EVALUASI PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Nugraheni Angger Utomowati NIM : 038114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Nugraheni Angger Utomowati NIM : 038114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Disaat kita sedang bahagia, Disaat kita sedang tertawa

  Disaat kita sedang sendirian Disaat orang lain tidak paham tentang diri kita

  Disaat kita lemah tak berdaya Disaat kita menghadapi masalah berat sekalipun

  Dia yaitu Jesus yang selalu ada buat kita Dia yang memampukan kita dalam menghadapi masalah

  Dia yang tidak tidur, dia yang selalu menjaga kita Dia yang selalu menguatkan kita

  Dia yang selalu membuka jalan setiap persoalan kita Dan kita percaya karena Dia Kita bisa kuat menjalani masalah hidup

  Dan kita bisa kuat sampai sekarang Itu semua sebuah proses dalam hidup untuk menjadikan kita lebih dewasa dalam berpikir.

  Skripsi ini ku persembahkan kepada : Bapaku yang di Surga Ayah dan Bundaku tercinta Adikku tersayang Almamater

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

  

Mycobacterium tuberkulosis dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang

  masih perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian. WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis paru sekitar 140.000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang mengacu pada standar pengobatan tuberkulosis paru di Rumah Sakit Bethesda yaitu Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan standar pengobatan dari WHO.

  Penelitian ini termasuk jenis non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang pengambilan datanya bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan rekam medis pasien dewasa tuberkulosis paru di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus tuberkulosis paru yang paling banyak terjaadi pada pasien laki-laki yaitu 61,22% sedangkan pasien perempuan sebanyak 38,78%. Tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yaitu dengan pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen paru. Pengobatan yang diberikan kepada pasien tuberkulosis paru pada pasien dewasa dengan dua OAT yaitu dengan OAT-kombipak dan OAT-FDC. Ditemukan 5 kasus dengan pemberian jenis OAT-kombipak yang tidak sesuai standar, 11 kasus dengan lama pemberian OAT-kombipak dan 2 kasus dengan lama pemberian OAT-FDC yang tidak sesuai standar pengobatan, dan terdapat 36 pasien (73,47%) dengan hasil pengobatan sembuh dan 13 pasien (26,53%) dengan pengobatan gagal. Pengobatan tuberkulosis di Rumah Sakit Bethesda berhasil mencapai presentase kesembuhan yang tinggi dibandingkan dengan pasien yang gagal. Kata kunci : Tuberkulosis paru, evaluasi pengobatan, standar pengobatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRACT

  Tuberculosis is kind of infectious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis, it is health problem which still need a serious attention both from government and social stratum. Moreover, it caused death. WHO estimate happened by 583.000 new case of lung tuberculosis every year with the death because of lung tuberculosis about 140.000. The research intends to know the rationale of lung tuberculosis treatment at adult Patient in the home care installation on Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005 that referred to standard of tuberculosis therapy in Bethesda Hospital are Pedoman Nasional

  Penanggulangan Tuberkulosis from DepKes and Standard therapy by WHO.

  The research is a kind of non experimental with an descriptive evaluate which the collection data has retrospective quality. The research done by used medical record note to the patient of age in Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005.

  The result showed that the case of lung tuberculosis which is at most happened by the men patient that is 61,22% while woman patient as much 38,78%. Diagnosed of lung tuberculosis at adult patient in the home care installation on Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005 that is with the inspection of BTA and inspection of rontgen thorax. Treatment which passed to patient of lung tuberculosis at adult patient with two OAT that is OAT-kombipak and OAT-Fixed Dose Combination (OAT-FDC). The found 5 case with give OAT-KOMBIPAK which the inappropriate of standard therapy, 11 case with regimen OAT- KOMBIPAK and 2 case with regimen OAT-FDC which the inappropriate of standard therapy, and there are about 36 persons (73,47%) of lung tuberculosis patient in succeed treatment and 13 persons (26,53%) were failed. The treatments more raise a high percentage than the patient who failed.

  Key Words : Lung tuberculosis, Evaluation of Therapy, Standard Therapy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi

  

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005”, sebagai salah

  satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik berupa materiil, moral, maupun spiritual.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Utama atas bimbingan, pengarahan, waktu, dan dukungannya selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan , kritik,dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  4. Ibu Dra. Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, yang telah memberikan masukan dalam melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5. Bapak Sis Wuryanto, AmdPerKes., SKM, selaku kepala bidang rekam medis.

  6. Bapak, Ibu, dan adikku, atas semua perhatian, dukungan, serta doa yang tiada henti selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  7. Sari, ana, tata, rosa, dita, bu-men dan vera, atas persahabatan yang indah selama ini.

  8. Teman-temanku kelas A, toes-ti, O-B, terutama anak-anak praktikum kelompok B.

  9. Sinta, meta, agung, opang,widi, dan win, atas kebersamaannya serta toro atas bantuan scan’nya

  10. David, ica, dan alin, atas bantuan dan perhatian selama penyusunan skripsi ini.

  11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan untuk penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Mei 2007 Penulis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v ABSTRAK .................................................................................................... vi

  

ABSTRACT .................................................................................................... vii

  PRAKATA.................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................ x DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii BAB I PENGANTAR ..................................................................................

  1 A. Latar Belakang ........................................................................................

  1 1. Permasalahan .......................................................................................

  4 2. Keaslian Karya ....................................................................................

  4 3. Manfaat Penelitian...............................................................................

  5 B. Tujuan Penelitian.....................................................................................

  5 1. Tujuan umum ......................................................................................

  5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................

  21 2. Pemilihan obat.....................................................................................

  37 E. Lokasi Penelitian.....................................................................................

  37 D. Bahan Penelitian.......................................................................................

  35 C. Subyek Penelitian....................................................................................

  35 B. Definisi Operasional ...............................................................................

  35 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................

  34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................

  32 D. Keterangan Empiris.................................................................................

  27 C. Hasil Akhir Pengobatan ..........................................................................

  22 3. Obat Anti Tuberkulosis .......................................................................

  20 1. Prinsip pengobatan ..............................................................................

  7 A. Tuberkulosis Paru....................................................................................

  18 B. Pengobatan Tuberkulosis ........................................................................

  18 7. Kriteria kategori pasien tuberkulosis paru...........................................

  6. Mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap Obat Anti Tuberkulosis.........................................................................................

  13

  11 5. Penegakan diagnosis............................................................................

  9 4. Patogenesis..........................................................................................

  8 3. Gejala tuberkulosis..............................................................................

  1. Mycobacterium tuberculosis ............................................................... 7 2. Klasifikasi ...........................................................................................

  7

  37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  F. Jalannya Penelitian..................................................................................

  38 1. Tahap perencanaan....................................................................................

  38 2. Tahap pengambilan data......................................................................

  38 3. Tahap pencatatan data..........................................................................

  38 4. Tahap pengolahan data.........................................................................

  39

  5. Wawancara mendalam......................................................................... 39 6. Tahap analisis hasil .............................................................................

  39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

  40 A. Gambaran Kasus Tuberkulosis Paru .......................................................

  40 1. Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis paru...............................

  40 2. Penyakit penyerta pada pasien tuberkulosis paru................................

  42 B. Diagnosis Tuberkulosis Paru ..................................................................

  43 1. Diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa................................

  44 2. Pemeriksaan BTA tuberkulosis paru pada pasien dewasa ..................

  44

  3. Pemeriksaan rotgen dada tuberkulosis paru pada pasien dewasa ................................................................................................. 45 C. Pengobatan Tuberkulosis Paru ................................................................

  46 1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis ..................................................

  46 2. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan kategori pasien.....

  48 3. Penggunaan vitamin pada pasien tuberkulosis paru............................

  49

  4. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada pasien yang terdignosis penyakit lain ...................................................................

  50 D. Kesesuaian Pengobatan Tuberkulosis Paru ..............................................

  52

  1. Kesesuaian jenis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan standar pengobatan tuberkulosis paru ..............................................................

  52

  2. Kesesuaian dosis (termasuk lama pemberian) Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan standar pengobatan ....................................

  55 E. Hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru..................................................

  59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

  64 A. Kesimpulan .............................................................................................

  64 B. Saran........................................................................................................

  64 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  66 LAMPIRAN.................................................................................................. 68 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................

  79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Obat Anti Tuberkulosis.............................................................

  23 Tabel II. Paduan OAT-kombipak kategori 1...........................................

  27 Tabel III. Paduan OAT-kombipak kategori 2 ..........................................

  28 Tabel IV. Paduan OAT-kombipak kategori 3 ..........................................

  29 Tabel V. Obat Anti Tuberkulosis fase sisipan ........................................

  30 Tabel VI. Paduan OAT-FDC kategori 1 ..................................................

  31 Tabel VII. Paduan OAT-FDC kategori 2..................................................

  32 Tabel VIII. Distribusi penyakit penyerta tuberkulosis paru pada pasien dewasa di intalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 ............................................................

  43 Tabel IX. Distribusi hasil pemeriksaan BTA tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005............................................................

  45 Tabel X. Distribusi hasil pemeriksaan rontgen tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005............................................................

  46 Tabel XI. Distribusi penggunaan Obat Anti Tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 ............................................................

  47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tabel XII. Disribusi penggunaan OAT paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 berdasarkan kategori pasien ............................................

  49 Tabel XIII. Distribusi penggunaan vitamin tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.............................................................

  50 Tabel XIV. Kesesuaian penggunaan jenis OAT-kombipak dan jenis OAT-FDC berdasarkan standar pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 ............................................

  52 Tabel XV. Kesesuaian penggunaan jenis OAT–Kombipak Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 ..................................

  53 Tabel XVI. Distribusi ketidaksesuaian penggunaan OAT-kombipak kategori 1 tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.......

  54 Tabel XVII. Distribusi Ketidaksesuaian penggunaan OAT-kombipak Kategori 2 Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005. .............................................................................

  54 Tabel XVIII. Kesesuaian penggunaan jenis OAT-FDC tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005. ...........................................

  55

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tabel

  XIX. Kesesuaian lama pemberian OAT berdasarkan standar pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakata tahun 2005 .......

  56 Tabel XX. Distribusi ketidaksesuaian lama pemberian OAT-kombipak tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005..........................

  57 Tabel XXI. Distribusi ketidaksesuaian lama pemberian OAT-FDC tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005......................

  59 Tabel XXII. Distribusi Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005............................................................

  60 Tabel XXIII.Distribusi pasien yang gagal dalam pengobatan tuberkulosis paru pada pasien Dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005..............................................

  61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto rontgen paru tuberkulosis pada pasien dewasa ...............

  14 Gambar 2. Alur diagnosis tuberkulosis paru pasien dewasa......................

  17 Gambar 3. Diagram batang distribusi jenis kelamin tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.............................................

  41

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat ijin melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta............................................................................... 68

  Lampiran 2. Data Rekam Medik pasien tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005..........................................................

  70 Data pasien tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi Lampiran 3.

  

rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang

disertai dengan penyakit penyerta.....................................................

  73 Lampiran 4. Hasil wawancara dengan dokter........................................................

  74 Lampiran 5. Paduan OAT paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005...............................

  76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Kuman tersebut dapat masuk ke dalam tubuh

  manusia melalui udara pernafasan dalam paru atau organ lainnya yaitu tulang, otak, ginjal bahkan dapat menyerang kulit (Anonim, 2003a). Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang masih perlu mendapat perhatian lebih banyak dari permerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian dimana setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis paru sekitar 140.000.

  Tuberkulosis paru penyebab kematian nomor satu diantara penyakit menular di Indonesia. Tuberkulosis paru dapat menyerang siapa saja, tetapi sebagian besar penderita tuberkulosis paru yaitu kelompok usia produktif (15-50 tahun).

  Perkiraan angka kasus tuberkulosis paru dibeberapa negara di dunia adalah sampai setinggi 400 per 100.000 per tahun. Perkiraan yang beralasan tentang besarnya angka tuberkulosis paru di dunia adalah bahwa sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis yaitu 30 juta kasus tuberkulosis aktif di dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun. Tuberkulosis paru menyebabkan 6% dari seluruh kematian di dunia (Anonim, 2003a). Tahun 1999, Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis paru BTA positif dan mencapai 10,2 juta pada tahun 2000 (Anonim, 2003a). Tahun 2004 tercatat 211.753 kasus baru tuberkulosis paru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  di Indonesia, dan terdapat 300 orang meninggal disebabkan karena kuman tuberkulosis dan setiap tahunnya kasus baru tuberkulosis di Indonesia bertambah seperempat juta (Anonim, 2005b).

  Berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO) di Indonesia, setiap empat menit sekali terdapat satu orang penderita tuberkulosis paru yang meninggal dunia, dan setiap dua detik terjadi penularan penyakit yang diakibatkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Anonim, 2002).

  Penelitian para ilmuwan menunjukkan kuman M. tuberculosis dapat bersembunyi di dalam tubuh manusia tanpa terdeteksi, oleh karena itu walaupun

  

World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar sepertiga populasi

  penduduk dunia terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis tetapi hanya 5- 10% yang menunjukkan gejala sakit. Mycobacterium tuberculosis adalah kuman yang dapat menyembunyikan diri di dalam sel untuk waktu sangat lama tanpa terlacak sistem kekebalan tubuh (Tjay dan Rahardja, 2003). Hal inilah yang menyebabkan kesulitan dalam pemberantasan penyakit tuberkulosis paru.

  Ketepatan pengobatan yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan pemberian, tepat dosis, serta waspada efek samping merupakan faktor penting yang berperan dalam mencegah resistensi kuman tuberkulosis, menghambat penularan, dan mengurangi angka kematian.

  Pengobatan tuberkulosis paru perlu dilakukan evaluasi pengobatan yang meliputi gambaran kasus tuberkulosis paru, tindakan diagnosis tuberkulosis paru, gambaran obat yang diberikan, efek samping yang ditimbulkan, obat tambahan yang diberikan serta lamanya pengobatan dalam terapi tuberkulosis paru, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pada kasus tuberkulosis terapi obat yang diberikan dalam waktu jangka panjang dan apabila kerasionalan terapi tuberkulosis paru tidak tercapai maka dapat meningkatkan penularan, mempercepat resistensi, angka kesembuhan yang dicapai rendah, dan dapat meningkatkan kematian. Pengobatan tuberkulosis paru diberikan selama 6-9 bulan dan dapat diperpanjang berdasarkan atas dasar klinis dan tes resistensi. Untuk mencapai keberhasilan terapi, pengobatan perlu dilakukan monitoring terhadap pasien tuberkulosis paru dan pengawasan terhadap penggunaan Obat Anti Tuberkulosis, sehingga tingkat kematian pasien yang disebabkan karena infeksi tuberkulosis paru akan semakin menurun. Kerasionalan pengobatan merupakan faktor penting yang berperan dalam mencapai keberhasilan terapi dan menghambat faktor resistensi kuman tuberkulosis.

  Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Pada saat ini, tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang baik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan ekonomi masyarakat. Hal ini juga menyebabkan semakin meningkatnya pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.

  Peranan farmasis sangat diperlukan di instalasi farmasi rumah sakit dalam pemantauan penggunaan obat dan proses evaluasi pengobatan yang akan membantu dalam pemantauan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Melalui pemantauan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dan proses evaluasi pengobatan tuberkulosis paru maka dapat diketahui kerasionalan terapi tuberkulosis paru. Rasionalitas dalam penggunaan obat akan sangat menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang mendapat terapi di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

1. Permasalahan Dari uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan di bawah ini.

  a. Seperti apakah gambaran kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi jumlah kasus, jenis kelamin dan penyakit penyerta pasien tuberkulosis paru? b. Seperti apakah tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005? c. Seperti apakah pola pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda tahun 2005? d. Bagaimanakah kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun

  2005 dengan standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan Rekomendasi World Health Organization (WHO)?

  e. Seperti apakah hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005? 2.

   Keaslian Karya

  Sepanjang yang diketahui penulis, penelitian tentang Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 berbeda dengan penelitian sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Penelitian sejenis yang pernah dilakukan mengenai tuberkulosis paru adalah “Angka Konversi dan Angka kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dalam Program DOTs di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari- September 2002” (Yuniarti, 2001). Dalam penelitian sebelumnya menghitung angka konversi dan angka kesembuhan, sedangkan pada penelitian ini menggambarkan evaluasi pengobatan yang dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan membandingkan standar yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005 tanpa menghitung angka konversi dan angka kesembuhan. Oleh karena itu penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi rumah sakit menuju penggunaan obat yang rasional.

  b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai bahan evaluasi pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

  Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian 1.

   Tujuan Umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui gambaran kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi jumlah kasus, jenis kelamin, dan penyakit penyerta pasien tuberkulosis paru.

  b. Mengetahui tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

  c. Mengetahui pola pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

  d. Mengetahui kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 dengan standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan Rekomendasi World Health Organization (WHO).

  e. Mengetahui hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Paru 1. Mycobacterium tuberculosis Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

  

tuberculosis , yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di

  berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kuman Mycobacterium tuberculosis berlangsung dengan lambat. Penularannya terjadi pada malam hari karena sifat dari bakteri ini tidak tahan terhadap UV (Rab, 1996).

  Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau

  lengkung. Basil ini terdapat dalam keadaan tunggal atau berkelompok, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora (Tjay & Rahardja, 2002). Tuberkulosis paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (Cell-mediated hypersensitivity). Apabila dalam pengobatan tuberkulosis paru terdapat kesalahan maka pada penyakit yang aktif akan terjadi perjalanan penyakit yang kronik dan berakhir dengan kematian (Isselbacher et al., 1995). Kebanyakan individu yang terinfeksi M. tuberculosis tidak menunjukkan penyakit secara langsung tetapi ditandai oleh kronisitas dengan nekrosis jaringan yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe lambat (Shulman, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Klasifikasi

  Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

  Pasien tuberkulosis paru dapat digolongkan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

  a. Kasus baru Pasien dengan kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan Obat Anti Tuberkulosis atau sudah pernah menggunakan OAT kurang dari satu bulan.

  b.

  Kambuh (Relaps) Pasien kambuh adalah penderita tuberkulosis paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis paru dan telah dinyatakan sembuh, kemudian melakukan pengobatan lagi hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

  c.

  Gagal Pasien dengan pengobatan gagal adalah penderita yang pada akhir bulan ke lima pengobatan atau satu bulan sebelum akhir pengobatan, dilakukan pemeriksaaan dahak dengan hasil BTA positif. Selain itu pasien dinyatakan gagal apabila pada akhir bulan ke dua pengobatan dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif.

  d. Kasus berobat setelah lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) Pasien dengan kasus berobat setelah lalai adalah penderita yang sudah melakukan pengobatan kurang lebih satu bulan, dan berhenti dua bulan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  lebih, kemudian datang kembali untuk melakukan pengobatan. Pada umumnya penderita tersebut kembali melakukan pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

  e. Pindahan Pasien pindahan adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten kemudian pindah ke kabupaten lain. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.

  f.

  Kronis Pasien dinyatakan kronis apabila penderita pada akhir pengobatan pemeriksaan dahak masih menunjukkan BTA positif

  Berdasarkan hasil pemeriksaaan dahak, tuberkulosis paru dibagi menjadi tuberkulosis BTA pasitif dan tuberkulosis BTA negatif (Anonim, 2001).

  a. Tuberkulosis Paru BTA negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

  b. Tuberkulosis Paru BTA Positif 1) Pada pemeriksaan BTA, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasilnya positif.

  2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif (Anonim, 2001).

3. Gejala Tuberkulosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Gejala tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk darah.

  a. Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, kadang-kadang suhu badan dapat mencapai 40-41

  C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali. Hal seperti ini terus menerus terjadi dan sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

  b. Malaise Penyakit tuberkulosis paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam. Gejala malaise ini semakin lama semakin berat dan gejala ini muncul dan hilang secara teratur.

  c. Batuk/batuk darah Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Keadaan dan kondisi bronkus pada setiap penyakit tidak sama, maka kemungkinan terjadinya batuk baru terjadi karena penyakit telah berkembang dalam jaringan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan dimulai dari peradangan. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah terjadi peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah, karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Batuk darah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tuberkulosis paru terjadi pada kavitas, tetapi dapat pula terjadi pada ulkus dinding bronkus.

  b.

  Sesak napas Penyakit yang baru muncul belum dirasakan sesak nafas. Pada penyakit yang sudah lanjut akan ditemukan sesak nafas, yang infiltrasinya meliputi setengah bagian paru-paru.

  c. Nyeri dada Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis, yaitu terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepas nafasnya (Bahar, 2003).

4. Patogenesis

  Sumber penularan tuberkulosis paru adalah penderita tuberkulosis BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet yaitu percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Anonim, 2001).

  Riwayat terjadinya tuberkulosis paru dibedakan menjadi dua yaitu :

  a. infeksi primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali oleh kuman tuberkulosis. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  melewati pertahanan musilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai dialveolus dan menetap. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis mulai berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, sehingga mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, kejadian ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer yaitu sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim, 2001).

  Berkembangnya dari infeksi primer menjadi penderita tuberkulosis paru tergantung dari banyaknya kuman dan besarnya respon daya tahan tubuh. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan tuberkulosis, tetapi masih terdapat beberapa kuman yang menetap sebagai kuman

  

persisten atau dormant . Pada suatu saat daya tahan tubuh tidak mampu

  menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan dapat menjadi penderita tuberkulosis paru. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terjadinya infeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Anonim, 2001).

  b. tuberkulosis paru pasca primer

  Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah terjadinya infeksi primer. Tuberkulosis paru pasca primer dapat disebabkan misalnya daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer yaitu tejadi kerusakan paru yang luas dengan adanya kavitas atau efusi pleura.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Daya penularan dari seorang penderita tuberkulosis paru ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif pada pemeriksaan dahak maka penderita tersebut semakin tinggi tingkat penularannya. Apabila hasil pemeriksaan dahak negatif atau tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Anomim, 2003b).

  Faktor resiko dari tuberkulosis paru yaitu a) negara berkembang, b) anak- anak di bawah umur 5 tahun atau orang tua, c) pecandu alkohol dan narkotik, d) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), e) DM, f) penghuni rumah beramai-ramai atau banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, g) imunosupresi, h) hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum Bakteri Tahan Asam (BTA) positif, i) kemiskinan dan malnutrisi (Rab, 1996).

5. Penegakan Diagnosis

  Penegakan diagnosis pada pasien yang diduga menderita tuberkulosis paru dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.

  a.

  Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda fisik yang terjadi pada pasien tuberkulosis paru adalah badan kurus atau berat badan menurun, pada kulit tampak pucat, demam yang mungkin hanya terjadi kenaikan suhu ringan pada malam hari, nadi umumnya meningkat seiring dengan demam (Crofton, 1999).

  Pada pemeriksaan fisik pasien tuberkulosis paru sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini. Tuberkulosis paru terjadi secara asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada (Bahar, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b.

  Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaaan radiologis paru merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal pemeriksaan radiologis memberikan beberapa keuntungan seperti pada tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis mulier. Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan dada sebab dengan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif (Bahar, 2003).

  Pada awal penyakit gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas-batas yang tidak tegas. Apabila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma (Bahar, 2003).

  Gambar 1. Foto Rontgen Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa (Anonim, 2006).

  c.

  Pemeriksaan laboratorium 1) Darah

  Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tuberkulosis baru akan diperoleh jumlah leukosit dan laju endap darah (LED) meningkat (Bahar, 2003). Laju endap darah mungkin meningkat tetapi hasil yang normal dapat memungkinkan terjadinya tuberkulosis (Crofton, 1999). 2) Sputum

  Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA (Bakteri tahan asam) diagnosis sudah dapat dipastikan.

  Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di puskemas, tetapi kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pada pasien dengan batuk yang tidak produktif (Bahar, 2003).

  Untuk mendapatkan sputum pada batuk non produktif dapat dilakukan dengan cara pasien dianjurkan minum air sebanyak ± 2 liter satu hari sebelum pemeriksaan sputum dan melakukan refleks batuk. Dapat juga memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara bronkospi diambil dengan brushing atau bronchial washing.

  Sputum yang akan diperiksa sebaiknya dalam keadaan segar. Kriteria sputum BTA positif apabila sekurang-kurangnya ditemukan 3 kuman batang BTA dalam satu sediaan (Bahar, 2003).

  Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan BTA dinyatakan positif apabila ditemukan sedikitnya dua dari tiga spesimen Sewaktu Pagi Sewaktu (Anonim, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3) Tes Tuberkulin

  Pemeriksaan tuberkulin masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada anak-anak. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya (Bahar, 2003).

  Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan maka akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu hasil dari reaksi persenyawaan antara antibodi selular dan antigen tuberkulin (Bahar, 2003).

  Pada penderita yang dicurigai tuberkulosis paru, perlu dilakukan pemeriksaan dahak apabila ditemukan 3 spesimen kuman tuberkulosis maka dapat dinyatakan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pada pemeriksaan dahak apabila ditemukan 1 kuman tuberkulosis atau sama sekali tidak ditemukan sedangkan dari gejala dicurigai tuberkulosis paru, perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu dengan foto rontgen paru atau pengulangan pada pemeriksan dahak SPS. Jika hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita didiagnosis sebagai penderita BTA positif., tetapi apabila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka perlu dilakukan kembali pemeriksaan dahak SPS (Anonim, 2001).

  Dapat lebih jelas dengan melihat alur diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tersangka Penderita TB (Suspek TB)

  Pemeriksaaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA

  • Pemeriksaan Beri Antibiotik Rontgen Dada Spektrum Luas Hasil Hasil Tidak Tidak ada Ada Mendukung TB Mendukung TB perbaikan perbaikan

  Ulangi periksa dahak SPS

  Hasil BTA Hasil BTA Penderita TB

  • BTA Positif + + -

  Pemeriksaan Rontgen Dada

  Hasil Hasil Tidak Mendukung Mendukung

  TB TB TB BTA negatif Bukan TB, rontgen positif penyakit lain

  Gambar 2. Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru Pasien Dewasa (Anonim, 2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

6. Mekanisme Resistensi Mikroorganisme terhadap Obat Anti Tuberkulosis