Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Wirogunan Yogyakarta: suatu usulan katekese pembinaan iman bagi narapidana.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN
YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN
BAGI NARAPIDANA. Judul dipilih bertitik tolak dari pengalaman penulis
mengikuti pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Wirogunan. Lewat keterlibatan itu penulis merasa prihatin dengan pembinaan
iman yang dilaksanakan. Dalam pengamatan penulis, alokasi waktu yang
diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan kurang memadai,
proses katekese masih sangat bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan
secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format yang
tetap menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Sulit bagi pembina untuk mengajak
para narapidana aktif dalam proses pembinaan. Menurut penulis, pembina
bertindak sebagai Guru yang memberikan pelajaran sedangkan peserta sebagai

murid yang mendengarkan guru mengajar.
Alokasi waktu yang kurang memadai, proses katekese yang masih
bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan
model katekese yang tidak memiliki format tetap merupakan tantangan yang perlu
diperhatikan oleh para pembina. Oleh karena itu guna memecahkan masalah di
atas penulis mengadakan penelitian bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Penulis juga mengadakan studi pustaka untuk
memperoleh data dan gagasan yang mendukung. Melalui data dan gagasan
tersebut, penulis dapat menemukan bentuk proses pembinaan iman atas
narapidana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan melihat fakta pembinaan iman yang telah berlangsung selama ini,
dan melalui penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis mengusulkan
pembinaan iman kateketis. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk membentuk
seseorang guna mencapai tujuan tertentu. Kateketis adalah pembinaan iman
melalui katekese yang artinya pendidikan atau pengajaran iman.
Pembinaan kateketis yang penulis usulkan mengambil model Shared
Christian Praxis. Shared Christian Praxis (SCP) adalah salah satu model katekese
umat yang menekankan proses bersifat dialog partisipatif. SCP yang lebih
menekankan proses dan bersifat dialog partisipatif bertujuan supaya peserta dapat
mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari dengan iman. Dialog

partisipatif memungkinkan peserta untuk terlibat aktif dan kreatif dalam
berkomunikasi dengan pembina maupun antar peserta. Melalui SCP, harapannya
peserta dapat dibimbing untuk mendalami pengalaman hidupnya dan
meningkatkan kualitas imannya melalui kesadaran iman yang perlahan tumbuh
selama proses SCP. Harapan penulis semoga pembinaan iman kateketis dengan
model SCP dapat mengurai permasalahan pembinaan iman bagi narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

This title of small thesis is FAITH FORMATION FOR INMATES IN
CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II A WIROGUNAN
YOGYAKARTA: A PROPOSAL OF CATECHESIS FAITH FORMATION

FOR INMATES. This title was chosen from the writer experience attending faith
formation for inmates in correctional institution class II A Wirogunan
Yogyakarta. The writer fell concerned with faith formation which had been done.
In writer’s view, there is less time alocation given for faith formation in
correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta, the process of
catechesis still releies on the catechist present, using top down approach, there is
no fixed format model for faith formation. It’s hard for the catechist to persuade
the inmates to be actively involved in a catechesis process. In the writer’s opinion,
the catechist acts as a teacher who gives a lesson and the inmates as students who
listen the teacher’s learning.
The inadequate time alocation given for faith formation, catechesis process
still releies on the catechist present, using of top down, and there is no fixed
format model for faith formation become challenges for catechists. Therefore to
solve the problems, the writer conducted a research for the inmates in correctional
institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer also conducted a
literature study to get more data and supporting ideas. Through those data and
supporting ideas, the writer can find the form of faith formation for the inmates
which is suitable with their needs.
According to the facts and through the research which has been done, the
writer suggests a catechetical faith formation. Faith formation is an effort for

building someone to reach his own goal of life. Catechetic is faith formation
through a catechesis which means faith education or teaching.
Catechetical faith formation which the writer proposes takes a Shared
Christian Praxis model. Shared Christian Praxis (SCP) is a catechesis model
which point the process of participatory dialogue. SCP model its participants
communicate their daily life experience in faith in Christ. Participatory dialogue
enables participants to involve actively and be creative in communication with the
catechist or fellow participants. Through SCP model hope participants can be
assisted to deepen their life experience and deepen their faith quality through faith
realization which slowly grows during the SCP process. The writer expects that
faith formation by SCP model can solve faith formation problems for inmates in
correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta.
 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PEM
MBINAAN
N IMAN BA
AGI NARA
APIDANA
DI LEM
MBAGA PE
EMASYAR
RAKATAN
N KELAS II
I A
WIR
ROGUNAN
N YOGYAKARTA: SUATU
S
US
SULAN KA
ATEKESE
PEM

MBINAAN
N IMAN BA
AGI NARA
APIDANA
 
SKRIPSI
Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat
Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan
Progrram Studi Ilmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk 
 
 
 
 
 

 
 
 

 

 
Oleh:
Tri Ad
dha Ismail Bima Putrra
NIM: 1111124006

ROGRAM STUDI ILM
MU PENDIDIKAN
PR
KEKHU
USUSAN PENDIDIKA
AN AGAM
MA KATOL
LIK
AN ILMU PENDIDIK
P
KAN
JURUSA
FAKULT
TAS KEGU

URUAN DA
AN ILMU PENDIDIK
KAN
UNIVERS
SITAS SAN
NATA DHA
ARMA
Y
YOGYAKA
ARTA
20166
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh narapidana Kristiani di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Wirogunan Yogyakarta dan semua pihak yang terlibat dalam pembinaan iman
bagi narapidana dan kupersembahkan bagi seluruh keluargaku, almarhum papah,
mamah, dan semua saudara-saudariku.


iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO
Letakkan di depan keningmu, jangan sampai menempel, biarkan mengambang 5
cm dari dahimu, dan dia takkan lepas dari matamu lalu yang harus kita lakukan
hanyalah tangan yang harus bekerja lebih dari biasanya, kaki yang melangkah
lebih dari biasanya, otak yang berfikir lebih dari biasanya, dan hati serta mulut
yang tak berhenti untuk selalu berdoa ( Dony Dirgantara 5 cm).

v

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN
YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN
BAGI NARAPIDANA. Judul dipilih bertitik tolak dari pengalaman penulis
mengikuti pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Wirogunan. Lewat keterlibatan itu penulis merasa prihatin dengan pembinaan
iman yang dilaksanakan. Dalam pengamatan penulis, alokasi waktu yang
diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan kurang memadai,
proses katekese masih sangat bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan
secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format yang
tetap menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Sulit bagi pembina untuk mengajak
para narapidana aktif dalam proses pembinaan. Menurut penulis, pembina
bertindak sebagai Guru yang memberikan pelajaran sedangkan peserta sebagai
murid yang mendengarkan guru mengajar.
Alokasi waktu yang kurang memadai, proses katekese yang masih
bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan
model katekese yang tidak memiliki format tetap merupakan tantangan yang perlu
diperhatikan oleh para pembina. Oleh karena itu guna memecahkan masalah di
atas penulis mengadakan penelitian bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Penulis juga mengadakan studi pustaka untuk
memperoleh data dan gagasan yang mendukung. Melalui data dan gagasan
tersebut, penulis dapat menemukan bentuk proses pembinaan iman atas
narapidana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan melihat fakta pembinaan iman yang telah berlangsung selama ini,
dan melalui penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis mengusulkan
pembinaan iman kateketis. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk membentuk
seseorang guna mencapai tujuan tertentu. Kateketis adalah pembinaan iman
melalui katekese yang artinya pendidikan atau pengajaran iman.
Pembinaan kateketis yang penulis usulkan mengambil model Shared
Christian Praxis. Shared Christian Praxis (SCP) adalah salah satu model katekese
umat yang menekankan proses bersifat dialog partisipatif. SCP yang lebih
menekankan proses dan bersifat dialog partisipatif bertujuan supaya peserta dapat
mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari dengan iman. Dialog
partisipatif memungkinkan peserta untuk terlibat aktif dan kreatif dalam
berkomunikasi dengan pembina maupun antar peserta. Melalui SCP, harapannya
peserta dapat dibimbing untuk mendalami pengalaman hidupnya dan
meningkatkan kualitas imannya melalui kesadaran iman yang perlahan tumbuh
selama proses SCP. Harapan penulis semoga pembinaan iman kateketis dengan
model SCP dapat mengurai permasalahan pembinaan iman bagi narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

This title of small thesis is FAITH FORMATION FOR INMATES IN
CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II A WIROGUNAN
YOGYAKARTA: A PROPOSAL OF CATECHESIS FAITH FORMATION
FOR INMATES. This title was chosen from the writer experience attending faith
formation for inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta.
The writer fell concerned with faith formation which had been done. In writer’s
view, there is less time alocation given for faith formation in correctional
institution class II A Wirogunan Yogyakarta, the process of catechesis still releies
on the catechist present, using top down approach, there is no fixed format model
for faith formation. It’s hard for the catechist to persuade the inmates to be
actively involved in a catechesis process. In the writer’s opinion, the catechist acts
as a teacher who gives a lesson and the inmates as students who listen the
teacher’s learning.
The inadequate time alocation given for faith formation, catechesis process
still releies on the catechist present, using of top down, and there is no fixed
format model for faith formation become challenges for catechists. Therefore to
solve the problems, the writer conducted a research for the inmates in correctional
institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer also conducted a
literature study to get more data and supporting ideas. Through those data and
supporting ideas, the writer can find the form of faith formation for the inmates
which is suitable with their needs.
According to the facts and through the research which has been done, the
writer suggests a catechetical faith formation. Faith formation is an effort for
building someone to reach his own goal of life. Catechetic is faith formation
through a catechesis which means faith education or teaching.
Catechetical faith formation which the writer proposes takes a Shared
Christian Praxis model. Shared Christian Praxis (SCP) is a catechesis model
which point the process of participatory dialogue. SCP model its participants
communicate their daily life experience in faith in Christ. Participatory dialogue
enables participants to involve actively and be creative in communication with the
catechist or fellow participants. Through SCP model hope participants can be
assisted to deepen their life experience and deepen their faith quality through faith
realization which slowly grows during the SCP process. The writer expects that
faith formation by SCP model can solve faith formation problems for inmates in
correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan

skripsi

yang

berjudul

PEMBINAAN

IMAN

BAGI

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYRAKATAN KELAS II A
WIROGUNAN

YOGYAKARTA:

SUATU

USULAN

KATEKESE

PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA. Skripsi ini diajukan guna memberikan
sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki
kerinduan dalam mengembangkan pembinaan iman bagi narapidana di manapun
berada.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,
dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini
sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada
tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama yang telah
setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

2.

Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik,
dosen penelitian dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk
mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.

Dr. Carolus Putranto S.J, selaku dosen penguji III yang telah meluangkan
waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya
skripsi ini.

4.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang telah
membuka dan menerima penulis untuk mengadakan penelitian.

5.

Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta
pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

6.

Karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi
penulis.

7.

Bapak Sukarno sebagai donator yang telah membantu membiayai penulis
dalam hal pembayaran uang kuliah.

8.

BAPEDA DIY yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

9.

Frater Yusuf, Frater Andi Kurniawan, Frater Dedy, dan Frater Antonius Roja
yang telah bersedia menjadi narasumber bagi penulis.

10. Ibu Kandi dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta
yang telah meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam melakukan
penelitian di dalam LAPAS.
11. Mama, kakak, dan adik yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban
bagi penulis selama menjalani masa studi.
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................

iv

MOTTO ...........................................................................................................

v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................

vii

ABSTRAK ......................................................................................................

viii

ABSTRACT .......................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR .....................................................................................

x

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

B. Rumusan Masalah............................................................................

6

C. Tujuan Penulisan .............................................................................

7

D. Manfaat Penulisan ..........................................................................

7

E. Metode Penulisan …………………………………………………

8

F. Sistematika Penulisan ......................................................................

9

BAB II. PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN WIROGUNAN………………….............................

12

A. Pembinaan Iman ..............................................................................

12

1. Pengertian Pembinaan.................................................................

13

2. Pengertian Iman ..........................................................................

15

3. Pengertian Pembinaan Iman …………………………………...

20

4. Rangkuman…………………………………………………….

25

B. Narapidana dan Lembaga Permasyarakatan ....................................

26

1.

Pengertian Terpidana ................................................................
xiii

27

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

Pengertian Narapidana..............................................................

27

3.

Lembaga Permasyarakatan ......................................................

29

a. Pengertian Lembaga Permasyarakatan ...................................

29

b. Lembaga Permasyarakatan Wirogunan……………………..

29

Pembinaan Iman di Lembaga Permsyarakatan Wirogunan
Yogyakarta .....................................................................................

31

1. Pengertian Pembinaan Iman bagi Narapidana………………...

31

2. Hal-hal yang Sudah Dilakukan di Lembaga Permasyarakatan
Wirogunan Yogyakarta ……………………………………….

34

D. Rangkuman…………………………………………………… .... .

35

BAB III. PENELITIAN ATAS PEMBINAAN IMAN
BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN
YOGYAKARTA .............................................................................

38

A. Situasi Umum Pembinaan Iman di Lembaga
Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta.......................

39

1. Tenaga Pendamping atau Pembina bagi Pembinaan Iman di
Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan......................

40

2. Alokasi Waktu Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan .....................................

40

3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan yang Pernah
Dilakukan oleh Para Pembina 7 ..................................................

41

4. Materi Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Permasyrakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta …………....

42

B. Penelitian atas Pembinaan Iman ......................................................

42

1. Rumusan Permasalahan ..............................................................

43

2. Tujuan Penelitian ........................................................................

43

3. Metodologi Penelitian .................................................................

44

a. Jenis Penelitian……………………………………………...

44

b. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………

45

c. Responden Penelitian……………………………………….

45

d. Instrumen Pengumpulan Data………………………………

45

e. Pengolahan Data…………………………………………….

48

f. Analisis Data ………………………………………………..

48

C.

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

g. Variabel Penelitian………………………………………….

49

C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman
bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan
Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ...................................................

49

1. Identitas Responden .....................................................................

50

2. Laporan Hasil Kuesioner Terbuka ...............................................

53

3. Rangkuman Laporan Hasil Kuesioner ........................................

56

4. Laporan Hasil Wawancara...........................................................

58

5. Laporan Hasil Observasi .............................................................

67

6. Laporan Hasil Studi Dokumen ...................................................

69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………...

71

1. Cukup atau tidaknya Alokasi Waktu yang Digunakan untuk
Pelaksanaan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ………….

71

a. Aspek Tingkat Kerutinan ……………………………………

72

b. Aspek Alokasi Waktu ……………………………………….

73

2. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang
Relevan bagi Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………………………….

75

3. Faktor-Faktor Penghambat Terlaksananya
Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………… . .

80

4. Faktor-Faktor Pendukung Terlaksananya Pembinaan Iman
bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Wirogunan Yogyakarta…………………………………………

83

5. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………..

87

a. Tujuan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga
Pemasyarkatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………

87

b. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta……… .

89

6. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Benar-benar
diharapkan oleh Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………………………….

90

E. Kesimpulan …………………………………………………………

93

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN
KATEKESE BAGI PARA NARAPIDANA DI LEMBAGA
PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN
YOGYAKARTA……………………………. ................................

97

A. Pengertian Shared Christian Praxis……………………………..

97

1. Shared……………………………...........................................

98

2. Christian……………………………........................................

99

3. Praxis……………………………............................................

99

4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis…………………...

100

B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi Narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan
Yogyakarta, dengan Model Shared Christian Praxis…………….

102

1.

Latar Belakang……………………………..............................

103

2.

Tema dan Tujuan Pembinaan Iman…………………………..

105

3.

Gambaran Pelaksanaan Program……………………………..

110

4.

Matrik Program…………………………….............................

111

5.

Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman…………

120

BAB V PENUTUP ..........................................................................................

135

A. Kesimpulan .....................................................................................

135

B. Saran ...............................................................................................

138

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. .

141

LAMPIRAN
Lampiran 1

:

Surat Izin Penelitian .........................................................

(1)

Lampiran 2

:

Surat Bukti telah dilaksanakan penelitian .........................

(2)

Lampiran 3

:

Kuesioner penelitian ..........................................................

(3)

Lampiran 4

:

Contoh kuesioner penelitian .............................................

(9)

Lampiran 5

:

Pedoman wawancara kepada Pembina .............................. (12)

Lampiran 6

:

Contoh Pembinaan Iman dari PPNKY .............................. (13)

Lampiran 7

:

Struktur Organisasi Lembaga ............................................ (17)

Lampiran 8

:

Transkrip Wawancara........................................................ (18)

Lampiran 9

:

Perikop Kitab Suci ............................................................ (27)

Lampiran 10 :

Teks Lagu .......................................................................... (28)
xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 11 :

Dokumentasi Kegiatan ...................................................... (29)

Lampiran 12 :

Cuplikan Video.................................................................. (32)

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru:
dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia
dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
DV

: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi yang ditulis oleh Yohanes Paulus II pada tanggal 18
November 1965.

C. Singkatan Lain
Art

: Artikel

BBC

: British Boardcasting Corporation, salah satu perusahan media
masa di Inggris.

Hlm

: Halaman

KAS

: Keuskupan Agung Semarang

KanWil

: Kantor Wilayah

KGK

: Katekismus Gereja Katolik

KUHP

: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

LAPAS

: Lembaga Pemasyarakatan

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Ms

: Miss

SCP

: Shared Christian Praxis

PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

PPNKY

: Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta

WIB

: Waktu Indonesia Barat

WBP

: Warga Binaan Pemasyarakatan

 
 
 
 
 
 
 

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Pada penghujung tahun 2014 sampai pada awal tahun baru 2015 dunia

hukum Indonesia dipenuhi dengan beragam berita tentang eksekusi mati enam
terpidana narkotika. Seperti yang dimuat dalam surat kabar digital British
Broadcasting Corporation Indonesia atau BBC Indonesia pada tanggal 18 Januari
2015 dengan judul berita Enam Terpidana Mati Telah Dieksekusi di
Nusakambangan dan Boyolali:
Juru bicara Kejaksaan Agung, lembaga yang melakukan hukuman mati,
Tony Spontana menjelaskan 5 terpidana mati telah dieksekusi di
Nusakambangan, Cilacap pukul 00.30 WIB dan dinyatakan meninggal
pada pukul 00.40 WIB. Satu terpidana mati lainnya dieksekusi di Boyolali
pukul 01.20 WIB. Kelima terpidana mati yang dieksekusi di
Nusakambangan adalah Marco Archer Cardoso Mareira (53, Warga
Negara Brasil), Daniel Eneuma (38 tahun, Warga Negara Nigeria), Ang
Kim (62 tahun, Warga Negara Belanda), Namaona Dennis (48 tahun,
Warga Negara Malawi), dan Rini Andriani atau Melisa Aprilia (Warga
Negara Indonesia), sedangkan yang menjalani hukuman mati di Boyolali
adalah Tran Thi Hanh (37 tahun, Warga Negara Vietnam).
Eksekusi mati tidak hanya berhenti pada enam terpidana mati yang telah
dieksekusi tanggal 18 Januari 2015. Eksekusi hukuman mati jilid II terhadap
sembilan terpidana mati yang menyangkut “duo Bali nine” Andrew Chan dan
Myuran Sukumaran serta

“ratu ekstasi” Mary Jane Fiesta Veloso menuai

polemik. Media-media sosial maupun cetak mulai memberitakan seputar eksekusi
mati jilid dua. Salah satunya adalah ulasan berita Silvanus Alvin yang dilansir

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

 

dalam situs berita resmi miliki liputan 6 pada tanggal 27 April 2015 dengan judul
berita Kapan Eksekusi Mati jilid II dilaksanakan? Ini kata JK. Ulasan berita
tersebut:
Sejumlah terpidana mati masih melakukan sejumlah cara agar bisa terlepas
dari hukuman eksekusi mati. Mereka juga memaksimalkan hak hukumnya.
Termasuk Sergei Areski Atlaoui yang kini namanya telah dikeluarkan dari
daftar eksekusi mati jilid II. Melihat kondisi ini Wakil Presiden Jusuf
Kalla atau JK berjanji tak akan mengebiri hak hukum mereka. “Kita selalu
mengikuti proses hukum sebaik-baiknya. Karena warga Prancis itu masih
memiliki proses hukum yaitu Peninjau kembali (PK) kedua, maka kita
tunggu itu dulu,” kata JK di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin(27/05/2015).
Namun JK enggan memberitahukan tanggal kapan eksekusi mati akan
dilakukan. Dia pun meminta pihak terkait untuk menunggu informasi
resmi dari Kejaksaan Agung. “Tanggalnya tunggu sajalah,” tukas JK.

Eksekusi mati beberapa warga Negara asing dan warga Negara Indonesia
ini sempat mendapat kecaman beberapa kalangan dari dunia internasional. PBB
melalui sekretaris jendralnya mengecam dan menyampaikan penyesalan yang
mendalam atas eksekusi mati enam terpidana yang berlangsung di Indonesia dan
yang masih berlaku di seluruh Negara di dunia. Kecaman dan reaksi penolakan
terhadap hukuman mati yang diserukan oleh Sekjen PBB ini juga diikuti oleh
Australia dan Brazil yang menarik duta besar mereka dari Jakarta. Hal ini dapat
dilihat dalam ulasan berita Evan Hardoko pada koran elektronik Kompas pada
Kamis 30 April 2015 dengan judul berita Sekjen PBB Kecam Eksekusi Mati di
Indonesia:
New York, Kompas.com- Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon
mengutarakan penyesalan yang mendalam atas eksekusi mati terhadap
delapan terpidana kasus narkoba di Nusakambangan, Jawa Tengah,
Rabu(29/4/2015). Dalam pernyataan resminya, Ban mengatakan, hukuman
mati “tidak memiliki tempat di abad 21” dan mendesak Indonesia untuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

 

membatalkan eksekusi mati terhadap semua terpidana mati. Desakan itu,
menurut Ban, sejalan dengan sikap 117 negara yang menyuarakan
moratorium penggunaan hukuman mati dalam sidang Majelis Umum PBB
pada Desember 2014.
“Sekretaris Jendral mendesak semua negara yang masih menerapkan
hukuman mati untuk bergabung dengan gerakan ini dan mendeklarasikan
moratorium hukuman mati dan akhirnya menghapusnya,”demikian
pernyataan Ban Ki-moon.
Tidak hanya dari PBB, Australia dan Brasil, Gereja Indonesia pun sempat
menyerukan seruan keras terkait eksekusi mati terpidana kasus narkotika baik
eksekusi mati jilid I dan jilid II. Seruan Gereja Katolik Indonesia yang menolak
hukuman mati diserukan oleh Mgr. Ignatius Suharyo Pr dalam surat gembala
Paskah 2015 dengan judul

Gereja Katolik Menolak Hukuman Mati

yang

diedarkan di Keuskupan Agung Jakarta dalam judul Gereja menolak hukuman
mati yang isinya:

Pada hari-hari ini, televisi, koran dan mass media lain, penuh dengan
berita mengenai hukuman mati. Saya pribadi amat sedih setiap kali melihat
atau membaca berita itu dan diberitakan dengan cara yang bagi saya
mencederai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam suasana seperti ini
saya mengajak para Imam untuk menjelaskan kepada umat pandangan
Gereja mengenai hal ini dan mengajak mereka berdoa untuk para
terpidana.
Katekismus Gereja Katolik menyatakan : Pembelaan kesejahteraan umum
masyarakat menuntut agar penyerang dihalangi untuk menyebabkan
kerugian. Karena alasan ini, maka ajaran Gereja sepanjang sejarah
mengakui keabsahan hak dan kewajiban dari kekuasan politik yang sah,
menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan beratnya kejahatan, tanpa
mengecualikan hukuman mati dalam kejadian-kejadian yang serius (KGK
2266). Menurut Katekismus ini, hukuman mati diperbolehkan dalam
kasus-kasus yang sangat parah kejahatannya. Namun, apabila terdapat cara
lain untuk melindungi masyarakat dari penyerang yang tidak berperikemanusiaan, cara-cara lain ini lebih dipilih daripada hukuman mati
karena cara-cara ini dianggap lebih menghormati harga diri seorang
manusia dan selaras dengan tujuan kebaikan bersama (bdk KGK 2267). Di
sini terjadi peralihan pandangan Gereja tentang konsep hukuman mati

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

 

Gereja. KGK 2267 ini diambil dari ensiklik Paus Yohanes Paulus II
Evangelium Vitae.
Dalam ensiklik Evangelium Vitae yang diterbitkan tahun 1995, Paus
Yohanes Paulus II menghapuskan status persyaratan untuk keamanan
publik dari hukuman mati ini dan menyatakan bahwa, dalam masyarakat
modern saat ini, hukuman mati tidak dapat didukung keberadaannya.
Berikut kutipannya:
Adalah jelas bahwa untuk tercapainya maksud-maksud ini, jenis dan
tingkat hukuman harus dengan hati-hati dievaluasi dan diputuskan, dan
tidak boleh dilaksanakan sampai ekstrim dengan pembunuhan narapidana,
kecuali dalam kasus-kasus keharusan yang absolut: dengan kata lain,
ketika sudah tidak mungkin lagi untuk melaksanakan hal lain untuk
membela masyarakat luas. Selanjutnya ditegaskan, Namun demikian,
dewasa ini, sebagai hasil dari perkembangan yang terus menerus dalam hal
pengaturan sistem penghukuman, kasus-kasus sedemikian (kasus-kasus
yang mengharuskan hukuman mati) adalah sangat langka, jika tidak secara
praktis disebut sebagai tidak pernah ada.” (EV 56).
Untuk menuju tujuan yang mulia di atas, peran dan bentuk pembinaan di
dalam Lembaga Pemasyarakatan perlu mengalami perubahan juga. Berdasarkan
data yang diperoleh penulis pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan
berdasar pada asas: pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan,
pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia,
kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan terjaminnya
hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga atau orang- orang tertentu
(Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Bab II pasal 5).
Menurut pengalaman penulis yang lain, pembinaan iman bagi narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dijadwalkan satu
minggu sekali yakni pada hari Sabtu setiap minggunya. Dari alokasi waktu
pembinaan iman ini, muncul beberapa pertanyaan yang menganjal dalam hati
penulis. Pertanyaan yang sering muncul adalah cukupkah alokasi waktu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

 

pembinaan iman yang telah disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan? Lantas
bagaimana bentuk pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan dalam Lembaga
Pemasyarakatan? Siapakah yang melaksanakan pembinaan iman dalam Lembaga
Pemasyarakatan?
Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di atas. Pertama
kali penulis menyadari bahwa pelayanan pembinaan iman bagi narapidana di
dalam Lembaga Pemasyarakatan membutuhkan spiritualitas yang sungguhsungguh. Dalam permenungan muncullah gagasan dan spiritualitas pelayanan
yang tulus dan menyeluruh sebagai bentuk konkrit dari iman yang dianut oleh
para pelayan pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan. Spiritualitas ini
terinspirasi dari Matius 25: 34-36:
Yesus bersabda, “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di
sebelah kanan-Nya: mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah
kerjaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijakdikan. Sebab ketika
Aku haus kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing kamu
memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang kamu memberi Aku
pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, dan ketika Aku di dalam
penjara kamu mengunjungi Aku”.
Perikop ini ingin menyampaikan bahwa menjadi orang Katolik tidak
hanya berhenti pada kehidupan doa yang taat, akan tetapi kehidupan doa yang
disertai dengan perbuatan. Pada dasarnya iman Katolik sendiri mengajarkan
kepada umatnya agar hidup beriman tidak berhenti pada beribadah dan berbuat
baik. Iman Katolik memiliki konsekunsi nyata yang membimbing umatnya untuk
mewujudkan apa yang dihayati dalam perbuatan nyata. Salah satunya adalah
dengan mengunjungi orang yang sedang ada di dalam penjara. Dengan menyapa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

 

mereka lewat pelayanan pembinaan iman, orang Katolik mengaktualisasikan
imannya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terpapar di atas, penulis
merasa tertarik untuk mendalami pembinaan iman bagi narapidana. Maka dari itu
penulis mengambil judul PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI
LEMBAGA

PEMASYARAKATAN

KELAS

II

A

WIROGUNAN

YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN
BAGI NARAPIDANA. Penulis ingin memberikan suatu sumbangan pemikiran
katekese bagi pembinaan iman narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Wirogunan Yogyakarta.

Penulis berharap sumbangan ini dapat membawa

perubahan sikap dan moral narapidana yang terwujud dalam perubahan hidup
mereka, sehingga Lembaga Pemasyarakatan dapat memenuhi visi dan misinya
sebagai lembaga yang memperbaiki kesalahan dan kembali memanusiakan
manusia.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apa itu pembinaan iman?

2.

Siapa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan?

3.

Sejauh mana pembinan iman bagi narapidana bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan kelas II A WIrogunan Yogyakarta sudah berjalan?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

 

4.

Sejauh mana pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta sudah berjalan secara efektif?

5.

Usulan katekese atau usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pembinaan iman dan perubahan sikap serta moral para narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta?

C.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada
beberapa rumusan tujuan:
1.

Mengetahui apa itu pembinaan iman.

2.

Mengetahui apa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan.

3.

Mengetahui pembinaan iman yang telah berjalan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan dan efektivitas pembinaan iman tersebut.

4.

Memberi usulan program pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga
Pemasyrakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

5.

Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat kelulusan sarjana strata I
pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta

D.

Manfaat Penulisan

1.

Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah

a.

Secara akademis, dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pembinaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

 

iman bagi narapidana yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam berkatekese di dalam lembaga pemasyrakatan.
b.

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Wirogunan Yogyakarta khususnya bagi para pemerhati pembinaan iman di
Lembaga Pemasyarakatan sebagai salah satu alternatif bahan katekese.

c.

Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu
mendesain katekese pembinaan iman narapidana yang sungguh kontekstual
dan menarik.

2.

Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah

a.

Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese pembinaan iman
bagi narapidana.

b.

Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese
pembinaan iman narapidana.

E.

Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, artinya

penulisan yang menggambarkan dan menganalisis suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya. Deskripif analitis adalah usaha penulis menganalisis bukubuku sebagai sumber bahan dan membahasakannya kembali dalam bentuk tulisan.
Hal yang sama akan penulis lakukan dalam pengumpulan data. Penulis akan
menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara. Penulis akan menggali dan
menganalisis hasil wawancara dengan para narapidana Untuk mendapatkan data,
dan mengolahnya menjadi hasil penelitian yang akan penulis gunakan sebagai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

 

dasar sumbagan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

F.

Sistematika Penulisan
Skripsi

ini

mengambil

judul

PEMBINAAN

IMAN

BAGI

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A
WIROGUNAN

YOGYAKARTA:

SUATU

USULAN

KATEKESE

PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Judul tersebut akan diuraikan
dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I

adalah bagian pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II

dibagi dalam tiga bagian : pertama, pembinaan iman yang terdiri
dari empat sub bab yakni pembinaan, iman, pembinaan iman dan
rangkuman pembinaan iman. Kedua, Narapidana dan Lembaga
Pemasyarakatan yang mencakup tentang pengertian terpidana,
pengertian narapidana, pengertian Lembaga Pemasyaraktan yang
terdiri dari pengertian Lembaga Pemasyarakatan secara umum dan
sekilas pandang mengenai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Wirogunan Yogyakarta yang menjelaskan tentang situasi geografis,
sejarah

singkat,

visi

dan

misi,

serta

strategi

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Ketiga,
pembinaan iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan yang menjelaskan tentang pengertian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

 

pembinaan iman bagi narapidana dan usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan
Yogyakarta.
Bab III

akan menguraikan tentang lima hal.
situasi

umum

kegiatan

Hal yang pertama adalah

pembinaan

iman

di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang terdiri
dari empat sub bab yakni tenaga pembina atau pendamping
pembinaan iman bagi narapidana, alokasi waktu pembinaan iman
bagi narapidana, bentuk dan model pembinaan iman bagi
narapidana yang telah dilaksanakan oleh pembina, dan materi
pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.
Kedua, penelitian pembinaan iman yang terdiri dari tiga sub bab
yaitu rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan metodologi
penelitian yang mencakup jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, responden penelitian, instrument pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data dan variabel peneltian.
Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas
responden,

laporan

hasil

kuisioner

terbuka,

laporan

hasil

wawancara, laporan hasil observasi, dan laporan studi dokumen.
Keempat pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari cukup atau
tidaknya

alokasi

waktu

yang

digunakan

untuk

pelaksaan

pembinaan iman bagi narapidana meliputi aspek tingkat kerutinan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

 

dan aspek alokasi waktu, bentuk, model dan materi pembinaan
iman yang relevan bagi narapidana, faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi
narapidana, dampak pembinaan iman bagi narapidana yang
meliputi tujuan pembinaan iman bagi narapidana dan dampak
pembinaan iman bagi narapidana serta bentuk, model dan materi
pembinaan iman yang benar-benar diharapkan oleh narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.
Kelima, kesimpulan yang dibuat penulis sebagai rangkuman atas
penelitian terhadap pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.
Bab IV

berisi tentang, pertama, pengertian Shared Christian Praxis yang
terdiri dari pengertian Shared, Christian, dan praxis. Kedua,
Shared Christian Praxis sebagai usulan model pembinaan iman
bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Wirogunan Yogyakarta yang terdiri dari latar belakang tema dan
tujuan program, gambaran pelaksanaan program, matrik program,
dan contoh persiapan salah satu sesi pembinaan iman.

Bab V

adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan atas peneltian
pembinaan iman bagi narapidana dan saran bagi pembinaan iman
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI  

12

 

BAB II
PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN

Fokus pada bab dua ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama penulis
membahas tentang pembinaan iman yang terdiri dari pengertian pembinaan dan
iman. Pada bagian kedua penulis membahas tentang narapidana dan lembaga
pemasyarakatan

yang

terdiri

dari

pengertian

narapidana

dan

lembaga

pemasyarakatan. Sedangkan pada bagian ketiga penulis membahas tentang
pembinaan iman bagi narapidana yang terdiri dari pembinaan iman bagi
narapidana dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dalam membina iman narapidana khususnya
narapidana yang beragama Kristen dan Katholik.

A. Pembinaan Iman
1.

Pengertian Pembinaan
Dalam buku karangan Mangunhardjana berjudul Pembinaan: Arti dan

Metodenya, pembinaan didefinisikan sebagai:
suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah
dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki,
dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk
membetulkan dan mengembangkan pengentahuan dan kecakapan
baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani
secara lebih efektif (Mangunhardjana 1986: 12).
Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu
murni, tetapi ilmu yang akan dipraktekkan. Tidak dibantu untuk mendapatkan
pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. dalam pembinaan orang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

 

terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat
memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka. Oleh
karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap, tingkah laku,
kecakapan dan keterampilan.
Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki
berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan menghambat
hidup dan kerja dan mempelajari pengetahuan dan praktek baru yang
meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan
mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan
efektif daripada sebelumnya.
Definisi lain dari pembinaan dapat ditemukan dalam buku karangan
Mitfah Thoha yang berjudul Pembinaan Organisasi:
suatu proses hasil atau pertanyaan yang lebih baik dalam hal ini
menunjukkan adanya perubahan, kemajuan, pertumbuhan,
peningkatan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas berbagai
sesuatu di atas. Pembinaan juga dapat dimengerti sebagai proses
atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertianpengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara
pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan,
menggembangkan, menyempurnakan (Thoha 1999: 243).
Pembinaan adalah suatu proses yang membuat manusia menjadi lebih
baik. Dalam proses itu terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebagai
syarat mutlak pembinaan. Proses itu diawali dengan mendirikan, dilanjutkan
dengan proses membutuhkan bahan-bahan guna mengembangkan dirinya, tahapan
pembinaan dilanjutkan dengan proses pemeliharaan terhadap pertumbuhan
tersebut. Dalam usaha pemeliharaan tercakup pula usaha-usaha perbaikan,
mengembangkan, dan menyempurnakan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

 

Oleh karena itu pembinaan memiliki beberapa tujuan. Pembinaan
bertujuan utnuk memampukan seseorang membaharui diri dan meningkatkan
efektivitas hidup dan karya. Pembinaan dapat menganilisi situasi hidup secara
positif maupun negatif dan memampukan orang untuk bertanggung jawab
terhadap apa yang menjadi tuntutan hidup (Mangunhardjana 1986:13).
Menurut Mardi Prasetya (2001: 24) tujuan pembinaan merupakan
transformasi diri dalam Kristus, menjadi murid Kristus menyertakan dinamika
untuk membentuk hidup atas dasar nilai-nilai yang ditawarkan oleh Kristus agar
kita diubah oleh nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu tujuan transformasi diri ini
perlu dilihat secara khusus supaya pembinaan tetap dilihat sebagai tujuan yang
tertinggi dibandingkan dengan tujuan-tujuan praktis yang lain sehingga hari demi
hari terus dihayati dalam hidup panggilan maka tujuan praktis yang lain harus
diletakkan dibawahnya.
Dari pengertian di atas jelas bahwa pembinaan selalu mengarah ke hasil
yang lebi