Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
ABSTRAK
Pendahuluan: Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak
akibat gangguan peredaran darah otak. Pasien stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami komplikasi, salah satu yang paling umum terjadi adalah pneumonia. Stroke dengan komplikasi pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi dari semua komplikasi penyerta stroke, memperlama waktu inap di rumah sakit dan meningkatkan biaya pengobatan. Antibiotika merupakan terapi utama untuk pengobatan stroke dengan komplikasi pneumonia. Tujuan: mengevaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitan case series menggunakan data retrospektif. Metode antimicrobial therapy (AMT) digunakan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke pada periode 2010-2016. Hasil: Analisis 50 kasus didapatkan bahwa stroke dengan komplikasi pneumonia lebih tinggi terjadi pada laki-laki (62%), usia lanjut (70%), dan stroke iskemik (76%). Jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah seftriakson (18%). Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta diperoleh 58% peresepan tidak sesuai. Peresepan yang tidak sesuai meliputi: pemilihan antibiotika tidak sesuai (16%) dan pemakaian antibiotika yang tidak sesuai (56%). Simpulan: Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan metode antimicrobial therapy (AMT) diperoleh ketepatan sebesar 36%.
(2)
ABSTRACT
Background: Stroke is a neurological function disorder that occurs due to sudden
circulatory disorders of the brain. Stroke patients have a high risk of complications, one of the most common is pneumonia. Stroke-associated pneumonia has the highest attributable mortality of all medical complications after stroke, increases the length of hospital stay and medical cost. Antibiotics are a mainstay of therapy for stroke-associated pneumonia. Aim: to evaluate the priscribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital Yogyakarta. Methods: The research was observational descriptive with case series design and using retrospective data. Antimicrobial therapy (AMT) method was used to evaluate the precision of antibiotics used for stroke-associated pneumonia patients in the period of 2010-2016. Results: Analysis of 50 cases found that stroke-associated pneumonia is higher in men (62%), older age (70%), and ischemic stroke (76%). The most prescribed antibiotic is ceftriaxone (18%). Evaluation of prescribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital in Yogyakarta were found 58%prescriptions to be inappropriate. The inappropriate prescriptions included: inappropriate choice of antimicrobials (16%) and inappropriate application of antimicrobials (56%). Conclusions : Evaluation of prescribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital in Yogyakarta using antimicrobial therapy (AMT) method obtained 36% appropriate.
(3)
EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PNEUMONIA PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh : Gregorius Dwi Krissantono
138114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PNEUMONIA PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh : Gregorius Dwi Krissantono
138114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus sebagai sumber kehidupan, pengharapan, dan kekuatanku
Kedua orang tuaku atas semangat, kasih sayang, dan doa untuk kesuksesanku
Semua sahabat, teman, dan orang-orang terkasih yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepadaku
Serta, untuk almamaterku tercinta Fakultas Farmasi Universutas Sanata Dharma Yogyakarta
(10)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan
skripsi yang berjudul “Evaluasi Peresepan Antibiotika untuk Pneumonia pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis sungguh menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Dengan tulus dan rendah hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing akademik.
2. Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S. selaku dosen pembimbing penelitian yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, dukungan, waktu, dan saran selama proses penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. Dan bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Kepala Rumah Sakit Bethesda dan instalasi rekam medis yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data. 5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.
6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.
7. Kedua orang tua dan kakak saya yang telah memberikan doa dan dukungan hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
(11)
(12)
ABSTRAK
Pendahuluan: Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak
akibat gangguan peredaran darah otak. Pasien stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami komplikasi, salah satu yang paling umum terjadi adalah pneumonia. Stroke dengan komplikasi pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi dari semua komplikasi penyerta stroke, memperlama waktu inap di rumah sakit dan meningkatkan biaya pengobatan. Antibiotika merupakan terapi utama untuk pengobatan stroke dengan komplikasi pneumonia. Tujuan: mengevaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitan case series menggunakan data retrospektif. Metode antimicrobial therapy (AMT) digunakan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke pada periode 2010-2016. Hasil: Analisis 50 kasus didapatkan bahwa stroke dengan komplikasi pneumonia lebih tinggi terjadi pada laki-laki (62%), usia lanjut (70%), dan stroke iskemik (76%). Jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah seftriakson (18%). Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta diperoleh 58% peresepan tidak sesuai. Peresepan yang tidak sesuai meliputi: pemilihan antibiotika tidak sesuai (16%) dan pemakaian antibiotika yang tidak sesuai (56%). Simpulan: Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan metode antimicrobial therapy (AMT) diperoleh ketepatan sebesar 36%.
(13)
ABSTRACT
Background: Stroke is a neurological function disorder that occurs due to sudden
circulatory disorders of the brain. Stroke patients have a high risk of complications, one of the most common is pneumonia. Stroke-associated pneumonia has the highest attributable mortality of all medical complications after stroke, increases the length of hospital stay and medical cost. Antibiotics are a mainstay of therapy for stroke-associated pneumonia. Aim: to evaluate the priscribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital Yogyakarta. Methods: The research was observational descriptive with case series design and using retrospective data. Antimicrobial therapy (AMT) method was used to evaluate the precision of antibiotics used for stroke-associated pneumonia patients in the period of 2010-2016. Results: Analysis of 50 cases found that stroke-associated pneumonia is higher in men (62%), older age (70%), and ischemic stroke (76%). The most prescribed antibiotic is ceftriaxone (18%). Evaluation of prescribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital in Yogyakarta were found 58%prescriptions to be inappropriate. The inappropriate prescriptions included: inappropriate choice of antimicrobials (16%) and inappropriate application of antimicrobials (56%). Conclusions : Evaluation of prescribing antibiotics for pneumonia in stroke patients at Bethesda Hospital in Yogyakarta using antimicrobial therapy (AMT) method obtained 36% appropriate.
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
PRAKATA ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4
KESIMPULAN ... 14
SARAN ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 15
LAMPIRAN ... 17
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Pasien ... 5
Tabel II. Golongan dan Jenis Antibiotika ... 6
Tabel III. Durasi Pemberian Antibiotika ... 7
Tabel IV. Ketepatan Peresepan Antibiotika Empiris dan Definitif... 8
Tabel V. Hasil Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode antimicrobial therapy (AMT) ... 9
Tabel VI. Luaran Pasien Stroke dengan Komplikasi Pneumonia yang Menerima Terapi Antibiotika ... 13
(16)
DAFTAR GAMBAR
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pasien Stroke dengan Komplikasi Pneumonia yang Menerima
Terapi Antibiotika Periode 2010-2016 ... 17
Lampiran 2. Persentase Penggunaan Obat Lain Bersamaan dengan Antibiotika . 37 Lampiran 3 Peta Kuman Penyebab Pneumonia pada Pasien Stroke... 41
Lampiran 4. Profil Faktor Risiko dan Komorbiditas ... 42
Lampiran 5. Profil Terapi Antibiotika Bersamaan dengan Obat Lain ... 44
Lampiran 6. Interaksi Antibiotika Bersamaan dengan Obat Lain... 46
Lampiran 7. Hasil Evaluasi Peresepan Antibiotika Per Kasus dengan Metode antimicrobial therapy (AMT) ... 49
Lampiran 8. Alat atau Instrumen Pengambilan Data ... 51
Lampiran 9. Ethical Clearance ... 54
(18)
PENDAHULUAN
Stroke merupakan masalah serius yang dihadapi di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan stroke dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian pada usia produktif maupun usia lanjut. Peningkatan angka kejadian dan kematian akibat stroke tampak nyata teramati di seluruh dunia. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung iskemik. Kejadian stroke meningkat tajam di negara-negara berkembang (WHO, 2014).
Data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2013) menunjukkan bahwa stroke merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh RS di Daerah Istimewa Yogyakarta (10,81%). Data tentang luaran stroke di RS Bethesda Yogyakarta menunjukkan bahwa persentase kematian stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama periode 2011-2015 adalah 9,75% (Pinzon et al., 2016).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia ≥ 75 tahun (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun (0,2%).
Komplikasi merupakan hal umum yang dijumpai pada pasien stroke. Pencegahan dan manajemen dari komplikasi stroke merupakan aspek yang esensial dalam tata laksana terapi stroke, karena pasien stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami komplikasi (Ingeman et al., 2011). Semua komplikasi yang dialami pasien stroke dapat memperpanjang length of stay, memperburuk luaran kondisi pasien (Tong et al., 2010), meningkatkan disabilitas dan mortalitas (Hong et al., 2010). Stroke dengan komplikasi pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi dari semua komplikasi penyerta stroke dan menyebabkan meningkatnya biaya pengobatan serta memperlama waktu inap di rumah sakit (Sui and Zhang, 2011; Hannawi et al., 2013).
Pneumonia merupakan komplikasi medis paling umum pada pasien stroke, dengan perkiraan insidensi pada pasien stroke antara 5% sampai 26%. Stroke dengan komplikasi pneumonia sebagian besar terjadi selama rawat inap di rumah sakit sebanyak 571 kasus dari 587 kasus (97,3%) dan 16 kasus lainnya terjadi setelah keluar dari rumah sakit (2,7%). Kematian pasien stroke dengan komplikasi pneumonia didapatkan sebanyak 232 kasus dari 587 kasus (39,5%) (Finlayson et al., 2011). Data register penderita stroke di RS Bethesda Yogyakarta tahun 2011-2015 memperlihatkan bahwa pneumonia merupakan salah satu jenis komplikasi yang sering muncul pada pasien stroke (5,6%).
(19)
Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada sel parenkim paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan pasien akan merasakan demam, menggigil, dyspnea, batuk produktif, dahak bewarna cokelat kemerahan atau hemoptisis dan nyeri dada pleuritik (Dipiro, 2015). Gambaran klinis pneumonia berupa peningkatan sel darah putih
(leukositosis), adanya pertumbuhan bakteri pada sputum, dan demam (suhu ≥ 380C) (Kalil
et al, 2016; Yan et al., 2014; Rotstein et al., 2008).
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri adalah komplikasi utama pada pasien stroke akut (Kishore et al., 2015). Keparahan stroke, usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, disfagia, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit arteri koroner merupakan risiko tinggi untuk mengalami pneumonia pada pasien stroke (Finlayson et al., 2011). Antibiotika merupakan terapi utama untuk pengobatan stroke dengan komplikasi pneumonia. Antibiotika yang digunakan harus fast-acting, toksisitas rendah, dan kombinasi (Sui and Zhang, 2011).
Jenis kuman yang berpotensi menjadi penyebab pneumonia diantaranya Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, Staphylococcus aurus, gram-negative bacilli (contohnya: Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter species, Serratia marcesens, Pseudomonas aeruginosa), Acinetobacter species, dan MRSA. Antibiotika empiris yang disarankan diantaranya sefalosporin generasi III (contohnya: seftriakson, seftazidim, dan sefoperazon), flurokuinolon (contohnya: levofloksasin), karbapenem (contohnya: meropenem) (Kalil et al, 2016).
Penelitian Yan et al. (2014) yang dilakukan terhadap 372 pasien stroke dengan komplikasi pneumonia memperlihatkan bahwa bakteri gram positif kokus menyumbang sebesar 25,54% dan bakteri gram negatif basil menyumbang sebesar 59,95% terhadap terjadinya resistensi antibiotika. Bakteri gram positif kokus penyebab resistensi umumnya Staphylococcus aureus, Staphylococcus haemolyticus, dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri gram negatif basil penyebab resistensi umumnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae. Resistensi antibiotika pada pasien stroke dengan komplikasi pneumonia merupakan bagian dari infeksi nosokomial sehingga diperlukan pemilihan antibotika yang tepat untuk menghindari resistensi dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional.
Penggunaan antibiotika masih banyak yang kurang tepat dan kurang optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN) yang dilakukan di 2 rumah sakit pendidikan di Indonesia, peresepan antibiotika yang tepat hanya sebesar 21% dari total peresepan (Hadi et al., 2008). Penggunaan
(20)
antibiotika yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai kerugian antara lain semakin tingginya resistensi bakteri, pemborosan biaya, dan kemungkinan efek toksik bagi pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Metode antimicrobial therapy (AMT) digunakan untuk menentukan kualitas dan ketepatan peresepan antibiotika pada pasien yang bersangkutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kualitas dan ketepatan peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Rancangan dan Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian case series. Penelitian ini dilakukan di bangsal rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Subjek penelitian adalah pasien stroke dengan komplikasi pneumonia di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode tahun 2010-2016. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan usia > 18 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan yang terdiagnosis stroke dengan komplikasi pneumonia serta menerima terapi antibiotika. Kriteria eksklusi meliputi rekam medis pasien dengan data yang tidak lengkap dan pasien stroke dengan komplikasi pneumonia yang melanjutkan pengobatan di tempat lain atau pulang paksa.
Jumlah sampel sebanyak 50 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non-random sampling dengan jenis consecutive sampling. Penelitian yang dilakukan telah mendapatkan ijin dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta berupa ethical clearance dan juga telah mendapatkan ijin dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta untuk melakukan penelitian di rumah sakit yang bersangkutan.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian antara lain lembaran catatan medis (medical record) pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dan form pengambilan data yang digunakan untuk mencatat data obyektif dan pengobatan yang diterima pasien stroke dengan komplikasi pneumonia.
(21)
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan data-data yang didapatkan dari rekam medis pasien untuk menggambarkan karakteristik pasien, pola peresepan antibiotika, dan ketepatan peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke. Analisis deskriptif mengenai karakteristik pasien dilakukan dengan mengelompokkan pasien-pasien dengan diagnosis stroke komplikasi pneumonia berdasarkan distribusi umur, jenis kelamin dan jenis stroke. Analisis deskriptif mengenai pola peresepan antibiotika terdiri atas golongan dan jenis antibiotika, rute pemberian antibiotika serta durasi pemberian antibiotika. Analisis ketepatan peresepan antibiotika dilakukan dengan menggunakan metode antimicrobial therapy (AMT). Metode AMT merupakan modifikasi dari metode Gyssens yang dilakukan oleh Willemsen. Metode AMT mencakup beberapa kategori penting untuk evaluasi penggunaan antibiotika, seperti ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotika berdasarkan spektrum, efektifitas dan toksisitas, serta ketepatan pemakaian antibiotika yang meliputi dosis pemberian, waktu pemberian, rute pemberian dan durasi pemberian (Willemsen et al., 2007). Evaluasi yang dilakukan menggunakan literatur sebagai referensi, yaitu Management of Adults With Hospital-acquired and Ventilator-associated Pneumonia: 2016 Clinical Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America and the American Thoracic Society dan beberapa jurnal terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai “Evaluasi Peresepan Antibiotika untuk Pneumonia pada Pasien
Stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” dilakukan dengan cara menelusuri data rekam
medis pasien yang didiagnosis stroke dengan komplikasi pneumonia dan menerima terapi antibiotika. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibahas menjadi beberapa bagian yaitu karakteristik pasien, pola peresepan antibiotika, dan ketepatan peresepan antibiotika.
Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dikelompokan menjadi distribusi umur, jenis kelamin, dan jenis stroke. Karakteristik pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dapat dilihat pada Tabel I.
(22)
Tabel I. Karakteristik Pasien
No Penggolongan
Demografi Parameter
Sampel
n %
1. Usia ≤ 65 tahun 16 32
> 65 tahun 34 64
2. Jenis kelamin Laki-laki 31 62
Perempuan 19 38
3. Jenis stroke Iskemik 38 76
Hemoragik 12 24
Hasil analisis (Tabel I) menunjukkan bahwa demografi pasien sebagian besar berusia > 65 tahun (64%). Data-data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien stroke dengan komplikasi pneumonia adalah kelompok usia lanjut. Pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dengan jenis kelamin laki-laki menyumbang angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan jenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 62%. Hal ini sejalan dengan penelitian Sui and Zhang (2011) yang memperlihatkan bahwa pasien stroke dengan komplikasi pneumonia sebagian besar berumur > 65 tahun (62.02%) dan jenis kelamin laki-laki menyumbang angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 55.05%. Penelitian lain yang dilakukan Finlayson et al. (2011) dan Almeida et al. (2015) juga memperlihatkan bahwa usia lanjut dan pasien dengan jenis kelamin laki-laki memiliki prevalensi tinggi untuk mengalami pneumonia pada pasien stroke.
Pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dengan jenis stroke iskemik menyumbang angka prevalensi yang lebih tinggi daripada jenis stroke hemoragik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almeida et al. (2015) yang memperlihatkan bahwa stroke iskemik dengan pneumonia menyumbang angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan stroke hemoragik dengan pneumonia dengan persentase stroke iskemik sebesar 64.7% dan stroke hemoragik sebesar 35.3%.
Pola Peresepan Antibiotika
Pola peresepan antibiotika akan dijelaskan mengenai golongan, jenis, rute pemberian dan durasi pemakaian antibiotika yang diresepkan untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
(23)
Tabel II. Golongan dan Jenis Antibiotika
No. Golongan dan Jenis Antibiotika Jumlah Peresepan Persentase (%) 1. Karbapenem
Meropenem 5 10
Imipenem 1 2
2. Sefalosporin
Seftriakson 9 18
Seftazidim 7 14
Sefoperazon 5 10
Sefoperazon-sulbaktam 5 10
Sefepim 1 2
3. Quinolon
Levofloksasin 7 14
Siprofloksasin 3 6
4. Aminoglikosida
Amikasin 6 12
5. Antibiotika lain
Tigesiklin 1 2
Total 50 100
Tercatat 11 jenis antibiotika yang diresepkan dari 50 rekam medis yang digunakan. Pada tabel II menunjukkan antibiotika yang paling sering digunakan yaitu golongan sefalosporin sebanyak 27 peresepan (54%). Jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah seftriakson sebanyak 9 peresepan (18%).
Peresepan antibiotika seftriakson banyak ditemukan pada penelitian ini terkait dengan distribusi pasien stroke dengan komplikasi pneumonia yang banyak menggunakan seftriakson sebagai salah satu terapi empiris untuk pneumonia. Hal tersebut sesuai dengan guideline ATS (2016) yang merekomendasikan terapi empiris untuk pneumonia salah satunya adalah seftriakson. Sefalosporin generasi ketiga (misalnya seftriakson dan seftazidim) memiliki spektrum yang luas dalam melawan bakteri aerob yang menjadi penyebab umum pada pneumonia (Rotstein et al., 2008).
(24)
Gambar I. Rute Pemberian Antibiotika
Rute pemberian antibiotika pada pasien stroke dengan komplikasi pneumonia yang paling banyak adalah intravena dengan persentase sebesar 92%, sedangkan sisanya sebanyak 8% diberikan secara oral. Banyaknya peresepan antibiotika secara intravena ini berkaitan dengan kondisi klinis pasien yang sebagian besar mengalami gangguan menelan, mual, muntah, dan lemas. Selain itu, alasan lain banyaknya peresepan antibiotika secara intravena yaitu pertimbangan onset yang cepat dan bioavaibilitasnya lebih baik dibandingkan dengan rute per oral. Onset yang cepat dan bioavaibilitas yang baik ini akan berpengaruh pada aksi dan efek terapeutik obat yang akan lebih cepat tercapai.
Tabel III. Durasi Pemberian Antibiotika
Antibiotika Durasi Pemberian
≤ 7 hari > 7 hari
Meropenem 2 3
Imipenem 1 -
Seftriakson 9 -
Seftazidim 5 2
Sefoperazon 2 3
Sefoperazon-sulbaktam 4 1
Sefepim 1 -
Levofloksasin 5 2
Siprofloksasin 3 -
Amikasin 5 1
Tigesiklin - 1
Jumlah 37 13
Persentase (%) 74 26
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel III, didapatkan bahwa durasi pemberian antibiotika ≤ 7 hari sebanyak 37 peresepan (74%) dan durasi pemberian antibiotika > 7 hari
8%
92%
Oral
(25)
sebanyak 13 peresepan (26%). Banyaknya persepan antibiotika ≤ 7 hari sudah sesuai dengan guideline ATS (2016) dimana durasi terapi untuk penggunaan antibiotika secara empiris ataupun definitif pada kasus pneumonia adalah ≤ 7 hari. Penggunaan antibiotika selama ≤ 7
hari tidak mengurangi manfaat dari terapi antibiotika, namun dapat meminimalisir terjadinya efek samping yang merugikan, mencegah terjadinya resistensi dan mengurangi biaya.
Penelitian lain yang dilakukan Pugh et al. (2015) juga menunjukkan bahwa terapi jangka pendek dan jangka panjang tidak memiliki perbedaan pada keterulangan pneumonia, kegagalan pengobatan, dan length of stay. Namun, terapi jangka pendek dapat mengurangi terjadinya resistensi antibiotika. Penelitian ini juga menemukan bahwa pemakaian antibiotika selama tiga hari pada pasien HAP dengan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) rendah berkaitan dengan risiko rendah mengalami infeksi dan mengalami resistensi antibiotika.
Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode antimicrobial therapy (AMT)
Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode AMT terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotika berdasarkan spektrum, efektifitas dan toksisitas, serta ketepatan pemakaian antibiotika yang meliputi dosis pemberian, waktu pemberian, rute pemberian dan durasi pemberian(Willemsen et al., 2007). Pada penelitian ini, evaluasi dilakukan untuk antibiotika empiris pada kasus tidak dilakukan kultur (20 kasus) dan antibiotika definitif peresepan terakhir pada kasus dilakukan kultur (30 kasus).
Tabel IV. Ketepatan Peresepan Antibiotika Empiris dan Definitif
Terapi Kasus Peresepan Tepat n (%)
Peresepan antibiotika empiris (n=20)
4, 5, 7, 10, 12, 13, 16, 20, 33, 34, 36, 42,
43, 49 14 (70)
Peresepan antibiotika definitif
(n=30) 1, 9, 15, 24 4 (13,33)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel IV, peresepan antibiotika empiris didapatkan ketepatan sebesar 70% dari 20 kasus dan peresepan antibiotika definitif didapatkan ketepatan sebesar 13,33% dari 30 kasus.
(26)
Tabel V. Hasil Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode antimicrobial therapy
(AMT)
Kategori Jenis Antibiotika Rekam Medis Kasus
Total (%)
Peresepan antibiotika 50 (100)
Peresepan antibiotika tepat 18 (36)
Peresepan antibiotika tidak sesuai 29 (58)
Tidak ada indikasi 0 (0)
Pemilihan antibiotika tidak sesuai* 8 (16)
Ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit 0 (0)
Ada antibiotika lain yang lebih efektif Sefoperazon 2, 19
5 (10)
Levofloksasin 11, 17 Amikasin 21 Ada antibiotika lain yang lebih aman Levofloksasin 6, 31
3 (6)
Amikasin 25
Pemakaian antibiotika tidak sesuai* 28 (56)
Dosis pemberian tidak sesuai Levofloksasin 3, 11, 27
11 (22)
Seftazidim 8, 14, 23, 35, 40, 41 Sefepim 28 Imipenem 29
Waktu pemberian tidak sesuai 0 (0)
Rute pemberian tidak sesuai Levofloksasin 3, 11
4 (8)
Siprofloksasin 32, 38 Durasi pemberian tidak sesuai Levofloksasin 17, 31
13 (26)
Seftazidim 18, 41 Sefoperazon 19, 46, 48 Meropenem 22, 37, 50
Amikasin 30 Tigesiklin 44
Sefoperazon-sulbaktam 45
Keterbatasan data untuk evaluasi ketepatan antibiotika Amikasin 21, 25, 26, 30,
39, 47 6 (12)
*Satu peresepan antibiotika dapat termasuk lebih dari satu kategori tidak sesuai
Hasil evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke ditunjukkan pada Tabel V.Tabel V menunjukkan bahwa terdapat 18 (36%) kasus peresepan antibiotika tepat dan 29 (58%) kasus peresepan antibiotika tidak sesuai dengan guideline yang digunakan dari total 36 ketidaksesuaian (lebih dari satu kategori tidak sesuai dapat ditemukan dalam satu peresepan antibiotika). Kategori-kategori ketidaksesuaian peresepan antibiotika meliputi pemilihan antibiotika tidak sesuai (16%) dan pemakaian antibiotika tidak sesuai (56%). Selain itu, ditemukan juga sebanyak 6 (12%) kasus peresepan antibiotika yang memiliki keterbatasan data untuk evaluasi ketepatan antibiotika yang 3 kasus diantaranya termasuk dalam kasus peresepan antibiotika tidak sesuai.
(27)
Tidak ada indikasi
Berdasarkan hasil evaluasi, tidak ditemukan peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini.Seluruh peresepan antibiotika sudah sesuai dengan kondisi klinis pasien. Pada pneumonia, gambaran klinisnya yaitu adanya peningkatan sel darah putih (leukositosis),
adanya pertumbuhan bakteri pada sputum, dan demam (suhu ≥ 380C) (Kalil et al, 2016; Yan
et al., 2014; Rotstein et al., 2008).
Pemilihan Antibiotika Tidak Sesuai
Ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit
Berdasarkan hasil evaluasi, tidak ditemukan peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini. Pemilihan antibiotika empiris untuk kasus yang tidak dilakukan kultur sudah sesuai dengan terapi empiris yang dianjurkan oleh guideline ATS (2016) diantaranya sefalosporin generasi III (contohnya: seftriakson, seftazidim, dan sefoperazon), flurokuinolon (contohnya: levofloksasin), karbapenem (contohnya: meropenem) dan pemilihan antibiotika definitif untuk kasus yang dilakukan kultur juga sudah sesuai dengan pola bakteri penyebab.
Ada antibiotika lain yang lebih efektif
Ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif dapat diartikan bahwa ada antibiotika lain yang lebih direkomendasikan untuk kondisi pasien karena dinilai akan memberikan outcome therapy yang lebih optimal. Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 5 (10%) kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini, yaitu sefoperazon (kasus 2 dan 19), levofloksasin (kasus 11 dan 17), dan amikasin (kasus 21). Penggunaan antibiotika pada kasus tersebut kurang efektif dikarenakan ada antibiotika lain yang lebih banyak sensitif terhadap bakteri penyebab dari masing-masing kasus dan memiliki kesesuaian terhadap fungsi ginjal ataupun fungsi hati pasien.
Pada kasus 2 didapatkan dari hasil kultur bahwa imipenem sensitif terhadap 4 bakteri penyebab dibandingkan dengan sefoperazon yang hanya sensitif terhadap 3 bakteri penyebab. Pada kasus 11 didapatkan dari hasil kultur bahwa tigesiklin sensitif terhadap 2 bakteri penyebab dibandingkan dengan levofloksasin yang hanya sensitif terhadap 1 bakteri penyebab. Pada kasus 17 didapatkan dari hasil kultur bahwa amikasin, tigesiklin, doripenem, piperasilin/tazobaktam, dan siprofloksasin sensitif terhadap 2 bakteri penyebab dibandingkan dengan levofloksasin yang hanya sensitif terhadap 1 bakteri penyebab. Pada kasus 19 didapatkan dari hasil kultur bahwa tigesiklin sensitif terhadap 3 bakteri penyebab
(28)
dibandingkan dengan sefoperazon yang hanya sensitif terhadap 1 bakteri penyebab. Pada kasus 21 didapatkan dari hasil kultur bahwa tigesiklin sensitif terhadap 6 bakteri penyebab dibandingkan dengan amikasin yang hanya sensitif terhadap 4 bakteri penyebab.
Ada antibiotika lain yang lebih aman
Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 3 (6%) kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini, yaitu levofloksasin (kasus 6 dan 31) dan amikasin (kasus 25). Pada peresepan levofloksasin (kasus 6 dan 31) ditemukan interaksi serius levofloksasin dengan cordarone yang diberikan bersamaan. Interaksi serius levofloksasin dengan cordarone dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikel sehingga penggunaannya secara bersamaan perlu dihindari (Kemenkes, 2011). Pada peresepan amikasin (kasus 25) juga ditemukan interaksi serius amikasin dengan furosemide yang diberikan bersamaan. Interaksi serius amikasin dengan furosemide dapat meningkatkan toksisitas satu sama lain dan dapat meningkatkan risiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas sehingga penggunaannya secara bersamaan perlu dihindari (Kemenkes, 2011).
Pemilihan antibiotika tidak sesuai pada penelitian ini didapatkan sebesar 16% yang terdiri atas 10% kategori ada antibiotika lain yang lebih efektif dan 6% kategori ada antibiotika lain yang lebih aman.
Pemakaian Antibiotika Tidak Sesuai Dosis pemberian tidak sesuai
Dosis pemberian antibiotika tidak sesuai dapat dikarenakan dosis yang diberikan untuk pasien melebihi dari dosis yang disarankan atau dosis yang diberikan kurang dari dosis yang disarankan. Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 11 (22%) kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini, yaitu levofloksasin (kasus 3, 11, dan 27), seftazidim (kasus 8, 14, 23, 35, 40, dan 41), sefepim (kasus 28), dan imipenem (kasus 29).
Dosis kurang ditemukan pada antibiotika levofloksasin (kasus 3, 11, dan 27), seftazidim (kasus 8, 14, 23, 35, 40, dan 41), dan sefepim (kasus 28). Dosis tinggi ditemukan pada antibiotika imipenem (kasus 29). Dosis pada kasus yang diterima pasien adalah 500 mg untuk antibiotika levofloksasin, 1 g untuk antibiotika seftazidim, sefepim, dan imipenem. Dosis yang direkomendasikan guideline ATS (2016) adalah 750 mg untuk antibiotika levofloksasin, 2 g untuk antibiotika seftazidim dan sefepim, serta 500 mg untuk antibiotika imipenem.
(29)
Rute pemberian tidak sesuai
Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 4 (8%) kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini, yaitu levofloksasin (kasus 3 dan 11) dan siprofloksasin (kasus 32 dan 38) yang diberikan secara per oral. Menurut guideline ATS (2016) rute pemberian levofloksasin dan siprofloksasin yang disarankan untuk pneumonia adalah secara intravena. Hal ini juga berkaitan dengan kondisi pasien yang mengalami gangguan menelan, mual, muntah, dan lemas sehingga rute pemberian per oral tidak sesuai.
Waktu pemberian tidak sesuai
Waktu pemberian antibiotika merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi ketersediaan obat di dalam sirkulasi sistemik yang berdampak pada efek terapeutik yang dihasilkan. Berdasarkan hasil evaluasi, tidak ditemukan kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini.
Durasi pemberian tidak sesuai
Menurut guideline ATS (2016), durasi terapi untuk pemakaian antibiotika secara empiris ataupun definitif pada kasus pneumonia adalah ≤ 7 hari. Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 13 (26%) kasus peresepan yang masuk dalam kategori ini dimana durasi pemberiannya terlalu lama (> 7 hari) yaitu pada antibiotika levofloksasin (kasus 17 dan 31), Seftazidim (kasus 18 dan 41), sefoperazon (kasus 19, 46, dan 48), meropenem (kasus 22, 37, dan 50), Amikasin (kasus 30), Tigesiklin (kasus 44), dan sefoperazon-sulbaktam (kasus 45).
Pemberian antibiotika selama 8 hari ditemukan pada kasus 18, 19, 44, dan 48. Pemberian antibiotika selama 9 hari ditemukan pada kasus 37 dan 41. Pemberian antibiotika selama 10 hari ditemukan pada kasus 22, 30, 31, 45, 46, dan 50. Pemberian antibiotika selama 11 hari ditemukan pada kasus 17.
Pemakaian antibiotika tidak sesuai pada penelitian ini didapatkan sebesar 56% yang terdiri atas 22% kategori dosis pemberian tidak sesuai, 8% kategori rute pemberian tidak sesuai, dan 26% kategori durasi pemberian tidak sesuai.
Keterbatasan Data untuk Evaluasi Ketepatan Antibiotika
Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak 6 (12%) kasus peresepan antibiotika yang masuk dalam kategori ini, yaitu amikasin (kasus 21, 25, 26, 30, 39, dan 47). Pada masing-masing kasus tersebut, peneliti tidak dapat memperoleh data berat badan pasien.
(30)
Berat badan pasien menjadi penting untuk menilai ketepatan dosis harian dari penggunaan antibiotika amikasin yang dosis hariannya disesuaikan dengan berat badan pasien.
Peresepan antibiotika tepat
Peresepan antibiotika dikatakan tepat apabila telah memenuhi seluruh kategori, yaitu tepat indikasi, tepat pemilihan antibiotika berdasarkan spektrum, efektifitas dan toksisitas, serta tepat pemakaian antibiotika yang meliputi dosis pemberian, waktu pemberian, rute pemberian dan durasi pemberian (Willemsen et al, 2007). Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan sebanyak18 (36%) kasusperesepan antibiotika yang tergolong tepat. Antibiotika yang tergolong tepat antara lain, meropenem (kasus 1 dan 16),seftriakson (kasus 4, 5, 9, 10, 13, 20, 33, 34, dan 36), levofloksasin (kasus 43), siprofloksasin (kasus 24), sepoferazon-sulbaktam (kasus 7, 12, 15, dan 42), dan sepoferazon (kasus 49).
Luaran pasien stroke dengan komplikasi pneumonia
Luaran pasien stroke dengan komplikasi pneumonia yang menerima terapi antibiotika dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Luaran Pasien Stroke dengan Komplikasi Pneumonia yang Menerima Terapi
Antibiotika
Luaran Kasus Peresepan Tepat Kasus Peresepan Tidak Sesuai
Mandiri tanpa gejala sisa - 17
Dengan sedikit bantuan 10, 12, 16, 42 2, 3, 14, 21, 22
Dengan banyak bantuan 9, 13, 24, 33 11, 19, 23, 28, 31, 32, 44
Tergantung penuh 1, 5, 15, 20 25, 27, 29, 30, 46, 50
Program home care 7, 34, 36, 43 18, 35, 37, 38, 40, 41, 45, 48
Meninggal dunia 4, 49 6, 8
Jumlah 18 29
Luaran pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dengan kasus peresepan antibiotika tepat didapatkan 4 kasus dengan sedikit bantuan, 4 kasus dengan banyak bantuan, 4 kasus tergantung penuh, 4 kasus program home care, dan 2 kasus meninggal dunia. Luaran pasien stroke dengan komplikasi pneumonia dengan kasus peresepan antibiotika tidak sesuai dengan guideline didapatkan 1 kasus mandiri tanpa gejala sisa, 5 kasus dengan sedikit bantuan, 7 kasus dengan banyak bantuan, 6 kasus tergantung penuh, 8 kasus program home care, dan 2 kasus meninggal dunia.
(31)
Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan rancangan penelitian case series, yang mana evaluasi peresepan antibiotika dilakukan satu per satu kasus. Selain itu, Metode antimicrobial therapy (AMT) yang digunakan memungkinkan untuk mengevaluasi keseluruhan kategori peresepan antibiotika.
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan dimana ada data atau kelengkapan penelitian yang dapat menunjang hasil penelitian namun tidak dapat diakses oleh peneliti, seperti data berat badan pasien. Berat badan pasien menjadi penting untuk menilai ketepatan dosis harian dari penggunaan antibiotika tertentu yang dosis hariannya disesuaikan dengan berat badan pasien. Selain itu, ditemukan juga beberapa kasus yang tidak dilakukan kultur. Data yang bersifat retrospektif sehingga peneliti tidak dapat mengikuti perkembangan kondisi pasien.
KESIMPULAN
Evaluasi peresepan antibiotika untuk pneumonia pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan metode antimicrobial therapy (AMT) diperoleh ketepatan sebesar 36%.
SARAN
Perlunya pemantauan dalam penggunaan antibiotika oleh tenaga medis di rumah sakit yang bersangkutan untuk menjaga dan meningkatkan ketepatan penggunaan antibiotika. Perlu juga adanya penelitian lebih lanjut dengan pendekatan prospektif dengan memonitoring perkembangan kondisi pasien setiap harinya sehingga dapat melakukan wawancara yang lebih mendalam kepada dokter, perawat, dan apoteker terkait pemilihan antibiotika yang digunakan.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, S.R.M., Bahia, M.M., Lima, F.O., Paschoal, I.A., Cardoso, T.A.M.O., and Li, L.M., 2015, Predictors of pneumonia in acute stroke in patients in an emergency unit, Arq Neuropsiquiatr, 73 (5), 415-419.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 93.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, hal. 46.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., and Dipiro, C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition, McGraw-Hill, United States, p. 412.
Finlayson, O., Kapral, M., Hall, R., Asllani, E., Selchen, D., and Saposnik, G.,2011, Risk factors, inpatient care, and outcomes of pneumonia after ischemic stroke, Neurology, 77 (14), 1338–1345.
Hadi, U., Duerink, D.O., Lestari, E.S., Nagelkerke, N.J., Keuter, M., Huis In’t Veld, D., et al., 2008, Audit of antibiotic prescribing in two governmental teaching hospitals in Indonesia, Clinical Microbiology and Infection, 14 (7), 698–707.
Hannawi, Y., Hannawi, B., Rao, C.P.V., Suarez, J.I., and Bershad, E.M., 2013, Stroke-Associated Pneumonia: Major Advances and Obstacles, Cerebrovascular Diseases, 35 (5), 430–443.
Hong, K., Saver, J.L., Kang, D., Bae, H., Yu, K., Koo, J., et al., 2010, Years of Optimum Health Lost Due to Complications After Acute Ischemic Stroke Disability-Adjusted Life-Years Analysis, Stroke, 1758-1765.
Ingeman, A., Andersen, G., Hundborg, H.H., Svendsen, M.L., and Johnsen, S.P., 2011, Processes of Care and Medical Complications in Patients with Stroke, Stroke, 42 (11), 167-172.
Kalil, A.C., Metersky, M.L., Klompas, M., Muscedere, J., Sweeney, D.A., Palmer, L.B., et al, 2016, Management of Adults With Hospital-acquired and Ventilator-associated Pneumonia: 2016 Clinical Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America and the American Thoracic Society, Clinical Infectious Diseases, 1-51. Kishore, A.K., Vail, A., Chamorro, A., Garau, J., Hopkins, S.J., Di Napoli, M., et al., 2015,
How Is Pneumonia Diagnosed in Clinical Stroke Research? A Systematic Review and Meta-Analysis, Stroke, 46 (5), 1202–1209.
(33)
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Menteri Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Pinzon, R.T., Adnyana, K.S.G., dan Sanyasi, R.D.L.R., 2016, Profil Epidemiologi Stroke: Gambaran Tentang Pola Demografi, Faktor Risiko, Gejala Klinik, dan Luaran Klinis Pasien Stroke, Betha Grafika, Yogyakarta, pp. 37-38, 42-43.
Pugh, R., Grant, C., Cooke, R.P.D., and Dempsey, G., 2015, Short-course versus prolonged-course antibiotic therapy for hospital-acquired pneumonia in critically ill adults, Cochrane Database of Systematic Reviews, 8, 5-61.
Rotstein, C., Evan, G., Born, A., Grossman, R., Light, R.B., Magder, S., et al., 2008, Clinical practice guidelines for hospital-acquired pneumonia and ventilator-associated pneumonia in adults, Can J Infect Dis Med Microbiol, 19 (1), 19-53.
Sui, R., and Zhang, L., 2011, Risk factors of stroke-associated pneumonia in Chinese patients. Neurological research, 33 (5), 508–513.
Tong, X., Kuklina, E.V., Gillespie, C., and George, M.G., 2010, Medical Complications Among Hospitalizations for Ischemic Stroke in the United States From 1998 to 2007, Stroke, 41, 980-986.
Willemsen, I., Groenhuijzen, A., Bogaers, D., Stuurman, A., Keulen, P.V., and Kluytmans, J., 2007, Appropriateness of Antimicrobial Therapy Measured by Repeated Prevalence Surveys, 51 (3), 864–867.
World Health Organization, 2014, Global Health Estimates: Death by Cause, Age, Sex, and Country, 2000-2012, WHO, Geneva.
Yan, L., Qing, Y., Xingyi, J., and Hongbo, Q., 2014, Etiologic Diagnosis and Clinical Treatment of Multiple Drug-Resistant Bacteria Infection in Elderly Patients with Stroke-Associated Pneumonia After Neurosurgery, Cell Biochemistry and Biophysics, 71 (2), 731–734.
(34)
Lampiran 1. Data Pasien Stroke dengan Komplikasi Pneumonia yang Menerima Terapi Antibiotika Periode 2010-2016
No. No. RM Inisial Usia (tahun) Jenis kelamin Lama rawat (hari) Jenis
stroke Anamnesis
Tekanan darah (mmHg)
Hasil laboratorium Peresepan antibiotika
1 01991106 TR 70 P 15 Iskemik
Sering kesemutan ± 10 hari lalu, sejak 3 hari lalu tidak bisa bicara, dan akhirnya
tidak sadarkan diri
140/70
Leukosit 20.01 H (10/01) Ureum 45.2 Kreatinin 0.60
SGOT 17.4 SGPT 12.0 Leukosit 9.79 (22/01)
PARENTERAL Manitol 125 cc 3x1 Seftazidim 2 g 2x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml 3x1 Novorapid 6-8 ui 3x1 Meropenem 1 g 3x1 Lantus 10-14 ui 1x1 Omeprazole 40 mg 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1
2 01966938 S 75 L 14 Iskemik
Pasien tiba-tiba jatuh dan pingsan saat berada di sawah
150/80
Leukosit 17.59 H (17/05) Ureum 35.4 Kreatinin 1.0
SGOT 20.5 SGPT 10.0
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Lovenox 0.4 cc 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml 3x1 Manitol 100 cc 2x1 Omeprazole 40 mg 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Sefoperazon 1 g 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 Pletaal 50 mg 1x1 Serolin 20 mg 3x1 Lansoprazole 30 mg 2x1
3 01992741 FM 48 L 16 Iskemik
Hemiparese (tangan kanan dan kaki kanan lemah), sulit berjalan, dan sulit menelan
120/80
Leukosit 19.84 H (03/08) Ureum 25 Kreatinin 1.74 H Leukosit 17.80 H (13/08)
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Seftazidim 1 g 3x1
(35)
Pantoprazole 40 mg 1x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Cedantron 4 mg//2 ml 1x1
NON PARENTERAL Betaserc 24 mg 2x1 Ikalep 300 mg 2x1
Mucopect syr 15 mg/5 ml 2-3x1 cth
Tromboaspilet 80 mg 1x1 Diovan 40 mg 1x1 Q-ten 100 mg 1x1 Levofloksasin 500 mg 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Domperidone 10 mg 2-3x1 Bisoprolol 2.5 mg 1x1
4 01995477 SW 72 L 7 Iskemik
Pasien tirah baring lama ± 6 bulan, sesak,
tidak mau makan ± 2 hari, dan kesadaran
menurun
110/70
Leukosit 13.10 H (16/04) Ureum 152.5 H Kreatinin 1.34 H
SGOT 12.5 SGPT 7.0 Leukosit 8.14 (18/04) Leukosit 5.28 (21/04)
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Pamol 500 mg 2x1 Vestein 300 mg 2x1
5 01990002 AS 85 L 7 Iskemik
Hemiparese (anggota gerak kanan lemas), sesak nafas, tidak bisa
bicara, gelisah
130/80
Leukosit 15.29 H (19/12) Ureum 37 Kreatinin 1.01
SGOT 36.2 SGPT 33.0 Leukosit 6.20 (26/12)
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml 2x1 Omeprazole 40 mg 1x1
NON PARENTERAL PCT 500 mg 3x1 Farmasal 100 mg 1x1
6 00979983 HMD 54 P 15 Iskemik Bicara pelo dan badan
lemas 110/80
Leukosit 14.81 H (13/03) Ureum 29.6 Kreatinin 0.60
SGOT 13.9 SGPT 12.8 Leukosit 15.52 H (22/03)
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml Novorapid 8-12 ui Lavemir 10-12 ui Seftazidim 1 g IV 2x1
(36)
Leukosit 9.18 (27/03) Novorapid+50 cc Nacl 50 u 1x1 Lasix+50 cc Nacl 1x1
Levofloksasin 750 mg IV 1x1 Farmadol 1 g/100 ml
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 Lipitor 20 mg 1x1 Trizedon MR 35 mg 2x1 Triatec 2.5 mg 1x1 Vectrine 300 mg 3x1 Lasix 40 mg 1-1-0 Aspar K 300 mg 1x1 Cordarone 200 mg 2x½
7 01987046 HS 76 L 6 Iskemik
Bicara pelo, badan lemas, dan kesadaran
menurun
180/90
Leukosit 18.47 H (11/10) Ureum 50.1 H Kreatinin 0.86 SGOT 35.5 SGPT 41.3
PARENTERAL Sulperazon 1 g 2x1 Tarontal 100 mg/5 ml 1x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 PCT 500 mg 3x1
8 01976881 DS 79 P 4 Iskemik
± sulit menelan makanan dan badan
lemas
120/80
Leukosit 36.68 H (20/01) Ureum 136.9 H
Kreatinin 0.9 SGOT 25.8 SGPT 25.2
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Citicoline 250 mg/2 ml 2x1 Seftazidim 1 g 2x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 3x1 Forneuro 2x1
9 01023638 M 54 L 6 Iskemik Nafas ngorok dan
kesadaran menurun 160/80
Leukosit 16.44 H (12/05) Ureum 23.5 Kreatinin 0.78
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Nacl 3% 100 cc 3x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 2-3x1 Nacl pulv 500 mg 3x1 Metformin 500 mg 1-0-0
(37)
10 01951298 S 53 L 12 Iskemik
Kesadaran menurun, anggota gerak kanan lemas, dan diartria
210/110
Leukosit 11.51 H (11/03) Ureum 28.8 Kreatinin 0.86
SGOT 16.1 SGPT 12.5 Leukosit 8.27 (19/03)
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Manitol 125 cc 2-3x1 Nimotop 10 mg/50 ml 1-2x1 Seftriakson 1 g 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Norvask 5 mg 1x1 Neulin PS 2-3x1 Nimotop 30 mg 2-3x1 Risperidon 2 mg 1x1 Candecartan 8 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 As. Folat 1 mg 2-3x1 Amlodipine 10 mg 1x1 Pletaal 50 mg 1-2x1
11 01981569 S 59 L 13 Iskemik
Kelemahan anggota gerak, sesak nafas, pusing, mual, muntah
190/110
Leukosit 19.02 H (11/03) Ureum 28.2 Kreatinin 1.2
SGOT 20.6 SGPT 26.7
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml 3x1 Lovenox 0.4 cc 1x1 Piracetam 1.2 g 1x1 Manitol 125 cc 3-4x1 Primperan 10 mg/2 ml Ranitidine 50 mg/2 ml Seftazidim 1 g IV 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 Pamol 500 mg 1-3x1 Yekalgin 3x1
Furosemide 40 mg 1x1 Aspar K 300 mg 1x1 Citicoline 500 mg 2x1 Ranitidine 150 mg 2x1 Levofloksasin 500 mg 1x1
12 01997062 B 71 L 13 Iskemik
Saat mandi pagi tiba-tiba anggota gerak kiri
lemas dan merasa pusing
140/90
Leukosit 5.36 (23/05) Ureum 26.3 Kreatinin 1.2 SGOT 16.9 SGPT 13.2
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Arixtra 2.5 mg/0.5 ml
(38)
Leukosit 11.6 H (28/05) NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Lipitor 10 mg 1x1 Kalxetin 10 mg 1x1 Aricept 5 mg 1x1 Vectrine 300 mg 3x1 Brainact 500 mg 3x1
13 01998950 SH 75 L 6 Hemoragik
Hemiparese (anggota gerak kanan lemas),
sesak nafas, dan kesadaran menurun
140/80
Leukosit 11.85 H (07/07) SGOT 84.1 H
SGPT 38.8
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Citicoline 250 mg/2 ml 2x1 As. Traneksamat 500 mg 3x1 Ketorolac 30 mg/1 ml 2x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Vit K 10 mg/ml 3x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 3x1
14 00348660 S 73 P 3 Iskemik
Batuk, pusing, mual + muntah, tangan kanan kesemutan, gelisah
110/60
Leukosit 14.30 H (21/04) Ureum 33.2 Kreatinin 0.67
SGOT 19.3 SGPT 12.1
PARENTERAL
Tarontal 100 mg/ 5 ml 1x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Seftazidim 1 g 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Metformin 500 mg 2x1 Betaserc 24 mg 3x1
15 02009132 SAH 69 L 28 Iskemik
Tangan dan kaki kanan lemas dan tidak
bisa bicara
120/80
Leukosit 18.48 H (17/03) Ureum 26.0 Kreatinin 0.82
SGOT 20.8 SGPT 15.0
PARENTERAL Lasix+50 cc Nacl 1x1 Kalmetasone 4 mg/ml 1x1 Dobutamine 250 mg/10 ml 1x1 Seftriakson 1 g 2x1
Sulperazon 1 g 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Plavix 75 mg 1x1 Aspar K 300 mg 1-2x1 Atorvastatin 20 mg 1x½ Interhistin 50 mg 2x1 Neulin PS 2x1 Lasix 40 mg 1x½
(39)
Theragran-M 1x1 Q-ten 100 mg 1x1
16 02030220 TK 70 L 17 Iskemik Kesadaran menurun 80/50
Leukosit 15.31 H (30/09) Ureum 21.2 Kreatinin 0.84
SGOT 28.0 SGPT 16.8 Leukosit 7.45 (07/10) Leukosit 7.67 (08/10)
PARENTERAL Tamoliv 1 g/100 ml Pantoprazole 40 mg 1-2x1 Narfoz 4 mg/2 ml 2x1 Meropenem 1 g 3x1
Dobutamine 250 mg/4 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Lovenox 0.4 cc 1x1 Cedantron 8 mg 1x1 Albumin 20% 100 cc 1x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg B/P VIP Albumin 500 mg 3x2 Pradaksa 110 mg 2x1 Domperidone 10 mg 2-3x1 Levazide 2-3x1
Vectrine 300 mg 3x1 Furosemide 40 mg 1x1 Aspar K 300 mg 1x1 Lansoprazole 30 mg 1x1
17 00695331 KAH 70 L 10 Iskemik Kelemahan anggota
gerak 130/80
Leukosit 18.24 H (10/10) Ureum 12.5 Kreatinin 0.70
SGOT 13.7 SGPT 15.1
PARENTERAL
Cravit (levofloksasin) 750 mg 1x1
Nicholin 250 mg/2 ml 3x1 Methycobal 500 mcg/1 ml 3x1 Primperan 100 mg/2 ml 3x1 Omeprazole 20 mg 1x1
NON PARENTERAL Ascardia 80 mg 1x1 Glisodin 250 iu 1x1 Zyloric 300 mg 1x1 Memoran 100 mg 3x1 Enercore 8 g 1x1 Fluimucil 200 mg 3x1
18 02011750 S 36 L 12 Hemoragik
Pasien mengeluh pusing, keringat dingin, dan kesadaran
menurun
110/80
Leukosit 13.70 H (22/05) Ureum 20.1 Kreatinin 0.81 Ureum 23.2 (26/05)
PARENTERAL Kalnex 500 mg 3x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 Pantoprazole 40 mg 1x1
(40)
Kreatinin 0.70 Leukosit 10.10 (30/05)
Fenitoin 100 mg 2x1 Seftazidim 2 g 3x1 Torasic 30 mg/ml 2x1 Lasix 20 mg/2ml 1x1 Omeprazole 20 mg 2x1
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 2x1 Nutriflam 3x1 Imunos 1x1
Loratadine 10 mg 1x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Prohiper 10 mg 1x½ Aldactone 25 mg 1x1 Nonflamin 50 mg 2-3x1 Lansoprazole 30 mg 1x1
19 01973950 KS 85 L 15 Iskemik
Badan sebelah kanan lemas, bicara tidak
jelas dan tidak nyambung dan pendengaran kurang
120/80
Leukosit 19.32 H (11/11) Ureum 79.3 H Kreatinin 1.30 H
SGOT 23.0 SGPT 8.8 Leukosit 11.90 H (17/11)
Ureum 44.5 Kreatinin 0.80
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Sefoperazon 1 g 2x1 Citicoline 250 mg/2 ml 3x1 Renxamin 1x1
Pantoprazole 40 mg 1x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Pamol 500 mg 3x1 Memoran 100 mg 3x1 Allopurinol 100 mg 2x1
20 02010154 R 44 L 5 Hemoragik
Pasien mendadak muntah-muntah, kesadaran menurun,
dan nafas ngorok
200/110
Leukosit 20.15 H (12/04) Ureum 27.4 Kreatinin 1.36 H
SGOT 18.1 SGPT 11.4
PARENTERAL Kalnex 500 mg 3x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 Furosemide 20 mg/2 ml 1x1 Blistra+50 cc Nacl 10 mg 1x1 Novorapid+50 cc Nacl 50 u 1x1 Seftriakson 1 g 2x1
Omeprazole 20 mg 2x1 Farmadol 1 g/100 ml 2-3x1
NON PARENTERAL Antasida syr 100 cc 3x1 Aspar K 300 mg 2x1
(41)
Atrovastatin 20 mg 1x1 Nimotop 30 mg 2-4x1 Metformin 500 mg 3x1
21 01003921 S 73 L 26 Iskemik
2 hari yang lalu pasien tidak bisa bicara, bibir perot,
badan lemes
150/80
Leukosit 6.08 (28/02) Ureum 45.7 Kreatinin 1.48 H
SGOT 16.0 SGPT 14.3 Leukosit 16.79 H (14/03)
Ureum 68.8 H Kreatinin 1.37 H Leukosit 10.70 H (19/03)
Ureum 49.1 Kreatinin 0.93 Leukosit 8.24 (23/03)
PARENTERAL Lasix+50 cc Nacl 1x1 Sefoperazon 1 g IV 2x1 Farmadol 1 g/100 ml B/P Amikasin 500 mg IV 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Plavix 75 mg 1x1 Aspar K 300 mg 2x1 Lasix 40 mg 1-0-0 Neulin PS 2-3x1 Theragran-M 1x1 Pamol 500 mg B/P
22 01950501 SHW 78 P 14 Iskemik Kesadaran menurun 110/70
Leukosit 12.00 H (25/07) Ureum 70.2 H Kreatinin 1.33 H
SGOT 56.1 H SGPT 20.5 Leukosit 13.3 H (01/08)
Ureum 25.5 Kreatinin 0.44 L
PARENTERAL
Ondansentron 4 mg/2 ml 2x1 Cernevit 1x1
Sulperazon 1 g 2x1 Brainact 500 mg/4 ml 2x1 Dicynon 250 mg 3x1 Meropenem 1 g 2x1
NON PARENTERAL Madopar 2x1
Fluimucil syr 15 mg/5 ml 3x1 cth Inpepsa syr 500 mg/5 ml 3x1 cth
23 02011229 IRS 48 P 12 Hemoragik
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh pusing dan kesadaran
menurun
180/100
Leukosit 12.99 H (09/05) Ureum 32.7 Kreatinin 0.57 SGOT 28.5 (10/05)
SGPT 28.9 Leukosit 7.87 (14/05)
PARENTERAL
Ceremax 10 mg/50 ml 1x1 Lasix+50 cc Nacl 1x1 Kalnex 500 mg 3x1 Vit K 10 mg/ml Seftazidim 1 g 2x1 Manitol 250 cc 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Herbesser 50 ml+50 cc Nacl 1x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 3x1 Lipitor 20 mg 1x1
(42)
Ikalep 250 mg 2x1 Amlodipine 10 mg 1x1 Candecasartan 16 mg 1x1 Cataflam fast 50 mg 2x1 Noperten 5 mg 1x1 Lasix 40 mg 1-1-0 Aspar K 300 mg 1-1-0 Q-ten 100 mg 1x1
24 02001325 TG 68 L 11 Iskemik
Badan lemas ± 1 minggu, sesak nafas,
dan kesadaran menurun
120/70
Leukosit 11.73 H (25/12) Leukosit 9.21 (29/12) Leukosit 10.30 (03/01)
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Nacl 3% 100 cc 1x1 Siprofloksasin 400 mg 1x1
NON PARENTERAL Hemobion 1x1 Pronicy 4 mg 2x1 Farmasal 100 mg 1x1 Rifampicin 300 mg 1x1 Pehadoxin 1x1
25 02006861 SA 74 P 12 Iskemik
Pasien mengeluh pusing, muntah-muntah, tidak bisa bicara, dan kesadaran
menuurn
160/90
Leukosit 11.97 H (18/01) Ureum 33.1 Kreatinin 0.63
SGOT 17.9 SGPT 11.2
PARENTERAL Sulperazon 1 g 2x1 Lasix 20 mg/2 ml 1x1 Nacl 3% 100 cc 2x1 Ivelip 1x1
Carnevit+Nacl 100 cc 1x1 Omeprazole 40 mg 1-2x1 Citicoline 500 mg 3x1 Amikasin 500 mg 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Lipitor 10 mg 1x1 Aspar K 300 mg 2x1 Nacl 500 mg 3x1 Lasix 40 mg 1x1 Prohiper 10 mg 2x1 Omeprazole 20 mg 1x1 Fluimucil 15 mg/5 ml 3x1 cth
26 00705241 LT 70 L 14 Iskemik
Kepala berat, tiba-tiba mau jatuh, badan lemas, nafas ngorok,
tidak bisa diajak
110/70
Leukosit 13.19 H (11/01) Ureum 50.9 H Kreatinin 0.91 SGOT 18.7
PARENTERAL Lasix+50 cc Nacl 1x1 Manitol 125 cc 3-4x1 Seftriakson 1 g 2x1
(43)
komunikasi, dan kesadaran menurun
SGPT 10.8 Pantoprazole 40 mg 1x1 Farmadol 1 g/100 ml 3x1 Kalmetasone 4 mg/ml 1x1 Novorapid 4-12 ui 2-3x1 Vit K 10 mg/ml 2x1
Dobutamine 250 mg/10 ml 1x1 Ivelip 1x1
Amikasin 500 mg 2x1 Omeprazole 20 mg 1-2x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Ondansentron 4 mg/2 ml 2x1
NON PARENTERAL Trozedon MR 35 mg 2x1 Sporacid 100 mg 1x1 Citicoline 500 mg 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Pamol 500 mg 3x1 Aspar K 300 mg 2x1 Metformin 500 mg 1x1 CTM 4 mg 1x1 Nacl pulv. 500 mg 3x1 Glaucon 250 mg 3x1
27 01720545 HS 67 P 10 Hemoragik
Pasien jatih di sawah kemudian kaki dan tangan kanan tidak bisa digerakkan dan
tidak bisa bicara
150/70
Leukosit 9.41 (12/07) Ureum 19.4 Kereatinin 0.97 Leukosit 15.00 H (14/07)
Leukosit 10.45 (21/07)
PARENTERAL
As. Traneksamat 500 mg 3x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 Lasix+50 cc Nacl 1x1 Vit C 200 mg/2 ml 2x1 Levofloksasin 500 mg 1x1 Nacl 3% 100 cc 1x1 Alinamin F 25 mg/10 ml 1x1
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 2-3x1 Pamol 500 mg B/P Aldactone 25 mg 1x1 Irbesartan 300 mg 1x1 Neulin PS 2x1 Kalnex 500 mg 3x1
(44)
28 02015456 S 55 L 16 Iskemik
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak dan afasia
160/90
Leukosit 25.07 H (26/08) Ureum 21.7 Kereatinin 0.86
SGOT 21.3 SGPT 23.3 Leukosit 16.7 H (04/09)
Leukosit 10.50 (08/09)
PARENTERAL Seftazidim 1 g 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Sefepim 1 g 2x1
PCT inf 1 g/100 ml
NON PARENTERAL Simvastatin 10 mg 1x1 Kalxetin 10 mg 1x1 Aricept 5 mg 1x1
Vectrine syr 175 mg/5 ml 2-3x2 cth
29 02011223 RH 78 P 18 Iskemik
Pasien tidak mau makan, susah bicara,
dan afasia
130/80
Leukosit 18.30 H (25/12) SGOT 15.8
SGPT 7.1 Leukosit 10.90 (01/01)
Ureum 33.9 (02/01) Kereatinin 0.47 Leukosit 14.10 H (06/01) Leukosit 20.85 H (07/01) Leukosit 10.50 (10/01)
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Citicoline 250 mg/2 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 2x1 Seftazidim 1 g 2x1 Lasix 20 mg/2 ml 1x1 Meropenem 2 g 2x1 Albumin 20% 100 cc 1x1 Imipenem 1 g 3x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Lipitor 40 mg 1x1 Trizedon MR 35 mg 2x1 CPG 75 mg 1x1 Pamol 500 mg 3x1 Levazide 3x1 Aricept 5 mg 1x1 Lasix 40 mg 1-1-0 VIP Albumin 500 mg 3x2 Brainact 500 mg 3x1
30 02005624 W 63 L 15 Iskemik
Pasien sulit menelan, batuk-batuk, demam,
sputum banyak, pusing
160/90
Leukosit 14.11 H (14/11) Ureum 30.4 (15/11)
Kreatinin 0.85 Leukosit 16.20 H (21/11)
Leukosit 10.30 (25/11) Ureum 42.7 (26/11)
Kreatinin 0.84
PARENTERAL Seftazidim 1 g 2x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Dobutamine 250 mg/10 ml 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Amikasin 500 mg 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1
(45)
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Spironolactone 25 mg 1x1 Ambroxol 30 mg 2-3x1 Pamol 500 mg 3x1 Cetirizine 10 mg 1x1 Dramamine 50 mg 2x1 Glucobay 50 mg 1x1 Ikalep 250 mg 2x1
31 02025862 S 74 L 31 Iskemik
± 1 minggu tidak bisa jalan, bicara pelo,
sesak nafas, dan kesadaran menurun
150/90
Leukosit 10.42 (30/05) Ureum 56.8 H Kereatinin 1.39 H Leukosit 18.10 H (05/06)
Leukosit 4.73 (13/06)
PARENTERAL Bralin 1000 mg 2x1 Stabaktam 1 g 2x1 Neulin 500 mg 3x½
Cravit (levofloksasin) 750 mg 1x1
Pantoprazole 40 mg 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Vaclo 75 mg 1x1 Pamol 500 mg 3x1
Cordarone 200 mg 3x½ dan 2x1 Trizedon MR 35 mg 2x1 Tonicard 1-2x1
Plavix 75 mg 1x1 Claritin 10 mg 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Neulin PS 3x1
Mucopect syr 15 mg/5 ml 2-3x1 Ambroxol 30 mg/5 ml 3x5 cc
32 02021620 AAH 71 L 6 Iskemik
Pasien mengalami kejang dan kesadaran
menurun
140/80
Leukosit 13.26 H (06/09) Ureum 29.8 Kreatinin 0.31
PARENTERAL Pantoprazole 40 mg 2x1 Ondansentron 4 mg/2 ml 2x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Seftazidim 1 g 2x1
NON PARENTERAL Antasida syr 3x1 cth Ambroxol 30 mg/5 ml 3x5 cc Siprofloksasin 400 mg 2x1 Ikalep 300 mg 2x1
(46)
Levazide 3x1
Lansoprazole 30 mg 1x1
33 02032248 D 71 P 8 Iskemik
Kelemahan anggorta gerak kanan dan kesadaran menurun
110/80
Leukosit 14.9 H (24/11) Ureum 159 H Kreatinin 2.79 H
SGOT 62.7 H SGPT 45.1 H Leukosit 18.06 H (25/11)
PARENTERAL Novorapid 10-14 ui 3x1 Pantoprazole 40 mg 1-2x1 Seftriakson 1 g 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Novorapid+50 cc Nacl 50 u 1x1 Rantin ekstra 50 mg/2 ml 1x1
NON PARENTERAL Antasida syr 3x1 cth Amlodipine 5 mg 1x1 PCT 500 mg 3x1 Metformin 500 mg 3x1 Lansoprazole 30 mg 1x1
34 02033040 A 52 P 15 Hemoragik
Pasien muntah-muntah dan kesadaran
menurun
170/90
Leukosit 14.63 H (15/12) Ureum 21.9 Kreatini 0.59
PARENTERAL Fenitoin 100 mg 2x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 As. Traneksamat 500 mg 3x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Furosemide 20 mg/2 ml Seftriakson 1 g 2x1
NON PARENTERAL Antasida syr 3x1 cth Amlodipine 10 mg 1x1 Irbesartan 300 mg 1x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Venosmil 200 mg 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Clonidine 150 mcg 1x1 PCT 500 mg B/P
35 02026810 B 70 P 4 Hemoragik
Kelemahan anggota gerak kiri dan kesadaran menurun
190/120
Leukosit 16.66 H (26/06) Ureum 27.3 Kreatini 0.62
SGOT 30.2 SGPT 15.4
PARENTERAL Lasix 20 mg/2 ml 1x1 Pantoprazole 40 mg 2x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 As. Traneksamat 500 mg 3x1 Seftazidim 1 g 2x1
(47)
NON PARENTERAL Antasida syr 3x1 cth PCT 500 mg 1x1 Amlodipine 10 mg 1x1
36 02034411 MS 78 L 10 Iskemik
Kelemahan anggota gerak kiri dan kesadaran menurun
130/70 Leukosit 11.61 H (17/01) Leukosit 8.29 (25/01)
PARENTERAL Seftriakson 1 g 2x1 Tarontal 100 mg/5 ml 1x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Atorvastatin 20 mg 1x1 Vit B12 100 mcg Vit B6 25 mg 1x1 Vit B1 100 mg 1x1 Miniaspi 100 mg 1x1 Piracetam 1.2 g 2x1
37 02027030 S 72 P 18 Iskemik
Pasien mengalami diare ± 3 hari, nyeri perut kiri, sesak nafas,
badan lemas, dan muntah
130/80
Leukosit 6.33 (30/01) Ureum 30.0 Kreatinin 0.96 Leukosit 15.16 H (04/02) Leukosit 13.55 H (05/02) Leukosit 15.42 H (06/02) Leukosit 10.90 (13/02)
PARENTERAL
Citicoline 250 mg/2 ml 2x1 Ondansentron 4 mg/2 ml 2x1 Seftazidim 1 g 2x1
Metilprednisolon 125 mg 1-2x1 Meropenem 1 g 3x1
Omeprazole 40 mg 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 1x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Salbutamol 2 mg 3x½ Fluimuicil syr 15 mg/5 ml 3x1 cth
Trolit 3x1
Digoxin 0.25 mg 1-3x½ Bronsolvan 150 mg 3x1
38 02027764 WR 87 L 11 Hemoragik
Pasien merasakan pusing dan tidak mau
makan
180/90
Leukosit 14.85 H (25/07) Ureum 49.9 Kreatinin 1.36 H Leukosit 9.62 (03/08)
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Seftazidim 1 g 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Lasix 20 mg/2 ml 1x1
(48)
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 Ambroxol 30 mg/5 ml 3x5 cc Amlodipine 10 mg 1x1 Levazide 3x1
Pamol 500 mg B/P Lasix 40 mg 1-1-0 Siprofloksasin 400 mg 2x1 Aspar K 300 mg 1x1
39 01100696 K 76 P 13 Iskemik
Pasien mengeluh tangan kanan kaku, bibir merot ke kanan
140/80
Leukosit 14.53 H (13/08) Ureum 39.6 Kreatinin 0.48 Leukosit 16.00 H (22/08)
Ureum 53.7 H Kreatinin 0.57 Leukosit 10.80 (25/08)
Ureum 67.2 H Kreatinin 0.66
PARENTERAL Seftazidim 1 g 2x1 Lasix 20 mg/2 ml 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Nacl 3% 100 cc 3x1 Amikasin 500 mg 2x1 Pantoprazole 40 mg 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Aspar K 300 mg 3x1 Amlodipine 5 mg 1x1 Pamol 500 mg B/P Lipitor 40 mg 1x1 Vectrine 300 mg 2-3x1
40 02002086 SH 75 L 6 Iskemik
Pasien sulit bicara, badan lemas, demam,
dan batuk
180/100
Leukosit 11.61 H (15/04) Ureum 64.0 H Kreatinin 1.26 H Leukosit 10.90 (20/04)
PARENTERAL Seftazidim 1 g 2x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1
NON PARENTERAL Ambroxol 30 mg 3x1 PCT 500 mg 3x1 Amlodipine 10 mg 1x1 Valsartan 160 mg 1x1 Furosemide 40 mg ½-0-0
41 01912746 S 68 L 14 Iskemik
Pasien sulit bicara, anggota gerak kanan
lemas sejak 5 hari yang lalu, dan bicara
pelo
150/90
Leukosit 6.67 (12/08) Ureum 20.1 Kreatinin 0.90
SGOT 14.8 SGPT 18.1 Leukosit 11.50 H (15/08)
Leukosit 10.77 (22/08)
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Seftazidim 1 g 2x1 Pantoprazole 40 mg 2x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Primperan 10 mg/2 ml
(49)
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Lipitor 40 mg 1x1 Levazide 3x1 Polycrol 3x1 cth
Ambroxol 30 mg/ 5ml 3-4x1 cth Lansoprazole 30 mg 1x1 Brainact 500 mg 3x1
42 02027896 NS 55 P 6 Iskemik
Pasien mengalami pusing, mual, muntah,
dan mengalami penurunan kesadaran
140/80
Leukosit 22.32 H (27/07) Ureum 29.5 Kreatinin 1 H
PARENTERAL Manitol 125 cc 3x1 Nacl 3% 100 cc 3x1 Sulperazon 1 g 2x1 Novorapid 8-12 ui 1x1
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 3x1 Nacl pulv. 500 mg 3x1 Theragran-M 1x1 Diflucan 150 mg 1x1 Vectrine 300 mg 3x1 Metformin 500 mg 2x1
43 02025914 P 62 L 10 Iskemik
Pasien batuk, dahak sulit dikeluarkan, mengalami kelemahan
anggota gerak, dan afasia
130/90
Leukosit 35.99 H (14/06) Leukosit 10.39 (20/06)
Ureum 29.5 Kreatinin 0.76
SGOT 17.5 SGPT 17.9 Leukosit 8.59 (22/06)
PARENTERAL
Levofloksasin 750 mg 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 4x1 Curcuma 200 mg 3x1 Irbesartan 300 mg 1x1 Antasida syr 3x1 cth Lansoprazole 30 mg 1x1
44 01984538 AS 53 L 37 Hemoragik Pasien sulit bicara dan
anggota gerak lemas 150/90
Leukosit 8.33 (17/04) Ureum 19.6 Kreatinin 0.95 Leukosit 14.40 H (20/04)
Ureum 41.3 (24/04) Kreatinin 1.08 Leukosit 10.80 (26/04)
Ureum 60.1 H (27/04) Kreatinin 1.04 Leukosit 9.24 (30/04)
PARENTERAL Lasix+50 cc Nacl 1x1 Kalnex 500 mg 3x1 Vit K 10 mg/ml 2x1 Seftriakson 1 g 2x1 Primperan 10 mg 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Tygacil (Tigesiklin) 100 mg (loading dose) dilanjutkan 50 mg 1x1
(50)
Ureum 50.1 Kreatinin 0.92
Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Ondansentron 4 mg/2 ml
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 1x1
Valesco 80 mg 1x1 / 40 mg 1x½ Ambroxol 30 mg/5 ml 3x5 cc ISDN 5 mg 3x1
Rillus 3x1
Lasix 40 mg 1-1-0/ 1-0-0 Itraconazole 100 mg 1x1 Brainact 500 mg 3x1
45 02037632 NK 88 P 25 Iskemik
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak, komunikasi terganggu, dan
disartria
130/80
Leukosit 9.00 (08/04) Ureum 44.7 Kreatinin 0.95
SGOT 12.3 SGPT 24.1 Leukosit 10.53 (14/04) Leukosit 10.40 (19/04) Leukosit 18.32 H (21/04)
Leukosit 10.50 (26/04)
PARENTERAL Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Vit K 10 mg/ml Seftriakson 2 g 2x1
Sefoperazon-sulbaktam 1 g 2x1 Plasbumin 20% 100 cc 1x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Nacl 3% 100 cc 1-3x1 Lasix 20 mg/2 ml 1x1 Zemic 200 mg/100 ml 1x1
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 3x1 Farmasal 100 mg 1x1 Atorvastatin 20 mg 1x1 Lipitor 40 mg 1x1 Pamol 500 mg B/P Fargoxin 0.25 mg 1x½ Pradaxa 75 mg 2x1 VIP Albumin 500 mg 3x2 Lasix 40 mg 1x1 Brainact 500 mg 3x1 Itraconazole 100 mg 1x1 Tarontal 400 mg 1x1
(51)
46 02039692 R 56 P 29 Hemoragik
Pasien sulit bicara, anggota gerak lemas,
dan kesadaran menurun
140/90
Leukosit 12.68 (27/05) Leukosit 12.70 (03/06) Ureum 105.5 H (04/06)
Kreatinin 1.08 H Leukosit 10.90 (08/06)
Ureum 106.5 H Kreatinin 0.95 Leukosit 12.41 (12/06)
Ureum 216.3 H Kreatinin 1.70 H Leukosit 17.30 H (17/06)
Ureum 389.7 H Kreatinin 2.70 H Leukosit 10.50 (22/06)
PARENTERAL Lasix+50 cc Nacl 1x1 As. Traneksamat 500 mg 3x1 Renxamin 1x1
Seftazidim 1 g 2x1 Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Pantoprazole 40 mg 1x1 Sefoperazon 1 g 2x1 Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Kalmetasone 4 mg/ml 1x1 Aminofluid 1x1
Dobutamine+50 cc Nacl 1x1 Vascon+50 cc Nacl 1x1 Novorapid 10 ui Dilantin 250 mg 3x1 Novorapid+50 cc Nacl 1x1 Ceremax 10 mg/50 ml 1x1
NON PARENTERAL Aspar K 300 mg 1x1 Amlodipine 10 mg 1x1 Concor 2.5 mg 1x1 Levazide 3x1
Fluimucil syr 15 mg/5 ml 3x1 cth Furosemide 40 mg 1-0-0 Itraconazole 100 mg 1x1 Trizedon MR 35 mg 2x1 Pamol 500 mg B/P Ikalep 250 mg 2x1
47 00630636 PS 79 P 21 Iskemik
Pasien merasa lemas, badan panas, dan
mual
140/90
Leukosit 13.80 H (24/01) SGOT 25.8 SGPT 27.3 Leukosit 9.73 (30/01) Leukosit 5.76 (04/02) Ureum 57.3 H (05/02)
Kreatinin 1 Leukosit 8.37 (10/02)
PARENTERAL
Citicoline 250 mg/2 ml 3x1 Seftazidim 1 g 2x1 Actrapid 8 ui 3x1
Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Amikasin 500 mg IV 2x1
NON PARENTERAL Pamol 500 mg 3x1 Amxidal 5 mg 1x1 Glucobay 50 mg 3x1 Depakote 250 mg 2x1 Pletaal 50 mg 1x1
(52)
Vectrine 300 mg 3x1 Fluimucil 200 mg 3x1 Valsartan 160 mg 1x1 Lanamol 500 mg B/P Gludepatic 500 mg 2x1 Zemyc 150 mg 1x1 Aldactone 25 mg 1x1 Lasix 40 mg 1x½
48 01974827 S 67 P 41 Hemoragik
Pasien terjatuh di kamar mandi, tangan
dan kaki kiri lemas, dan afasia
150/90
Leukosit 9.06 (10/01) Ureum 44.1 Kreatinin 2.70 H
SGOT 18.3 SGPT 13.3 Leukosit 11.80 H (16/01)
Ureum 114.6 H (25/01) Kreatinin 1.90 H Leukosit 15.60 (30/01)
Ureum 167.2 H Kreatinin 2.0 H Leukosit 17.91 H (06/02)
PARENTERAL Piracetam 1.2 g 1x1 Lovenox 0.4 cc 2x1 Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Mantol 125 cc 3x1 Citicoline 250 mg/2 ml 2x1 Seftriakson 1 g 2x1 Kalnex 500 mg 3x1 Fluimucil 300 mg/3 ml 3x1 Renxamin 1x1
Albumin 20% 100 cc 1x1 Farmadol 1 g/100 ml 1x1 Levofloksasin 750 mg 1x1 Zemyc 200 mg/100 ml 1x1 Furosemide+50 cc Nacl 1x1 Sefoperazon 1 g 2x1 Plasbumin 20% 100 cc 1x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Cordarone 200 mg 2x½ Trizedon MR 35 mg 2x1 Fenitoin 100 mg 2x1 Arcapec 3x1
Piracetam 400 mg 2x1 Tarontal 400 mg 2x1 Digoxin 0.25 mg 1x½ Pamol 500 mg 3x1 Bioprexum 5 mg 1x1 Lasix 40 mg 1-0-0
(53)
49 01970747 M 68 L 4 Hemoragik
Pasien terjatuh, mengalami kelemahan
anggota gerak, dan afasia
130/80
Leukosit 11.98 H (25/08) Ureum 46.0 Kreatinin 0.80
SGOT 25.6 SGPT 39.9
PARENTERAL Sefoperazon 1 g 2x1 Lasix 20 mg/2 ml 2x1 Kalnex 250 mg 2x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1
NON PARENTERAL Nimotop 30 mg 1-3x1 Glucobay 50 mg 2x1 Fluimucil 600 mg 2x1
50 02005624 W 62 L 25 Iskemik
Pasien mengalami penurunan kesadaran,
lemas, sulit makan, dan 2 hari yang lalu baru diopname dengan hemiparese sinistra (selama 10
hari)
70/40
Leukosit 16.60 H (21/12) Ureum 193.5 H Kreatinin 3.67 H
SGOT 28.6 SGPT 23.8 Leukosit 18.80 H (26/12)
Ureum 63.3 H Kreatinin 1.52 H Leukosit 17.00 H (30/12)
Ureum 70.4 H Kreatinin 1.03 Leukosit 10.97 (06/01)
Ureum 68.2 H Kreatinin 1.02
PARENTERAL Brainact 500 mg/4 ml 3x1 Seftazidim 1 g 2x1
Dobutamine 250 mg/10 ml 1x1 Ranitidine 50 mg/2 ml 2x1 Renxamin 1x1
Novorapid 4-12 ui 3x1 Meropenem 1 g 3x1 Lavemir 10-16 ui 1x1 Tarontal 100 mg/5 ml 1x1 Alinamin F 25 mg/10 ml 2x1
NON PARENTERAL Farmasal 100 mg 1x1 Simvastatin 10 mg 1x1 Pamol 500 mg B/P
Vestein syr 175 mg/5 ml 3x5 cc Trizedon MR 35 mg 2x1 Cordarone 200 mg 3x½ Primperan 10 mg/2 ml 3x1 Lasix 40 mg 1x1
(54)
Lampiran 2. Persentase Penggunaan Obat Lain Bersamaan dengan Antibiotika
Kelompok obat Komposisi obat Jumlah %
Diuretik : Mannitol infus
Lasix 20 mg/2 ml injeksi Lasix 40 mg tab Aldactone 25 mg tab Glaucon 250 mg tab Spironolactone 25 mg tab
Mannitol Furosemide Furosemide Spironolactone Acetazolamide Spironolactone 49 8 20 16 3 1 1 8.75
Antasida dan antiulcer : Pantoprazole 40 mg injeksi Pantoprazole 40 mg tab Omeprazole 20 mg injeksi Omeprazole 20 mg tab Lansoprazole 30 mg cap Ranitidine 50 mg/2 ml injeksi Ranitidine 150 mg tab Inpepsa syr 500 mg/5 ml Polycrol syr Pantoprazole Pantoprazole Omeprazole Omeprazole Lansoprazole Ranitidine Ranitidine Sucralfate
Activated methylpolysiloxane + Mg.hidroxide + Al.hidroxide colloidal 61 24 4 9 1 7 13 1 1 1 10.89 Haemorgologicals
Tarontal 100 mg/ 5 ml injeksi Tarontal 400 mg tab
Pentoxifylline Pentoxifylline 23 21 2 4.11
Pheriperal Vasodilator & Cerebral Activators
Citicoline 250 mg/ 2ml injeksi Serolin 10 mg tab
Brainact 500 mg/4 ml injeksi Citicoline 500 mg tab Brainact 500 mg tab
Nicholin 250 mg/2 ml injeksi Neulin 500 mg injeksi
Citicoline Nicergoline Citicoline Citicoline Citicoline Citicoline Citicoline 34 13 1 12 1 5 1 1 6.07 Insulin Novorapid Lantus Lavemir Insulin Aspart Insulin Glargine Insulin Detemir 11 8 1 2 1.96
Anti Diabetik Oral Metformin 500 mg tab Glucobay 50 mg tab Gludepatic 500 mg tab
Metformin HCl Acarbose Metformin HCl 10 6 3 1 1.79
Antikoagulan, Antitrombolitik & Fibrinolitik
Farmasal 100 mg tab Pletaal 50 mg tab Lovenox 0.4 ml injeksi Tromboaspilet 80 mg Arixtra 2.5 mg/0.5 ml injeksi Plavix 75 mg tab
Pradaxa 110 mg cap Ascardia 80 mg tab CPG 75 mg tab Vaclo 75 mg tab Miniaspi 100 mg tab Pradaxa 75 mg cap
Asam asetilsalisilat Cilostazol Enoxaparine Na Asam asetilsalisilat Fondaparinux Na Clopidogrel Dabigatran Asam asetilsalisilat Clopidogrel Clopidogrel Asam asetilsalisilat Dabigatran 44 26 3 4 1 1 3 1 1 1 1 1 1 7.86 Anti Hiperlipidemik Simvastatin 10 mg tab Lipitor 40 mg tab Lipitor 20 mg tab Lipitor 10 mg tab Atorvastatin 20 mg tab
Simvastatin Atorvastatin Ca. Atorvastatin Ca. Atorvastatin Ca. Atorvastatin Ca. 20 8 4 2 2 4 3.57
(55)
Anti Emetik
Primperan 10 mg/2 ml injeksi Cedantron 8 mg/2 ml injeksi Domperidone 10 mg tab Narfoz 4 mg/2 ml injeksi Ondansetron 4 mg/2 ml injeksi
Metoclopramide HCl Ondansetron HCl Domperidone Ondansetron HCl Ondansetron HCl 27 17 2 2 1 5 4.82
Anti Histamin & Anti Alergi Interhistin 50 mg tab
Loratadine 10 mg tab Pronicy 4 mg tab CTM 4 mg tab Cetirizine 10 mg tab Claritin 10 mg tab
Mebhydrolin Napadisylate Loratadine Cyproheptadine Chlorphenyramine maleat Cetirizine diHCl Loratadine 6 1 1 1 1 1 1 1.07 Hemostatik
Asam traneksamat 500 mg injeksi Vit K 10 mg/ml injeksi
Kalnex 500 mg injeksi Kalnex 250 mg injeksi Kalnex 500 mg tab Dicynone 250 mg injeksi
Asam traneksamat Phytomenadione Asam traneksamat Asam traneksamat Asam traneksamat Ethamsylate 23 5 10 5 1 1 1 4.11
Antirematik, Analgesik Anti Inflamasi (NSAID)
Ketorolac 30 mg/1 ml injeksi Torasic 30 mg/1 ml injeksi Nonflamin 50 mg cap Cataflam fast 50 mg sachet
Ketorolac tromethamine Ketorolac tromethamine Tinaridine HCl Diklofenak K 4 1 1 1 1 0.71 Anti Vertigo Betaserc 24 mg tab Dramamine 50 mg tab
Betahistin di HCl Dimenhydrinate 3 2 1 0.53 Anti Parkinson Levazide tab Madopar tab
L.Dopa + Benzeradine L.Dopa + Benzeradine
7 6 1
1.25
Antikonvulsan : Ikalep 300 mg tab Ikalep 250 mg
Fenitoin 100 mg injeksi Fenitoin 100 mg cap Dilantin 250 mg injeksi Depakote 250 mg tab
Asam valproac Asam valproac Fenitoin Fenitoin Fenitoin Na H-divalproa 14 2 3 6 1 1 1 2.5
Anti asma & persediaan COPD Salbutamol 2 mg tab
Bronsolvan Salbutamol sulfate Theophyline 2 1 1 0.36
Stimulan CNS dan ADHD Agent
Prohiper 10 mg tab Methylphenidate 2
0.36 Antidepresan
Kalxetin 10 mg cap Fluoxetine HCl 2
0.36 Obat untuk Penyakit
Neurodegeneratif
Aricept 5 mg tab Donepezil HCl 3
0.53
Anti Angina
Trizedon MR 35 mg tab ISDN 5 mg tab
Trimetazidine Dihydrochloride Isosorbid dinitrat 8 7 1 1.43 Anti Fungi
Sporacid 100 mg cap Diflucan150 mg cap Itraconazole 100 mg cap Zemyc 200 mg/100 ml infus Zemyc 150 mg cap
Itraconazole Fluconazole Itraconazole Fluconazole Fluconazole 8 1 1 3 2 1 1.43
Obat batuk & Demam/Influenza Mucopect 15 mg/5 ml
Vestein 300 mg cap Vectrine 300 mg cap
Ambroxol HCl Erdosteine Erdosteine 26 2 1 6 4.64
(56)
Vectrine syr 175 mg/5 ml Fluimucil 200 mg cap Fluimucil syr 15 mg/5 ml Fluimucik 300 mg/3 ml injeksi Fluimucil 600 mg tab eff Ambroxol 30 mg tab Ambroxol syr 30 mg/5 ml
Erdosteine N-Acetylcysteine N-Acetylcysteine N-Acetylcysteine N-Acetylcysteine Ambroxol HCl Ambroxol HCl 2 2 4 1 1 2 5 Calcium Channel Blockers
Norvask 5 mg tab Amlodipine 5 mg tab Amlodipine 10 mg tab Blistra 10 mg injeksi Herbesser 25 mg/5 ml injeksi Amdixal 5 mg tab
Amlodipine besylate Amlodipine besylate Amlodipine besylate Nicardipine HCl Diltiazem HCl Amlodipine besylate 13 1 3 6 1 1 1 2.32 ACE Inhibitors Triatec 2.5 mg Noperten 5 mg tab Bioprexum 5 mg tab
Ramipril Lisinopril dihydrat Perindopril 3 1 1 1 0.53
Angiotensin II Inhibitors Diovan 40 mg tab Valsartan 160 mg tab Candecartan 8 mg tab Candecartan 16 mg tab Irbesartan 300 mg tab Valesco tab Valsartan Valsartan Candecartan Candecartan Irbesartan Valsartan 9 1 2 1 1 3 1 1.61 Beta-Blockers Bisoprolol 2.5 mg tab Cocor 2.5 mg tab
Bisoprolol Bisoprolol 2 1 1 0.36
Anti Hipertensi Lain
Clonidine 150 mcg tab Clonidine HCl 1
0.18 Analgetik-Antipiretik
(non-narkotik) Pamol 500 mg tab Parasetamol 500 mg tab Farmadol 1 g/100 ml Yekalgin
Tamoliv 1 gr/100 ml infus PCT 1 g/100 ml infus
Parasetamol Parasetamol Parasetamol
Metampiron + B1 + B6 + B12 + coffein + klordiazepoxide Parasetamol Parasetamol 37 26 2 5 1 1 2 6.61
Suplemen dan Terapi Penunjang Q-ten 100 mg cap
Neulin PS cap
Vip albumin 500 mg cap Glisodin 250 iu cap Memoran 100 mg tab Enercore 8 gr sachet Nutriflam cap Imunos tab
Memoran 100 mg tab Venosmil 200 mg cap Trolit
Curcuma 200 mg tab Rillus tab
Coenzyme Q1
Choline citrate + cytidine monophosphate + phosphatydilserine 20%
Ekstrak Ophiocephalus striatus
Superoksida dismutase dari extr. Melon dengan gliadin
Phospatide serine
D-ribose + L-carnitine fumarate + coenzym Q10 + Mg
Serratiopeptidase + pancreatin + lecithin Echinacea + zinc picolinate selenium + ascorbic acid
Phospatide serine Hydrosmin
Angkak, ekstrak psidifolium, Nacl, Kcl, sodium sitrat, dextrose, vit B1, vit B12, sodium fosfat, vit B6, vit B12, zinc gluconate
Pulveresed curcuma roots Lactobacillus reuterii protectis
23 3 7 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4.11
Elektrolit dan Mineral Aspar K 300 mg tab Nacl 3% infus
KI-aspartate Nacl 28 17 7 5
(1)
Lampiran 8. Alat atau Instrumen Pengambilan Data
NO VARIABEL JAWABAN
1. Nomor rekam medis 2. Inisial pasien
3. Usia
4. Diagnosa utama 5. Riwayat
6. Jenis stroke 7. Komplikasi 8. Lama rawat
NO VARIABEL JAWABAN KODING
9. Jenis kelamin : -Laki – laki -Perempuan
0=Laki-laki 1=Perempuan 10. Komorbiditas :
-Diabetes melitus 0 = Ya 1 = Tidak -Hipertensi 0 = Ya 1 = Tidak -Dislipidemia 0 = Ya 1 = Tidak
-IHD 0 = Ya 1 = Tidak
-AF 0 = Ya 1 = Tidak
11. Obat lain :
-Antiplatelet 0 = Ya 1 = Tidak -Antikoagulan 0 = Ya 1 = Tidak
-Statin 0 = Ya 1 = Tidak
-Antihipertensi 0 = Ya 1 = Tidak -Antidiabetik 0 = Ya 1 = Tidak -Multivitamin 0 = Ya 1 = Tidak -Neuroprotektor 0 = Ya 1 = Tidak
HASIL PEMERIKSAAN
Tanggal Tanda vital
(2)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal :
Hasil pemeriksaan Nilai rujukan Jawaban Koding 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T Tanggal :
Hasil pemeriksaan Nilai rujukan Jawaban Koding 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T 0 = N 1 = T TERAPI YANG DIBERIKAN
No Nama obat Dosis Frekuensi Tanggal Waktu pemberian Obat Parenteral
(3)
ANALISIS ANTIBIOTIKA DENGAN METODE AMT Kategori yang
dievaluasi Jawaban Koding Kelengkapan data
(lembar rekam medis memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian)
0 = Ya 1 = Tidak
Ketepatan indikasi (pasien menunjukkan tanda-tanda
mengalami infeksi)
0 = Ya 1 = Tidak
Kategori yang
dievaluasi Jawaban
Ketepatan pemilihan antibiotika (spektrum, efektivitas, toksisitas) Ketepatan penggunaan antibiotika (dosis pemberian, waktu pemberian, rute pemberian, dan durasi pemberian)
(4)
(5)
(6)
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Gregorius Dwi Krissantono merupakan anak kedua dari pasangan Petrus Sumarsono dan Emiliana Sulianti, lahir di Curup pada tanggal 5 Januari 1995. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari TK Xaverius Curup (2000-2001), SD Xaverius Curup (2001-2007), SMP Xaverius Curup (2007-2010), SMA Xaverius Curup (2010-2013) dan pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis cukup aktif terlibat dalam berbagai kepanitian di dalam kampus, antara lain menjadi koordinator seksi table and operator Farmasi 3 on 3 2015, koordinator seksi perlengkapan Donor Darah JMKI 2014, anggota seksi perlengkapan Pharmacy Performance Road to School (2014), dan anggota seksi perlengkapan Pharmacy Performance Road to School (2013).