Pil KB Untuk Pria Sebagai Salah Satu Alternatif Pilihan Alat Kontrasepsi.

(1)

ABSTRAK

Program KB untuk pria di Indonesia masih belum berkembang, hal ini

disebabkan karena terbatasnya pilihan alat kontrasepsi. Saat ini terdapat 3 metode

yang dianggap sebagai kontrasepsi pria yaitu : kondom, vasektomi, dan sanggama

terputus.

Usaha pengembangan cara pengendalian kesuburan pria lebih sulit dibandingkan dengan wanita, karena seorang pria setiap hari dapat memproduksi

jutaan sperma oleh karena itu pil KB untuk pria harus dapat mengendalikan

produksi jutaan sperma tanpa menurunkan libido dan efek samping yang membahayakan.

Pil- pil yang telah diteliti dan dapat digunakan untuk mencegah kesuburan

pada pria adalah : Nifedipin yang dapat menyebabkan infertilitas sementara,

gossypol yang dapat menekan produksi sperma, mifepristone yang dapat

menyebabkan sperma immotil sementara, siproteron asetat yang dapat menyebabkan oligozoospermia tingkat rendah dan mengacaukan fungsi sperma,

phenoxybenzamine dan thioridazine yang dapat mencegah ejakulasi, dan

kombinasi beberapa hormon sintetis antara lain desogestrel 300 tiap hari

dengan 50 mg testosteron enantat tiap minggu dapat menekan produksi sperma

mencapai azoospermia.

Dengan adanya pilihan pil KB untuk pria ini diharapkan pria mau berperan

aktif dalam mencegah kehamilan sehingga angka kelahiran di Indonesia dapat di turunkan.


(2)

ABSTRACT

Men in Indonesia are not enough involved in family planning programme,

because until now there are only three methods for male contraception : coitus

interruptus, condoms, and vasektomy.

As a man can produce millions of sperm everyday, the fertility control in male is more dificult than female. Contraception pills for men should be able to suppress sperm production without decreasing the libido.

Some researchers have found pills which can be used as contraceptive pills in men. Nifedipin may cause temporary infertility, gossypol can suppress sperm production, mifepristone can cause temporary immotility of few sperm, cyproterone acetat may cause oligozoospermia, phenoxybenzamine and

thioridazine may cause ejaculation disorder. Combination of synthetic hormones

such as 300 desogestrel everyday and 50 mg testosterone enantat everyweek

will suppress sperm production to azoospermia.

If

contreception pills for men have already available in Indonesia, men could

take apart in family control in order to decrease the birth rate.


(3)

DAFTAR

ISI

JUDUL

...

LEMBAR PENGESAHAN

...

SURAT PERNYATAAN

...

ABSTRAK

...

ABSTRACT

...

PRAKATA

...

DAFTAR ISI

...

BAB I PENDAHULUAN

...

1.1

.

Latar Belakang

...

1.2. Identifikasi Masalah

...

1.3. Maksud dan Tujuan

...

1.4. Kegunaan Studi Pustaka

...

1.5. Kerangka Pemikiran

...

1.6. Metodologi

...

1.7. Lokasi dan Waktu

...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 . Definisi Keluarga Berencana

...

2.2. Pengertian kontrasepsi

...

Kontrasepsi

...

2.4. Keluarga Berencana untuk Laki-laki

...

2.5. Anatomi dan Fisiologi Organ Kelamin Pria

...

2.5.1

.

Anatomi Alat Kelamin Laki-laki

...

2.5.1 1 . Uretra

...

2.5.1.1.1. Uretra Pars Prostatika

...

2.5.1.1.2. Uretra Pars Membranasea

...

2.5.1.1.3. Uretra Pars Spongiosa

...

2.5.1.2.1

.

Korpus Spongiosum Penis

...

2.5.1.2.2. Korpus Kavernosum Penis

...

2.5.1.3. Prostat

...

2.5.1.4. Vesikula Seminalis

...

2.5.1.5. Duktus Deferens

...

2.5.1.6. Testis dan Epididimis ... 2.5.1.7. Produk-produk Kelamin Pria

...

Spermatogenesis

...

2.3. Syarat-syarat yang harus Dipenuhi oleh Suatu Metode

.

2.5.1.2. Penis

...

2.5.2. Fisiologi Kelamin Laki-laki ... 2.5.2.1. Fungsi Hormon-honnon pada Proses

2.5.2.1.1. Testosteron ...

i ii iii iv vi vi i V 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 12 12 vii


(4)

2.5.2.1.2. Folicle Stimulating Hormon

...

2.5.2.1.3. Sel Sertoli

...

2.5.2.1.4. Androgen Binding Protein

...

2.5.2.1.5. Inhibin

...

2.5.2.1.6. Activin

...

2.6. Hormon-hormon Sintetis

...

2.6.1 Testosteron Enantat

...

2.6.2. Desogestrel

...

2.7. Hormon Steroid

...

2.7.1. Steroid Anabolik Androgenik

...

2.8. Proses Spermatogenesis

...

2.8.1. Tahap-tahap proses spermatogenesis

...

2.9. Pil KB untuk Pria

...

2.9.1. Sejarah Pil KB pria

...

Kesuburan Pada Pria

...

2.9.2.1. Nifedipin

...

2.9.2.2. Gossypol

...

2.9.2.3. Mifepristone

...

2.9.2.4. Phenoxybenzamine dan Thioridazine

...

2.9.2.5. Siproterone asetat

...

Kesuburan pada Pria

...

2.9.3.1. Enzim N-acetyl-beta-D-hexoaminidase

...

Spermatogenesis

...

2.9.2. Pil-pil yang digunakan untuk Mengurangi

2.9.3. Enzim yang dapat digunakan untuk Mengurangi

2.9.4. Kombinasi Hormon yang dapat Menekan

2.9.4.1. Kombinasi Testosteron enantat dan desogestrel

...

2.9.4.2. Perbandingan antara desogestrel dan levonorgestrel

....

12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 16 17 17 19 19 19 20 21 21 22 22 23 23 25

BAB III KESIMPULAN ... 27

DAFTAR PUSTAKA

...

28


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang berpenduduk sekitar 200 juta jiwa,

dengan laju pertumbuhan 4 % per tahun (BPS, 1993). Upaya menekan laju

pertumbuhan penduduk dilakukan melalui program KB, salah satu sebab

terjadinya penurunan angka kelahiran adalah berhasilnya pelaksanaan gerakan

nasional keluarga berencana yang dimulai sejak tahun 70-an. ( Yekti , Moeloek ,

2000).

Keikutsertaan pria dalam program Keluarga Berencana di Indonesia masih rendah, salah satu penyebabnya adalah terbatasnya pilihan alat kontrasepsi pria.

Saat ini terdapat tiga metode yang dianggap sebagai kontrasepsi pria yaitu :

kondom, vasektomi, dan sanggama terputus. Selain ketiga metode tersebut perlu dilakukan pengembangan kontrasepsi pria sebagai metode alternatif bagi akseptor KB, karena semakin banyak kontrasepsi yang tersedia semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk memakai kontrasepsi itu. (Santoso, Wibisono,

2000)

Usaha pengembangan cara pengendalian kesuburan pria lebih sulit dari wanita karena seorang pria setiap hari dapat memproduksi jutaan sperma, sedangkan seorang wanita hanya melepaskan sebuah telur setiap bulan. Pil KB untuk pria harus dapat mengendalikan produksi jutaan sperma tanpa menurunkan libido dan efek samping yang membahayakan.

Selain itu dalam mencari bahan kontrasepsi yang ideal bagi pria selain harus mencegah terjadinya pembuahan, juga harus memenuhi kriteria aman, reversibel, cepat kerjanya, mudah digunakan dan tanpa efek samping yang berarti bagi


(6)

2

kesehatan pemakainya, terutama potensi seks dan libido. ( Santoso

,

Wibisono,

2000 ).

Salah satu alternatif jenis kontrasepsi pria yang ideal adalah dengan

menggunakan pil KB, karena pil KB ini selain cara penggunaannya mudah juga

reversibel dan sejauh ini hanya sedikit ditemukan adanya efek samping.

Dengan adanya laporan tentang beberapa penelitian pil KB untuk pria ini

diharapkan para pria dapat ikut berpartisipasi dan mau mencoba pil ini untuk mencegah kehamilan.

1.2. Identifikasi Masalah

Yang menjadi permasalahan disini adalah :

1. Pil-pil apa saja yang dapat menghambat ataupun mengurangi produksi sperma pada pria ?

2. Kombinasi hormon apakah yang efektif untuk menekan spermatogenesis ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud studi pustaka ini adalah menginformasikan arah pengembangan

kontrasepsi pria terutama pil KB untuk pria sebagai salah satu alternatif pilihan

alat kontrasepsi.

Tujuan studi pustaka ini adalah memberitahukan kepada para pria bahwa ada

metode baru kontrasepsi untuk pria selain kondom dan vasektomi yang dapat

dijadikan alternatif lain untuk mencegah kehamilan yaitu pil KB untuk pria dan


(7)

3 1.4. Kegunaan Studi Pustaka

Secara praktis dengan adanya penemuan metoda baru kontrasepsi untuk pria

yaitu pil KB diharapkan pil K B ini dapat digunakan untuk mencegah kehamilan

dan diharapkan para pria mau berperan aktif dalam menggunakan alat kontrasepsi pil KB ini agar program keluarga berencana yang ada bisa berhasil.

Secara akademis dengan adanya penemuan metode kontrasepsi pil KB untuk

pria ini, maka dalam bidang farmakologi akan di dapatkan obat baru untuk mencegah kehamilan dan diharapkan penemuan ini dapat digunakan dalam menambah pengetahuan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Sekarang ini metode kontrasepsi pria yang digunakan masih sangat sedikit diantaranya yaitu kondom, vasektomi, dan sanggama terputus. Penggunaan alat kontrasepsi ini masih belum dilaksanakan dengan baik, hal ini disebabkan karena ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan para pria tidak mau menggunakannya.

Penggunaan kondom menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasangan yang memakainya, selain itu mereka khawatir takut kondomnya robek.

Vasektomi merupakan metode yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian, hal ini disebabkan karena pria takut bahwa tindakan vasektomi akan melukai kehidupan seksnya.

Menurut buku KB dan Kontrasepsi dikatakan bahwa keberhasilan metode KB sanggama terputus masih sangat rendah disamping itu juga angka dengan


(8)

4

Adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar prostat, urethra, kelenjar Cowperi), yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta sperma.

Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat

mempengaruhi kehidupan perkawinan.

Oleh karena itu perlu dicari alternatif pilihan kontrasepsi lain yang aman, mudah digunakan, reversibel, cepat kerjanya dan tanpa efek samping, seperti pil KB untuk pria yang sekarang ini banyak diteliti.

1.6. Metodologi

Studi Pustaka

1.7. Lokasi dan Waktu

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan dalam 6 bulan yaitu dari bulan

Januari 2001 sampai bulan Juli 2001 dan bertempat di perpustakaan Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, perpustakaan Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSHS Bandung, dan dari internet.


(9)

BABIII

KESIMPULAN

1. Nifedipin dapat menyebabkan infertilitas sementara pada pria.

2. Gossypol dapat menekan produksi sperma.

3 . Mifepristone dapat menyebabkan sperma immotil sementara.

4. Phenoxybenzamine dan thioridazine dapat mencegah ejakulasi.

5. Siproterone asetat dapat menyebabkan oligozoospermia dan dapat

mengacaukan fungsi sperma.

6. Enzim N-

acetyl-beta-D-hexoamOinidase

atau HEX bila di nonaktifkan dapat

menyebabkan sperma rusak tanpa mengganggu sel lain.

7. Kombinasi desogestrel dengan testosteron enantat yang optimal untuk

menginduksi azoospermia adalah 300 desogestrel tiap hari dengan 50 mg

testosteron enantat tiap minggu. Kombinasi ini merupakan suatu pendekatan yang menjanjikan untuk kontrasepsi yang reversibel karena dapat menekan produksi sperma mencapai azoospermia sampai 100%.

8. Desogestrel yang dikombinasi dengan testosteron enantat memberikan

kontribusi efek tambahan supresi gonadotropin pada poros hipotalamus hipofisis testis.


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Aldhous, P. 2000. Dry orgasms could spawn a male pill

.http://www.lycos.com.

Asmarinah, Moeloek N. 1997. Testosteron sebagai Alternatif Pengembangan

Metode Kontrasepsi Pria. Majalah Kedokteran Indonesia, 1997, vol. 47, hal.

119.

Behre, H.M. and Nieschlag. 1997. New Androgen Esters alone and in

Combination with GnRH Analogs for Male Contraception. Current Advance

in Andrology. Austria. p. 227.

Biro Pusat Statistik. 1993. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Fertilitas dan KB. Jakarta : BPS.

Cohen, P. 2000. Sugar pill holds promise for male contraceptive.

http://www.lycos.com.

Coutts, S and Nicholson, K. 1996. "It's awright luv, ... I'm on the pill". http://www.lycos.com.

Daili, S.F. 1999. Anatomi Alat Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

ke-3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

.

Ganong, W.F. 1995. Sistim Reproduksi Pria. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi ke-14. Jakarta : EGC. hal. 405-410.

Guyton. 1994. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Jakarta : EGC. hal. 309.

Guyton. 1994. Pengaturan Sekresi LH dan FSH Hipofisis oleh Hipotalamus. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Jakarta : EGC. hal. 320.

Hartanto, H. 1996. Definisi Keluarga Berencana. Keluarga Berencana dan Konfrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 26.


(11)

29

Hartanto, H. 1996. Penelitian Metode-metode Baru Kontrasepsi untuk Pria. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 345.

Hartanto, H. 1996. Senggama Terputus. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 58-59.

Huskey, R.J. 1997. A Contraceptive Pill for Males. Reported in The Washington

Post. http://www.hotbot.com.

Moeloek N. dan Sutyarso. 1995. Kombinasi Progestrogen dengan Androgen

untuk Kontrasepsi Hormonal pada Pria. Majalah Kedokteran Indonesia, 1995, vol. 11, hal. 737.

Moeloek N. dan Sutyarso. 1996. Kontrasepsi Hormonal pada Pria denga

Testosteron Implan. Majalah Kedokteran Indonesia, 1996, vol. 1, hal. 45.

Reuters. 1998. Blood pressure drug may also be a male contraceptive".

http ://www.malecontraceptives.org.

Santoso, H., Lies K. Wibisono. 2000. Penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak

Total Akar Bikat (Gnetum Gnemonoides Brougn) Terhadap Jumlah Sel Spermatogenik Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Majalah Kedokteran

Indonesia, Januari 2000, vol. 50, hal. 1 1-1 9.

Sutyarso dan Moeloek N. 1995. Prospek Kontrasepsi Hormonal pada Pria

dengan Menggunakan Testosteron. Majalah Kedokteran Indonesia, 1995, vol.

4, hal. 241.

World Health Organization Press Release. 1996. WHO Completes

International Trial of a Hormonal Contraceptive for Men

.

http ://www. upmc

.edu.com.

World Health Organization Task Force on Methods for the Regulation of Male Fertility. 1996. Contraceptive efficacy of testosterone induced

azoospermia or oligozoospermia in normal men. Fertility and Sterility. 65:829-29.

Wu, F.C.W. 1997. Androgen/Progestin Combination in Male Contraception :


(12)

30 Yekti R, Moeloek

N.

2000. Peningkatan Efektivitas Kombinasi Desogestrel dan Testosteron dalam Menekan Spermatogenesis. Majalah Kedokteran

Indonesia, November 2000, vol. 50, hal. 5 16-521.

Yoder, P.R. 2000. A pill a Day Keeps the Sperm away. WebMD Medical News.

http:Nwww.lycos.com.

Zhang, G.Y.

,

X.H. Wang, Z.W. Chan and Y.G. Cui. 1997. Research on Male


(1)

3 1.4. Kegunaan Studi Pustaka

Secara praktis dengan adanya penemuan metoda baru kontrasepsi untuk pria yaitu pil KB diharapkan pil K B ini dapat digunakan untuk mencegah kehamilan dan diharapkan para pria mau berperan aktif dalam menggunakan alat kontrasepsi pil KB ini agar program keluarga berencana yang ada bisa berhasil.

Secara akademis dengan adanya penemuan metode kontrasepsi pil KB untuk pria ini, maka dalam bidang farmakologi akan di dapatkan obat baru untuk mencegah kehamilan dan diharapkan penemuan ini dapat digunakan dalam menambah pengetahuan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Sekarang ini metode kontrasepsi pria yang digunakan masih sangat sedikit diantaranya yaitu kondom, vasektomi, dan sanggama terputus. Penggunaan alat kontrasepsi ini masih belum dilaksanakan dengan baik, hal ini disebabkan karena ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan para pria tidak mau menggunakannya.

Penggunaan kondom menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasangan yang memakainya, selain itu mereka khawatir takut kondomnya robek.

Vasektomi merupakan metode yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian, hal ini disebabkan karena pria takut bahwa tindakan vasektomi akan melukai kehidupan seksnya.

Menurut buku KB dan Kontrasepsi dikatakan bahwa keberhasilan metode KB sanggama terputus masih sangat rendah disamping itu juga angka dengan


(2)

Adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar prostat, urethra, kelenjar Cowperi), yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta sperma.

Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.

Oleh karena itu perlu dicari alternatif pilihan kontrasepsi lain yang aman, mudah digunakan, reversibel, cepat kerjanya dan tanpa efek samping, seperti pil KB untuk pria yang sekarang ini banyak diteliti.

1.6. Metodologi

Studi Pustaka

1.7. Lokasi dan Waktu

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan dalam 6 bulan yaitu dari bulan Januari 2001 sampai bulan Juli 2001 dan bertempat di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, perpustakaan Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSHS Bandung, dan dari internet.


(3)

BABIII

KESIMPULAN

1. Nifedipin dapat menyebabkan infertilitas sementara pada pria.

2. Gossypol dapat menekan produksi sperma.

3 . Mifepristone dapat menyebabkan sperma immotil sementara.

4. Phenoxybenzamine dan thioridazine dapat mencegah ejakulasi.

5. Siproterone asetat dapat menyebabkan oligozoospermia dan dapat mengacaukan fungsi sperma.

6. Enzim N-

acetyl-beta-D-hexoamOinidase

atau HEX bila di nonaktifkan dapat menyebabkan sperma rusak tanpa mengganggu sel lain.

7. Kombinasi desogestrel dengan testosteron enantat yang optimal untuk menginduksi azoospermia adalah 300 desogestrel tiap hari dengan 50 mg testosteron enantat tiap minggu. Kombinasi ini merupakan suatu pendekatan yang menjanjikan untuk kontrasepsi yang reversibel karena dapat menekan produksi sperma mencapai azoospermia sampai 100%.

8. Desogestrel yang dikombinasi dengan testosteron enantat memberikan kontribusi efek tambahan supresi gonadotropin pada poros hipotalamus hipofisis testis.


(4)

Aldhous, P. 2000. Dry orgasms could spawn a male pill .http://www.lycos.com.

Asmarinah, Moeloek N. 1997. Testosteron sebagai Alternatif Pengembangan Metode Kontrasepsi Pria. Majalah Kedokteran Indonesia, 1997, vol. 47, hal.

119.

Behre, H.M. and Nieschlag. 1997. New Androgen Esters alone and in Combination with GnRH Analogs for Male Contraception. Current Advance

in Andrology. Austria. p. 227.

Biro Pusat Statistik. 1993. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Fertilitas dan KB. Jakarta : BPS.

Cohen, P. 2000. Sugar pill holds promise for male contraceptive. http://www.lycos.com.

Coutts, S and Nicholson, K. 1996. "It's awright luv, ... I'm on the pill". http://www.lycos.com.

Daili, S.F. 1999. Anatomi Alat Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

.

Ganong, W.F. 1995. Sistim Reproduksi Pria. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Jakarta : EGC. hal. 405-410.

Guyton. 1994. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Jakarta : EGC. hal. 309.

Guyton. 1994. Pengaturan Sekresi LH dan FSH Hipofisis oleh Hipotalamus. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Jakarta : EGC. hal. 320.

Hartanto, H. 1996. Definisi Keluarga Berencana. Keluarga Berencana dan Konfrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 26.


(5)

29 Hartanto, H. 1996. Penelitian Metode-metode Baru Kontrasepsi untuk Pria. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 345.

Hartanto, H. 1996. Senggama Terputus. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hal. 58-59.

Huskey, R.J. 1997. A Contraceptive Pill for Males. Reported in The Washington Post. http://www.hotbot.com.

Moeloek N. dan Sutyarso. 1995. Kombinasi Progestrogen dengan Androgen untuk Kontrasepsi Hormonal pada Pria. Majalah Kedokteran Indonesia,

1995, vol. 11, hal. 737.

Moeloek N. dan Sutyarso. 1996. Kontrasepsi Hormonal pada Pria denga Testosteron Implan. Majalah Kedokteran Indonesia, 1996, vol. 1, hal. 45. Reuters. 1998. Blood pressure drug may also be a male contraceptive".

http ://www.malecontraceptives.org.

Santoso, H., Lies K. Wibisono. 2000. Penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Total Akar Bikat (Gnetum Gnemonoides Brougn) Terhadap Jumlah Sel Spermatogenik Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Majalah Kedokteran Indonesia, Januari 2000, vol. 50, hal. 1 1-1 9.

Sutyarso dan Moeloek N. 1995. Prospek Kontrasepsi Hormonal pada Pria dengan Menggunakan Testosteron. Majalah Kedokteran Indonesia, 1995, vol. 4, hal. 241.

World Health Organization Press Release. 1996. WHO Completes International Trial of a Hormonal Contraceptive for Men

.

http ://www. upmc .edu.com.

World Health Organization Task Force on Methods for the Regulation of Male Fertility. 1996. Contraceptive efficacy of testosterone induced azoospermia or oligozoospermia in normal men. Fertility and Sterility. 65:829-29.

Wu, F.C.W. 1997. Androgen/Progestin Combination in Male Contraception : Efficacy and Safety. Current Advance in Andrology. Austria. p. 221.


(6)

Yekti R, Moeloek

N.

2000. Peningkatan Efektivitas Kombinasi Desogestrel dan Testosteron dalam Menekan Spermatogenesis. Majalah Kedokteran Indonesia, November 2000, vol. 50, hal. 5 16-521.

Yoder, P.R. 2000. A pill a Day Keeps the Sperm away. WebMD Medical News. http:Nwww.lycos.com.

Zhang, G.Y.

,

X.H. Wang, Z.W. Chan and Y.G. Cui. 1997. Research on Male Contraception in China. Current Advance in Andrology. Austria. p. 233.