Analisis audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit : studi kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(2)

ABSTRACT

OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE

A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.

This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.

The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.


(3)

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Putri Ariska Novitasari NIM : 112114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

iii


(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Yesterday = History Tommorow = Mistery

Today = Gift

That’s why it is called present (ANONIM)

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu

dibukakan.  (Mat. 7: 7-8)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba. Karena didalam mencoba kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil

 (MT)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Ayah Eko Setyo Wahyudi, SE.  IbuRosita Fitri Anggraini  Adik Yolanda Ayudya Wardani  Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi) adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Putri Ariska Novitasari NIM: 112114055

Prodi: Akuntansi Fakultas: Ekonomi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus BPR Madani Sejahtera Abadi) Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 April 2016 Yang membuat pernyataan


(10)

vii ABSTRAK

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL

TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi)

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, dan untuk (2) mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang berlaku.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deksriptif yang memaparkan bagaimana pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan auditor internal bagian kredit dan bagian lain yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Adapun pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(11)

viii ABSTRACT

OPERATIONAL AUDIT ANALYSIS OF THE CREDIT APPROVAL PROCEDURE

A Case Study at BPR Madani Sejahtera Abadi

Putri Ariska Novitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The purpose of this research are (1) to determine whether operational audit of credit approval procedure conducted by BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999, and (2) to examine whether the credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi in compliance with the guideline setting up by BPR Madani Sejahtera Abadi is related with the credit approval procedure.

This research is a case study. Data was analyzed by descriptive analysis. The data was primary data that was collected through interview with the internal auditor of the credit division and related departments.

The results showed that the implementation of operational audit of credit approval procedure at BPR Madani Sejahtera Abadi has been in accordance with the regulation of Indonesia Central Bank No. 1/6/PBI/1999. Furthermore, it has been proven that the credit approval procedure in BPR Madani Sejahtera Abadi was in compliance with the guideline that have been set by BPR Madani Sejahtera Abadi.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit” Studi Kasus pada BPR Madani Sejahtera Abadi Yogyakarta. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tentunya mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. Bapak Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.

3. Bapak Lilik selaku pimpinan BPR Madani Sejahtera Abadi yang telah berkenan membantu penulis dalam mencari data yang dibutuhkan selama penelitian.


(13)

x

4. Orang tua penulis, Bapak Eko Setyo Wahyudi, SE., dan Ibu Rosita Fitri Anggraini yang selalu berusaha memberikan semangat, doa, dan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Adik tersayang Yolanda Ayudya Wardani yang selalu menemani, memberikan semangat, dan meyakinkan bahwa tidak ada yang sulit selama kita mau berusaha menyelesaikannya.

6. Nenek tersayang Christina Lasmi yang tidak pernah meninggalkanku dalam setiap doa. Dan selalu mengajarkan cinta, kasih, semangat, dan memberikan keyakinan bahwa saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman MPT yang selalu berusaha bersama dari awal dan saling memberi support satu sama lain.

8. Teman-teman mahasiswa Akuntansi (terutama angkatan 2011 kelas B), terima kasih atas kebahagiaan, tawa canda, kekompakan, dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama di kota Jogja ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 April 2016


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing... 7

B. Audit Operasional ... 9

1. Audit Operasional ... 9

2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional ... 9

3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional ... 11

4. Tipe Audit Operasional ... 13

5. Tahap-Tahap Audit Operasional ... 14

6. Pelaksana Audit Operasional ... 19

7. Perbedaan Audit Operasional dengan Audit keuangan ... 20

C. Perkreditan ... 21

1. Pengertian Kredit ... 21

2. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 21

3. Jenis-Jenis Kredit ... 22

4. Unsur-Unsur Kredit ... 25

5. Prinsip Kredit ... 26

6. Prosedur Pemberian Kredit Bank ... 27

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 32


(15)

xii BAB III METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Jenis Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah BPR Madani Sejahtera Abadi... 47

B. Visi dan Misi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48

C. Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi... 49

D.

Struktur Organisasi Kredit ... 52

E. Pelaksana Audit Operasional BPR Madani Sejahtera Abadi ... 61

BAB V ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi ... 64

B. Pelaksanaan Pemberian Kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi ... 87

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 101

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi ... 48

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kredit ... 52


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan

Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 40 Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit

di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Ketentuan ... 42 Tabel 5.1 Hasil Analisis Pelaksanaan Audit Operasional

terhadap Prosedur Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan

Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 ... 77 Tabel 5.2 Hasil Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dari sektor perbankan. Krisis ekonomi dan moneter yang sempat singgah di Indonesia memberikan gambaran nyata betapa pentingnya peran sektor perbankan dalam suatu negara. Ketika sektor perbankan dalam keadaan terpuruk, perekonomian nasional juga turut merasakan keterpurukannya, demikian juga sebaliknya. Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah sebagai sumber dana bagi kegiatan ekonomi. Contoh yang sering kita temui adalah dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau badan usaha.

Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Dalam hal ini dibahas mengenai bank perkreditan rakyat adalah bank yang tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau prinsip syariah. Bank perkreditan rakyat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Menurut Mulyono (2002: 12), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang


(20)

2 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan penjelasan diatas, pinjaman atau kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Kredit mempunyai suatu kedudukan yang strategis sebagai salah satu sumber uang yang diperlukan dalam membiayai kegiatan usaha yang dapat dititik beratkan sebagai salah satu kunci kehidupan bagi setiap manusia. Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank merupakan aset terbesar bagi bank. Dalam hal kegiatan bank memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian sebagian besar bersumber pada kegiatan tersebut sehingga apabila tidak dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang memadai, bisa dikatakan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut.

Untuk menekan resiko piutang macet atau bahkan piutang tak tertagih, dan pembayaran yang diterima perusahaan dapat berjalan dengan lancar serta orang yang bertindak sebagai pelaksana pemberian kredit dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, diperlukan suatu pemeriksaan. Dalam kaitannya dengan pemeriksaan, perlu terlebih dahulu memahami prosedur pemberian kredit serta prinsip-prinsip kredit yang dimiliki oleh perusahaan. Pemeriksaan ini ditujukan untuk


(21)

3 mengantisipasi setiap kecurangan, penyelewengan, dan penyimpangan yang terjadi yang dapat merugikan perusahaan dan dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan manajemen. Dalam melaksanakan pemberian kredit terhadap calon konsumen, diperlukan pemeriksaan terhadap setiap prosedur yang dilakukan oleh pelaksana agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ditetapkan serta memenuhi prinsip-prinsip dalam pemberian kredit.

Adapun pemeriksaan yang terkait dengan prosedur pemberian kredit ini adalah pemeriksaan operasional atau biasa kita kenal dengan istilah audit operasional. Menurut Tunggal (2001), audit operasional yaitu proses yang sistematis, menilai operasi organisasi, menilai efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi, melaporkan kepada orang yang tepat, dan memberikan rekomendasi atau perbaikan.

Audit operasional pada umumnya dipahami sebagai penyelesaian atas masalah efisiensi dan efektifitas, karena pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern oleh auditor intern merupakan bagian dari audit operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan kegiatan usahanya supaya lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa audit operasional merupakan alat bantu bagi manajemen khususnya dalam fungsi pengendalian intern.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian hanya pada satu aktivitas yaitu prosedur pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit ini berperan penting dalam penentuan jumlah nominal yang akan diberikan oleh bank


(22)

4 kepada nasabah, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula pada tingkat efektivitas dan efisiensi bank tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Audit Operasional Terhadap Prosedur Pemberian Kredit”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999?

2. Apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi.

2. Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi.


(23)

5 D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Bank

Dapat membantu pihak Bank dalam mengetahui apakah prosedur pemberian kredit yang telah digunakan selama ini efektif dan efisien, dan untuk meminimalisir masalah terjadinya kredit macet.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat menambah referensi masalah tentang perbankan dan perkreditan, khususnya untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam prosedur pemberian kredit dengan melakukan audit operasional.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan tentang perbankan dan perkreditan, serta audit operasional dalam prosedur pemberian kredit dalam perbankan dapat diterapkan dalam pekerjaan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan seluk beluk tentang dasar-dasar audit, audit operasional, perkreditan, efektivitas perkreditan.


(24)

6 BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, struktur organisasi dan ruang lingkup Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh Bank Perkreditan Rakyat, dan peranan audit operasional dalam meningkatkan efektivitas kegiatan perkreditan pada Bank Perkreditan Rakyat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan saran-saran yang kiranya dapat membangun penelitian ini menjadi lebih baik.


(25)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Auditing

Banyak penjelasan mengenai apa itu auditing, untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian auditing. Sukrisno (2004) mengatakan bahwa auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dari pernyataan diatas, auditing merupakan proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Audit dibagi menjadi beberapa tipe, pembagian ini dimaksudkan untuk memudahkan auditor dalam menentukan sasaran dan tujuan dari kegiatan audit yang akan dilakukan. Menurut Mulyadi (2010), tipe audit dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.


(26)

8 1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

2. Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tugasnya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit operasional(operational audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan


(27)

9 B. Audit Operasional

1. Pengertian Audit Operasional

Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian audit operasional, ada beberapa definisi yang diambil dari berbagai sumber.Menurut Bhayangkara IBK (2011: 2), audit operasional adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Audit operasional lebih berorientasi kemasa depan, artinya hasil dari penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha.

Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa audit operasional merupakan suatu tinjauan yang sistematis dari aktivitas organisasi, hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan.Tujuannya adalah untuk:

a. Menilai kinerja.

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.

c. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau kegiatan lebih lanjut.

2. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional

Menurut Arens et al (2008: 847), beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional, yaitu:


(28)

10 a. Historical Performance (Kinerja Historis)

Historical performance atau yang biasa kita kenal sebagai kinerja historis merupakan seperangkat kriteria sederhana yang dapat didasarkan pada hasil audit periode sebelumnya. Gagasan di balik penggunaan kriteria ini adalah membandingkan apakah yang telah dilakukan menjadi “lebih baik” atau “lebih buruk”. Manfaat kriteria ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau buruk sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.

b. Benchmarking (Kinerja yang dapat diperbandingkan)

Benchmarking merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Walaupun penilaian prestasi masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan kriteria ini pun belum tentu memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi, karena perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh dua organisasi yang berbeda.

c. Enginereed Standards (Standar Rekayasa)

Enginereed Standards merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standar rekayasa, seperti penggunaan time and motion study untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi.


(29)

11 d. Discussion and Agreement (Diskusi dan Kesepakatan)

Discussion and Agreement merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam audit operasional.

Menurut Widjayanto (2001: 19), ruang lingkup dari audit operasional adalah audit operasional mencakup tinjauan atas tujuan perusahaan, lingkungan perusahaan, lingkungan perusahaan beroperasi, personalia dan kadangkala mencakup fasilitas fisik.

3. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Menurut Tunggal (2008), tujuan audit operasional yaitu:

a. Membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.

b. Mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

c. Mencapai efisiensi dari pengelolaan.

d. Membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang merupakan dasar pelayanan kepada manajemen.

e. Membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.


(30)

12 Dengan tercapainya tujuan tersebut, menurut Tunggal (2008), audit operasional memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.

b. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan dan laporan dalam sistem pengendalian.

c. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang ditetapkan rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah. d. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk

menentukan tindakan yang akan diambil.

e. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan.

f. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

g. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap operasi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, manfaat audit operasional berorientasi ke arah peningkatan prestasi manajemen diwaktu yang akan datang yang bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Hasil audit operasional diharapkan akan menemukan titik permasalahan yang mendasar dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.


(31)

13 4. Tipe Audit Operasional

Menurut Arens et al (2008: 844-845), ada tiga tipe audit operasional yaitu:

a. Audit Fungsional (Functional Audits)

Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas, pembayaran gaji. Audit fungsional memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Auditor yang merupakan staf dari internal audit dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk memeriksa dalam bidang tersbut. Tapi disamping itu, audit fungsional memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.

b. Audit Organisasional (Organizational Audits)

Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah seberapan efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting untuk audit jenis ini.

c. Penugasan Khusus (Special Assigments)

Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, sehingga dalam audit jenis ini terdapat banyak variasi. Misalnya adalah


(32)

14 menentukan penyebab sistem EDP yang efektif, penyelidikan kemungkinan fraud dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya pembuatan suatu barang.

5. Tahap-Tahap Audit Operasional

Menurut Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 Tgl. 20 Desember 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, pelaksanaan audit dapat dibedakan dalam 5 (lima) tahap kegiatan yaitu tahap persiapan audit, penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil audit dan tindak lanjut hasil audit.

a. Persiapan Audit

Pelaksanaan audit harus dipersiapkan dengan baik agar tujuan audit dapat dicapai dengan cara efisien. Langkah yang perlu diperhatikan pada tahap persiapan audit meliputi penetapan penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan.

1) Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana ditetapkan dalam rencana audit tahunan bank. Penetapan penugasan disampaikan oleh kepala SKAI kepada ketua dan tim audit dalam bentuk surat penugasan, yang antara lain menetapkan ketua dan anggota tim audit, waktu yang diperlukan serta tujuan audit.


(33)

15 2) Pelaksanaan Auditor Intern harus dilengkapi dengan surat pemberitahuan audit dari SKAI, yang dapat disampaikan kepada auditee sebelum atau pada saat audit dilaksanakan.

3) Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengenal dan memahami setiap kegiatan atau fungsi Auditee secara umum supaya audit dapat difokuskan pada hal-hal yang strategis. Dalam tahap ini Auditor harus mengenal dengan baik aspek-aspek dari Auditee antara lain fungsi, struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, kebijakan, sistem dan prosedur operasional, risiko kegiatan dan pengendaliannya, indikator keberhasilan, aspek legal dan ketentuan lainnya.

b. Penyusunan Program Audit

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, maka disusun program audit. Program audit harus:

1) Merupakan dokumentasi prosedur bagi Auditor Intern dalam mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit, termasuk catatan untuk pemeriksaan yang akan datang.

2) Menyatakan tujuan audit.

3) Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit. 4) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan.


(34)

16 5) Mengindentifikasi aspek-aspek teknis, risiko, proses dan transaksi

yang harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik.

Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan pengendalian audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan selama audit berlangsung.

c. Pelaksanaan Penugasan Audit

Tahap pelaksanaan audit meliputi kegiatan mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan bukti-bukti audit serta informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit. Proses audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan relevan.

2) Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.

3) Menetapkan metode dan tehnik sampling yang dapat dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan.

4) Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian yang telah dilakukan.

5) Mendokumentasikan Kertas Kerja Audit. 6) Membahas hasil audit dengan Auditee.


(35)

17 d. Pelaporan Hasil Audit

Setelah selesai melakukan kegiatan audit, Auditor Intern berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang baik. Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar dapat disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi Auditee. Proses tersebut antara lain mencakup:

1) Kompilasi dan analisis temuan audit. Temuan audit yang akan dituangkan dalam laporan harus dikompilasi dan dianalisis tingkat signifikasinya.

2) Konfirmasi dengan Auditee. Temuan audit harus dikonfirmasikan dengan Auditee untuk diketahui dan dipahami.

3) Diskusi dengan Kepala SKAI. Temuan audit yang sudah dikompilasi dan dianalisis harus dilaporkan serta didiskusikan dengan Kepala SKAI ataupejabat yang ditunjuk.

4) Diskusi dengan Auditee. Diskusi ini dimaksudkan agar Auditee memberikan komitmen dan bersedia melakukan perbaikan dalam batas waktu tertentu yang dijanjikan.

5) Review laporan. Konsep laporan yang disusun oleh tim audit direview oleh Kepala SKAI atau pejabat yang ditunjuk agar diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan benar.


(36)

18 e. Tindak lanjut Hasil Audit

SKAI harus memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut, analisis kecukupan tindak lanjut dan pelaporan tindak lanjut. SKAI harus memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan Auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi:

1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat diketahui perkembangannya dan dapat diingatkan kepada Auditee apabila Auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau sampai batas waktu yang dijanjikan.

2) Analisis kecukupan tindak lanjut. Dari hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis kecukupan atas realisasi janji perbaikan yang telah dilaksanakan Auditee. Selanjutnya pengecekan kembali tindak lanjut perlu dilakukan apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

3) Pelaporan tindak lanjut. Dalam hal pelaksanaan tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh Auditee, maka SKAI memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris untuk tindakan lebih lanjut.


(37)

19 6. Pelaksana Audit Operasional

Dalam bukunya Arens et al (2008: 845-846), mengemukakan bahwa “Operational audit are usually performed by one of three group; internal auditors, government auditor, CPA firms”.

Audit operasional dapat dilaksanakan oleh pihak sebagai berikut:

a. Auditor Internal

Auditor internal memiliki posisi yang unik untuk melaksanakan audit operasional. Manfaat yang diperoleh jika auditor internal melakukan audit operasional adalah bahwa mereka menggunakan seluruh waktu kerja untuk perusahaan yang mereka audit. Untuk memaksimumkan efektivitasnya, bagian audit internal harus melapor kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor internal juga harus mempunyai akses dan mengadakan komunikasi yang berkesinambungan dengan komite auditor dewan direksi. Struktur organisasi ini membantu auditor agar tetap independen.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah melaksanakan audit operasional yang seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan. Auditor pemerintahan terdiri dari para akuntan dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dahulu Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (Departemen Keuangan). Auditor


(38)

20 pemerintah biasanya memberi perhatian pada kedua macam pemeriksaan baik untuk keuangan maupun audit operasional.

c. Auditor Eksternal

Pada waktu akuntan publik melakukan audit atas laporan keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari pengidentifikasian masalah-masalah operasional dan membuat rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit. Rekomendasi itu dapat dikatakan secara lisan, tetapi biasanya menggunakan surat manajemen. Pengetahuan dasar mengenai bisnis klien yang dimiliki auditor eksternal dalam melaksanakan audit seringkali memberikan informasi yang berguna dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi operasional. Auditor yang mempunyai latarbelakang bisnis dan pengalaman yang luas dengan perusahaan-perusahaan serupa akan cenderung lebih efektif dalam membantu klien dengan rekomendasi operasional yang relevan dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kualitas seperti itu.

7. Perbedaan Audit Operasional dan Audit Keuangan

Menurut Arens et al (2008: 842), perbedaan audit operasional dan audit keuangan adalah:

a. Audit keuangan berorientasi pada masa lalu dan lebih menekankan pada apakah informasi historis dicatat dengan benar. Sedangkan audit operasional berorientasi menekankan pada efisiensi dan efektivitas.


(39)

21 b. Dalam hal distribusi laporan, audit keuangan ditujukan kepada banyak pemakai laporan keuangan dan didistribusikan secara detil. Sedangkan laporan audit operasional sangat berbeda dari satu audit ke audit lainnya karena keterbatasan distribusi operasional dan beragamnya sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas.

c. Pada keterlibatan bidang bukan keuangan, audit operasional mencakup banyak aspek efisiensi dan efektivitas dalam sebuah badan usaha. Audit keuangan dibatasi hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.

C. Perkreditan

1. Pengertian Kredit

Dalam UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pijak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2010: 100), tujuan pemberian kredit adalah mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu pemerintah. Dengan demikian tujuan kredit yang diberikan oleh suatu


(40)

22 bank yang akan mengemban tugas sebagai agent of development adalah untuk:

a. Mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan organisasi.

c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya

Menurut Kasmir (2010: 101), fungsi dari kredit untuk: a. Meningkatkan daya guna uang.

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Meningkatkan daya guna uang.

d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilisasi ekonomi. f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. g. Meningkatkan semangat usaha.

h. Meningkatkan hubungan internasional

3. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2010: 103-106), jenis-jenis kredit yang diberikan oleh bank umum untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis kredit yaitu:


(41)

23 a. Kredit dibedakan berdasarkan tujuannya

1) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. 2) Kredit Produktif

Kredit yang diberikan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi.

3) Kredit Perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.

b. Kredit dibedakan berdasarkan jangka waktunya 1) Kredit Jangka Pendek

Kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit Jangka Menengah

Kredit yang berjangka waktu satu sampai tiga tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan investasi.

3) Kredit Jangka Panjang


(42)

24 c. Kredit dibedakan berdasarkan segi jaminannya

1) Kredit Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. 2) Kredit Jaminan

Kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

d. Kredit dibedakan berdasarkan kegunaanya 1) Kredit Modal Kerja

Kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2) Kredit Investasi

Kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi.


(43)

25 4. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur kredit menurut Suyatno (2003) adalah:

a. Kepercayaan

Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu dijanjikan.

b. Jangka Waktu

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama.

c. Prestasi

Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah debitur, berupa bunga atau imbalan.

d. Risiko

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya memungkinkan adanya resiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk mencegah resiko tersebut diadakan peningkatan agunan/jaminan yang dibebankan kepada debitur.


(44)

26 5. Prinsip Kredit

Prinsip-prinsip pemberian kredit didasarkan pada Pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan oleh bank memiliki resiko, sehingga dalam memberikan kredit perlu memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dengan memberikan jaminan kepada debitur. Sebelum kredit diberikan, bank harus melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap watak, modal, jaminan, dan prospek usaha dari debitur.

Menurut Peraturan BI (nomor 8/24/PBI/2006), secara umum bank wajib memberikan kredit dengan menggunakan prinsip pemberian kredit “The 5C Analisys Of Credit” yaitu:

a. Character

Merupakan data tentang calon debitur. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon debitur jujur dan berusaha untuk memenuhi kewajibannya.

b. Capacity

Merupakan kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikan, pengalaman mengelola


(45)

27 usahanya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola. Capacity ini merupakan ukuran dari kemampuan untuk membayar.

c. Capital

Kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan laba rugi, struktur permodalan, dan ratio-ratio keuntungan. Dari data ini bisa dinilai apakah calon debitur memang layak diberikan pinjaman atau tidak. d. Collateral

Jaminan yang mungkin dapat disita apabila ternyata calon debitur benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan di akhir jika ada kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan lain.

e. Condition

Merupakan kondisi ekonomi yang dimiliki oleh usaha calon debitur. Karena suatu usaha sangat tergantung pada kondisi perekonomian.

6. Prosedur Pemberian Kredit Bank

Menurut Firdaus, Ariyanti (2009: 91-133), tahapan pemberian kredit yaitu:

a. Persiapan Kredit (credit preparation)

Kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi dasar antara calon debitur dengan bank,


(46)

28 terutama calon debitur baru, biasanya dilakukan melalui wawancara atau cara-cara lain.

b. Analisis atau Penilaian Kredit (credit analysis/credit appraisal)

Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha atau proyek pemohon kredit.

c. Keputusan Kredit (Credit Desicion)

Atas dasar laporan hasil analisi kredit, maka pihak bank melalui pemutus kredit, dapat memutuskan permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak. Jika tidak dapat diberikan, maka permohonan tersebut harus ditolak melalui surat penolakan, bila permohonan layak untuk diberikan, maka dituangkan dalam surat keputusan kredit yang memuat beberapa persyaratan tertentu.

d. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit (realization and administration credit)

Pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon debitur) menandatangani perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya.

e. Supervisi Kredit & Pembinaan Debitur (credit supervision & follow up)

Supervisi/pengawasan/pengendalian kredit dan pembinaan debitur pada dasarnya adalah upaya pengamanan kredit yang telah


(47)

29 diberikan oleh bank dengan jalan terus memantau/memonitor dan mengikuti jalannya perusahaan (secara langsung atau tidak langsung), serta memberikan saran/nasihat dan konsultasi agar perusahaan/debitur berjalan baik sesuai dengan rencana, sehingga pengembalian kredit akan berjalan dengan baik pula.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Review penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk menambah informasi mengenai masalah yang akan penulis teliti. Review penelitian ini memberikan rujukan mengenai daftar bacaan, teori, serta pandangan dalam memahami permasalahan yang dihadapi.

Penelitian Admawarti (2006) yang berjudul audit operasional pengelolaan dana program kompensasi subsidi bahan bakar minyak bidang kesehatan, mengatakan bahwa struktur PT Bahtera Adiguna Cabang Padang sudah cukup baik dengan adanya pemisahan tugas dan wewenang dari masing-masing bagian dan adanya pengendalian internal yang baik dalam perusahaan yang bisa dilihat dalam pelaksanaan prosedur kegiatan perusahaan yaitu prosedur penjualan jasa perusahaan dan prosedur penerimaaan uang jasa tersebut. Audit operasional pada PT ini terdiri dari 5 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pemeriksaan pendahuluan, tahap pemeriksaan lanjutan, laporan hasil pemeriksaan operasional, tindak lanjut hasil audit. Semua rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal, juga telah ditanggapi ditindak lanjuti oleh pihak manajemen perusahaan. Berarti kegiatan audit operasional telah dapat membantu meningkatkan efisiensi


(48)

30 dan efektivitas perusahaan. Penelitian ini menyatakan bahwa audit operasional bisa menilai ketepatan dan pencapaian yang telah dilakukan dari suatu instansi, serta dapat menentukan kelemahan dan kelebihan dari kegiatan yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Prameswari (2008) yang berjudul Audit operasional atas prosedur pemberian kredit untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada PT BNI (Persero) Tbk wilayah 02 Padang, menyimpulkan bahwa struktur organisasi sudah cukup baik, hal ini karena pemisihan tugas dan wewenang dari masing-masing unit. Dengan adanya pemimpin wilayah yang didukung oleh pemimpin wilayah yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pimpinan wilayah, dan dilaksanakannya audit operasional ternyata dapat dilihat bahwa pemberian kredit sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu audit operasional dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui saran dan rekomendasi yang diberikan oleh auditor dengan catatan manajemen harus melakukan tindak lanjut. Peran auditor tidak berhenti sampai disini tetapi auditor harus memonitor perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan. Ini membuktikan bahwa auditor tidak hanya sebatas menemukan masalah serta memberikan saran dan rekomendasi tetapi juga menekankan bagaimana pemberian kredit sesuai dengan prosedur yang ada sehingga pelaksanaan audit operasional terbukti dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi atas prosedur pemberian kredit. Metode penelitian dilakukan dengan survey melalui wawancara, studi lapangan melalui observasi, studi


(49)

31 kepustakaan melalui memperbandingkan teori yang telah diperoleh dengan kenyataan kemudian dianalisa.

Penelitian Satria (2009) menguji peranan audit operasional pada fungsi pemasaran perusahaan manufaktur dengan menggabungkan alat analisis data yaitu, Content Analisis (peran), Analisis Varian (realisasi dengan anggaran), Analisis SWOT, Analisis Rasio Keuangan (profitabilitas dan rentabilitas). Dari hasil penelitiannya, dapat ditemukan bahwa program-program, kebijakan dan prosedur pemasaran yang dijalankan telah banyak yang tercapai dalam batas waktu yang ditargetkan, meskipun tanpa memperdulikan biaya yang dikeluarkan. Ditinjau dari segi kuantitas penjualan, perusahaan telah menunjukkan perkembangan sehingga perusahaan dapat dikatakan efektif. Penerapan Oracle System pada jaringan prosedur yang membentuk sistem pemasaran, pembagian tugas, akses otorisasi dan tanggung jawab yang jelas telah meningkatkan efisiensi fungsi pemasaran. Penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat memberikan gambaran bagi penulis mengenai bagaimana peranan dan fungsi audit operasional bagi perusahaan. Selain itu juga memberikan pengetahuan lebih bagi penulis mengenai metode dan analisis yang dilakukan.

Penulis menggunakan perbandingan penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan bahan perbandingan karena adanya beberapa persamaan di dalam penelitian dan mempelajari metode yang digunakan serta membandingkan hasil penelitian yang telah peneliti terdahulu lakukan. Namun disini objek yang diteliti berbeda, dimana objek yang dijadikan


(50)

32 penelitian oleh penulis adalah audit operasional kegiatan perkreditan pada Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi, sedangkan objek dari penelitian terdahulu adalah audit operasional pada perusahaan dan bank yang berbeda.

E. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999

Dalam rangka restrukturisasi perbankan nasional, telah dilaksanakan beberapa langkah perbaikan antara lain berupa program rekapitalisasi perbankan, penilaian terhadap pemilik dan pengurus bank, dan penyesuaian beberapa ketentuan perbankan yang berhubungan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank. Berbagai langkah yang telah dilaksanakan tersebut perlu terus dipantau tindak lanjutnya agar tetap sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu terciptanya sistem perbankan yang sehat.

Selain peningkatan fungsi pengawasan bank oleh Bank Indonesia, dari sisi intern di setiap bank perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan langkah-langkah perbaikan yang telah direncanakan serta untuk selalu memastikan ketaatan bank terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang perbankan. Adapun tahapan audit operasional menurut Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 adalah:

a. Persiapan Audit

1) Pendekatan auditor intern 2) Penetapan penugasan 3) Pemberitahuan audit


(51)

33 4) Penelitian pendahuluan

b. Penyusunan Program Audit 1) Menyatakan tujuan audit

2) Menetapkan pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit 3) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan

4) Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus diuji

c. Pelaksanaan Penugasan Audit 1) Proses audit

2) Pengumpulan bukti audit 3) Evaluasi hasil audit d. Pelaporan Hasil Audit

1) Pembuatan laporan yang harus memenuhi standar pelaporan 2) Penyusunan materi laporan secara lengkap dan jelas

3) Proses penyampaian laporan 4) Penyampaian laporan e. Tindak Lanjut Hasil Audit

1) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut 2) Analisis kecukupan tindak lanjut


(52)

34 F. Kerangka Pemikiran

Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini bisa dilihat melalui definisi perbankan sebagaimana tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang perbankan, di mana fungsi bank dapat dijabarkan dalam 3 hal, sebagai berikut.

1. Bank sebagai penghimpun dana, yaitu bank menyimpan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan.

2. Bank sebagai penyalur dana, yaitu bank menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat.

3. Bank melaksanakan berbagai jasa yang diperlukan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kredit merupakan asset bank yang memiliki risiko (risk asset) karena asset tersebut dikuasai pihak luar yaitu pihak debitur dan dana yang dipergunakan bank untuk dipinjamkan sebagian besar merupakan titipan masyarakat yang berbentuk deposito, tabungan, dan giro. Oleh karena itu Bank harus berusaha keras mengelola asset tersebut agar kualitas kredit menjadi sehat dalam arti produktif sehingga bank dapat menjamin keamanan dana masyarakat yang telah disimpan di bank dan juga dapat memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi bank.

Dalam aktivitas perkreditan, pengambilan keputusan dalam menentukan disetujui atau tidaknya suatu permohonan kredit adalah langkah


(53)

35 terakhir dari tahap penyeleksian dan merupakan awal dari pelaksanaan atau realisasi kredit apabila permohonan kredit disetujui. Dalam hal ini manajemen akan sangat berperan, karena pengambilan keputusan mengenai pemberian kredit dilakukan oleh manajemen. Bank harus berusaha meminimalisir risiko munculnya kredit bermasalah dengan jalan menjaga mutu kredit yang disalurkan. Untuk memastikan bahwa kegiatan operasional bank khususnya pemberian kredit telah berjalan dengan baik dan tepat sasaran sekaligus memberikan perbaikan atas segala kekurangan, maka bank perlu melakukan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasional yang dijalankan salah satunya melalui audit operasional.

Berdasarkan uraian diatas terbentuklah suatu kerangka pemikiran yang nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan penelitian, dapat dilihat pada gambar 2.1.


(54)

36 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Audit Operasional

terhadap Prosedur Pemberian Kredit

BANK

Fungsi Bank:

1. Penghimpun dana 2. Penyalur dana

3. Melaksanakan berbagai jasa lainnya yang diperlukan masyarakat

Pemberian Kredit

Audit Operasional Indikator:

1. Persiapan Audit

2. Penyusunan Program Audit 3. Pelaksanaan Penugasan Audit 4. Pelaporan Hasil Audit 5. Tindak Lanjut Hasil Audit

Pemberian Kredit Indikator:

1. Prosedur pemberian kredit 2. Prinsip penilaian permohonan

kredit


(55)

37 BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Asep (2009: 21), studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi, atau kelompok sosial), serta mengumpulkan informasi yang rinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama suatu periode tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian:

Mei - Juli 2015 2. Tempat Penelitian:

BPR Madani Sejahtera Abadi

Jl. C. Simanjuntak 26, Terban, Yogyakarta 55223

C. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian:

Karyawan yang terkait proses pemberian kredit. 2. Obyek Penelitian :

a. Hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.


(56)

38 D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Sebagai contoh jawaban dari pertanyaan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak yang berwenang untuk memberikan data dan informasi dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data primer yang dikumpulkan penulis adalah hasil wawancara dengan auditor internal kredit dan karyawan bagian kredit.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh sehubungan dengan perusahaan yang telah terdokumentasi, seperti struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan, dan data kelengkapan lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung mengenai keadaan perusahaan dan prosedur pemberian kredit, khususnya kepada pimpinan dan karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi yang dilakukan secara formal.


(57)

39 2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen, berkas, atau catatan yang berhubungan dengan obyek penelitian seperti gambaran umum perusahaan, sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, surat permohonan kredit, analis kredit, surat keputusan kredit, bukti pencairan kredit, dan bukti jaminan atas perjanjian kredit.

F. Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang apakah pelaksanaan kegiatan audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999, yaitu dilakukan berdasarkan penjabaran pelaksanaan audit operasional pada BPR Madani Sejahtera Abadi sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaannya kemudian penulis menganalisis kesesuaian pelaksanaan auditdengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Berikut adalah format penilaian yang akan digunakan:


(58)

40 Tabel 3.1 Analisis Pelaksanaan Audit Operasional terhadap Prosedur

Pemberian Kredit yang Dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999

NO Peraturan Bank Indonesia

No. 1/6/PBI/1999 Praktik yang Dilakukan BPR Madani Sejahtera Abadi Sesuai/Tidak

Sesuai Ket

1

Persiapan Audit

a. Pendekatan Auditor Intern b. Penetapan Penugasan c. Pemberitahuan Audit d. Penelitian Pendahuluan

2

Penyusunan Program Audit

a. Merupakan Dokumentasi

Prosedur bagi Auditor Intern dalam Mengumpulkan, Menganalisis, Menginterpretasikan, dan Mendokumentasikan Informasi Selama Pelaksanaan Audit b. Menyatakan Tujuan Audit c. Menetapkan Pengujian

yang Diperlukan Guna Mencapai Tujuan Audit d. Menetapkan Jangka Waktu

Pemeriksaan

e. Mengidentifikasi aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi yang harus diuji

3

Pelaksanaan Penugasan Audit a. Proses Audit

b. Pengumpulan Bukti Audit c. Evaluasi Hasil Audit


(59)

41 4

Pelaporan Hasil Audit

a. Pembuatan Laporan yang harus Memenuhi Standar Pelaporan

b. Penyusunan Materi Laporan secara Lengkap dan Jelas

c. Proses Penyampaian Laporan

d. Penyampaian Laporan

5

Tindak Lanjut Hasil Audit a. Pemantauan atas

Pelaksanaan Tindak Lanjut b. Analisis Kecukupan Tindak

Lanjut

c. Pelaporan Tindak Lanjut

2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua tentang apakah pelaksanaan pemberian kredit pada BPR Madani Sejahtera Abadi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu dengan mengamati praktik yang dilakukan kemudian menganalisis kesesuaian pelaksanaan dengan standar yang telah ditetapkan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi. Berikut adalah format penilaian yang akan digunakan:


(60)

42 Tabel 3.2 Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemberian Kredit

di BPR Madani Sejahtera Abadi dengan Prosedur/Ketentuan

No Ketentuan Ya Tidak Ket

A Tahap Permohonan

1

Surat pengajuan permohonan kredit dilakukan langsung oleh calon nasabah, tidak melalui pihak ketiga lainnya/broker.

2

Surat permohonan diajukan secara tertulis oleh calon debitur diantaranya

mencantumkan secara jelas tujuan surat, tanggal surat, data calon debitur, dan maksud permohonan.

3

Surat permohonan kredit sebelum dianalisa telah mendapatkan petunjuk/pengarahan terlebih dahulu oleh pimpinan Divisi Administrasi Kredit.

4

Setiap penerimaan permohonan dicatat pada buku registrasi dan diberikan nomor register, untuk tindak lanjut atas surat permohonan tersebut.

5

Bank memeriksa legalitas permohonan kredit.

- Sebagai subjek hukum - Izin usahanya

- Tidak termasuk daftar hitam Bank Indonesia Daftar Kredit Macet di Indonesia.

6

Legalitas permohonan kredit telah benar. - Pemohon diajukan dan mendapat izin


(61)

43

No Ketentuan Ya Tidak Ket

B Tahap Analisis Kelayakan Kredit 1 Inspeksi dilaksanakan untuk pemohon

kredit yang bersangkutan.

2

Meneliti dan menilai tentang kebutuhan modal, penyediaan dana sendiri oleh debitur, rencana penarikan kredit, jadwal angsuran, dan penghitungan kelayakan usaha.

3

Analisis harus dilakukan secara sistematis, dan diserahkan kepada Divisi Legalisasi dan Realisasi.

4

Hasil analisis merupakan dasar pemutusan pemberian kredit oleh Divisi Legalisasi dan Realisasi.

C Tahap Pemeringkatan Kredit

1

Melakukan pemeringkatan kredit dengan berpedoman pada Keputusan Direksi tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Risiko Kredit.

2

Melaporkan secara tertulis apabila ditemukan masalah yang nantinya akan menimbulkan risiko kredit.

3

Hasil pemeringkatan kredit menjadi dasar pertimbangan keputusan kredit oleh Divisi Legalisasi dan Realisasi atas permohonan kredit calon debitur.


(62)

44

No Ketentuan Ya Tidak Ket

D Tahap Keputusan Kredit

1

Pemutusan pemberian kredit dilakukan atas dasar ketentuan kelayakan kredit yang berlaku.

2

Pemutusan pemberian plafond per nasabah sesuai dengan ketentuan kelayakan kredit yang berlaku untuk tiap jenis kredit.

3 Keputusan kredit yang disetujui harus disertai dengan syarat-syarat kredit.

4

Keputusan kredit yang ditolak disampaikan kepada calon debitur secara tertulis dengan memberikan alasan yang jelas dan

bijaksana.

E Tahap Perjanjian Kredit

1

Penandatanganan perjanjian kredit beserta seluruh perjanjian tuntutannya,

dilaksanakan setelah debitur menandatangani Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK).

2

Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK) dengan materai diserahkan kembali ke pihak Bank.

3

Nominal kredit yang relatif besar atau permasalahan hukum yang cukup kompleks, maka perjanjian kredit dilakukan secara Notarial Akta.


(63)

45

No Ketentuan Ya Tidak Ket

4

Dokumen perjanjian kredit dibuat minimal rangkap dua, dengan penggunaan satu rangkap untuk bank dan satu rangkap untuk debitur.

F Tahap Realisasi Kredit

1

Penarikan kredit dapat dilaksanakan setelah debitur menandatangani Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK) diatas materai.

2

Debitur menandatangani perjanjian kredit berikut tuntutannya dan melengkapi dokumen yang dipersyaratkan oleh pihak Bank.

3

Pembebanan biaya yang timbul atas perjanjian kredit seperti biaya provisi, biaya supervisi, premi asuransi, biaya administrasi dan biaya lainnya

dilaksanakan pada saat realisasi kredit. G Tahap Pembukuan

1

Pencatatan transaksi atas pelaksanaan pemberian kredit dilaksanakan sesuai Pedoman Sandi Pembukuan Intern Bank.

2

Segala transaksi harus dibukukan yaitu transaksi realisasi kredit, penerimaan provisi, biaya supervisi, penerimaan biaya administrasi kredit, penerimaan bunga, penerimaan denda, penerimaan angsuran pokok.


(64)

46

No Ketentuan Ya Tidak Ket

H Tahap Dokumentasi Kredit

1

Administrasi Kredit mendokumentasikan perjanjian kredit, dokumen yang berkaitan dengan realisasi kredit, dokumen yang terkait dalam legalisasi dan realisasi kredit, supervisi kredit dan pelaporan kredit.

2

Map-map kredit disimpan secara aman dan sistematis sehingga mudah untuk diambil dan dikembalikan.

3

Bila ada perubahan-perubahan data nasabah, apakah sudah disampaikan kepada Administrasi Kredit.

I Supervisi dan Pelaporan

1

Supervisi dilaksanakan langsung ke lapangan atau ke tempat/lokasi objek pembiayaan.

2

Minimal supervisi dilaksanakan pada awal setelah kredit direalisir, pada setiap

terjadinya transaksi penggunaan dana kredit selanjutnya, dan supervisi rutin sesuai kebutuhan.

3 Melakukan evaluasi laporan rutin

perkembangan usaha yang dibuat debitur.

4

Membuat laporan kunjungan di awal usaha atau awal realisasi kredit dan laporan kunjungan rutin.

5 Laporan pengawasan di simpan dalam arsip kredit debitur.


(65)

47 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah BPR Madani Sejahtera Abadi

PT BPR Madani Sejahtera Abadi berdiri diawali dengan pengambilalihan KBPR Bank Pasar Gedongkiwo yang beralamat di Condronegaran MJ I/953, kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 26 September 2005 sebagaimana persetujuan Bank Indonesia melalui surat No. 7/572/DPBPR/IDBPR/Yk, tanggal 31 Agustus 2005, dilakukan relokasi kantor yang baru yang berlokasi di Jl. Prof. Ir. Herman Yohanes No. 1062, Kecamatan Gondokusuman, Kodya Yogyakarta.

Selanjutnya, dalam rangka mengembangkan kegiatan operasional yang semakin menjawab tuntutan profesionalitas kerja dan persaingan industri bisnis perbankan, bentuk Badan Hukum Koperasi ini diubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan Akta Pendirian No. 14, tanggal 06 Mei 2006 dan bernama PT BPR Gedongkiwo sesuai keputusan Depkumham No. c-24083 HT 01.01.TH 2006 tanggal 16 Agustus 2006. Pada akhirnya pada tanggal 4 April 2007, nama PT BPR Gedongkiwo diubah dengan nama baru PT BPR Madani Sejahtera Abadi, sesuai keputusan Depkumham No. w22-0024.HT.01.04 TH 2007.

Sebagai wujud komitmen manajemen dalam mengembangkan bisnis perbankan serta memberikan pelayanan yang semakin baik bagi


(66)

48 masyarakat, para stakeholder secara luar biasa memutuskan untuk melakukan investasi pembelian tanah dan membangun gedung kantor baru yang berlokasi di Jl. C. Simanjuntak No. 26 Yogyakarta, dengan alasan pemilihan tempat tersebut yang dinilai sangat strategis. Akhirnya pada tanggal 16 Januari 2008, dengan persetujuan Bank Indonesia Yogya berdirilah BPR Madani Sejahtera Abadi di Jl. C. Simanjuntak No. 26 Yogyakarta.

B. Visi dan Misi BPR Madani Sejahtera Abadi 1. Visi

Menjadi “Smart Banking” BPR terbaik di Yogyakarta. 2. Misi

a. Terciptanya Good Corporate Governance b. Menjalankan bisnis perbankan secara prudent

c. Menjadi partner bisnis bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah, untuk menunjang peningkatan ekonomi rakyat.

d. Memberikan pelayanan prima untuk memuaskan nasabah.

e. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


(67)

49 C. Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi

Dalam membentuk organisasi yang baik diperlukan perumusan organisasi dan pembagian tugas serta wewenang yang dapat dipertanggungjawabkan. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan tanggungjawab kerja antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana fungsi dan aktivitas dibatasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dicapai dengan baik.

Bentuk struktur organisasi Bank Perkreditan Rakyat Madani Sejahtera Abadi adalah line and staff organization. Struktur organisasi digambarkan dalam bentuk bagan yang memperlihatkan hubungan-hubungan dan garis wewenang yang ada sebagai berikut:


(68)

50 STRUKTUR ORGANISASI

BPR. MADANI SEJAHTERA MADANI

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi

KOMISARIS

DIREKSI

MANAJER

DIVISI DANA

DIVISI ADMINISTRASI

KREDIT

DIVISI MANAJEMEN RESIKO

Staff Divisi Dana Legalisasi &

Realisasi

Analis Kredit

Pelaporan

Remedial

CABANG GEDONG KUNING

Divisi Operasional

Divisi Pemasaran

CS, Teller, Adm

K. UMKM KPG & K. Pensiunan

Driver & OB Penagihan &


(69)

51 Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPR Madani Sejahtera Abadi

SAT. PENGAWAS INTERNAL

MANAJER OPERASIONAL

BAG. AKUNTANSI BAG. IT BAG. UMUM

Accounting Operator IT HRD & Personalia

Umum & RT

Sekretaris


(70)

52 D. Struktur Organisasi Kredit

Pada BPR Madani Sejahtera Abadi, terdapat dua jenis kredit yaitu kredit komersil dan kredit personal. Kredit personal merupakan jenis kredit konsumsi yaitu jenis kredit yang bukan diperuntukkan untuk tujuan usaha melainkan untuk tujuan konsumsi seperti Kredit Rumah Bersinar (KRB) dan Kredit Umum (KU), sedangkan kredit komersil merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit komersil ini, kemudian digolongkan lagi menjadi beberapa jenis kredit seperti Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun struktur organisasi kredit adalah:

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kredit

PIMPINAN

DIVISI

ADMINISTRASI KREDIT

DIVISI MANAJEMEN RESIKO

Legalisasi & Realisasi Remedial

Analis Kredit Penagihan & Supervisi

Kredit Pelaporan


(71)

53 Di dalam kegiatan perkreditan, struktur yang terkait dalam kegiatan perkreditan adalah:

1. Pimpinan Cabang

Pimpinan cabang adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi untuk memimpin kantor cabang dalam melaksanakan bisnis dan operasional bank serta tugas-tugas lainnya yang bersifat mewakili Direksi di wilayah kerja kantor cabang. Kegiatan bisnis kantor cabang mencakup kegiatan penghimpunan dana, pemberian kredit dan pelayanan jasa perbankan lainnya.

Di dalam bidang kegiatan perkreditan, pemimpin cabang berwenang: a. Menyetujui pemberian kredit dan perpanjangan kredit.

b. Menyetujui penilaian dan penetapan nilai agunan kredit berdasarkan usul pejabat penilai agunan.

c. Menyetujui pencairan kredit yang telah ditandatangani dengan nasabah.

d. Menyetujui penggantian atau penarikan sebagian agunan kredit sesuai batasan yang ditetapkan Direksi.

e. Meyetujui pemberian keringanan bunga dan atau denda tunggakan sesuai batas kewenangan yang ditetapkan Direksi.

f. Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada nasabah kredit yang lalai atau tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.


(72)

54 g. Menandatangani surat perjanjian, surat pernyataan, laporan dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pemberian, perpanjangan, pengawasan, dan penyelesaian kredit kantor cabang. 2. Pimpinan Divisi Administrasi kredit

a. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada calon nasabah sehubungan dengan kelengkapan dokumen, persyaratan-persyaratan dan informasi-informasi lain dalam proses realisasi kredit calon nasabah.

b. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada nasabah sehubungan dengan pemberitahuan kewajiban pokok dan bunga pinjaman, jatuh tempo kredit atau angsuran pokok kredit, jatuh tempo premi asuransi, jatuh tempo perizinan jatuh tempo kartu identitas diri nasabah dan sejenisnya.

c. Menandatangani nota debet, nota kredit dan nota debit kredit yang menjadi beban dan atau dibukukan ke dalam rekening nasabah kredit. d. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang

disampaikan kepada internal kantor cabang dan kantor pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

e. Menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rekomendasi kredit, dan taksasi agunan kredit.

3. Pimpinan Seksi Legalisasi dan Realisasi

Pimpinan Seksi Legalisasi dan Realisasi adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi bertanggung jawab kepada pimpinan cabang


(73)

55 melalui wakil pimpinan cabang dalam bidang pelaksanaan operasional Realisasi dan Legalisasi pada kantor cabang. Wewenang Pimpinan Seksi Legalisasi dan Realisasi dalam bidang perkreditan adalah:

a. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada calon debitur sehubungan dengan kelengkapan dokumen, persyaratan-persyaratan dan informasi-informasi lain dalam proses realisasi kredit calon nasabah.

b. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada nasabah sehubungan dengan pemberitahuan kewajiban pokok dan bunga pinjaman, jatuh tempo kredit atau angsuran pokok kredit, jatuh tempo premi asuransi, jatuh tempo perizinan jatuh tempo kartu identitas diri nasabah dan sejenisnya.

c. Menandatangani nota debet, nota kredit dan nota debit kredit yang menjadi beban dan atau dibukukan ke dalam rekening nasabah kredit. d. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang

disampaikan kepada internal kantor cabang dan kantor pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

e. Menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rekomendasi kredit, dan taksasi agunan kredit.

4. Pimpinan Divisi Penagihan dan Supervisi Kredit

Pimpinan divisi penagihan dan supervisi kredit adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi bertanggung jawab kepada pimpinan cabang melalui wakil pimpinan cabang dalam bidang pelaksanaan


(1)

101 BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Audit operasional atas kegiatan perkreditan pada BPR Madani Sejahtera Abadi sudah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 dimana audit operasional telah dilakukan dengan proses yang sistematis yang mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB).

2. Kegiatan perkreditan BPR Madani Sejahtera Abadi sudah baik, karena pelaksanaannya tetap terjaga sesuai dengan ketentuan pemberian kredit yang telah dibuatnya.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian tentang analisis audit operasional terhadap prosedur pemberian kredit, terdapat keterbatasan penelitian yaitu: 1. Audit operasionalyang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi ini

menggunakan kredit secara umum, tidak spesifik pada satu jenis kredit misal kredit modal kerja atau kredit rumah saja.

2. Keterbatasan penelitian ini tidak menggunakan dokumen sebagai atribut karena keterbatasan Bank dalam memberikan contoh dokumen. Pihak Bank tidak mengijinkan semua dokumen yang digunakan pada proses pemberian kredit yang diberikan kepada peneliti, mengingat adanya prinsip kerahasiaan umum pada dunia perbankan. Sehingga data dan informasi sebagian besar diperoleh dari wawancara.


(2)

102 C. SARAN

1. Audit operasional yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi ini sudah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. Namun peneliti mempunyai saran akan lebih baik kalau audit dilakukan lebih spesifik pada satu jenis kredit misal kredit modal kerja atau kredit rumah saja, tidak secara langsung membahas kredit secara umum agar nantinya lebih mudah dalam melakukan evaluasi kerja.

2. Sistem pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi sudah cukup baik, dan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi lebih baik apabila adanya pemisahan tugas antara pelaksana kredit dan pembahas kredit, pemisahan tugas antara pelaksana kredit dan analis kredit, dan pemantauan dalam proses pemberian kredit harus dilakukan secara rutin.


(3)

103

DAFTAR PUSTAKA

Arens, et al. 2008. “Auditing and Assurance Service an Integrated

Approach”.12th Edition, Upper Sadel River, Pearson Education

International. NewJersey.

Bayangkara, IBK. 2011. “Audit Manajemen (Prosedur Dan Implementasi)”. Salemba Empat. Jakarta.

Firdaus, H. Rachmat dan Maya Ariyanti. 2009. “Manajemen Perkreditan Bank

Umum”.Alfabeta. Bandung.

Ismail. 2010. “Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi”. Prenada Media Group. Jakarta

Kasmir. 2003. “Manajemen Perbankan”. Edisi Ke-4, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kasmir. 2010. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muljono Teguh Pudjo. 2002. “Aplikasi Management Audit Dalam Industri Perbankan”. Edisi ke-1, BPFE. Yogyakarta.

Mulyadi. 2010. “Auditing”. Jilid I, Cetakan ke Tujuh, Salemba Empat. Jakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur

Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Sondang P. Siagian. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Bumi

Aksara. Jakarta.

Sukrisno. 2004. “Pemeriksaan Akuntan Oleh AKP”. Buku 1, Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Suyatno. 2003. “Dasar-Dasar Perkreditan”. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tunggal. 2001. “Audit Operasional (Suatu Pengantar)”. Harvindo. Jakarta. Undang-Undang No 10 Tahun 1998. Tentang Perubahan Undang-Undang No

7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Widjayanto. 2001. “Pemeriksaan Operasional Perusahaan”. Lembaga


(4)

104

LAMPIRAN


(5)

105 Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Bagaimana Struktur Organisasi Divisi Pengawasan di dalam perusahaan? 2. Apa yang menjadi tugas Divisi Pengawasan?

3. Fungsi/pihak mana yang terkait dengan pelaksanaan audit operasional atas kegiatan perkreditan?

4. Bagaimana pelaksanaan audit operasional terhadap proses pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi?

5. Bagaimana penjelasan dari masing-masing tahapan audit operasional terhadap proses pemberian kredit yang dijalankan oleh BPR Madani Sejahtera Abadi?

6. Bagaimana pengelolaan kredit di BPR Madani Sejahtera Abadi?

7. Apakah dalam melakukan audit, Auditor Internal Kredit telah dilengkapi

dengan surat penugasan?

8. Apakah Auditor Internal Kredit sebelum melakukan pemeriksaan, telah

melakukan penelitian pendahuluan untuk memperoleh pemahaman mengenai

hal-hal yang terkait dengan kegiatan perkreditan BPR Madani Sejahtera

Abadi?

9. Bagaimana cara/ prosedur yang dijalankan Auditor Internal Kredit untuk

memperoleh pemahaman mengenai objek yang diteliti?

10. Apakah auditor internal kredit selalu membuat program audit sebelum

melakukan audit?


(6)

106

12.Apakah auditor internal kredit telah melakukan review pengendalian kredit

sebelum melakukan pemeriksaan kegiatan perkreditan?

13.Apa saja yang menjadi lingkup pemeriksaan pengendalian tersebut?

14.Bagaimana prosedur pemeriksaan pengendalian yang dilakukan?

15.Apakah temuan-temuan yang diperoleh didokumentasikan dalam Kertas

Kerja Audit?

16.Apakah auditor internal kredit selalu mengkonfirmasi temuan yang diperoleh

dan meminta komitmen dan waktu yang dibutuhkan BPR Madani Sejahtera

Abadi dalam meperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam pemeriksaan kredit?

17.Bagaimana proses tersebut dilakukan?

18.Apakah Auditor Internal membuat LHA untuk dikirimkan ke BPR Madani

Sejahtera Abadi?

19.Bagaimana proses pelaporan hasil audit tersebut dilakukan?

20.Apa saja hal-hal yang diuraikan dalam Laporan Hasil Audit tersebut?

21.Apakah auditor internal selalu melakukan pengawasan tindak lanjut hasil

audit?

22.Bagaimana proses pengawasan tindak lanjut hasil audit tersebut dilakukan?

23.Bagaimana Struktur Organisasi Kredit BPR Madani Sejahtera Abadi? 24.Pihak-pihak mana yang terkait dengan kegiatan perkreditan pada BPR

Madani Sejahtera Abadi?

25.Apa saja wewenang dan tugas dari pihak-pihak tersebut?

26.Bagaimana pelaksanaan perkreditan yang dijalankan BPR Madani Sejahtera Abadi