologi yang termasuk pada soal-soal yang berada tingkatan kognitif Bloom revisi dari C4-C5 yang terdiri dari 12 butir soal. Pengelompokan soal ini berdasarkan hasil pertimbangan instrumen penelitian dengan dosen ahli dari jurusan Pendidikan Biologi UPI. Berikut merupakan pemetaan soal PISA 2006 khusus konten Biologi berdasarkan tingkatan kognitif Bloom (revisi), yaitu dari tingkatan C4-C6 yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.4 Pemetaan Soal PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Tingkatan Kognitif Bloom (revisi).

No Kode

Soal Unit

Nomor Soal

Bloom Revisi Analisis (C4) Evaluasi (C5) Mencipta (C6) 1 S216 Keanek aragman 1

2 √

2 S210 Perubahan Ik lim 3 √

3 S212 Lalat 4 √

5 √

4 S253 Ozon 6

7 √


(23)

No Kode

Soal Unit

Nomor Soal

Bloom Revisi Analisis (C4) Evaluasi (C5) Mencipta (C6) 9

6 S423 Mousepox

10 √

11 √

12 √

7 S439 Rok ok Tembak au 13 √

14 8 S505 Adonan Roti 15

16 9 S515 Resik o Kesehatan? 17

18 10 S526 Operasi Besar 19

20 √

11 S114 Rumah Kaca 21 √

22 12 S477 Mary Montagu 23

24 13 S485 Hujan Asam

25 26 27 14 S493 Latihan Fisik 28 15 S508

Hasil Panen Yang Dimodifik asi Secara

Genetik

29 30

Jumlah 30 9 3 -

3. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang dikeluarkan PISA 2006 yang berjumlah 36 poin pernyataan. Selain menggunakan angket yang dikeluarkan pada PISA 2006, penelitian ini juga menggunakan angket untuk melihat kembali apakah pembelajaran di kelas antara siswa dengan guru telah terjadi kesinambungan yang dapat mendukung peningkatan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Jadi, pada angket yang digunakan ini ditambahkan 24 poin pernyataan pada kategori ke 7 berupa kegiatan siswa di kelas dan angket ini diisi oleh siswa. Angket yang digunakan selain berisi:


(24)

a. Data pribadi siswa b. Siswa dengan keluarga

c. Pandangan siswa terhadap isu-isu yang berhubungan dengan sains d. Lingkungan

e. Karir dan sains

f. Waktu yang digunakan untuk belajar g. Kegiatan di kelas

Angket ini merupakan angket tertutup dan terbuka, yang dalam angket tersebut siswa mengisi angket berdasarkan pilihan yang telah diberikan dan siswa mengisi angket sesuai dengan jawaban masing-masing. Pernyataan pada angket akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan seperti dari pekerjaan orang tua ataupun dihilangkan seperti bahasa yang digunakan. Data hasil angket ini digunakan untuk melengkapi data penelitian. Semua poin-poin dalam angket ini diharapkan akan menggali informasi dari sudut pandang siswa tentang sains dan terhadap proses belajar mengajar.

Berikut merupakan pemetaan penyebaran pernyataan pada angket PISA 2006 untuk kategori satu sampai enam ditambah pengamatan siswa mengenai aktivitas di dalam kelas yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket

No Kategori Jumlah

pertanyaan

Jumlah pernyataan

1 Pribadi siswa* 3 3

2 Keluarga siswa* 12 34

3 Pandangan siswa terhadap sains* 6 45

4 Lingkungan* 5 32

5 Karir dan sains* 4 12

6 Waktu untuk belajar* 1 12

7 Kegiatan di kelas 1 24

Total 32 162

Keterangan:


(25)

4. Lembar Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan untuk melihat proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa telah mendukung untuk mengembangkan kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa atau tidak? Obervasi dilakukan oleh peneliti sendiri beserta salah satu orang guru Biologi dari sekolah.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan dan tahap kesimpulan.

1. Tahap persiapan

a. Menentukan dan merumuskan masalah.

b. Studi literatur dan kepustakaan mengenai masalah yang diteliti.

c. Membuat proposal penelitian dengan bimbingan dosen pembimbing. Proposal penelitian yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing akademik yang bertanggung jawab sampai dengan proposal penelitian selesai. Kemudian proposal penelitian akan diseminarkan untuk mendapatkan perizinan dan bimbingan dari Dewan Bimbingan Tesis (DBT). d. Melaksanakan seminar proposal.

e. Perbaikan proposal penelitian dengan bimbingan dosen.

f. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan, yaitu soal literasi sains PISA 2006 khususnya konten Biologi serta angket.

g. Melakukan pertimbangan instrumen pada dosen ahli jurusan pendidikan Biologi.

h. Melakukan uji coba soal literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal ini diujicobakan pada siswa SMA kelas X di kota Bandung yang diambil secara acak. Pengujicobaan soal dilakukan disalah satu pusat bimbingan belajar


(26)

di kota Bandung.

i. Menghitung validitas dan realibilitas soal literasi sains kemampuan berpikir tingkat tinggi dan analisis fungsi distraktor soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi dan pengujian keterbacaan soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang akan digunakan.

j. Memperbanyak soal untuk mengukur literasi sains, berpikir tingkat tinggi, angket untuk melihat sikap siswa terhadap sains dan pembelajaran di kelas serta lembar observasi kelas.

k. Mempersiapkan beberapa perizinan yang perlu dilakukan di Sekolah Pascasarjana, Dinas Pendidikan Kota Solok untuk menentukan subjek yang akan diteliti dan mengatur pelaksanaan penelitian.

l. Melakukan survei pada sekolah-sekolah yang akan dijadikan sampel penelitian dengan membawa surat rujukan dari Dinas Pendidikan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Membagikan soal yang di dalamnya terdapat soal penguasaan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada siswa kelas X pada dua SMAN di kota Solok. Soal dikerjakan dalam waktu 2 jam pelajaran (2x45 menit) secara perorangan pada jam pelajaran Biologi.

b. Membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui bagaimana sikap siswa SMA kelas X di kota Solok terhadap sains. Angket diisi oleh siswa di sekolah setelah jam sekolah berakhir, mengingat keterbatasan waktu pelajaran yang tersedia.

c. Melakukan observasi proses pembelajaran yang dilaksanakan pada dua SMAN di kota Solok (akreditasi A dan B). Observasi proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan minimal satu kali pertemuan dan. Observasi ini diharapkan nantinya akan menjadi tolak ukur hasil capaian literasi sains serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN kelas X di kota Solok. Kegiatan observasi


(27)

juga diiringi dengan pengisian lembar obervasi oleh observer. 3. Tahap pengolahan data

a. Melakukan analisis terhadap literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Skor ditabulasikan ke dalam Microsoft Excel 2007,

b. Penilaian jawaban siswa dicocokkan berdasarkan penskoran PISA 2006. Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan rumus NP = R/SM x 100%. Skor yang didapat siswa akan diolah menggunakan rumus di atas, sehingga hasil capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dikategorikan ke dalam kelompok tertentu.

c. Skor yang telah diurutkan kemudian diolah dan didapatkan data berupa tabulasi banyak kelas dan interval. Penentuan banyak kelas diperoleh dengan menggunakan rumus. Daftar distribusi frekuensi dibuat sehingga didapatkan skor untuk membuat grafik sebaran nilai (Sudjana, 2005).

n = banyak sampel

R = rentang Panjang kelas (p) ditentukan dengan rumus:

P =

d. Angket yang diberikan kepada siswa nantinya dianalisis secara deskriptif. e. Hasil observasi proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru

dianalisis secara deskriptif.

f. Melakukan interpretasi terhadap hasil yang telah dianalisis. Data yang telah didapat kemudian dikategorikan ke dalam kelompok tertentu.

g. Membahas hasil penelitian 4. Tahap pengambilan kesimpulan

Banyak kelas = 1 + (3,3) log n


(28)

a. Menarik kesimpulan. b. Menyusun laporan. c. Bimbingan dan perbaikan

F. Analisis dan Pengolahan Data

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, diperoleh data kuantitatif. Analisis dan pengolahan berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa skor penguasaan literasi sains, kemampuan berpikir tingkat tinggi, serta sikap siswa. Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam menarik kesimpulan.Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu nama sekolah dan nama siswa diganti. Untuk siswa yang belajar di sekolah berakreditasi A akan diberi kode “A” dan siswa yang belajar di sekolah berakreditasi B akan diberi kode “B” Nama siswa diganti menjadi urutan angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Contoh, siswa yang bersekolah di sekolah berakreditasi A pada urutan 17 akan diganti dengan kode A17.

1. Penguasaan Literasi Sains.

a. Untuk menghitung penguasaan literasi sains siswa dapat dilakukan sesuai dengan framework penskoran PISA dan diperiksa secara manual. Untuk penilaian soal atau pemberian skor dilaksanakan sesuai dengan Framework PISA 2006 dan Take The Test: Sample Questions from OECD's PISA Assessment.

b. Setiap soal memiliki jawaban benar dan salah. Namun, beberapa pertanyaan memungkinkan jawaban yang benar namun tidak lengkap. Pemberian skor penuh adalah 2, skor salah adalah 0, dan pertanyaan yang memungkinkan jawaban benar diberikan skor 1. Skor maskimal jika siswa berhasil menjawab dengan benar adalah 60. Jumlah skor yang didapatkan nantinya akan


(29)

dipresentasekan dengan menggunakan rumus Purwanto (2009):

Keterangan:

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : Bilangan tetap

c. Setelah itu, dilakukan penafsiran persentase literasi sains siswa SMA kelas X berdasarkan perhitungan di atas. Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2009) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori Persentase Penguasaan Literasi Sains Siswa SMAN kelas X

Persentase Predikat

86 – 100 % Sangat baik 76 – 85% Baik 60 – 75% Cukup 55 – 59% Kurang

≤54% Kurang Sekali

Sumber: Purwanto (2009)

d. Tabulasi jawaban dilakukan berdasarkan aspek kompetensi ilmiah dan akreditasi sekolah.

e. Menganalisis dan menginterpretasikan data dengan menggunakan tabel, grafik maupun diagram.

2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Untuk mengukur kemampuan berpirkir tingkat tinggi siswa, dihitung berdasarkan penskoran kemampuan literasi sains siswa, karena pada soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang digunakan tersebut ada soal-soal yang berada tingkatan kognitif Bloom revisi dari C4-C5 yang terdiri dari 12 butir soal. Jika siswa berhasil menjawab dengan benar pada butir-butir soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka siswa siswa dianggap telah memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tabulasi jawaban


(30)

Gustia Angraini, 2014

analisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (hots higher order thinking skills)

siswa dilakukan berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4-C5). 3. Analisis Angket

a. Angket PISA 2006

Dilakukan penskoran jawaban siswa sesuai dengan aturan penskoran PISA. Jawaban yang menunjukkan ketertarikan yaitu: “sangat tertarik”, “tertarik”, “sangat setuju”, dan “setuju” diberikan skor satu. Sedangkan siswa yang memilih respon “kurang tertarik”, “tidak tertarik”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” diberi nol (OECD, 2007). Kemudian melakukan tabulasi skor kuisioner seluruh siswa dengan kode yang telah ditentukan. Setelah melakukan penskoran, skor siswa dari masing-masing sekolah dikelompokkan berdasarkan acuan skor sikap siswa oleh Purwanto (2009), dipersentasekan. Skor siswa yang masuk kategori “tinggi” akan dipersentasekan.

b. Angket Kegiatan di Kelas

Angket ini dianalisis dengan analisis deskriptif dan interpretasi data berdasarkan persentase dari setiap jawaban siswa. Pada kuisioner ini jawaban yang telah didapatkan akan dikelompokkan dan dihitung persentase jawabannya sesuai pengelompokkan. Pernyataan sikap siswa dideskripsikan dengan teknik analisis data dengan rumus:

SkorSkormaksimumrata rata

G. Alur Penelitian

Uji Keterbacaan Validasi Angket dan

Penyusunan Angket dan Lembar Observasi Kelas

Perizinan Penentuan

Sampel Penelitian

Studi Pendahuluan

Proposal Penelitian

Menerjemahkan soal Literasi Sains PISA 2006 Konten Biologi


(31)

Soal Literasi Sains PISA 2006 Konten

Biologi

Soal Berpikir Tingkat Tinggi Soal Literasi

Sains

Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Hasil Penelitian Pelaksanaan

Penelitian

Sikap Siswa terhadap

Sains Kemampuan

Literasi Sains

Angket Sikap siswa terhadap

Sains

Lembar Observasi

Kelas


(32)

Gustia Angraini, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa kelas X di kota Solok berada pada kategori “kurang sekali” dengan rata -rata sebesar 29.81%. Rata--rata capaian literasi sains yang diraih dari sekolah akreditasi A adalah sebesar 37.29% dan capaian literasi sains diperoleh dari sekolah akreditasi B yaitu sebesar 23.62%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X di kota Solok tergolong pada kategori “kurang sekali”. Rata-rata capaian kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kota Solok hanya mencapai 32.08%. Sekolah akreditasi A memperoleh nilai persentase sebesar 39.41% dan sekolah akreditasi B memperoleh nilai persentase sebesar 26.01%.

Sikap siswa terhadap sains dari sekolah akreditasi A menunjukkan persentase yang tinggi, yaitu sebesar 95%. Sekolah akreditasi B menunjukkan persentase yang sangat rendah, yaitu sebesar 27.27%.

B. Saran

Hasil penelitian ini akan menjadi data yang berharga baik bagi peneliti sendiri, sekolah, departemen pendidikan dan lain-lain. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menindaklanjuti hasil penelitian:

1. Kendala utama dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami dan menerjemahkan maksud soal dengan baik. Jadi, saran untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan soal PISA hendaknya diterjemahkan dan disederhanakan dengan baik. Jadi siswa dapat dengan mudah memahami maksud soal.


(33)

2. Selain siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menerjemahkan maksud soal kendala yang dihadapi dalam penelitian adalah jumlah sampel tiap sekolah yang tidak berimbang atau sebanding. Jadi, untuk peneliti yang ingin melakukan peneltian yang terkait harus memperhatikan jumlah sampel yang seimbang.

3. Perlunya memperbanyak populasi atau memperluas area penelitian, sehingga dapat mencakup wilayah atau daerah yang lebih luas.

4. Berbagai aspek pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi dengan baik, karena dilihat dari penelitian bahwa kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi di kota Solok masih sangat rendah.

5. Perlunya bagi guru menciptakan suasana belajar mengajar yang tidak hanya dapat membangun, tetapi juga meningkatkan kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Akpinar, E. et al. (2009). Student’s Attitude toward Science and Technology: An Investigation of Gender, Grade Level and Academic Achievement. Procedia Social and Behavioral Science. 1(2009), 2804-2808. Tersedia di: http://blogimages.bloggen.be/zep/attach/38165.pdf. Diakses pada 7 September 2014.

Anonim A. (20l3). Hasil Studi Programme for International Student Assessment

(PISA) 2012 Indonesia. [Online]. Tersedia di :

http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PlSA-20 1 2-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf. Diakses 19 Januari 2014.

Anonim B. (2013). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia di: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-intemasional-pisa. Diakses 14 Januari 2014.

Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 10(7), hlm. 11-21. Tersedia di: belajar www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal 11-21/minat dan motivasi belajar.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2014.

Azzahra, S.F. (2014). Pengingkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Termokimia Melalui Pembelajaran Group dan Individual Problem Solving. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Brookhart, S.M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill in Your Classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.

Casner-Lotto, J., & Barrington, L. (2006). Are They Really Ready To Work? Employers' Perspectives on the Basic Knowledge and Applied Skills of New

Entrants to the 2lth Century U.S. Worksforce. Tersedia di :

http://www.p21.org/storage/documents/key_findings_joint.pdf. Diakses 30 Januari 2014.

Dani, D. (2009). Scientific Literacy and Purposes for Teaching Science: A Case Study of Lebanese Private School Teachers. IJESE, 4(3), hlm. 289-299. Tersedia di: http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Dani.pdf.


(35)

De Boer, G.E. (1991). A History of ldeas in Science Education. New York: Teacher College Press.

Devi, P.K. (2011). Pengembangan Soal "Higher Order Thinking Skill" Dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTs (makalah). Tersedia di

http://p4tkipa.net/data-jurnal/HOTs.Poppy.pdf. Diakses pada 13 Januari 2014.

Dewi, S.P. (2014). Analisis Pengambilan Keputusan Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Soal-Soal Biologi TIMSS 2011 di Kota Palembang. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Elfian, Z. (2013). Wawako Lepas Siswa Ikuti Lomba Tingkat Nasional. Antara Sumbar, 21 September 2013. Tersedia di http://www.antarasumbar.com/berita/pendidikan/j/16/312159/wawako-lepas-siswa-ikuti- lomba-tingkat- nasional.html. Diakses pada 2 Desmber 2014. Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA

Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik Depdiknas.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw-Hill.

Hadinugraha, S. (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi) FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Holbrook, J. (1998). A Resource Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO. Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). "The Meaning of Scientific Literacy".

International Journal of Environmental & Science Educational. IJESE, 4(3), hlm. 275-288. Tersedia di http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Holbrook.pdf. Diakses 7 Januari 2014.

Hamdu, G. & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), hlm. 81-86. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu1.pdf. Diakses pada 5 Oktober 2014.


(36)

Institute of Education Sciences. (2007). Highlights From PISA 2006: Performance of U.S. 15-Year-Old Students in Science and Mathematics Literacy in an

International Context. Tersedia di: http://nces.ed.gov/pubs2008/2008016.pdf.

Diakses 25 Februari 2014.

Khairunnisa, I.A. (2013). Kemamuan Interpretasi Gambar dan Grafik Siswa dalam Tes Literasi Sains PISA dan Tes Kemampuan Dasar. (Skripsi). FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

King, F.J., Goodson, L., & Rohani, F. (2012). Higher Order Thinking Skill:

Definition, Teaching Strategies, Assessment. Tersedia di:

http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf. Diakses 2 September 2014.

Lazear, D. (2004). Higher-Order Thinking the Multiple Intelligences Way. Chicago: Zephyr Press.

Lima, A. et al .(2010). Field Trip Activity In an Ancient Gold Mine: Scientific Literacy In Informal Education. SAGE Publication, 19 (3), hlm. 322-334. Tersedia di: http://pus.sagepub.com/content/19/3/322.full.pdf+html. Diakses 25 Juni 2014.

Liu, X. (2009). Beyond Scientific Literacy: Science and the Public. IJESE, 4 (3), hlm. 301-311. Tersedia di: http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Liu.pdf. Diakses pada 25 Juni 2014.

Marzano, R. J., et al. (1988). Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Matlin, M.W. (2009). Cognitive Psychology. Edisi Ketujuh. New Jersey: Jhon Wiley & Son, Inc.

Ministry for Education. (2006). PISA 2006 – First Results. Tersedia di: http://www.minedu.fi/export/sites/default/pisa/2006/PISA2006en.pdf.

Diakses 26 Februari 2014.

National Research Council. (1996). The National Science Education Standards. [Online]. Tersedia di: http://www.nap.edu/catalog/4962.html. Diakses 1 Desember 2014


(37)

Nuh, M. (2013). Kurikulum 2013 Disesuaikan dengan Tuntutan Perbandingan

Internasional. [Online]. Tersedia di:

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1334. Diakses 19 Agustus 2014. OECD. (2006). Assessing Scientific, Reading Mathematical Literacy: A Framework

for PISA 2006. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org/bookshop. Diakses

15 Januari 2014.

OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. [Online]. Tersedia di: http://www.oei.es/evaluacioneducativa/InformePISA2006-FINALingles.pdf. Diakses 16 Januari 2014.

OECD. (2009). Take the Test. Sampel Questions from OECD’s PISA Assessments.

[Online]. Tersedia

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Take%20the%20test%20e%20book.p df. Diakses 16 Januari 2014.

Prokop, P., Tuncer, G., & Chudá, J. (2007). Slovakian Student’s Attitudes toward Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4), hlm. 287-295. Tersedia di: http://www.zoo.sav.sk/prokop/articles/Prokop_etal.Attitudes%20EJMSTE.pdf Diakses pada 7 September 2014.

Purwanto, M.N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: T. Remaja Rosdakarnya.

Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. (2011). Analisis Trend Literasi Sains Siswa Indonsian dalam Studi PISA 2000-2009. (Makalah). Disampaikan pada Kegiatan Seminar PISA Analisis Trend Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009,

Rifqiyati. (2013). Analisis Literasi Sains dan Kemampuan Mini Riset Mahasiswa Biologi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Rofiah, E., Aminah, N.S., & Ekawati, E.Y. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP. Jurnal

Pendidikan Fisika, 1(2), hlm. 17-22. Tersedia di:

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2797/1913. Diakses pada 1 Oktober 2014.


(38)

Mahasiswa Non-IPA. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah pada Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia. Jakarta: Puspendik Depdiknas.

Sariati, D. (2013). Analisis keterampilan Proses pada Penggunaan Hierarki Inkuiri dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan. Shwartz, Y., Ben-Zvi, R. & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy

Taxonomy For Assessing The Development of Chemical Literacy Among High-School Students. Chemistry Education Research and Practice, 7(4), hlm. 203-225. Tersedia di: http://www.rsc.org/images/Shwartz%20paper_tcm18-66590.pdf. Diakses pada 2 September 2014.

Sophia, G. (2013). Profil Capaian Literasi Sains Siswa SMA Di Garut Berdasarkan Kerangka PISA Pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi). FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Sriwahyuni, I A.K., Dantes, N. & Marhaeni, AA.I.N. (2013). Pengaruh Implementasi Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat Belajar Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol 4, hlm. 1-13. Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ap/article/view/1014/762. Diakses pada 10 Oktober 2014.

Sudiatmika, A A.I.R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP dala Konteks Budaya Bali. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugianto, H. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbantual Multimedia untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa pada Materi Fluida di SMA Kelas XI IPA. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.


(39)

Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Pembelajaran. Tersedia di:

http://www.erlangga.co.id/index.phpp?option=comcontent&task=view&id=36 4&Itemid=336. Diakses 1 Februari 2014.

Thomson, S. & De Bortoli, L. (2008). Exploring Scientific Literacy: How Australia Measures Up The PISA 2006. Survey of Student's Scientific, Reading and Mathematical Literacy Skills. Camberwell, Vic.: ACER Press.

Wilson, L.O. (2013). Understanding the New Version of Bloom’s Taxonomy A Succinct Discussion of The Revisions of Bloom’s Classic Cognitive Taxonomy by Anderson and Krathwohl and How To Use Them Effectively. Tersedia di: http://thesecondprinciple.com/wp-content/uploads/2014/01/Understanding-revisions-to-blooms-taxonomy1.pdf. Diakses 20 Agustus 2014.

Yusuf, S. (2003). Literasi Siswa Indonesia Loporan PISA 2003. [Online]. Tersedia di: http://www.p4tkipa.org . Diakses 3 Januari 2014.

Zuriyani, E. (2012). Literasi Sains dan Pendidikan [Online]. Tersedia di: http://sumsel.kemenag.go.id/file/fileiTUllSAN/wagi/343099486.pdf. Diakses 3 Januari 2014.


(1)

Gustia Angraini, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Akpinar, E. et al. (2009). Student’s Attitude toward Science and Technology: An Investigation of Gender, Grade Level and Academic Achievement. Procedia

Social and Behavioral Science. 1(2009), 2804-2808. Tersedia di:

http://blogimages.bloggen.be/zep/attach/38165.pdf. Diakses pada 7 September 2014.

Anonim A. (20l3). Hasil Studi Programme for International Student Assessment

(PISA) 2012 Indonesia. [Online]. Tersedia di :

http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PlSA-20 1 2-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf. Diakses 19 Januari 2014.

Anonim B. (2013). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia di: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-intemasional-pisa. Diakses 14 Januari 2014.

Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 10(7), hlm. 11-21. Tersedia di: belajar www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal 11-21/minat dan motivasi belajar.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2014.

Azzahra, S.F. (2014). Pengingkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah

Siswa pada Materi Termokimia Melalui Pembelajaran Group dan Individual

Problem Solving. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Brookhart, S.M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill in Your

Classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.

Casner-Lotto, J., & Barrington, L. (2006). Are They Really Ready To Work?

Employers' Perspectives on the Basic Knowledge and Applied Skills of New Entrants to the 2lth Century U.S. Worksforce. Tersedia di : http://www.p21.org/storage/documents/key_findings_joint.pdf. Diakses 30 Januari 2014.

Dani, D. (2009). Scientific Literacy and Purposes for Teaching Science: A Case Study of Lebanese Private School Teachers. IJESE, 4(3), hlm. 289-299. Tersedia di: http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Dani.pdf. Diakses pada 25 Juni 2014.


(2)

De Boer, G.E. (1991). A History of ldeas in Science Education. New York: Teacher College Press.

Devi, P.K. (2011). Pengembangan Soal "Higher Order Thinking Skill" Dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTs (makalah). Tersedia di http://p4tkipa.net/data-jurnal/HOTs.Poppy.pdf. Diakses pada 13 Januari 2014.

Dewi, S.P. (2014). Analisis Pengambilan Keputusan Siswa Kelas VII SMP dalam

Menyelesaikan Soal-Soal Biologi TIMSS 2011 di Kota Palembang. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Elfian, Z. (2013). Wawako Lepas Siswa Ikuti Lomba Tingkat Nasional. Antara

Sumbar, 21 September 2013. Tersedia di

http://www.antarasumbar.com/berita/pendidikan/j/16/312159/wawako-lepas-siswa-ikuti- lomba-tingkat- nasional.html. Diakses pada 2 Desmber 2014. Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA

Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik Depdiknas.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate

Research in Education. New York : McGraw-Hill.

Hadinugraha, S. (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The

Programme for International Student Assessment) pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi) FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tidak diterbitkan.

Holbrook, J. (1998). A Resource Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO. Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). "The Meaning of Scientific Literacy".

International Journal of Environmental & Science Educational. IJESE, 4(3),

hlm. 275-288. Tersedia di

http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Holbrook.pdf. Diakses 7 Januari 2014.

Hamdu, G. & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), hlm. 81-86. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu1.pdf. Diakses pada 5 Oktober 2014.


(3)

Gustia Angraini, 2014

Institute of Education Sciences. (2007). Highlights From PISA 2006: Performance of

U.S. 15-Year-Old Students in Science and Mathematics Literacy in an International Context. Tersedia di: http://nces.ed.gov/pubs2008/2008016.pdf. Diakses 25 Februari 2014.

Khairunnisa, I.A. (2013). Kemamuan Interpretasi Gambar dan Grafik Siswa dalam

Tes Literasi Sains PISA dan Tes Kemampuan Dasar. (Skripsi). FPMIPA,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

King, F.J., Goodson, L., & Rohani, F. (2012). Higher Order Thinking Skill:

Definition, Teaching Strategies, Assessment. Tersedia di: http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf. Diakses 2 September 2014.

Lazear, D. (2004). Higher-Order Thinking the Multiple Intelligences Way. Chicago: Zephyr Press.

Lima, A. et al .(2010). Field Trip Activity In an Ancient Gold Mine: Scientific Literacy In Informal Education. SAGE Publication, 19 (3), hlm. 322-334. Tersedia di: http://pus.sagepub.com/content/19/3/322.full.pdf+html. Diakses 25 Juni 2014.

Liu, X. (2009). Beyond Scientific Literacy: Science and the Public. IJESE, 4 (3),

hlm. 301-311. Tersedia di:

http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Liu.pdf. Diakses pada 25 Juni 2014.

Marzano, R. J., et al. (1988). Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum

and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and

Curriculum Development.

Matlin, M.W. (2009). Cognitive Psychology. Edisi Ketujuh. New Jersey: Jhon Wiley & Son, Inc.

Ministry for Education. (2006). PISA 2006 – First Results. Tersedia di:

http://www.minedu.fi/export/sites/default/pisa/2006/PISA2006en.pdf. Diakses 26 Februari 2014.

National Research Council. (1996). The National Science Education Standards. [Online]. Tersedia di: http://www.nap.edu/catalog/4962.html. Diakses 1 Desember 2014


(4)

Nuh, M. (2013). Kurikulum 2013 Disesuaikan dengan Tuntutan Perbandingan

Internasional. [Online]. Tersedia di:

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1334. Diakses 19 Agustus 2014. OECD. (2006). Assessing Scientific, Reading Mathematical Literacy: A Framework

for PISA 2006. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org/bookshop. Diakses 15 Januari 2014.

OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. [Online]. Tersedia di: http://www.oei.es/evaluacioneducativa/InformePISA2006-FINALingles.pdf. Diakses 16 Januari 2014.

OECD. (2009). Take the Test. Sampel Questions from OECD’s PISA Assessments.

[Online]. Tersedia

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Take%20the%20test%20e%20book.p df. Diakses 16 Januari 2014.

Prokop, P., Tuncer, G., & Chudá, J. (2007). Slovakian Student’s Attitudes toward Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,

3(4), hlm. 287-295. Tersedia di:

http://www.zoo.sav.sk/prokop/articles/Prokop_etal.Attitudes%20EJMSTE.pdf Diakses pada 7 September 2014.

Purwanto, M.N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: T. Remaja Rosdakarnya.

Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. (2011). Analisis Trend Literasi

Sains Siswa Indonsian dalam Studi PISA 2000-2009. (Makalah). Disampaikan

pada Kegiatan Seminar PISA Analisis Trend Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009,

Rifqiyati. (2013). Analisis Literasi Sains dan Kemampuan Mini Riset Mahasiswa

Biologi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung. Tidak diterbitkan.

Rofiah, E., Aminah, N.S., & Ekawati, E.Y. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP. Jurnal

Pendidikan Fisika, 1(2), hlm. 17-22. Tersedia di:

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2797/1913. Diakses pada 1 Oktober 2014.

Rubini, B. (2008). Model Pembelajaran Ilmu Alamiah Dasar untuk Meningkatkan


(5)

Gustia Angraini, 2014

Mahasiswa Non-IPA. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah pada Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia. Jakarta: Puspendik Depdiknas.

Sariati, D. (2013). Analisis keterampilan Proses pada Penggunaan Hierarki Inkuiri

dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan. Shwartz, Y., Ben-Zvi, R. & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy

Taxonomy For Assessing The Development of Chemical Literacy Among High-School Students. Chemistry Education Research and Practice, 7(4),

hlm. 203-225. Tersedia di:

http://www.rsc.org/images/Shwartz%20paper_tcm18-66590.pdf. Diakses pada 2 September 2014.

Sophia, G. (2013). Profil Capaian Literasi Sains Siswa SMA Di Garut Berdasarkan

Kerangka PISA Pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi). FPMIPA,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Sriwahyuni, I A.K., Dantes, N. & Marhaeni, AA.I.N. (2013). Pengaruh Implementasi Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat Belajar Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol 4, hlm. 1-13. Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ap/article/view/1014/762. Diakses pada 10 Oktober 2014.

Sudiatmika, A A.I.R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa

SMP dala Konteks Budaya Bali. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugianto, H. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbantual

Multimedia untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa pada Materi Fluida di SMA Kelas XI IPA. (Tesis) Sekolah


(6)

Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Pembelajaran. Tersedia di:

http://www.erlangga.co.id/index.phpp?option=comcontent&task=view&id=36 4&Itemid=336. Diakses 1 Februari 2014.

Thomson, S. & De Bortoli, L. (2008). Exploring Scientific Literacy: How Australia

Measures Up The PISA 2006. Survey of Student's Scientific, Reading and

Mathematical Literacy Skills. Camberwell, Vic.: ACER Press.

Wilson, L.O. (2013). Understanding the New Version of Bloom’s Taxonomy A Succinct Discussion of The Revisions of Bloom’s Classic Cognitive Taxonomy by Anderson and Krathwohl and How To Use Them Effectively.

Tersedia di:

http://thesecondprinciple.com/wp-content/uploads/2014/01/Understanding-revisions-to-blooms-taxonomy1.pdf. Diakses 20 Agustus 2014.

Yusuf, S. (2003). Literasi Siswa Indonesia Loporan PISA 2003. [Online]. Tersedia di: http://www.p4tkipa.org . Diakses 3 Januari 2014.

Zuriyani, E. (2012). Literasi Sains dan Pendidikan [Online]. Tersedia di: http://sumsel.kemenag.go.id/file/fileiTUllSAN/wagi/343099486.pdf. Diakses 3 Januari 2014.