Perilaku Akseptor Kb Pria Terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) Di Medan Labuhan Tahun 2009

(1)

PERILAKU AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP METODE

MEDIS OPERASI PRIA (MOP) DI MEDAN LABUHAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

071000213

Nurlela Geswaty

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

TAHUN 2010


(2)

PERILAKU AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP METODE

MEDIS OPERASI PRIA (MOP) DI MEDAN LABUHAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

071000213

Nurlela Geswaty

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

TAHUN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

PERILAKU AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP METODE MEDIS

OPERASI PRIA (MOP) DI MEDAN LABUHAN

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankankan oleh :

071000213 NURLELA GESWATY

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 12 Januari 2010

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Eddy Syahrial, MS

NIP. 19590713 198703 1 001 NIP. 19671219 199303 1 003 Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

Penguji II Penguji III

Drs. Tukiman, MKM

NIP. 19611024 199003 1 003 NIP. 19620604 199203 1 001 Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

Medan, Januari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP.19531018 198203 2 001


(4)

ABSTRAK

Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, maka pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB). Program KB dan Kesehatan Reproduksi saat ini tidak hanya di tujukan untuk penurunan angka kelahiran, namun dikaitkan pula dengan tujuan untuk : pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan, dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksual, serta kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, dan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku akseptor KB pria terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan dengan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Informan diambil dan dipilih di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan berdasarkan angka kecukupan dan kesesuaian.

Pengetahuan Pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) masih tergolong rendah, sikap pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) kurang baik, tindakan pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari usia para Akseptor KB Pria (suami) yang rata-rata berumur diatas 39 tahun.

Disarankan agar BKKBN untuk terus melakukan sosialisasi lebih luas lagi tentang KB Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP), diharapkan pihak puskesmas juga melakukan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai metode Medis Operasi Pria (MOP), perlu adanya komunikasi antar pasangan (suami – istri) supaya partisipasi pria (suami) dalam hal kesehatan reproduksi terus meningkat, perlu diadakannya KB secara massal, khususnya vasektomi.


(5)

ABSTRACT

For the agenda of operation effort of number of residents, hence government applies program Family Plans ( KB). Program KB and the existing Health Reproduks not only in address for degradation of birth rate, but is hooked correlated also as a mean : accomplishment of reproduction rights, promotion, prevention, and handling of health problems of reproduction and sexual, and health and mother prosperity, baby, and chlid.

This research aim to know behavior of acceptor KB man to Medical Method Operated For Man (MOP) in Medan City with descriptive research type with qualitative approach by using observation method and interview. Informan taken and selected in District of Medan Labuhan Medan City based on sufficiency number and concordance.

Man Knowledge (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) still pertained low, position of man (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) unfavourable, action of man (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) still hardly less, this thing is visible from age of the Acceptor KB Man (husband) which average of age is to 39 years.

Suggested that BKKBN for always did broader socialization again about KB Man by using Medical Method Operated For Man (MOP), expected the side of puskesmas also does education and training to health officer about Medical Method Operated For Man (MOP), needs existence of communications between couples (husband - wife) so that participation of man (husband) in the case of health of increasing reproduction, the need of performing of KB massly, especially vasectomy.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurlela Geswaty

Tempat/Tanggal Lahir : Aek Knopan, 17 September 1965

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Suami : Ir. Muhaimin (Alm)

Jumlah Anak : 1 (satu) orang

Alamat Rumah : Jalan Tempirai Sejati 5 No. 161 Blok 6 Griya Martubung Kelurahan Besar Medan Labuhan

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD Negeri Aek Knopan : 1971 - 1977

2. SLTP Negeri Aek Knopan : 1978 - 1981

3.SMA Negeri Aek Knopan : 1981 – 1984

4. D-III Keperawatan Darma Agung Medan : 1984 – 1988 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Depart.PKIP : 2007 – 2010

RIWAYAT PEKERJAAN :

1. PNS Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana : 1989 – Sekarang Kota Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “PERILAKU AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP METODE MEDIS OPERASI PRIA (MOP) DI MEDAN LABUHAN 2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis dengan ingin mempersembahkan skripsi ini untuk suami ku terkasih Ir. Muhaimin (alm) yang telah mendukung dan mendorong penulis selama kehidupan ini dan untuk anak ku tersayang Iqbal Fauzi yang menjadi kekuatan penulis sekarang dan selamanya.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. H. Naharuddin Lubis selaku Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian.


(8)

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Depatemen Pendidikan Ilmu Perilaku Kesehatan (PKIP) sekaligus dosen penguji II.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah bersedia menyediakan waktu dan pikiran dalam memberi petunjuk, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah bersedia menyediakan waktu dan pikiran dalam memberi petunjuk, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis

6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penguji III 7. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Orang tua ku tercinta, abang, kakak dan adik-adik ku tersayang, terima kasih yang sangat dalam untuk kalian semua atas perhatian dan dukungannya. 10.Teman ku Fathul Jannah (K3) dan Dewi Jayati (KesPro) makasih atas segala

bantuannya, “Best Friend Forever”.

11.Teman-teman stambuk 2007 ekstensi dan teman-teman peminatan PKIP yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada kita semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan --- i

Abstrak --- ii

Abstract --- iii

Riwayat Hidup --- iv

Kata Pengantar --- v

Daftar Isi --- vii

Daftar Tabel--- ix

Daftar Matriks --- x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang--- 1

1.2.Perumusan Masalah --- 3

1.3.Tujuan Penelitian --- 3

1.3.1 Tujuan Umum --- 3

1.3.2 Tujuan Khusus --- 3

1.4. Manfaat Penelitian --- 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku --- 5

2.1.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan --- 8

2.2.2. Peilaku dalam Bentuk Sikap --- 10

2.2.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan --- 14

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku --- 15

2.3. Keluarga Berencana --- 16

2.3.1. Pengertian --- 16

2.3.2. Sasaran dan Kesempatan untuk Melakukan KB --- 17

2.4. Vasektomi ( Medis Operasi Pria )--- 19

2.4.1. Alasan Vasektomi diperkenalkan --- 19

2.4.2. Cara Kerja dan Lama Vasektomi Mencegah Kehamilan - 20 2.4.3. Daya Vasektomi dalam Mencegah Kehamilan --- 20

2.4.4. Indikasi Tindakan Vasektomi--- 20

2.4.5. Kontra Indikasi Tindakan Vasektomi --- 21

2.4.6 Efek Samping Tindakan Vasektomi --- 21

2.4.6 Keuntungan Vasektomi --- 22

2.4.7. Kekurangan Vasektomi --- 22

2.4.8. Waktu Pelaksanaan Tindakan Vasektomi --- 22

2.4.9 Tenaga Pelaksana --- 22

2.4.10. Beberapa Perawatan yang Perlu Disampaikan kepada Aseptor Pria setelah di Vasektomi - 23 2.4.11. Waktu Kunjungan Ulang --- 23


(10)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian --- 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian --- 25

3.2.1.Lokasi Penelitian --- 25

3.2.2. Waktu Penelitian --- 25

3.3. Pemilihan Informan--- 25

3.4. Hambatan-Hambatan Yang Mewarnai Penelitian --- 27

3.5. Metode Pengumpulan Data --- 28

3.4.1. Data Primer --- 28

3.4.2. Data Skunder --- 28

3.6. Defenisi Operasional --- 28

3.7. Teknik Analisis dan Pengolahan Data --- 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian --- 31

4.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan --- 31

4.1.2. Data Demografi Kota Medan --- 32

4.2. Gambaran Informan --- 33

4.2.1. Karakteristik Informan --- 33

4.2.2. Matriks Distribusi Informan --- 35

I. Pengetahuan--- 35

II. Sikap --- 41

III.Tindakan --- 45

BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Informan --- 49

5.2. Sikap Informan --- 57

5.3. Tindakan Informan --- 62

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan --- 65

6.2. Saran --- 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Surat Pengantar Penelitian Dari FKM

Lampiran 4 : Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan


(11)

DAFTAR TABEL


(12)

DAFTAR MATRIKS

Matriks 4.1. Penegrtian Keluarga Berencana, Tujuan Keluarga Berencana, Manfaat Keluarga Berencana,

Jenis Kontrasepsi, Sipemakai Alat Kontrasepsi, Pelaksanaan Pemasangan Alat Kontrasepsi, Alasan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan

Keharusan Mengikuti Program Keluarga Berencana

Dalam Keluarga --- 34 Matriks 4.2. Pengalaman Informan tentang Pengaruh Vasektomi

Pada Hubungan Suami Istri, Awal melakukan MOP,

dan Sampai kapan MOP dipergunakan --- 35 Matriks 4.3. Sumber Informasi Informan Tentang Cara

Mendapatkan Informasi Untuk menjadi Akseptor KB

dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) --- 36 Matriks 4.4. Jenis Informasi, Syarat Mendapatkan Pelayanan

Kontrasepsi Pria, Nasehat Sebelum Tindakan Medis Operasi Pria, dan Efek Samping yang didapat Informan Untuk menjadi Akseptor KB dengan

Metode Medis Operasi Pria (MOP) --- 37 Matriks 4.5. Pengalaman Informan Ketika di Rekomendasikan

Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria

(MOP) atas Anjuran --- 39 Matriks 4.6. Sikap Informan Tentang Informasi yang

Di Berikan Petugas Puskesmas Untuk Menjadi

Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) --- 40 Matriks 4.7. Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang

Sudah Menikah, Tapi Belum Menjadi Akseptor

KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) --- 41 Matriks 4.8. Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin

Terjadi Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis

Operasi Pria (MOP) --- 42 Matriks 4.9. Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri

Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) 43 Matriks 4.10. Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor


(13)

Matriks 4.11. Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi Akseptor KB Dengan Metode

Medis Operasi Pria (MOP) --- 44 Matriks 4.12. Tindakan Informan Tentang Kontrasepsi Pria


(14)

ABSTRAK

Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, maka pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB). Program KB dan Kesehatan Reproduksi saat ini tidak hanya di tujukan untuk penurunan angka kelahiran, namun dikaitkan pula dengan tujuan untuk : pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan, dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksual, serta kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, dan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku akseptor KB pria terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan dengan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Informan diambil dan dipilih di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan berdasarkan angka kecukupan dan kesesuaian.

Pengetahuan Pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) masih tergolong rendah, sikap pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) kurang baik, tindakan pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari usia para Akseptor KB Pria (suami) yang rata-rata berumur diatas 39 tahun.

Disarankan agar BKKBN untuk terus melakukan sosialisasi lebih luas lagi tentang KB Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP), diharapkan pihak puskesmas juga melakukan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai metode Medis Operasi Pria (MOP), perlu adanya komunikasi antar pasangan (suami – istri) supaya partisipasi pria (suami) dalam hal kesehatan reproduksi terus meningkat, perlu diadakannya KB secara massal, khususnya vasektomi.


(15)

ABSTRACT

For the agenda of operation effort of number of residents, hence government applies program Family Plans ( KB). Program KB and the existing Health Reproduks not only in address for degradation of birth rate, but is hooked correlated also as a mean : accomplishment of reproduction rights, promotion, prevention, and handling of health problems of reproduction and sexual, and health and mother prosperity, baby, and chlid.

This research aim to know behavior of acceptor KB man to Medical Method Operated For Man (MOP) in Medan City with descriptive research type with qualitative approach by using observation method and interview. Informan taken and selected in District of Medan Labuhan Medan City based on sufficiency number and concordance.

Man Knowledge (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) still pertained low, position of man (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) unfavourable, action of man (husband) in Medan City to Medical Method Operated For Man (MOP) still hardly less, this thing is visible from age of the Acceptor KB Man (husband) which average of age is to 39 years.

Suggested that BKKBN for always did broader socialization again about KB Man by using Medical Method Operated For Man (MOP), expected the side of puskesmas also does education and training to health officer about Medical Method Operated For Man (MOP), needs existence of communications between couples (husband - wife) so that participation of man (husband) in the case of health of increasing reproduction, the need of performing of KB massly, especially vasectomy.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007, jumlah penduduk Indonesia mencapai 224,9 juta dan berada di peringkat ke empat di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi segi kualitasnya, karena kualitas penduduk Indonesia masih tertinggal dari negara yang berada di Asia Tenggara, sehingga pertumbuhan penduduk dapat menjadi beban pembangunan. (BKKBN, 2008)

Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, maka pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB). Program KB dan Kesehatan Reproduksi saat ini tidak hanya di tujukan untuk penurunan angka kelahiran, namun dikaitkan pula dengan tujuan untuk : pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan, dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksual, serta kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, dan anak. (BKKBN, 2006)

Selama ini masyarakat menganggap Program Keluarga Berencana Nasional (KBN) identik dengan kaum perempuan. Anggapan ini tidak berlebihan karena kenyataannya selama ini sasaran utama program Keluarga Berencana (KB) sebagian besar adalah perempuan. Namun semua itu mulai berubah, kaum pria pun kini ikut menjadi akseptor keluarga berencana.

BKKBN Sumatera Utara menjelaskan di negara majau seperti Amerika, vasektomi merupakan pilihan cara KB bagi pria yang sangat populer. Pada tahun


(17)

1960 tercatat 45.000 warga Amerika telah melakukan vasektomi untuk keperluan KB dan mulai tahun 1970 diperkirakan 750.000 pria menjalani vasektomi pertahunnya (walau sebagian kecil mengikuti vasektomi tidak hanya untuk keperluan ber KB, tetapi juga untuk mencegah penjalaran infeksi setelah operasi prostat) (BKKBN, 2008).

Di Indonesia sendiri, peserta vasaktomi masih tergolong rendah yaitu 0,4 % (SDKI,1997) bila dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya seperti Pakistan tahun 1999 (5,2 %), Bangladesh tahun 1997 (13,9 %) dan Malaysia tahun 1988 (16,8 %). Sebab lain mengapa vasektomi kurang diminati oleh kaum pria adalah karena selama ini kaum pria merasa takut bila daerah kemaluan mereka mendapat cedera/luka. Mereka selalu membayangkan bahwa luka di daerah tersebut dapat berakibat fatal terutama impotensi. Oleh karena itu, sekarang ini telah dikembangkan teknik vasektomi yang baru yaitu Vasektomi Tanpa Pisau (BKKBN, 2008).

Rumor dan fakta tentang Vasektomi di masyarakat seperti : vasektomi sama dengan kebiri, dapat membuat pria Impotensi, dapat menurunkan libido,membuat pria tidak bisa ejakulasi, tindakan operasi yang menyeramkan, pria/suami dapat dengan mudah untuk selingkuh, dan bebarapa pria cemas terhadap prosedur pelaksanaan MOP. Ternyata turut mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pria dalam melakukan Vasektomi. (Suzanne Everett, 2005)

Dari data yang ada di BKKBN Sumatera Utara untuk Kota Medan pada bulan Agustus 2009 diperoleh 317.084 Pasangan Usia Subur. 209.337 (66,02%) pasangan merupakan peserta Akseptor KB aktif, sedangkan 107.747 (33,98%) pasangan tidak merupakan akseptor KB. Data pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa jumlah


(18)

peserta KB perempuan lebih tinggi dibandingkan pria. Dari akseptor KB yang ada, 200.920 orang (95,81%) adalah wanita yang berKB, sedangkan pria yang menjadi akseptor KB sebanyak 8.417 orang (4,19%). Padahal selayaknya pria juga diharapkan berperan aktif, karena pria mempunyai hak-hak reproduksi yang sama dengan perempuan, pria juga bertanggungjawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga. Dari akseptor KB pria yang ada pada bulan Agustus 2009, 7.973 orang (94,72%) menggunakan kondom sedangkan 444 orang (5,28%) menggunakan Medis Operasi Pria (MOP) . (BKKBN SUMUT, 2008)

Perbedaan penggunaan alat kontrasepsi pada pria melatarbelakangi penulis ingin mengetahui perilaku akseptor KB pria terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku akseptor KB pria terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Perilaku akseptor KB pria terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus.

1. Untuk mengetahui pengetahuan pria tentang Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui sikap pria tentang Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan.


(19)

3. Untuk mengetahui tindakan pria tentang Metode Medis Operasi Pria (MOP) di Kota Medan.

1.4

.

Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi bagi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan.

2. Merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang sudah dipelajari penulis semasa kuliah di FKM USU

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang Akseptor KB yang menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP) dalam program Keluarga Berencana (KB).


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.

2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.


(21)

Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.

2. Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

4. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.


(22)

Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.

Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo,1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).

Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.


(23)

2.1.1

.

Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

` Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang


(24)

telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.

b. Pemahaman (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan cotoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dlam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah


(25)

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyususun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.1.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebaginya). Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencermikan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan


(26)

diperolehnya tembahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulas atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap ini terdiri dari 4(empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya : sikap orang terhadap lingkungandapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang lingkungan. 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.


(27)

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis, seperti : lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang, bila terdapat keadaan-keadaan dari syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek, dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.


(28)

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1990).

Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi, antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan- keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif artinya semua


(29)

pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai penyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi

seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi, sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, maka kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).

2.2.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmojo, 19993).

Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.


(30)

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoptioan)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut L.W.Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors)

Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)

Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan,


(31)

undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.3. Keluarga Berencana 2.3.1. Pengertian

Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperpanjang untuk membina kesehatan yang sebaik-baiknya, baik seluruh anggota, dan kelahiran selanjutnya dicegah apabila jumlah anak telah mencapai jumlah yang telah dikehendaki, untuk menuju norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatan keluarga berencana tidak hanya penjarangan/mengatur kehamilan, tetapi termasuk kegiatan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga.

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu cara untuk menjarangkan kelahiran agar ibu dan anak dapat selalu terjaga kesehatannya. Dengan jarangnya kelahiran, anak dapat dirawat oleh ibu, sehingga pertumbuhannya dapat normal, program ini bertujuan :

a. Menjarangkan kelahiran agar anak dan ibu dapat terjaga kesehatannya. b. Agar anak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya c. Ibu dapat terjaga kesehatannya apabila hamil kembali.

Beberapa cara ber-KB yang dilakukan adalah :

1. Senggama terputus (Coitus Interruptus) yaitu senggama biasa, namun alat kelamin segera keluar sebelum terjadi pengeluaran cairan mani.

2. Pantang berkala yaitu suatu cara pencegahan kehamilan dengan cara tidak melakukan senggama pada saat istri dalam keadaan masa subur.


(32)

3. Kondom yaitu berupa sarung karet yang tipis dan dapat dipakai untuk mencegah kehamilan.

4. Spiral/ IUD/AKDR yaitu alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik, ada pula yang dililiti tembaga, dan bentuknya bermacam-macam.

5. Pil KB yaitu suatu pil yang mengandung hormon dan dapat mencegah kehamilan jika diminum secara teratur setiap hari.

6. Suntikan yaitu suatu cairan yang berisi zat, yang dapat mencegah kehamilan untuk jangka waktu tertentu.

7. Susuk yaitu suatu alat yang berisi hormon untuk mencegah kehamilan. 8. Kontrasepsi Mantap

9. Tubektomi (perempuan) adalah operesi kecil dengan cara mengikat, menutup saluran telur perempuan.

10. Vasektomi (laki-laki) adalah operasi kecil dan sederhana yang dilakukan dengan menutup saluran bibit laki-laki pada bagian kanan dan kiri kantong zakar.

2.3.2. Sasaran dan Kesempatan Untuk Melakukan Keluarga Berencana

1. Pasangan yang seharusnya diberi pelayanan keluarga berencana. a. Mereka yang ingin mencegah kehamilan karena alasan pribadi

b. Mereka yang ingin menjarangkan kelahiran. Demi kesehatan ibu dan anak, jarak kelahiran yang baik adalah tidak kurang dari 3 (tiga) tahun.

c. Mereka yang ingin membatasi jumlah anak.

d. keluarga seperti tersebut dibawah ini hendaknya dianjurkan menggunakan kontrasepsi dan diberi semua penerangan yang diperlukan :


(33)

1). Keluarga yang menderita penyakit mendadak atau menahun (akut atau kronis)

2). Ibu berusia kurang dari 18 atau diatas 35 tahun 3). Keluarga yang mempunyai lebih dari 5 orang anak

4). Ibu yang mempunyai riwayat kesukaran persalinan, misalnya lahir-mati berulang kali, operasi caesria dan lain-lain komplikasi

5). Keluarga dengan anak-anak bergizi buruk

6). Ibu yang telah mengalami keguguran berulang kali

7). Kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan yang tertentu 8). Keluarga dengan rumah tinggal yang sempit

9). Keluarga yang taraf pendidikannya rendah, sedikit sekali pengertiannya tentang pemeliharaan kesehatan

e. Manfaat sebesar-besarnya akan tercapai, bila pasangan muda menggunakan kontrasepsi mulai dari saat kawin dan sesudah mereka mempunyai satu atau dua orang anak.

2. Penentuan orang-orang yang memerlukan penerangan dan pelayanan keluarga berencana. Siapkan suatu peta dari tiap desa yang menunjukkan rumah setiap pasangan yang memenuhi syarat-syarat seperti di atas.

3. Kesempatan untuk memberikan penerangan dan pelayanan keluarga berencana. Tiap petugas kesehatan hendaknya mempergunakan setiap kesempatan untuk memajukan keluarga berencana, misalnya pada waktu :

1). Perawat sedang merawat seorang bayi 2). Penderita sedang menunggu di klinik


(34)

3). Petugas sanitasi/P3M mengunjungi orang-orang disuatu daerah

4). Dokter mengobati seorang ibu dengan kelainan berat, misalnya jantung. Tempat-tempat yang terbaik digunakan buat memajukan program Keluarga Berencana adalah : Puskesmas, Klinik hamil, BKIA, Nifas dan penyakit kandungan, Ruang Bersalin Rumah sakit dan pada waktu kunjungan rumah.

2.4. Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) adalah pemotongan/pembuangan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi dengan melakukan tindakan operasi kecil yang memakan waktu operasi yang singkat yaitu 10-15 menit dan tidak memerlukan anasthesi (bius) umum, cukup dengan bius lokal saja, sehingga relatif lebih aman. Pada vasektomi buah zakar (testis) tidak dibuang, jadi tetap dapat memproduksi hormone testosterone. Vasaktomi tidak akan menyebabkan laki-laki menjadi impoten, sebab saraf-saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada di batang penis. Sedangkan tindakan vasektomi hanya dilakukan di sekitar buah zakar (testis), jauh dari persarafan untuk ereksi. Jadi vasektomi sama sekali tidak akan mengganggu kemampuan penis untuk ereksi (BKKBN, 2008)

2.4.1. Alasan Vasektomi Diperkenalkan

Banyak alasan yang dapat dikemukakan, mengapa Vasektomi dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara ber-KB pada pria. Adapun alasan-alasan tersebut adalah :


(35)

1. Vasektomi merupakan cara KB yang lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dalam mencegah kehamilan.

2. Vasektomi lebih aman, karena keluhan lebih sedikit bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya.

3. Sebagai tanggung jawab pria untuk melindungi diri dan keluarganya dalam segi ekonomi, gizi, dan kesehatan.

4. Vasektomi lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja.

2.4.2. Cara Kerja dan Lama Vasektomi Mencegah Kehamilan

Setelah saluran sperma di potong dan diikat dengan benang sutera, sehingga sperma yang dihasilkan oleh buah zakar (testis) tidak dapat dikeluarkan. Keadaan inilah yang melindungi istri dari kehamilan. Vasektomi dapat digunakan untuk seumur hidup.

2.4.3. Daya Perlindungan Vasektomi dalam Mencegah Kehamilan

Telah dibuktikan, bahwa Vasektomi mempunyai daya perlindungan yang lebih besar dari alat kontrasepsi-kontrasepsi lain. Dalam pemakaian sehari-hari ini memungkinkan karena tidak ada faktor ”lupa” seperti dalam penggunaan pil. Demikian pula telah dibuktikan bahwa Vasektomi, lebih efektif dari pada IUD, Kondom dan cara sederhana lainnya.

2.4.4. Indikasi Tindakan Vasektomi

1. Dilakukan atas permohonan pasangan suami-istri yang syah, tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun

2. Telah dianugrahkan minimal 2 (dua) orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun.


(36)

3. Pria-pria peserta Kontap harus memenuhi syarat kesehatan artinya tidak ditemukannya hambatan atau kontra indikasi untuk menjalani Kontap.

2.4.5. Kontra Indikasi Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

1. Penyakit Paru kronis, jantung, ginjal, diabetes, anemia, hemofili, tuberculosis aktif.

2. Gangguan kejiwaan

3. Alergi terhadap anesthesi lokal dan obat-obatan penahan rasa sakit 4. Tekanan darah tinggi

5. Adanya sekret dari genital

6. Infeksi saluran kencing (BKKBN, 2008)

2.4.6. Efek Samping Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

Efek samping yang dialami peserta akibat tindakan vasektomi antara lain peserta bisa saja mengalami adanya cairan atau pendarahan dari luka, kesulitan buang air kecil, demam, rasa sakit/nyeri dan pembengkakan pada skrotum (BKKBN, 2008).

Konseling diberikan kepada akseptor untuk menjelaskan bahwa pada tindakan vasektomi dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti yang telah disebutkan diatas. Syarat-syarat menjadi peserta vasektomi, serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi pun harus dijelaskan. Pastikan peserta mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti bahwa vasektomi adalah tindakan operatif dengan berbagai resiko yang mungkin saja terjadi (BKKBN, 2008).


(37)

2.4.7. Keuntungan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

a. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi b. Dapat digunakan seumur hidup

c. Tidak mengganggu kehidupan suami istri

d. Bila perlu (karena beberapa alasan dapat disambung kembali) e. Tidak dipungut biaya

2.4.8. Kekurangan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

a. Tindakan harus dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih b. Apabila pada saat melakukan prosedur operasi bisa terjadi luka c. Rasa sakit pada daerah fungsi

2.4.9. Waktu Pelaksanaan Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP)

Tidak ada waktu khusus untuk melakukan tindakan operasi Vasektomi, karena operasi ini dapat dilakukan apabila pasangan suami-istri yang berkeinginan dan mantap tidak ingin memiliki anak lagi dikemudian hari, keluarga harmonis, sehat jasmani dan rohani.

2.4.10.Tenaga Pelaksana

Pelayanan Vasektomi Pria dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari minimal seorang dokter dan seorang paramedik yang telah mendapat pelatihan menyelenggarakan pelayanan Vasektomi Pria (BKKBN Prov.SU, 2008).


(38)

2.4.11. Beberapa Perawatan yang Perlu Disampaikan Kepada Akseptor Pria Setelah di Vasektomi

antara lain :

1. Menjaga kebershan luka bekas operasi agar selalu bersih dan kering (selama 3 hari luka jangan sampai terkena air). Bila band aid/plaster terlepas, pasien boleh mengganti sendiri dengan plaster/band aid yang baru.

2. Hubungan seks boleh dilakukan setelah 1 minggu, bila istri sedang tidak menggunakan kontrasepsi, maka pada setiap kali senggama diharuskan memakai kondom hingga 20-25 kali ejakulasi atau selama 3 bulan.

3. Jika memungkinkan 3 Bulan setelah divasektomi memeriksakan air mani untuk memastikan berhasil atau tidaknya vasektomi.

4. Bila demam, pendarahan, pembengkakan dan nyeri yang hebat segera hubungi dokter atau fasilitas kesehatan (BKKBN Prov.SU, 2008).

2.4.12.Waktu Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang harus dilakukan dalam waktu 7 hari setelah tindakan vasektomi dilakukan. Pemeriksaan pada kunjungan ulang ini mencakup pemeriksaan lokasi tindakan dan pemeriksaan lain yang relevan sesuai dengan sifat spesifik dari kasus dan gejala atau keluhan yang diungkapkan pasien. Selama kunjungan ulang ini, harus dilakukan penilaian apakah ada efek samping atau komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan. Selain masalah-masalah medis, juga harus digali apakah pasien mungkin mengalami ketidak puasan atau penyesalan mengenai prosedur (BKKBN Prov.SU, 2008).


(39)

2.5. Kerangka Pikir

Keterangan :

Kerangka konsep di atas menjelaskan, bahwa faktor internal meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan jumlah anak, sedangkan faktor ekternal meliputi : petugas kesehatan, media cetak, media elektronik, keluarga dan teman dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan akseptor KB. Faktor eksternal dan internal dapat menambah pengetahuan seseorang, dimana pengetahuan dapat berperan pada sikap seseorang. Pengetahuan dan sikap dapat menentukan tindakan dari seseorang.

Pengetahuan Sikap Akseptor KB

Sumber Informasi :

Petugas Kesehatan

Media Cetak

Media Elektronik

Keluarga

Teman

Karakteristik :

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan Keluarga


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dalam mengumpulkan data.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Medan Labuhan yang masih wilayah kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan tahun 2009. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis tentang perilaku pria yang menjadi Akseptor KB.

2. Sedikitnya pria yang menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan mulai Februari 2009 – November 2009.

3.3. Pemilihan Informan

Informan diambil dan dipilih di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Alasan pengambilan informan di Kecamatan Medan Labuhan karena adanya perbedaaan persentase yang besar terhadap penggunaan MOP dan Kondom pada bulan Agustus. Informan dalam penelitian ini adalah pria yang sudah menjadi peserta


(41)

KB dengan berdasarkan angka kecukupan dan kesesuaian. Jumlah informan 5 orang pria.

Informan pertama diperoleh setelah peneliti melakukan observasi di Kecamatan Medan Labuhan. Selama observasi peneliti di damping oleh petugas BKKBN di lapangan. Dari petugas tersebut peneliti memperolah data-data informan yang ada di Kecamatan Medan Labuhan. Pemilihan informan agak sulit dilakukan karena peneliti ingin mengambil informan yang memiliki karakteristik yang yang sesuai dengan yang ingin peneliti lihat. Informan yang pertama sekali di wawancari adalah informan yang bersuku batak di Kelurahan Sei Mati. Informan ini dengan senang menerima peneliti untuk di wawancarai.

Setelah selesai melakukan wawancara pada informan pertama, peneliti dan petugas melanjutkan ke informan kedua yang berada di Kelurahan Tangkahan. Informan yang kedua juga bersuku batak, informan ini bekerja wiraswasta berjualan sayur-mayur di pasar, sehingga peneliti melakukan wawancara pada saat pembeli tidak ada. Wawancara selanjutnya di lakukan keesokakan harinya, dimana petugas membawa peneliti ke informan ketiga di kelurahan Martubung. Menurut petugas yang berasama peneliti, informan ini sulit di datangi yang disebabkan mayoritas penduduk disana bersuku cina, tetapi karena peneliti didampingi petugas yang telah dikenal informan sehingga informan mau menerima peneliti untuk melakukan wawancara.

Setelah selesai mewawancari informan ketiga, peneliti melanjutkan ke informan keempat, informan ini bersuku melayu yang bertempat tinggal di Kelurahan Pekan Labuhan. Informan ini mempunyai pekerjaan sebagai penarik becak.


(42)

Wawancara di kedai kopi sehingga informan merasa leluasa untuk menggungkapkan jawaban yang peneliti ajukan.

Informan yang terakhir ada di Kelurahan Besar yang bekerja sebagai pedagang ikan di pasar. Informan bersuku jawa. Pada saat wawancara di lakukan sore hari di rumah informan setelah informan pulang dari jualan di pasar.

Setelah selesai dengan informan terakhir, peneliti mengambil kesimpulan bahwa dari ke-5 informan yang telah di wawancarai oleh peneliti mengenai perilaku terhadap MOP, peneliti merasa sudah mencukupi darimana yang diharapkan oleh peneliti sendiri terhadap materi dalam penelitian ini. Wawancara pada selruh informan dilakukan selama 3 hari, yaitu 2 informan pada hari pertama, 2 informan pada hari kedua, dan 1 informan pada hari ketiga.

3.4. Hambatan-Hambatan Yang Mewarnai Penelitian

Walaupun proses penelitian secara keseluruhan berlangsung sesuai dengan harapan peneliti, tetapi sebagaimana manusia terbatas yang masih berada dalam suatu proses pembelajaran, peneliti tetap saja menemukan ataupun merasakan adanya hambatan-hambatan yang membuat peneliti sadar bahwa memang demikian suatu proses kehidupan itu harus berlangsung.

Wawancara yang sulit dilakukan yaitu pada saat peneliti mau mewawancarai informan yang bersuku cina. Hal ini disebabkan di masyarakat masih adanya perbedaan yang besar antara mereka yang pribumi dan pribumi. Para non-pribumi dalam hal yang bersuku cina biasa hanya mau terbuka pada orang-orang sudah mereka kenal dan mereka dapat mempercayai orang tersebut, sehingga pada


(43)

saat wawancara peneliti meminta petugas BKKBN untuk mendampingi selama wawancara di lakukan.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan panduan pertanyaan yang telah disusun. Informan yang terpilih diwawancarai pada waktu yang terpisah. Untuk membantu penelitian dalam mengingat hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menggunakan alat bantu yaitu alat tulis dan tape recorder.

3.5.2. Data Sekunder

Untuk melengkapi data dari lapangan, peneliti juga mengambil data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan.

3.6. Defenisi Operasional

1. Umur adalah usia informan yang menjadi akseptor pria dengan metode Medis Operasi Pria (MOP).

2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir informan, dikelompokkan atas : - Sekolah Dasar (SD)

- Sekolah Menengah Pertama (SMP) - Sekolah Menengah Umum (SMU) - Akademi / Perguruaan Tinggi

3. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang ditekuni informan dan merupakan sumber pendapatan bagi informan, dikelompokkan atas :


(44)

- Tarik becak - PNS / ABRI

- Pegawai swasta / BUMN - Dagang / Wiraswasta

4. Penghasilan keluarga adalah jumlah penghasilan keseluruahn keluarga yang dihitung dalam sebulan.

5. Petugas Kesehatan adalah tenaga medis yang bekerja di bawah Dinas Kesehatan.

6. Media Cetak adalah sarana penyampaian informasi yang dapat berupa koran, majalah, brosur atau leaflet

7. Media Elektonik adalah sarana penyampaian informasi yang dapat berupa televisi atau radio.

8. Keluarga adalah orang terdekat yang masih mempunyai hubungan darah dengan informan.

9. Teman adalah orang yang berada disekitar dan dikenal oleh informan.

10. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui pria tentang MOP (Medis Operasi Pria).

11. Sikap adalah tanggapan pria tentang MOP (Medis Operasi Pria).

12. Akseptor KB adalah keikutsertaan pria dalam program KB MOP (Medis Operasi Pria).


(45)

3.7. Teknik analisis dan Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan alat bantu EZ-Test versi 3.06. analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kemudian dibandingkan dengan teori dan kepustakaan. Data akan disajikan dalam bentuk matriks menurut variabel yang diteliti.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan

Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang mejadi kota, yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan. Berada di satu tanah datar atau medan, di tempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang diwaktu itu dikenal sebagai ”Medan Putri”, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang.

Di tahun 1981, Medan dijadikan Kotapraja, tetapi tidak termasuk didalamnya daerah kota Matsun dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan Deli. Ketika itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa, dan terdiri dari 409 orang bangsa Eropa, 25.000 orang bangsa Indonesia, 8.269 orang bangsa Cina dan 130 orang bangsa Asia lainnya.

Dengan keputusan Gurbernur Provinsi Sumatera Utara Nomor. 66/III/PSU, terhitung dimulai tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan di perluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan No. 21. tanggal 29 September 1951, yang menetapkan Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 Kecematan yaitu : Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Baru.

Kemudian melalui Undang–undang Darurat No. 7 dan 8 Tahun 1956, dibentuk di Provinsi Sumatera Utara Daerah-daerah Tingkat II, antara lain Kabupaten


(47)

Deli Serdang dan Kotamadya Medan. Namun untuk mampu menampung laju perkembangan maka perlu perluasan daerah sesuai Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973, dimasukkan beberapa bagian dari Kabupaten Deli Serdang ke dalam Kota Madya Medan hingga menjadi 26.510 Ha. Dalam beberpa kurun waktu telah turun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang menyatakan tentang pemekaran beberapa Kecamatan dan Kelurahan di Kotamadya Medan. Sehingga yang tadinya terdiri dari 11 Kecematan menjadi 19 Kecamatan dan perkembangan terakhir Wilayah Kotamadya Medan secara administrasi dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 121 Kelurahan.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Medan berubah menjadi Daerah Kota Medan.

Kota Medan merupakan salah satu dari 17 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 Km². Kota ini merupakan pusat pemerintah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan denga Kabupaten Deli Serdang di Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur serta berada pada 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.

4.1.2. Data Demografi Kota Medan

Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar baru menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan Nasional hanya bila penduduk yang besar tersebut berkualitas baik. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan


(48)

secara layak dan merata. Ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak mudah untuk dicapai.

Sejak tahun 1990 penduduk kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata hingga ke tahun 2000 yaitu berdasarkan Sensus Penduduk dari 1.730.725 jiwa pada tahun 1990 menjadi 1.898.013 jiwa di tahun 2000, yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 939.036 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 958.977 jiwa.

Sementara distribusi jumlah penduduk dirinci menurut Agama dapat dikategorikan bahwa yang beragama Islam sebanyak 66,68 %, Kristen 20,23 %, Budha 8,72 %, Hindu 1,48 % dan yang lainnya 2,89 %. (BPS – Medan 2001).

4.2. Gambaran Informan

4.2.1. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini diperoleh 5 orang informan yang bertempat tinggal dibeberapa kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan, yaitu : kelurahan sei mati, kelurahan tangkahan, kelurahan martubung, kelurahan besar, kelurahan pekan labuhan. Berdasarkan karakteristik yang meliputi : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak diperoleh hasil yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini :


(49)

Tabel 4.1. Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik N o Infor man Umur

(tahun) Suku

Pendidi

kan Pekerjaan

Pendapat an/bln (Rp) Penghasil an/Bln (Rp) Jlh Anak

1 1 56 Jawa SMA Wiraswasta 800.000 1.000.000 5

2 2 45 Batak SMP Wiraswasta 600.000 1.000.000 4

3 3 40 Melayu SMP Penarik

Becak 450.000 600.000 4

4 4 44 Batak SMA Penarik

Becak 300.000 650.000 3

5 5 49 Cina SMA Wiraswasta 1.000.000 1.500.000 4

Dari tabel 4.1 diatas memperlihatkan bahwa informan berumlah 5 orang yang mana seluruhnya adalah pria atau kepala rumah tangga. Dilihat dari usianya mulai dari 40 tahun sampai dengan 39 tahun dengan jumlah anak lebih dari satu orang dan pendapatan informan bervariasi mulai dari Rp. 300.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- per bulannya, sedangkan penghasilan keluarga bervariasi mulai dari Rp. 600.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,- per bulannya. Pekerjaan informan adalah bawa becak dan wiraswasta, dimana pendidikannya bervariasi mulai dari SMP sampai dengan SMA. Informan berasal dari suku batak, cina, jawa dan melayu.

Seluruh wawancara dilakukan di rumah dan tempat berjualan informan dengan memperhatikan waktu yang cocok, sehingga tidak mengganggu aktivitas informan. Dari pengamatan yang dilakukan, umumnya informan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peneliti dengan suasana hati yang terbuka mengenai Kontap Pria (Vasektomi) sesuai dengan pengalaman mereka.


(50)

4.2.2. Matriks Distribusi Informan I. Pengetahuan

Distribusi informan berdasarkan pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Matriks Pengetahuan Mengenai Program Keluarga Berencana yang di Canangkan Pemerintah.

Matriks 4.1. Pengertian Keluarga Berencana, Tujuan Keluarga Berencana, Manfaat Keluarga Berencana, Jenis Kontrasepsi, Sipemakai Alat Kontrasepsi, Pelaksanaan Pemasangan Alat Kontrasepsi, Alasan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Keharusan Mengikuti Program Keluarga Berencana Dalam Keluarga.

Informan 1

Macam-macam alat KB seperti suntik dan pil KB, soalnya istri saya pernah pakai keduanya dek, kita masyarakat dianjurkan KB ya supaya jangan banyak anak. Setahu saya, kalau anak sudah dua orang kita harus KB dek, anak saya empat karena waktu itu dari anak pertama sampai anak saya ketiga semuanya perempuan jadi waktu itu saya gak mau istri KB, gitu dek.

Informan 2

Suntik, Pil dan kondom dek, mamak anak-anak kata bidan puskesmas disuruh pake’ suntik biar gak lupa-lupa, tapi kadang-kadang dia juga suka lupa makanya anak kami banyak dek. Kata pemerentah supaya tidak tambah anak, kita harus suntik KB dek. Kalau kami orang batak, banyak anak banyak rejeki makanya anak saya empat orang

Informan 3

Yang pernah saya dengar dari istri, suntik, kondom dan pil KB wajib untuk ibu-ibu, seperti istri saya disuruh suntik KB sama ibu bidan dipuskesmas dekat rumah kami. Pemerintah buat cara itu supaya semua keluarga di indonesia gak banyak anaknya, 2 aja sudah cukup. Saya senang banyak anak dek, biar rame orang dirumah, makannya anak saya umurnya agak jarak antara kakaknya dengan anak adeknya.

Informasi 4

Contohnya spiral, kondom, pil dan suntik buk, mamaknya anak-anak pake’ pil, kalau ditempat kami pil bisa diambil sama kader dari puskesmas kata istriku. Pemerintah dalam satu keluarga maksimal anak cukup dua saja, tapi karena dua sikit kali aku sama istri nambah satu lagi buk.

Informan 5

Pil KB, suntik sama kondom dek, pemerintah nganjurin perempuan yang sudah kawin untuk KB. Istri saya kepuskesmas kalau mau suntik. Program pemerintah cukup 2 anak saja. Saya dan istri kami KB supaya anak tidak terlalu dekat umurnya sikakak dengan adek-adeknya, gitu dek.


(51)

Dari matriks di atas dapat dilihat, bahwa semua informan sedikit banyak mengetahui jenis – jenis alat kontrasepsi dan jenis apa yang di gunakan oleh istrinya. Dan ke 5 informan mengetahui Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah, walaupun ke 5 informan dikategorikan memiliki anak lebih dari 2 orang.

2. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Cara Ber-KB Mantap

Matriks 4.2. Pengalaman Informan tentang Pengaruh Vasektomi Pada Hubungan Suami Istri, Awal melakukan MOP, dan Sampai kapan MOP dipergunakan.

Informan 1

Saya melakukan operasi (vasektomi) lebih kurang sudah 10 tahun dek, kayaknya tidak mengganggu karena istri saya tidak pernah mengeluh kalau kami melakukan hubungan suami istri. Mugkin KB ini akan selamanya saya pertahankan dek.

Informan 2

Operasi itu saya lakukan dari tahun 2001 dek, istripun gak pernah ngeluh macam-macam selama ini, jadi gak pengaruh operasi itu dengan waktu saya dengan istri melakukan hubungan suami istri. Rencananya saya akan terus pake cara KB ini, soalnya sayang istriku harus sering kepuskesmas.

Informan 3

Saya di operasi waktu itu sudah 5 tahun buk, memang sebenarnya waktu pertama kali setelah operasi agak sedikit terganggu tapi selanjutnya istri gak pernah mengeluh buk, cara KB ini untuk seumur hidup saya pertahankan.

Informasi 4

Sejak tahun 2001 saya melakukan vasektomi buk, awalnya hubungan suami istri agak terganggu karena setelah dioperasi terjadi pembengkakan selama dua minggu, setelah itu saya kedokter dan saya diberi obat. Tapi sampai sekarang tidak ada keluhan lagi, saya melakukan vasektomi supaya istri juga gak perlu lagi merasakan bosan minum pil KB.

Informan 5

Kontap pria yang sudah saya lakukan sejak 8 tahun lalu, hubungan suami istri sampai saat ini lancar-lancar saja dek dan KB ini akan terus saya pertahankan seumur hidup biar istri gak perlu lagi ke puskesmas untuk disuntik sama bidan.

Dari matriks di atas terlihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa informan mulai menjadi Akseptor KB pria ada yang sudah menjalani selama 5 tahun dan yang paling lama menjadi akseptor 10 tahun. Dari ke 5 informan 3 informan tidak merasa terganggu dalam melakukan hubungan suami istri, sedangkan 2 informan


(52)

lainnya menyatakan bahwa pada awal setelah operasi ada sedikit terganggu, namun selanjutnya informan menyatakan bahwa tidak ada lagi gangguan setalah diobati dan dalam melakukan hubungan suami istri pun tidak lagi mengalami kendala. Semua informan juga menjelaskan ingin meringankan beban istri yang selama ini rutin menjalani KB, makanya informan berusaha untuk selamanya menjadi akseptor KB.

3. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Sumber Informasi Cara Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.3. Sumber Informasi Informan Tentang Cara Mendapatkan Informasi Untuk menjadi Akseptor KB dengan Medis Operasi Pria (MOP).

Informan 1 Saya tahu dari teman yang sudah lebih dulu melakukan operasi

ini, teman saya bilang kalau saya berminat untuk melakukan operasi ini saya disuruh menjumpai petugas di puskesmas.

Informan 2

Waktu itu istri saya mendapat penjelasan dari petugas dipuskesmas tempat biasa dia mau suntik KB, kata petugas disitu kalau istri tidak perlu suntik lagi kalau suami mau melakukan operasi itu. Setelah itu saya kepuskesmas untuk bertanya langsung kepada petugas tentang operasi itu.

Informan 3 Saya dapat informasi waktu itu dari petugas KB yang ada

dikelurahan dekat rumah saya dek.

Informasi 4 Informasi tentang vasektomi saya dapatkan dari petugas

puskesmas dekat rumah kami yang juga tetangga saya.

Informan 5

Saya tahu dari dokter langganan saya, itupun saya waktu itu kurang begitu tertarik, tapi karena banyak hal yang harus kami pikirkan untuk masa depan anak-anak, saya memutuskan untuk melakukan operasi itu.

Dari matriks di atas, terlihat pada ke 5 informan menyatakan bahwa selain irformasi didapat dari lingkungan terdekatnya, informan mendapat informasi mengenai syarat-syarat menjadi Akseptor KB dengan Metode Operasi Pria ini dari petugas puskesmas dan dokter.


(53)

4. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Informasi yang Diperoleh Sebelum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.4. Jenis Informasi, Syarat Mendapatkan Pelayanan Kontrasepsi Pria, Nasehat Sebelum Tindakan Medis Operasi Pria, dan Efek Samping yang didapat Informan Untuk menjadi Akseptor KB dengan Medis Operasi Pria (MOP).

Informan 1

Syarat-syarat menjadi Akseptor KB dengan MOP ini, kata petugasnya, anak minimal 2 orang dan harus melakukan pemeriksaan fisik supaya petugas tahu kondisi saya sebelum melakukan operasi. Nasehat yang diberikan oleh petugas sebelum dilakukan operasi misalnya: Tidur yang banyak, mencukur rambut dibagian kemaluan, bawa surat persetujuan dari istri dan waktu ke puskesmas saya harus diantar sama orang rumah. Keuntungannya : istri tidak mungkin hamil lagi, operasi dilakukan sekali untuk selamanya dan tidak mengganggu hubungan kami dalam melakukan hubungan suami istri. Kelebihannya : Aman dan yang pasti karena gratis / gak bayar dek. Gak ada efek samping kata dokternya, tapi kalo komplikasi dari operasi ada dek, bisa aja pendarahan atau pembengkakan.

Informan 2

Syaratnya kami suami istri harus saling setuju, jadi saya harus membuat surat pernyataan dari istri, bahwa istri menyetujui saya dioperasi, saya harus dalam keadaan sehat, sebelum di operasi sebelumnya saya harus banyak istirahat, waktu kerumah sakit saya harus ada yang menemani, keuntungannya banyak dek, salah satunya istri gak perlu takut lagi bisa hamil. Kalo kelebihannya : dilakukan hanya satu kali saja seumur hidup dan tidak bayar. Kayaknya gak ada efek samping, kalo komplikasinya bisa pendarahan kata petugasya, itupun kalo saya mengikuti aturan yang petugas sampaikan.


(54)

Informan 3

Kalau tidak salah syarat melakukan operasi ini sudah mempunyai anak 2 orang. Nasehatnya sehari sebelum operasi harus istirahat yang cukup dan hari waktu operasi harus ditemani oleh keluarga. Kelebihannya : praktis dan ekonomis (maksudnya gratis, dek) kalo keuntungannya : istri gak bakalan mungkin hamil lagi kata petugasnya. Komplikasi yang mungkin terjadi, bisa pendarahan, kalau efek sampingnya tidak ada.

Informasi 4

Syarat-syaratnya suatu keluarga itu harus sudah memiliki anak minimal 2 orang. Nasehat sebelum melakukan operasi : harus siap bahwa operasi ini untuk seumur hidup, istri harus setuju. Kalau kelebihannya : aman dan ekonomis sedangkan keuntungannya : istri tidak perlu payah-payah untuk ber-KB dan tidak ada kendala ketika melakukan hubunan suami istri. Kata petugasnya, kalau tidak hati-hati dalam perawatannya bisa saja terjadi pendarahan, tapi kalau efek samping kayaknya gak ada dek.

Informan 5

Syaratnya minimal sudah dianugerahkan 2 orang anakdan harus sehat badan, nasehat sehari sebelum dilakukan operasi, saya harus banyak istirahat, cukur rambut disekitar kemaluan, membawa surat izin dari isti. Keuntungan: dapat digunakan untuk seumur hidup, istri gak mungkin hamil lagi trus kalau kelebihannya, kata dokter sih aman dan yang pasti gratis. Komplikasinya bisa pendarahan, kalau saya tidak mengikuti aturan yang dokter katakan. Efek sampingnya gak ada dek.

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan mengetahui syarat-syarat untuk menjadi akseptor KB, seperti : minimal sudah memiliki 2 orang anak, ada izin dari suami dan kesehatan si informana harus sehat. Adapun nasehat yang diberikan oleh petugas kepada ke 5 informan yaitu harus banyak istirahat sehari


(55)

sebelum dilakukan operasi medis ini, mencukur rambut diddaerah kemaluan dan waktu akan melakukan operasi medis ini harus ditemani oleh salah seorang dari keluarga informan. Tentang keuntungan dan kelebihan dari operasi medis ini, ke 5 informan menyatakan istri tidak hamil lagi dan dapat digunakan seumur hidup, sedangkan kelebihannya : 4 informan menyatakan bahwa operasi medisini aman dan gratis sedangkan seorang informan menyatakan kalau operasi medis ini praktis dan gratis. Ke 5 informan menyatakan komplikasi yang mungkin terjadi adalah pendarahan atau pembengkakan. Dan menurut informan bahwa operasi medis ini tidak mempunyai efek samping.

5. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Yang Merekomendasikan Untuk Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.5. Pengalaman Informan Ketika di Rekomendasikan Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) atas Anjuran.

Informan 1 Istri dan anak saya yang pertama, istri saya sangat setuju ketika saya ceritakan bahwa teman saya, ada yang sudah

melakukan operasi medis ini.

Informan 2 Istri saya yang menganjurkan agar saya mau melakukan operasi medis ini, istri mendapatkan informasi ini dari bidan

puskesmas.

Informan 3 Awalnya dari petugas puskesmas, lalu saya ceritakan sama istri apa yang saya dapat dari petugas puskesmas kepada istri,

lalu istri menyerahkan sepenuhnya kepada saya.

Informasi 4 Saya dianjurkan oleh petugas puskesmas dekat rumah kami,

yang juga tetangga saya.

Informan 5 Saya dianjurkan oleh dokter langganan saya, dan istripun

sangat setuju dengan keputusan saya.

Dari matriks diatas didapat bahwa ada 2 orang informan menyatakan istri dan teman dekat untuk menjadi akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP), 2 orang informan menyatakan petugas puskesmas untuk menjadi akseptor KB dengan


(56)

Metode Medis Operasi Pria (MOP) dan seorang informan menyatakan dari dokter, untuk menjadi akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

II. Sikap

Distribusi informan berdasarkan sikap adalah sebagai berikut :

6. Matriks Sikap Informan Tentang Informasi yang di Berikan Petugas Kesehatan Untuk Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.6. Sikap Informan Tentang Informasi yang Di Berikan Petugas Puskesmas Untuk Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

Informan 1 Menurut saya dek, informasi yang dijelaskan petugas puskesmas

itu sangat bagus, tapi kayaknya masih belum begitu bisa diterima di masyarakat kita dek

Informan 2

Saya setuju dengan yang dibilang bapak petugas itu, bahwa menjadi peserta Kb pria ini aada keuntungannya, setidaknya istri gak perlu takut hamil lagi kalau kami melakukan hubungan suami istri.

Informan 3

Pendapat saya pertama agak-agak merasa takut kalau setelah operasi, waktu melakukan hubungan tidak enak lagi, tapi setelah dijelaskan oleh petugas yang dipuskesmas itu baru saya dapat mengerti.

Informasi 4 Informasi yang disampaikan petugas puskesmas saya rasa sangat

jelas dan membuat saya yakin, bahwa cara ini sangat bagus untuk masa depan keluarga kami.

Informan 5

Informasi yang dikasih dokter langganan saya sangat bagus, tapi saya sempat takut juga dengan isu tentang impoten yang pernah saya dengar dimasyarakat tentang vasektomi tapi semua itu tidak sama dengan kenyataan setelah dilakukan

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 4 orang informan menyatakan setuju dengan informasi yang diberikan petugas puskesmas mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP), sedangkan seorang informan lain menyatakan setuju dengan informasi yang diberikan dokter mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP).


(57)

7. Matriks Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah, Tapi Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.7. Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah, Tapi Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1

Wajar dek, KB dengan operasi ini ini kan kalau kita dengar sekilas aja agak sedikit gimana gitu, dan mungkin juga banyak masyarakat yang terlalu sibuk cari duit, jadi mereka banyak gak peduli dengan dengan info yang diadakan pemerintah, atau mungkin juga mereka pikir yang nama KB ya Cuma untuk istri saja.

Informan 2 Saya rasa mereka itu belum tau aja atau juga karena takut.

Informan 3

Saya beranggapan wajar saja buk, karena mungkin mereka belum tahu bagaimana Metode Medis Operasi Pria itu. Dan mungkin pemerintah harus lebih banyak promosi kayak waktu program KB yang di TV itu.

Informasi 4 Mungkin bapak-bapak yang lain itu masih takut karena ada isu-isu

yang bilang bahwa operasi itu bisa menyebabkan impoten.

Informan 5 Ya mungkin karena gosip dimasyrakat dek, bahwa vasektomi bisa

menyebabkan para pria impoten.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 3 orang informan menyatakan banyaknya isu-isu tentang Vasektomi yang bisa menyebabkan impoten bila melakukan operasi ini. Sedangkan 2 orang informan lagi menyatakan bahwa masih ada yang belum tahu, takut dan kesibukan masyarakat kita sehingga tidak begitu peduli dengan informasi Metode Medis Operasi Pria ini.


(58)

8. Matriks Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.8. Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1

Petugas puskesmas bilang, komplikasi bisa terjadi kalau kita tidak mengikuti petunjuk yang telah disampaikan, komplikasinya seperti pendarahan dan agak-agak bengkak di daerah kemaluan. Tapi saya gak ada masalah waktu itu.

Informan 2 Kata petugasnya gak ada komplikasi dan saya pun merasa aman-aman saja dek.

Informan 3 Petugas itu bilang, kalupun terjadi komplikasi mungkin hanya

pembengkakan saja, itupun jarang terjadi. Dan saya tidak mengalami apa-apa dek.

Informasi 4

Saya mengalami pendarahan waktu itu, tapi hanya pada dua minggu pertama saja, tapi sekarang gak apa-apa lagi setelah diberikan obat. Itu terjadi karena saya lupa dengan yang sudah dianjurkan petugas untuk lebih hati-hati dalam perawatannya.

Informan 5 Dokter saya bilang, komplikasi yang mungkin terjadi pada saya

bisa pendarahan atau semacam peradangan, tapi sangat kecil kemungkinan terjadi. Dan hal itu gak terjadi pada saya.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 5 orang informan menyatakan komplikasi yang mungkin terjadi pada peserta akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria ini seperti : pendarahan dan peradangan, itu terjadi apabila pasien tidak mengikuti petunuk yang telah disampaikan oleh dokter dan petugas kesehatan.

9. Matriks Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.9. Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1 Kayaknya sampai sekarang tidak ada pengaruh apa – apa dek, istri saya pun tidak pernah mengeluh apa-apa selama ini.

Informan 2 Saya merasa lebih aman, karena saya yang di KB dan istri saya pun merasa aman saja dek.

Informan 3 Menurut saya, kontrasepsi pria sangat menguntungkan buat saya dan

istri, karena kami suami istri sama-sama merasa aman dan tidak lagi mengeluarkan biaya untuk KB yang dulu biasa dijalani istri saya.

Informasi 4 Selama ini hubungan kami semakin mesra dan saya bersama istri merasa aman waktu melakukan hubungan suami istri.

Informan 5 Selama ini dek, tidak ada pengaruh pada hubungan suami istri, tapi mudah-mudahan gak ada efek sampingnya untuk kedepannya.


(59)

Dari matriks diatas dapat dilihat, ke 5 orang informan menyatakan bahwa selama ini tidak ada pengaruh apa-apa sewaktu para informan melakukan hubungan suami istri, dan informan juga merasa aman dan informan menyatakan tidak perlu mengeluarkan biaya, untuk KB yang dulu dilakukan oleh istrinya.

10. Matriks Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.10. Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1 Isu bisa impoten itu gak benar dek, operasi ii tidak berpengaruh sama

pria.

Informan 2 Tidak benar Isu itu.

Inforan 3

Mengenai isu itu gak benar buk, waktu sebelum saya dioperasi saya juga pernah berpikiran seperti itu, tapi setelah saya sudah mengalaminya sendiri. Kalau operasi ini tidak berpengaruh pada kejantanan pria.

Informasi 4 Kenyataan yang saya alami tidak seperti yang di isukan oleh

masyarakat kita buk. Jadi sebaiknya pemerintah lebih banyak melakukan pendekatan pada masyarakat kita.

Informan 5 Sepertinya itu hanya isu aja dek, kalau pria bisa impoten karena

operasi itu, jadi pemerintah harus tanggung jawab kalau sempat terjadi hal seperti itu.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 5 orang informan menyatakan tidak setuju dengan isu yang beredar di masyarakat kita. Dan dari mereka juga menyatakan bahwa kejantanan seorang pria sama sekali tidak dipengaruhi oleh tindakan vasektomi. Semua nforman dapat menyatakan hal tersebut karena inforaman telah membuktikannya dengan cara menjadi Akseptor KB.


(60)

III. Tindakan

Distribusi informan berdasarkan sikap adalah sebagai berikut :

11. Matriks Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.11. Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1 Waktu itu umur saya sekitar 46 tahun buk.

Informan 2 Pada umur 38 tahun

Informan 3 Usia 35 tahun

Informasi 4 Saat itu umur saya 37 tahun

Informan 5 Umur saya waktu melakukan operasi sekitar 41 tahun

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 5 orang informan, seorang informan menyatakan sudah menjalani 5 tahun, 2 orang informan menyatakan sudah 7 tahun, seorang informan menyatakan sudah 8 tahun dan ada informan yang menyatakan sudah menjalani selama 10 tahun.

12.Matriks Tindakan Informan Tentang Kontarsepsi Pria Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Matriks 4.12. Tindakan Informan Tentang Kontrasepsi Pria Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Informan 1

Istri dan anak saya. Saya memilih mengikuti KB ini, karena kebutuhan rumah tangga yang semakin hari semaki banyak buk, maklumlah penghasilan saya tidak tetap, kadang ada kadang tidak ada. Untung anak saya ada yang sudah kerja dipercetakan dan di swalayan, jadi kebutuhan untuk sebulan lumayanlah buk. Operasi ini biasanya dilakukan di lakukan di puskesmas atau rumah sakit dan yang melakukan operasinya dokter buk. Setelah operasi saya dikasih tahu petunjuk perawatan lukanya dari petugas puskesmas itu. Kalau terjadi pendarahan ya ke puskesmas saja.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Kesehatan, 2002, KB Metode Kontrasepsi, Depkes RI, Jakarta

BKKN Prov SU, 2008, Laporan Pencapaian Peserta KB aktif Kodya Medan, BKKBN Prov SU,

, Buku Visum/Pedoman PLKB/PKB, BKKBN Prov. Sumatera Utara, 2008

, Panduan Pelayanan Vasektomi Tanpa Pisau. Jakarta.

, Pria Bertanggung Jawab Dalam KB dan Kesehatan Reproduksi. Prov. Sumatera Utara.

,2006. Keluarga Berencana dan Kesehatann Reproduksi : Kebijakan, Program dan Kegiatan Tahun 2005 – 2009. Jakarta

Everett, Suzanne. 2005. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Ahli Bahasa, Nike Budhi Subekti. EGC. Jakarta.

Hartanto Hanafi, 2002, KB Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Marlina, 2008, Salah Persepsi Tentang Kontrasepsi, http://www.Koran Tempo.com, Diakses tanggal 01 September 2008.

Notoatmodjo S, 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Ni Komang Arianti, 2006,

Partisipasi Suami Wujudkan Keluarga Sejahtera,

Diakses tanggal 01 September 2008.


(2)

Purwanto H, 1999, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta Pemerintah Kota Binjai, 2008, Pria Pun Kini Ikut KB,

Diakses tanggal 01 September 2008.


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

I.

DAFTAR PEKERJAAN Karakteristik Informan 1. Nama

:... 2. Umur

:... 4. Pendidikan

:... 6. Pekerjaan

:... 7. Penghasilan Keluarga

:... 8. Jumlah Anak

:...

A.

PENGETAHUAN

1. Apa yang bapak ketahui mengenai Program Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah ?

• Apa Pengertian Keluarga Berencana

o Apa Tujuan Keluarga Berencana • Apa Manfaat Keluarga Berencana


(4)

• Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi

• Kepada siapa diberikan alat kontrasepsi tersebut

• Dimana dilaksanakan pemberian/penggunaan kontrasepsi tersebut • Mengapa harus menggunakan alat kontrasepsi

• Kapan seharusnya suatu keluarga harus mengikuti program KB 2. Bagaimana menurut bapak mengenai cara ber-KB Mantap ?

• Apakah tidak mengganggu hubungan suami-istri

• Mulai menjadi Akseptor KB Pria dengan metode Medis Opersi Pria (MOP)

• Sampai kapan rencananya digunakan metode Medis Opersi Medis (MOP) ini

3. Dari mana sumber informasi yang bapak terima mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) ?

• Petugas kesehatan

• Media informasi : Televisi, Radio, majalah, koran dan lain-lain • Keluarga, teman.

4. Informasi apa saja yang bapak peroleh dari petugas kesehatan mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) ?

• Keuntungan dan kelebihan

• Syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi pria • Nasehat sebelum tindakan medis operasi pria


(5)

• Komplikasi yang mungkin terjadi

5. Siapa saja yang menganjurkan bapak untuk melakukan Medis Operasi Pria (MOP) ?

B.

SIKAP

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai informasi yang diberikan petugas kesehatan mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) ?

2. Bagaimana tanggapan bapak, bahwa masih banyak pria menikah yang belum mengikut i Kontap Pria (Vasektomi) ?

3. Bagaimana tanggapan bapak, mengenai komplikasi yang mungkin saja terjadi pada akseptor kontap pria ?

4. Bagaimana tanggapan bapak, mengenai Kontrasepsi Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) terhadap kehidupan suami-istri ?

5. Bagaimana tanggapan bapak, mengenai isu bahwa peserta kontap pria dapat mengalami impotensi setelah di Vasektomi ?

C.

TINDAKAN

1. Pada usia berapa bapak menjadi Akseptor KB Pria MOP?

2. Pernahkah bapak mengetahui tentang Kontrasepsi Pria dengan menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) sebelumnya ?


(6)

• Faktor apa yang menjadi pilihan bapak ketika ingin menjadi kontap pria (vasektomi) ?

• Apa yang bapak lakukan jika terjadi pendarahan atau peradangan setelah tindakan vasektomi ?

• Dimana biasanya kontap pria dilakukan ? siapa yang melakukannya ?

• Apakah ada petunjuk perawatan luka yang diinformasikan oleh petugas keshatan kepada bapak setelah tindakan vasektomi ?


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Suami Sebagai Akseptor KB Medis Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

3 43 158

Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Keikutsertaan Pria Menjadi Akseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Tahun 2012

2 35 152

FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE MEDIS OPERATIF PRIA (MOP) (Studi pada Akseptor KB Baru di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo)

0 5 21

FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE MEDIS OPERATIF PRIA (MOP) (Studi pada Akseptor KB Baru di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo)

0 7 21

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

0 2 21

PENDAHULUAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

0 2 6

Latar Belakang dan Kendala Pemasangan MOP (Medis Operasi Pria) pada Kelompok KB Pria Kencana Matur di Nagari Matua Hilia Kecamatan Matur kabupaten Agam.

0 0 8

Sikap Pria Terhadap Penyuluhan Paguyuban Metode Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Bale Endah.

0 1 1

A. Identitas - Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Suami Sebagai Akseptor KB Medis Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

0 1 34

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR KB MEDIS OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN SITINJO KABUPATEN DAIRI TESIS

0 0 20