Efek Hipnotik Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban) Terhadap Mencit Yang Diinduksi Oleh Phenobarbital.
ABSTRAK
EFEK HIPNOTIK EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)
TERHADAP MENCIT YANG DIINDUKSI OLEH PHENOBARBITAL
Ifsi Misilanti Dewi, 2004, Pembimbing Utama : Sugiarto Puradisastra,dr.
Latar Belakang : Tidur diperlukan dalam kehidupan. Kelainan tidur dapat
mengganggu fisik dan mental seseorang. Gangguan paling sering yaitu insomnia.
Mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai metode terapi sampai obat-obatan,
tetapi obat tidur dapat menimbulkan efek samping. Maka diupayakan altematif
lain seperti obat tradisional yang relatif lebih aman.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) berefek hipnotik.
Metode : Penelitian ini menggunakan 30 mencit yang dibagi 6 kelompok
dengan metode induksi oleh phenobarbital sebagai penginduksi tidur. Larutan
Aquadest + Na-CMC 2% sebagai kontrol negatif, diazepam sebagai kontrol
positif dan ekstrak pegagan 0.5 dosis mencit, 1 dosis mencit, 2 dosis mencit, 4
dosis mencit adalah bahan uji yang diberikan peroral (T=O) dilanjutkan
phenobarbital secara intraperitoneal pada menit ke 45 (T=45). Data yang diukur
adalah mula dan lama tidur mencit dalam menit menggunakan analisis statistik
ANOVA satu arah dengan uji beda rata-rata TukĀ£y HSIf.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mula tidur mencit dalam menit
yang diberi ekstrak pegagan lebih cepat dibandingkan dengan pemberian kontrol
negatif. Sedangkan lama tidur mencit dalam menit yang diberi ekstrak pegagan
0.5 DM yang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian kontrol negatif.
Kesimpulan : Ekstrak pegagan 0.5 dosis mencit berefek hipnotik.
Saran: Penelitian ini perlu dilanjutkan uji efektivitas dan toksisitasnya.
_
IV
ABSTRACT
THE HYPNOTIC EFFECT OF GOTU KOLA (Centella asiatica (L.) Urban)
WITH PHENOBARBITAL INDUCTION TO MICE
Ifsi Misilanti Dewi, 2004, Principal Tutor: Sugiarto Puradisastra,dr.
Background
: Sleep is necessary in existense. Sleep anomaly would be able
physically and mentally intrude. Insomnia is the most common disorder. Therapy
methods to medicines are some wtrys to prevent it, but medicine that are used to
sleep can cause side effect. Then traditional drugs was effort as another choice
which is more safety to used
Objectives : The purpose of this observation is to find out that Gotu kola
(Centella asiatica (L.) Urban) has hypnotyc effect.
Methods:
This observation used 30 mice which was divided into six groups
with induction method by phenobarbital
induction as a sleep's induction.
Aquadest + Na-CMC 2% solution used as a negative control, diazepam used as a
positive control and gotu kola extract 0.5 mice dosage, 1 mice dosage, 2 mice
dosage, 4 mice dosage were the tested substance which were given orally (F=O)
continued wth phenobarbital which was given intraperitoneal on 45th minutes.
The sleep onset and duration of mice was observed in minutes used one wtry
ANOVA method analyze proceeded Tukey HSIf method
Results: The results of observation showed that sleep onset of mice in minutes
which was given gotu kola extract was longer than negative control's given. But
the sleep duration of mice in minutes which was given gotu kola extract 0.5 mice
dosage was longer than negative control's given.
Conclusions:
Gotu kola extract 0.5 mice dosage have a hypnotic effect.
Recommendations
: This observation
is necessary to be continued with
effectivity and toxicity test.
v
DAFT AR ISI
LEMBARPERSETUJUAN
II
SURAT PERNY ATAAN
iii
ABSTRAK
...
iv
ABSTRACT
v
PRAKA TA
vi
DAFTAR ISI
VIII
DAFTAR GRAFIK
XII
DAFTAR TABEL .. ...
...
XIII
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTARLAMPIRAN
...
...
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
2
1.3. Maksud dan Tujuan
2
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
3
1.4.1. Akademis
3
1.4.2. Praktis
3
1.5. Kerangka Pemikiran
3
1.6. Metode Penelitian
4
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1. Tidur
5
2.1.1. Fisiologi Tidur
5
2.1.2. Stadium Tidur
5
Vlll
IX
2.1.2.1. Tidur Non-REM atau Tidur Tenang (Slow Wave
Sleep)
6
2.1.2.2. Tidur REM atau Tidur Paradoksal (Rapid Eye
Movement)
8
2.1.3. Substansi Neurohormonal pada Siklus Tidur
10
2.2. Gangguan Tidur
11
2.2.1. Insomnia
11
2.2.2. Narkolepsi
13
2.2.3. Sleep Apnoe
13
2.2.4. Somnabulisme
14
2.3. Hipnotik Sedatif
14
2.4. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
15
2.4.1. Deskripsi Tanaman
16
2.4.2. Taksonomi
17
2.4.3. Kandungan Kimiawi
17
2.4.3.1. Terpenoid
19
2.4.4. Efek Farmakologi
19
2.5. Kontrol Positif
20
2.5.1. Benzodiazepin
'"
20
2.5.2. Struktur Kimia Benzodiazepin
21
2.5.3. Mekanisme KeIja Benzodiazepin
21
2.5.4. KlasifIkasi Benzodiazepin
22
2.5.5. Farmakokinetik Benzodiazepin
22
2.5.6. Farmakodinamik Benzodiazepin
23
2.5.6.1. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Susunan Saraf Pusat
23
2.5.6.2. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Pernapasan
.23
x
2.5.6.3. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Sistim Kardiovaskular
24
2.5.6.4. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Saluran Cerna...
2.5.7. Efek Samping Benzodiazepin
2.6. Barbiturat
..24
24
25
2.6.1. Struktur Kimia Barbiturat
25
2.6.2. Klasifikasi Barbiturat
26
2.6.3. Mekanisme Kerja Barbiturat
26
2.6.4. Farmakokinetik Barbiturat
28
2.6.5. Farmakodinamik Barbiturat
28
2.6.5.1. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Susunan Saraf Pusat
28
2.6.5.1. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Susunan Saraf Perifer
.29
2.6.5.3. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Pernapasan
29
2.6.5.4. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Sistim Kardiovaskular
29
2.6.5.5. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Saluran Cerna
30
2.6.5.6. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap Hati
30
2.6.5.7. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap Ginjal
30
2.6.6. Efek Samping Barbiturat
30
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
32
3.2. Hewan Coba
32
Xl
3.3. Pembuatan Ekstrak Pegagan
33
3.4. Metode Penelitian
33
3.4.1. Desain Penelitian
33
3.4.2. Variabel Penelitian
34
3.4.3. Metode Penarikan Sampel
35
3.4.4. Prosedur KeIja
35
3.4.5. Metode Analisis
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
38
4.2. Uji Hipotesis
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
44
5.2. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
48
RIWAYAT HIDUP
56
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1.
EEG Tidur dengan Stadium REM dan Non-REM
Grafik 4.1.
Perbandingan Mula Tidur Mencit pada Berbagai Kelompok
..... 41
Perlakuan
Grafik 4.2.
9
Perbandingan Lama Tidur Mencit pada Berbagai Kelompok
Perlakuan ....................................................................................
XII
42
DAFTAR TABEL
Tabel 4.]. Mula dan Lama Tidur Mencit
Perlakuan
pada Berbagai
Kelompok
......
38
Tabel 4.2. Statistik ANOVA Mula dan Lama Tidur Mencit pada Berbagai
Kelompok Perlakuan
39
Tabel 4.3. Uji Beda Rata-rata TulreyHSIY'Mula Tidur Mencit
40
Tabel 4.4. Uji Beda Rata-rata TulreyHSIY' Lama Tidur Mencit
41
xiii
DAFfAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Pembagian
Gelombang
Frekuensi
Gambar 2.2.
EEG
Berdasarkan
Rentang
...
7
Rekaman EEG Seseorang (A) Mulai Stadium Sadar sampai
Tidur Dalam (Stadium 4) dan(B) Selama Tidur Paradoksal
(REM)
Gambar 2.3.
...
9
Struktur Batang Otak yang Terlibat Pada Stadium Sadar,
Tidur Paradoksal, dan TidurTenang
11
Gambar 2.4.
Pegagan
16
Gambar 2.5.
Centella asiatica (L.) Urban
17
Gambar 2.6.
Struktur Kimia Asiaticoside
18
Gambar 2.7.
Asam Asiatic
18
Gambar 2.8.
Asam Madeccasic
18
Gambar 2.9.
Struktur Umum Benzodiazepin
21
Gambar 2.10.
Mekanisme Kerja Benzodiazepin
22
Gambar 2.11.
Sintesis Asam Barbiturat
25
Gambar 2.12.
Struktur Kimia Barbiturat
26
Gambar 2.13.
Mekanisme Kerja Barbiturat
27
Gambar 3.1.
Pemberian Perlakuan Peroral
36
Gambar 3.2.
Hilangnya Refleks Pemulihan Posisi Tubuh Mencit
36
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Dosis Obat
48
Lampiran 2
Perhitungan Statistik ANOVA Mula Tidur
49
Lampiran 3
Uji Beda Rata-rata Tukey HSDo Mula Tidur
50
Lampiran 4
Uji Beda Rata-rata Tukey HSd
51
Lampiran 5
Perhitungan Statistik ANOVA Lama Tidur
52
Lampiran 6
Uji Beda Rata-rata Tukey HSDo Lama Tidur
53
Lampiran 7
Uji Beda Rata-rata Tukey HSd
54
Lampiran 8
Hasil Percobaan Berbagai Kelompok Perlakuan
xv
Mula Tidur
Lama Tidur
55
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap hari manusia mengalami perubahan baik fisik dan mentalnya yang
mana terjadi perubahan pada tubuh dan otak antara keadaan aktif dan istirahat.
Siklus ini tidak terjadi secara pasif, tetapi merupakan proses adaptasi terhadap
lingkungan yang digerakkan oleh jam biologis di dalam tubuh (Hastings, 2002).
Tidur adalah suatu fenomena dasar kehidupan dan suatu fase yang sangat
diperlukan dalam setiap kehidupan manusia (Adams & Victor, 1993). Ini
merupakan fase aktif yang penting untuk memperbarui kesehatan fisik dan
mental (National Sleep Foundation., 2004).
Kebutuhan tidur setiap orang sangat bervariasi. Rata-rata orang dewasa
membutuhkan tidur sekitar tujuh sampai delapan jam, tetapi beberapa orang
membutuhkan tidur lebih sedikit dan beberapa membutuhkan lebih banyak (U.S.
Department of Health and Human Services., 2002). Banyak orang yang tidur
melebihi waktu yang dibutuhkan, tetapi dirasakan kurang. Biasanya hal ini tidak
menjadi masalah, tetapi jika hal terse but mengganggu kemampuan seseorang
untuk bekerja dengan baik, ini dapat menunjukkan adanya suatu gangguan
(McKinley Health Centre, 2003).
Gangguan tidur dapat berupa kesulitan untuk memulai dan mempertahankan
tidur, siklus tidur yang tidak teratur, tidur berjalan, ngompol, mimpi buruk, dan
masalah lainnya. Sekitar 70 juta orang Amerika menderita gangguan tidur
insomnia, kira-kira 40 juta menderita gangguan tidur kronis dan 20 juta sampai
30 juta lainnya mengalami gangguan hubungan tidur yang sering terputus atau
akut (National Sleep Foundation., 2004). Insomnia cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia dan menyerang sekitar 40% wanita dan 30% pria (U.s.
Department of Health and Human Services., 2002).
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur
tersebut, mulai dari terapi non farmakologis sampai farmakologis, atau kombinasi
2
keduanya (National Sleep Foundation., 2004). Penggunaan obat tidur dalam
jangka panjang dapat menyebabkan efek samping berupa toleransi, adiksi dan
habituasi (U.S. Department o/Health and Human Services., 2002).
Secara tradisional banyak tumbuhan obat yang digunakan untuk mengatasi
gangguan tidur (insomnia), salah satunya adalah pegagan (Cente//a asiatica (L.)
Urban) yang dipercaya mempunyai efek hipnotik.
Penelitian
efek
hipnotik
pegagan
sudah
pemah
dj]akukan
dengan
menggunakan bahan uji infus pegagan terhadap hewan coba mencit dengan
metode observasi tidur. HasH yang diperoleh mula tidur 1 DM lebih cepat
dibandingkan diazepam dan lama tidur sebanding dengan diazepam (Luke, 2002).
Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan
bahwa infus pegagan berefek
hipnotik, oleh karena itu kami akan melakukan penelitian dengan menggunakan
bahan uji ekstrak etanol pegagan dengan metode refleks pemulihan posisi tubuh.
1.2. Identifikasi Masalab
Apakah ekstrak pegagan (Cente//a asiatica (L.) Urban) berefek hipnotik.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Meneliti ekstrak pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) sebagai obat
altematif gangguan tidur (insomnia).
Tujuan :
Menguji bahwa pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) berkbasiat sebagai
hipnotik.
3
1.4. Manfaat Karya TuUs IImiah
1.4.1. Akademis
Diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan bidang Farmakologi
terutama mengenai obat tradisional Indonesia khususnya pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) sebagai hipnotik.
1.4.2. Praktis
Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk mengatasi
gangguan tidur.
1.5. Kerangka Pemikiran
Tidur merupakan penghambatan aktif dari pusat-pusat tidur yaitu nukJeus
rafe, nukleus traktus solitarius dan diensefalon terhadap RAS yang menyebabkan
stimulasi terhambat sehingga terjadi tidur (Guyton & Hall, 2000).
Pada waktu tidur terjadi peningkatan aktivitas kortikal, dirangsang oleh area
tertentu di bulbomesencephalic formatio retikularis dan diencephalon (Houssay,
1955).
Obat hipnotik sedatif berikatan dengan reseptor GABA sehingga aktivitas
reseptor GABA meningkat, laJu saluran klorida terbuka, klorida masuk ke dalam
sel, menyebabkan hiperpoJarisasi dan menurunkan eksitasi (Jacob, 1999).
Pegagan mengandung
a-pinene, p-pinene,
myrcene, y-terpinene, bornyl
asetat, a-copaene, p-elemene, P-sitosterin, P-caryophyllene, trans-p-farnesene,
germacrene-D
dan bicycloelemene
yang merupakan komponen triterpenoid
(Tang., J992). Selain itu pegagan mengandung
asiaticosid, asiatosid, asam
asiatic, asam madecassic, madicassosid, oxyasiaticosid, brahminosid, brahmosid
dan centeJlosid (Velthooven, 2001).
Triterpenoid bekerja dengan berikatan pada reseptor GABA (Aoshima &
Hamamoto, 1999), sehingga aktivitas reseptor GABA meningkat, saluran klorida
terbuka,
klorida
menurunkan
masuk ke dalam
eksitasi
(Jacob,
] 999).
sel menyebabkan
Secara
teoritis,
hiperpolarisasi
campuran
dan
glikosida
brahminosid dan brahmosid dari tumbuhan akan meningkatkan waktu tidur yang
diinduksi hexobarbital (Pioneer Enterprise, 2000).
Pegagan selain mengandung triterpenoid juga mengandung brahminosid dan
brahmosid, sehingga memperkuat dugaan pegagan dapat berefek hipnotik.
Hipotesis penelitian :
Pegagan berefek hipnotik
1.6. Metode Penelitian
Penelitian
ini bersifat prospektif
eksperimental
sungguhan, komparatif,
memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah mula tidur
dan lama tidur mencit dalam menit. Analisis data menggunakan statistik ANOVA
satu arah dengan uji beda rata-rata Tukey HS[f dengan
EFEK HIPNOTIK EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)
TERHADAP MENCIT YANG DIINDUKSI OLEH PHENOBARBITAL
Ifsi Misilanti Dewi, 2004, Pembimbing Utama : Sugiarto Puradisastra,dr.
Latar Belakang : Tidur diperlukan dalam kehidupan. Kelainan tidur dapat
mengganggu fisik dan mental seseorang. Gangguan paling sering yaitu insomnia.
Mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai metode terapi sampai obat-obatan,
tetapi obat tidur dapat menimbulkan efek samping. Maka diupayakan altematif
lain seperti obat tradisional yang relatif lebih aman.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) berefek hipnotik.
Metode : Penelitian ini menggunakan 30 mencit yang dibagi 6 kelompok
dengan metode induksi oleh phenobarbital sebagai penginduksi tidur. Larutan
Aquadest + Na-CMC 2% sebagai kontrol negatif, diazepam sebagai kontrol
positif dan ekstrak pegagan 0.5 dosis mencit, 1 dosis mencit, 2 dosis mencit, 4
dosis mencit adalah bahan uji yang diberikan peroral (T=O) dilanjutkan
phenobarbital secara intraperitoneal pada menit ke 45 (T=45). Data yang diukur
adalah mula dan lama tidur mencit dalam menit menggunakan analisis statistik
ANOVA satu arah dengan uji beda rata-rata TukĀ£y HSIf.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mula tidur mencit dalam menit
yang diberi ekstrak pegagan lebih cepat dibandingkan dengan pemberian kontrol
negatif. Sedangkan lama tidur mencit dalam menit yang diberi ekstrak pegagan
0.5 DM yang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian kontrol negatif.
Kesimpulan : Ekstrak pegagan 0.5 dosis mencit berefek hipnotik.
Saran: Penelitian ini perlu dilanjutkan uji efektivitas dan toksisitasnya.
_
IV
ABSTRACT
THE HYPNOTIC EFFECT OF GOTU KOLA (Centella asiatica (L.) Urban)
WITH PHENOBARBITAL INDUCTION TO MICE
Ifsi Misilanti Dewi, 2004, Principal Tutor: Sugiarto Puradisastra,dr.
Background
: Sleep is necessary in existense. Sleep anomaly would be able
physically and mentally intrude. Insomnia is the most common disorder. Therapy
methods to medicines are some wtrys to prevent it, but medicine that are used to
sleep can cause side effect. Then traditional drugs was effort as another choice
which is more safety to used
Objectives : The purpose of this observation is to find out that Gotu kola
(Centella asiatica (L.) Urban) has hypnotyc effect.
Methods:
This observation used 30 mice which was divided into six groups
with induction method by phenobarbital
induction as a sleep's induction.
Aquadest + Na-CMC 2% solution used as a negative control, diazepam used as a
positive control and gotu kola extract 0.5 mice dosage, 1 mice dosage, 2 mice
dosage, 4 mice dosage were the tested substance which were given orally (F=O)
continued wth phenobarbital which was given intraperitoneal on 45th minutes.
The sleep onset and duration of mice was observed in minutes used one wtry
ANOVA method analyze proceeded Tukey HSIf method
Results: The results of observation showed that sleep onset of mice in minutes
which was given gotu kola extract was longer than negative control's given. But
the sleep duration of mice in minutes which was given gotu kola extract 0.5 mice
dosage was longer than negative control's given.
Conclusions:
Gotu kola extract 0.5 mice dosage have a hypnotic effect.
Recommendations
: This observation
is necessary to be continued with
effectivity and toxicity test.
v
DAFT AR ISI
LEMBARPERSETUJUAN
II
SURAT PERNY ATAAN
iii
ABSTRAK
...
iv
ABSTRACT
v
PRAKA TA
vi
DAFTAR ISI
VIII
DAFTAR GRAFIK
XII
DAFTAR TABEL .. ...
...
XIII
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTARLAMPIRAN
...
...
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
2
1.3. Maksud dan Tujuan
2
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
3
1.4.1. Akademis
3
1.4.2. Praktis
3
1.5. Kerangka Pemikiran
3
1.6. Metode Penelitian
4
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1. Tidur
5
2.1.1. Fisiologi Tidur
5
2.1.2. Stadium Tidur
5
Vlll
IX
2.1.2.1. Tidur Non-REM atau Tidur Tenang (Slow Wave
Sleep)
6
2.1.2.2. Tidur REM atau Tidur Paradoksal (Rapid Eye
Movement)
8
2.1.3. Substansi Neurohormonal pada Siklus Tidur
10
2.2. Gangguan Tidur
11
2.2.1. Insomnia
11
2.2.2. Narkolepsi
13
2.2.3. Sleep Apnoe
13
2.2.4. Somnabulisme
14
2.3. Hipnotik Sedatif
14
2.4. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
15
2.4.1. Deskripsi Tanaman
16
2.4.2. Taksonomi
17
2.4.3. Kandungan Kimiawi
17
2.4.3.1. Terpenoid
19
2.4.4. Efek Farmakologi
19
2.5. Kontrol Positif
20
2.5.1. Benzodiazepin
'"
20
2.5.2. Struktur Kimia Benzodiazepin
21
2.5.3. Mekanisme KeIja Benzodiazepin
21
2.5.4. KlasifIkasi Benzodiazepin
22
2.5.5. Farmakokinetik Benzodiazepin
22
2.5.6. Farmakodinamik Benzodiazepin
23
2.5.6.1. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Susunan Saraf Pusat
23
2.5.6.2. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Pernapasan
.23
x
2.5.6.3. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Sistim Kardiovaskular
24
2.5.6.4. Farmakodinamik Benzodiazepin Terhadap
Saluran Cerna...
2.5.7. Efek Samping Benzodiazepin
2.6. Barbiturat
..24
24
25
2.6.1. Struktur Kimia Barbiturat
25
2.6.2. Klasifikasi Barbiturat
26
2.6.3. Mekanisme Kerja Barbiturat
26
2.6.4. Farmakokinetik Barbiturat
28
2.6.5. Farmakodinamik Barbiturat
28
2.6.5.1. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Susunan Saraf Pusat
28
2.6.5.1. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Susunan Saraf Perifer
.29
2.6.5.3. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Pernapasan
29
2.6.5.4. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Sistim Kardiovaskular
29
2.6.5.5. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap
Saluran Cerna
30
2.6.5.6. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap Hati
30
2.6.5.7. Farmakodinamik Barbiturat Terhadap Ginjal
30
2.6.6. Efek Samping Barbiturat
30
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
32
3.2. Hewan Coba
32
Xl
3.3. Pembuatan Ekstrak Pegagan
33
3.4. Metode Penelitian
33
3.4.1. Desain Penelitian
33
3.4.2. Variabel Penelitian
34
3.4.3. Metode Penarikan Sampel
35
3.4.4. Prosedur KeIja
35
3.4.5. Metode Analisis
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
38
4.2. Uji Hipotesis
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
44
5.2. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
48
RIWAYAT HIDUP
56
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1.
EEG Tidur dengan Stadium REM dan Non-REM
Grafik 4.1.
Perbandingan Mula Tidur Mencit pada Berbagai Kelompok
..... 41
Perlakuan
Grafik 4.2.
9
Perbandingan Lama Tidur Mencit pada Berbagai Kelompok
Perlakuan ....................................................................................
XII
42
DAFTAR TABEL
Tabel 4.]. Mula dan Lama Tidur Mencit
Perlakuan
pada Berbagai
Kelompok
......
38
Tabel 4.2. Statistik ANOVA Mula dan Lama Tidur Mencit pada Berbagai
Kelompok Perlakuan
39
Tabel 4.3. Uji Beda Rata-rata TulreyHSIY'Mula Tidur Mencit
40
Tabel 4.4. Uji Beda Rata-rata TulreyHSIY' Lama Tidur Mencit
41
xiii
DAFfAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Pembagian
Gelombang
Frekuensi
Gambar 2.2.
EEG
Berdasarkan
Rentang
...
7
Rekaman EEG Seseorang (A) Mulai Stadium Sadar sampai
Tidur Dalam (Stadium 4) dan(B) Selama Tidur Paradoksal
(REM)
Gambar 2.3.
...
9
Struktur Batang Otak yang Terlibat Pada Stadium Sadar,
Tidur Paradoksal, dan TidurTenang
11
Gambar 2.4.
Pegagan
16
Gambar 2.5.
Centella asiatica (L.) Urban
17
Gambar 2.6.
Struktur Kimia Asiaticoside
18
Gambar 2.7.
Asam Asiatic
18
Gambar 2.8.
Asam Madeccasic
18
Gambar 2.9.
Struktur Umum Benzodiazepin
21
Gambar 2.10.
Mekanisme Kerja Benzodiazepin
22
Gambar 2.11.
Sintesis Asam Barbiturat
25
Gambar 2.12.
Struktur Kimia Barbiturat
26
Gambar 2.13.
Mekanisme Kerja Barbiturat
27
Gambar 3.1.
Pemberian Perlakuan Peroral
36
Gambar 3.2.
Hilangnya Refleks Pemulihan Posisi Tubuh Mencit
36
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Dosis Obat
48
Lampiran 2
Perhitungan Statistik ANOVA Mula Tidur
49
Lampiran 3
Uji Beda Rata-rata Tukey HSDo Mula Tidur
50
Lampiran 4
Uji Beda Rata-rata Tukey HSd
51
Lampiran 5
Perhitungan Statistik ANOVA Lama Tidur
52
Lampiran 6
Uji Beda Rata-rata Tukey HSDo Lama Tidur
53
Lampiran 7
Uji Beda Rata-rata Tukey HSd
54
Lampiran 8
Hasil Percobaan Berbagai Kelompok Perlakuan
xv
Mula Tidur
Lama Tidur
55
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap hari manusia mengalami perubahan baik fisik dan mentalnya yang
mana terjadi perubahan pada tubuh dan otak antara keadaan aktif dan istirahat.
Siklus ini tidak terjadi secara pasif, tetapi merupakan proses adaptasi terhadap
lingkungan yang digerakkan oleh jam biologis di dalam tubuh (Hastings, 2002).
Tidur adalah suatu fenomena dasar kehidupan dan suatu fase yang sangat
diperlukan dalam setiap kehidupan manusia (Adams & Victor, 1993). Ini
merupakan fase aktif yang penting untuk memperbarui kesehatan fisik dan
mental (National Sleep Foundation., 2004).
Kebutuhan tidur setiap orang sangat bervariasi. Rata-rata orang dewasa
membutuhkan tidur sekitar tujuh sampai delapan jam, tetapi beberapa orang
membutuhkan tidur lebih sedikit dan beberapa membutuhkan lebih banyak (U.S.
Department of Health and Human Services., 2002). Banyak orang yang tidur
melebihi waktu yang dibutuhkan, tetapi dirasakan kurang. Biasanya hal ini tidak
menjadi masalah, tetapi jika hal terse but mengganggu kemampuan seseorang
untuk bekerja dengan baik, ini dapat menunjukkan adanya suatu gangguan
(McKinley Health Centre, 2003).
Gangguan tidur dapat berupa kesulitan untuk memulai dan mempertahankan
tidur, siklus tidur yang tidak teratur, tidur berjalan, ngompol, mimpi buruk, dan
masalah lainnya. Sekitar 70 juta orang Amerika menderita gangguan tidur
insomnia, kira-kira 40 juta menderita gangguan tidur kronis dan 20 juta sampai
30 juta lainnya mengalami gangguan hubungan tidur yang sering terputus atau
akut (National Sleep Foundation., 2004). Insomnia cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia dan menyerang sekitar 40% wanita dan 30% pria (U.s.
Department of Health and Human Services., 2002).
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur
tersebut, mulai dari terapi non farmakologis sampai farmakologis, atau kombinasi
2
keduanya (National Sleep Foundation., 2004). Penggunaan obat tidur dalam
jangka panjang dapat menyebabkan efek samping berupa toleransi, adiksi dan
habituasi (U.S. Department o/Health and Human Services., 2002).
Secara tradisional banyak tumbuhan obat yang digunakan untuk mengatasi
gangguan tidur (insomnia), salah satunya adalah pegagan (Cente//a asiatica (L.)
Urban) yang dipercaya mempunyai efek hipnotik.
Penelitian
efek
hipnotik
pegagan
sudah
pemah
dj]akukan
dengan
menggunakan bahan uji infus pegagan terhadap hewan coba mencit dengan
metode observasi tidur. HasH yang diperoleh mula tidur 1 DM lebih cepat
dibandingkan diazepam dan lama tidur sebanding dengan diazepam (Luke, 2002).
Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan
bahwa infus pegagan berefek
hipnotik, oleh karena itu kami akan melakukan penelitian dengan menggunakan
bahan uji ekstrak etanol pegagan dengan metode refleks pemulihan posisi tubuh.
1.2. Identifikasi Masalab
Apakah ekstrak pegagan (Cente//a asiatica (L.) Urban) berefek hipnotik.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Meneliti ekstrak pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) sebagai obat
altematif gangguan tidur (insomnia).
Tujuan :
Menguji bahwa pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) berkbasiat sebagai
hipnotik.
3
1.4. Manfaat Karya TuUs IImiah
1.4.1. Akademis
Diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan bidang Farmakologi
terutama mengenai obat tradisional Indonesia khususnya pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) sebagai hipnotik.
1.4.2. Praktis
Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk mengatasi
gangguan tidur.
1.5. Kerangka Pemikiran
Tidur merupakan penghambatan aktif dari pusat-pusat tidur yaitu nukJeus
rafe, nukleus traktus solitarius dan diensefalon terhadap RAS yang menyebabkan
stimulasi terhambat sehingga terjadi tidur (Guyton & Hall, 2000).
Pada waktu tidur terjadi peningkatan aktivitas kortikal, dirangsang oleh area
tertentu di bulbomesencephalic formatio retikularis dan diencephalon (Houssay,
1955).
Obat hipnotik sedatif berikatan dengan reseptor GABA sehingga aktivitas
reseptor GABA meningkat, laJu saluran klorida terbuka, klorida masuk ke dalam
sel, menyebabkan hiperpoJarisasi dan menurunkan eksitasi (Jacob, 1999).
Pegagan mengandung
a-pinene, p-pinene,
myrcene, y-terpinene, bornyl
asetat, a-copaene, p-elemene, P-sitosterin, P-caryophyllene, trans-p-farnesene,
germacrene-D
dan bicycloelemene
yang merupakan komponen triterpenoid
(Tang., J992). Selain itu pegagan mengandung
asiaticosid, asiatosid, asam
asiatic, asam madecassic, madicassosid, oxyasiaticosid, brahminosid, brahmosid
dan centeJlosid (Velthooven, 2001).
Triterpenoid bekerja dengan berikatan pada reseptor GABA (Aoshima &
Hamamoto, 1999), sehingga aktivitas reseptor GABA meningkat, saluran klorida
terbuka,
klorida
menurunkan
masuk ke dalam
eksitasi
(Jacob,
] 999).
sel menyebabkan
Secara
teoritis,
hiperpolarisasi
campuran
dan
glikosida
brahminosid dan brahmosid dari tumbuhan akan meningkatkan waktu tidur yang
diinduksi hexobarbital (Pioneer Enterprise, 2000).
Pegagan selain mengandung triterpenoid juga mengandung brahminosid dan
brahmosid, sehingga memperkuat dugaan pegagan dapat berefek hipnotik.
Hipotesis penelitian :
Pegagan berefek hipnotik
1.6. Metode Penelitian
Penelitian
ini bersifat prospektif
eksperimental
sungguhan, komparatif,
memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah mula tidur
dan lama tidur mencit dalam menit. Analisis data menggunakan statistik ANOVA
satu arah dengan uji beda rata-rata Tukey HS[f dengan