Absurditas Pesta Demokrasi.

~8~) Pikiran Rakyat
) R.1bu

SI!/JS.1

2
18

3
19
8Peb

4

5

6

20

21


OMar

OApr

7
22
OMei

) KJl/lis

8
23

C)

JUI/IJI

9


10
11
24
25
26
-.-.--..---..-OJun
OJuJ
0 Ags

( ) SJbru

12

27

()

Millggll

-13--14 -15-


o Sep

28

0

Okt

29

0

30

Nov

(9-31

0


Des

Absurditas
Pesta Oemokrasi
Oleh OCE CHAIRIADI

A

DA yang keliru dari eara kita

.

belajar demokrasi. Oi sekolah, kita hanya diajarkan
bahwa bentuk pemerintahan ini telah ada sejak zaman Yunani kuno.
Kita juga diajarkan, demos adalah
padanan kata Yunani dari rakyat,
dan kratos tliartikan sebagai pemerintahan. Lalu, dengan begitu sederhana, dari penggalan kata ini kita diajarkan bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Oielaborasikan menjadi istilah terkenal, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Pengejewantahannya tentu adalah pemilihan


'I,il:j ilill

iI I :, I II I !:I i 'I
umum yang melibatkan seluruh
masyarakat pemilih di Indonesia untuk memilih secara langsung waki~
wakilnya di legislatif dan juga presiden.
Namun, mereka lupa mengajarkan banyak orang di Indonesia, sesuatu yang secara kontekstual sangat penting:Siapa sebenarnya demos
itu dalam demokrasi? Siapa yang dimaksud dengan "rakyat" di sini?
Bagimasyarakat Yunani kuno, katademos mengacu pada warga negara kelas atas dan menengqh yang dianggap berpendidikan dan berkepentingan. Hal ini menjadi sangat masuk akal ketik&dihadapkan pada
kenyataan bahwa hanya mereka yang berpendidikan dan berkepentinganlah yang akan berpartisipasi dalam proses demokrasi. Warga negara kelas bawah yang tidak berpendidikan'dan tidak berkepentingan, kaum helot (budak dan tawanan perang), dan para penghutang ,tidak diperbolehkan berpartisipasi.
Satu lagi yang mungkin lupadiajarkan bahwa Aristoteles, seorang
filusuf Yunani kuno, menganggap demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang sangat tidak dianjurkan. la mengartlkan demokrasi sebagai
pemerintahan oleh banyak orang, namun hanya untuk kepentingan
orang-orang yang berada di pemerintahan tadi.
Ketika kedua.hal tersebut lupa diajarkanke banyak orang di Indonesia, terjadilah kekeliruan-kekeliruanyang eenderung elementer. Pertama, seluruh warga negara di Indonesia yang telah berusia 17 tahun
ke atas diasumsikan sangat berkepentingan dan juga eukup berpendidikan, sehingga diwajibkan untuk berpartisipasi.
Dengan absurditas istilah "pesta demokrasi", suara-suara pihak yang
merasa tidak beI'Repentingan, suara-suara pihak yang memang tidak
berkepentingan, ataupun suara-suara pihak yang sama sekali tidak
mengerti esensi dari pemilu dan demokrasi dijadikan lumbung suara

dan komoditas bagi pihak-pihak tertentu yang ingin meneieipi kekuasaan.
Kenyataan seperti ini mengindikasikan bahwa kita sebagai sebuah
bangsa yang sedang belajar untuk mengatur diri kita sendiri, lupa untuk
belajar politik seeara benar. Yang kita tahu, hanyalah berlomba;-Iomba
untuk berada di lingkaran kekuasaan atau berl6mba-lomba untuk memanfaatkan loophole perundangan bagi kepentingan pribadi.
Yang kita tahu, pemilu hanyalah sebagai ajang menyalurkan aspirasi, tanpa tahu apa itu aspirasi dan bagaimana eara menuntutnya. Kenyataan seperti ini sebenarnya eukup sebagai indikasi bahwa kita eenderung tidak sjap untuk terjun bebas sebagai negara demokfasi. * * *
Penufls, pengajar Hubungan /ntemasiona/

Kliping
--

Humes

RS/P. Unpad

Unped

2009
---