Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaman Makna di Balik Sepu’ bagi Orang Toraja di Salatiga: Analisa Semiotika Roland Barthes
LAMPIRAN I
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Pertanyaan
Asal anda darimana?
Sejak usia berapa anda mulai memahami
mengenai adat Toraja?
Apakah
keluarga
anda
masih
menjalankan adat Toraja?
Bagaimana pandangan anda mengenai
relevansi
adat
perkembangan
Toraja
pengetahuan
dengan
manusia
zaman sekarang?
Bagaimana pandangan anda mengenai
Sepu’
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi
anda?
Apakah terdapat makna khusus dari
Sepu’ menurut anda?
Menurut anda, bagaimana keberadaan
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial
seseorang?
Bagaimana warna dapat mempengaruhi
status sosial seseorang?
Bagaimana pendapat anda mengenai
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
LAMPIRAN II
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : 01
Nama
: Sismay Eliata Tulungallo
Umur
: 57 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Budayawan Toraja
Pewawancara
Narasumber
Saya lahir dan di besarkan di Sangalla’,
Asal anda darimana?
tapi sekarang saya berdomisili di Makale
dengan keluarga saya.
Sejak usia berapa anda mulai memahami Kalau memahami adat tidak tau mulai
mengenai adat Toraja?
dari usia berapa yang pasti, sejak kecil
memang kita mulai diajarkan dengan
ritual-ritual. Yang bikin anak kecil cepat
ingat kan biasanya kalo di jelaskan
tentang pamali-pamalinya.
Apakah
keluarga
menjalankan adat Toraja?
anda
masih Kalau keluarga besar sih, pastinya
mereka masih menjalankan adat, masih
percaya dengan pemali-pemali yang
sengaja dibuat supaya sebenarnya orangorang itu bisa menjaga lingkungan.
Bagaimana pandangan anda mengenai Adat Toraja itukan dia berasal dari ajaran
relevansi
adat
perkembangan
zaman sekarang?
Toraja
pengetahuan
dengan Aluk Todolo. Kalau mengenai relevansi
manusia dengan zaman sekarang, mungkin sudah
tidak relevan dengan kata-kata atau
ritualnya, tapi tiap-tiap makna yang ada
dalam ritualnya itu sebenarnya masih
relevan dengan zaman sekarang.
Bagaimana pandangan anda mengenai Sepu’ itu salah satu aksesoris yang
Sepu’
dulunya hanya digunakan olah para kaum
To Ma’dika (bangsawan) saja. Kalau
orang dulu itu pakai Sepu’ yah sama ji
kayak kalian sekarang, buat pake pergi
jalan-jalan.
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi Sepu’ itu berfungsi untuk menyimpan
anda?
uang dan perlengkapan sirih, seperti
kapur, kalosi, dll. Sepu’ biasa juga
digunakan sebagai salah satu atribut
dalam upacara Rambu Solo’ khususnya
pada prosesi pemakaman, dimana Sepu’
akan digantungkan di depan
liang
(kuburan) sebagai penanda bahwa liang
tersebut
adalah
bangsawan,
atau
milik
keturunan
dapat
juga
di
gantungkan di atas alang (lumbung padi)
jika
keturunannya
menggantungkan
tidak
sempat
Sepu’ di atas liang
leluhurnya.
Apakah terdapat makna khusus dari Kalau makna Sepu’, sebenarnya secara
Sepu’ menurut anda?
umum, Sepu’ itu hanya benda biasa, tidak
ada nilai-nilai magisnya atau sakral. Tapi
kalau dalam pengamatan saya pribadi,
Sepu’ itu sebenarnya memiliki makna
tersirat,terutama
itu
dari
biasanya
warnanya, atau motifnya itu.
Menurut anda, bagaimana keberadaan Yang
pertama,
Sepu’
itu
biasanya
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial digunakan dalam upacara rambu solo’
seseorang?
atau tuka’, lalu karena berdasarkan
sejarah dulunya yang pakai Sepu’ itu
Cuma bangsawan saja, jadi yah begitulah,
seolah mengatakan kalau orang yang
datang dalam upacara pakai Sepu’ itu
adalah orang bangsawan.
Bagaimana warna dapat mempengaruhi Warna itu mempengaruhi warna sosial,
status sosial seseorang?
karena
masing-masing
mewakilkan
warna
elemen-elemen
yang
disakralkan orang Toraja. Empat warna
dasarnya
orang
Toraja
kalau
di
hubungkan dengan status sosial, yah
empat warna itu mewakilkan empat
lapisan Tana’ orang Toraja. Putih yang
suci untuk orang Tana’ Bulaan, Merah
berani untuk Tana’ Bassi, Kuning
merdeka untuk Tana’ Karurung, dan
hitam kegelapan untuk Tana’ Kua-Kua.
Empat warna dan Tana’ ini dibagi
berdasarkan peran masing-masing Tana’
dalam masyarakat.
Bagaimana pendapat anda mengenai Wajar saja kalau sekarang generasi muda
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
pakai Sepu’ dimana saja dan kapan saja,
karena toh itu bukanlah benda yang
sakral. Dan sekarang siapa saja boleh
pakai Sepu’ untuk dimana saja.
Narasumber
: 02
Nama
: Amos Andaso’ Ranteallo
Umur
: 78 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Budayawan Toraja
Narasumber
Pewawancara
Lahir dan besar, menua di Ke’te’ Kesu’
Asal anda darimana?
Sejak usia berapa anda mulai memahami Sudah sejak kecil, sukaran aluk dan
mengenai adat Toraja?
sejarah sama mitos-mitos itu sudah jadi
makanan sehari-hari waktu kecil. Jadi
sudah lupa kapan mulai perhatikan kalau
sudah cukup paham dengan aturan-aturan
adat.
Apakah
keluarga
anda
masih Masih sampai sekarang.
menjalankan adat Toraja?
Bagaimana pandangan anda mengenai Yake di tiroi yatu tau totemo sia yatu aluk,
relevansi
adat
perkembangan
zaman sekarang?
Toraja
pengetahuan
dengan bisa pa di pasi bawa to. Kennanu yatu
manusia nilai moral lan aluk meskipun masai mo,
ke nakua tau ketinggalan zaman bang mo,
tapi sebenarnya tontong pa iya si cocok
sola apa lan te tau tolino totemo.
(kalau
dilihat
orang-orang
sekarang
dengan aturan-aturan adat, masih ada
banyak yang bisa di kaitkan. Dengan kata
lain, nilai moral dalam aturan adat,
meskipun sudah ketinggalan zaman, tapi
sampai sekarang masih relevan dengan
apa yang ada dunia ini.)
Bagaimana pandangan anda mengenai Sepu’ semacam perhiasan, apa temo ko
Sepu’
susi mo to tas-tas biasa bang ri na pake
tau.
(Sepu’ itu semacam perhiasan, yang
sekarang biasa digunakan seperti tas pada
umumnya yang sering dipakai orang)
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi Yatu Sepu’ apa di pake ri un nanna
anda?
pa’pangan
na
to
Toraya.
Tapi
sebenarnya yake ditiro bang ri lako, ko yo
fungsinna mo, tapi yake la diuraikan
minda ra bisa pake to susi to susi te,
apanna baine te apanna muane to,
sebenarnya den iya tanda-tanda susinna
to.
(Sepu’ itu berfungsi untuk menyimpan
pangan
untuk
orang
Toraja.
Tapi
sebenarnya jika dilihat sepintas memang
fungsinya untuk pangan, tapi jika juga
dapat
diuraikan
siapa
yang
bisa
menggunakan yang seperti ini seperti itu,
ini untuk perempuan ini untuk laki-laki,
sebenarnya ada tanda-tanda seperti itu di
Sepu’)
Apakah terdapat makna khusus dari Yake lako aku, yake fungsinna tek ra
Sepu’ menurut anda?
battuann khusus, tapi yake di tiroi jomai
bentuk fisik na, inang den ia arti senga’
na. den battuanna to matumba na den
disangan Sepu’ disusui, matumba na den
to
mabusa,
malotong,
mararang….
Matumba na den tu pake manik-manik na
den tu biasa bangri.
(kalau saya, dari segi fungsi tidak
memiliki pengertian khusus, tapi jika
dilihati
dari
bentuk
fisik
memang
memiliki arti tersendiri, ada pengertian
untuk mengapa ada yang disebut Sepu’
disusui, mengapa ada yang berwarna
putih, hitam dan merah, mengapa ada
yang menggunakan manik dan ada yang
biasa saja)
Menurut anda, bagaimana keberadaan
lino dolo makpio pa tau. Ya manna den to
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial
kain di tannun manual unpake bannang
seseorang?
pondan di dasi’ dadi sambuk sia bayu
karung (pondan), warnanya krem putih.
Sa’ si sidi’ pa tu kain tonna attu , dadi ya
to unpakei yamanna to kapala-kapala lan
Rambu solo’ sia Rambu tuka’.…”
(Pada zaman dulu, orang-orang masih
menggunakan pio. Saat itu hanya ada kain
yang ditenun secara manual menggunakan
benang pondan yang dijahit menjadi
sarung dan baju karung pondan, dan
berwarna krem putih. Karena pada saat itu
kain
hanya
sedikit,
jadi
yang
menggunakannya hanya para tetua-tetua
adat dalam upacara Rambu solo’ dan
Rambu tuka’…)
Bagaimana warna dapat mempengaruhi Ibaratnya itu seperti ini, sekalipun saya
status sosial seseorang?
ini seorang anak patalo di kampung saya,
tapi saat saya masuk dalam kampung
lain untuk mengikuti rambu solo’ atau
rambu tuka’, yah saya harus tahu diri
menempatkan status sosial saya, saya
bukan siapa-siapa dikampung itu, jadi
saat itu acara rambu solo’ saya akan
menggunakan Sepu’ hitam dan jika itu
acara
rambu
tuka’
saya
akan
menggunakan Sepu’ berwarna kuning
Bagaimana pendapat anda mengenai Karena
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
Sepu’
itu
tidak
ada
nilai
sakralnya, dan kalau niat generasi muda
menggunakan
Sepu’
adalah
untuk
melesetarikan budaya, menurut saya itu
tidak masalah. Asalkan mereka tau kapan
dan dimana bisa menggunakan yang
seperti apa.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Pertanyaan
Asal anda darimana?
Sejak usia berapa anda mulai memahami
mengenai adat Toraja?
Apakah
keluarga
anda
masih
menjalankan adat Toraja?
Bagaimana pandangan anda mengenai
relevansi
adat
perkembangan
Toraja
pengetahuan
dengan
manusia
zaman sekarang?
Bagaimana pandangan anda mengenai
Sepu’
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi
anda?
Apakah terdapat makna khusus dari
Sepu’ menurut anda?
Menurut anda, bagaimana keberadaan
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial
seseorang?
Bagaimana warna dapat mempengaruhi
status sosial seseorang?
Bagaimana pendapat anda mengenai
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
LAMPIRAN II
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : 01
Nama
: Sismay Eliata Tulungallo
Umur
: 57 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Budayawan Toraja
Pewawancara
Narasumber
Saya lahir dan di besarkan di Sangalla’,
Asal anda darimana?
tapi sekarang saya berdomisili di Makale
dengan keluarga saya.
Sejak usia berapa anda mulai memahami Kalau memahami adat tidak tau mulai
mengenai adat Toraja?
dari usia berapa yang pasti, sejak kecil
memang kita mulai diajarkan dengan
ritual-ritual. Yang bikin anak kecil cepat
ingat kan biasanya kalo di jelaskan
tentang pamali-pamalinya.
Apakah
keluarga
menjalankan adat Toraja?
anda
masih Kalau keluarga besar sih, pastinya
mereka masih menjalankan adat, masih
percaya dengan pemali-pemali yang
sengaja dibuat supaya sebenarnya orangorang itu bisa menjaga lingkungan.
Bagaimana pandangan anda mengenai Adat Toraja itukan dia berasal dari ajaran
relevansi
adat
perkembangan
zaman sekarang?
Toraja
pengetahuan
dengan Aluk Todolo. Kalau mengenai relevansi
manusia dengan zaman sekarang, mungkin sudah
tidak relevan dengan kata-kata atau
ritualnya, tapi tiap-tiap makna yang ada
dalam ritualnya itu sebenarnya masih
relevan dengan zaman sekarang.
Bagaimana pandangan anda mengenai Sepu’ itu salah satu aksesoris yang
Sepu’
dulunya hanya digunakan olah para kaum
To Ma’dika (bangsawan) saja. Kalau
orang dulu itu pakai Sepu’ yah sama ji
kayak kalian sekarang, buat pake pergi
jalan-jalan.
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi Sepu’ itu berfungsi untuk menyimpan
anda?
uang dan perlengkapan sirih, seperti
kapur, kalosi, dll. Sepu’ biasa juga
digunakan sebagai salah satu atribut
dalam upacara Rambu Solo’ khususnya
pada prosesi pemakaman, dimana Sepu’
akan digantungkan di depan
liang
(kuburan) sebagai penanda bahwa liang
tersebut
adalah
bangsawan,
atau
milik
keturunan
dapat
juga
di
gantungkan di atas alang (lumbung padi)
jika
keturunannya
menggantungkan
tidak
sempat
Sepu’ di atas liang
leluhurnya.
Apakah terdapat makna khusus dari Kalau makna Sepu’, sebenarnya secara
Sepu’ menurut anda?
umum, Sepu’ itu hanya benda biasa, tidak
ada nilai-nilai magisnya atau sakral. Tapi
kalau dalam pengamatan saya pribadi,
Sepu’ itu sebenarnya memiliki makna
tersirat,terutama
itu
dari
biasanya
warnanya, atau motifnya itu.
Menurut anda, bagaimana keberadaan Yang
pertama,
Sepu’
itu
biasanya
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial digunakan dalam upacara rambu solo’
seseorang?
atau tuka’, lalu karena berdasarkan
sejarah dulunya yang pakai Sepu’ itu
Cuma bangsawan saja, jadi yah begitulah,
seolah mengatakan kalau orang yang
datang dalam upacara pakai Sepu’ itu
adalah orang bangsawan.
Bagaimana warna dapat mempengaruhi Warna itu mempengaruhi warna sosial,
status sosial seseorang?
karena
masing-masing
mewakilkan
warna
elemen-elemen
yang
disakralkan orang Toraja. Empat warna
dasarnya
orang
Toraja
kalau
di
hubungkan dengan status sosial, yah
empat warna itu mewakilkan empat
lapisan Tana’ orang Toraja. Putih yang
suci untuk orang Tana’ Bulaan, Merah
berani untuk Tana’ Bassi, Kuning
merdeka untuk Tana’ Karurung, dan
hitam kegelapan untuk Tana’ Kua-Kua.
Empat warna dan Tana’ ini dibagi
berdasarkan peran masing-masing Tana’
dalam masyarakat.
Bagaimana pendapat anda mengenai Wajar saja kalau sekarang generasi muda
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
pakai Sepu’ dimana saja dan kapan saja,
karena toh itu bukanlah benda yang
sakral. Dan sekarang siapa saja boleh
pakai Sepu’ untuk dimana saja.
Narasumber
: 02
Nama
: Amos Andaso’ Ranteallo
Umur
: 78 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Budayawan Toraja
Narasumber
Pewawancara
Lahir dan besar, menua di Ke’te’ Kesu’
Asal anda darimana?
Sejak usia berapa anda mulai memahami Sudah sejak kecil, sukaran aluk dan
mengenai adat Toraja?
sejarah sama mitos-mitos itu sudah jadi
makanan sehari-hari waktu kecil. Jadi
sudah lupa kapan mulai perhatikan kalau
sudah cukup paham dengan aturan-aturan
adat.
Apakah
keluarga
anda
masih Masih sampai sekarang.
menjalankan adat Toraja?
Bagaimana pandangan anda mengenai Yake di tiroi yatu tau totemo sia yatu aluk,
relevansi
adat
perkembangan
zaman sekarang?
Toraja
pengetahuan
dengan bisa pa di pasi bawa to. Kennanu yatu
manusia nilai moral lan aluk meskipun masai mo,
ke nakua tau ketinggalan zaman bang mo,
tapi sebenarnya tontong pa iya si cocok
sola apa lan te tau tolino totemo.
(kalau
dilihat
orang-orang
sekarang
dengan aturan-aturan adat, masih ada
banyak yang bisa di kaitkan. Dengan kata
lain, nilai moral dalam aturan adat,
meskipun sudah ketinggalan zaman, tapi
sampai sekarang masih relevan dengan
apa yang ada dunia ini.)
Bagaimana pandangan anda mengenai Sepu’ semacam perhiasan, apa temo ko
Sepu’
susi mo to tas-tas biasa bang ri na pake
tau.
(Sepu’ itu semacam perhiasan, yang
sekarang biasa digunakan seperti tas pada
umumnya yang sering dipakai orang)
Apakah fungsi dan kegunaan Sepu’ bagi Yatu Sepu’ apa di pake ri un nanna
anda?
pa’pangan
na
to
Toraya.
Tapi
sebenarnya yake ditiro bang ri lako, ko yo
fungsinna mo, tapi yake la diuraikan
minda ra bisa pake to susi to susi te,
apanna baine te apanna muane to,
sebenarnya den iya tanda-tanda susinna
to.
(Sepu’ itu berfungsi untuk menyimpan
pangan
untuk
orang
Toraja.
Tapi
sebenarnya jika dilihat sepintas memang
fungsinya untuk pangan, tapi jika juga
dapat
diuraikan
siapa
yang
bisa
menggunakan yang seperti ini seperti itu,
ini untuk perempuan ini untuk laki-laki,
sebenarnya ada tanda-tanda seperti itu di
Sepu’)
Apakah terdapat makna khusus dari Yake lako aku, yake fungsinna tek ra
Sepu’ menurut anda?
battuann khusus, tapi yake di tiroi jomai
bentuk fisik na, inang den ia arti senga’
na. den battuanna to matumba na den
disangan Sepu’ disusui, matumba na den
to
mabusa,
malotong,
mararang….
Matumba na den tu pake manik-manik na
den tu biasa bangri.
(kalau saya, dari segi fungsi tidak
memiliki pengertian khusus, tapi jika
dilihati
dari
bentuk
fisik
memang
memiliki arti tersendiri, ada pengertian
untuk mengapa ada yang disebut Sepu’
disusui, mengapa ada yang berwarna
putih, hitam dan merah, mengapa ada
yang menggunakan manik dan ada yang
biasa saja)
Menurut anda, bagaimana keberadaan
lino dolo makpio pa tau. Ya manna den to
Sepu’ dapat mempengaruhi status sosial
kain di tannun manual unpake bannang
seseorang?
pondan di dasi’ dadi sambuk sia bayu
karung (pondan), warnanya krem putih.
Sa’ si sidi’ pa tu kain tonna attu , dadi ya
to unpakei yamanna to kapala-kapala lan
Rambu solo’ sia Rambu tuka’.…”
(Pada zaman dulu, orang-orang masih
menggunakan pio. Saat itu hanya ada kain
yang ditenun secara manual menggunakan
benang pondan yang dijahit menjadi
sarung dan baju karung pondan, dan
berwarna krem putih. Karena pada saat itu
kain
hanya
sedikit,
jadi
yang
menggunakannya hanya para tetua-tetua
adat dalam upacara Rambu solo’ dan
Rambu tuka’…)
Bagaimana warna dapat mempengaruhi Ibaratnya itu seperti ini, sekalipun saya
status sosial seseorang?
ini seorang anak patalo di kampung saya,
tapi saat saya masuk dalam kampung
lain untuk mengikuti rambu solo’ atau
rambu tuka’, yah saya harus tahu diri
menempatkan status sosial saya, saya
bukan siapa-siapa dikampung itu, jadi
saat itu acara rambu solo’ saya akan
menggunakan Sepu’ hitam dan jika itu
acara
rambu
tuka’
saya
akan
menggunakan Sepu’ berwarna kuning
Bagaimana pendapat anda mengenai Karena
penggunaan Sepu’ sekarang ini?
Sepu’
itu
tidak
ada
nilai
sakralnya, dan kalau niat generasi muda
menggunakan
Sepu’
adalah
untuk
melesetarikan budaya, menurut saya itu
tidak masalah. Asalkan mereka tau kapan
dan dimana bisa menggunakan yang
seperti apa.