PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH GATRA “AWAS! BISA OLENG” (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No. 50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH GATRA “AWAS! BISA OLENG”
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No.
50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011)

SKRIPSI

Oleh :
MOCHAMMAD INDRIO NUGROHO
NPM. 0843010136

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH GATRA
“AWAS! BISA OLENG”

Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No. 50
Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011)
Disusun Oleh :

Mochammad Indrio Nugroho
0843010136
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skripsi.

Menyetujui,
PEMBIMBING

Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001

Mengetahui,
DEKAN

Dra.Hj.Suparwati.M.Si
NIP. 19550718 19830 2201


ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH GATRA
“AWAS! BISA OLENG”
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa
Oleng” No. 50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011)
Oleh :
MOCHAMMAD INDRIO NUGROHO
NPM. 0843010136
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 20 Apr il 2012
PEMBIMBING

Tim Penguji :
1. Ketua


Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 195808011984021001

J uwito, S.Sos,M.Si
N.P.T. 3.6704.95.0036.1
2. Sekr etar is

Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 195808011984021001
3. Anggota

Dra. Her lina Suksmawati, M,Si
NIP. 196412251993092001

Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

ABSTRAK
MOCHAMMAD INDRIO NUGROHO. PEMAKNAAN KARIKATUR
COVER MAJALAH GATRA “AWAS! Bisa Oleng”
(Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra ”Awas! Bisa Oleng”
No. 50 tahun XVII edisi 20 – 26 Oktober 2011.)
Penelitian ini didasarkan pada gambar dalam cover majalah Gatra. Pada cover
majalah tersebut terlihat perahu kayu kecil yang kelebihan muatan karena dimuati
oleh empat belas orang didalamnya menerjang ombak lautan yang cukup besar.
Gambar karikatur yang terdapat dalam cover majalah tersebut terkait dengan
reshufflle yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada kabinet
Indonesia Bersatu dengan menambahkan tiga belas wakil menteri baru.
Penambahan ini diyakini dapat memperbaiki kinerja pemerintah dan membawa
pemerintahan yang lebih baik lagi kedepannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif

dengan menggunakan pendekatan semiotik. Dalam penelitian ini menggunakan
teori dari Charles Sanders Pierce. Data dianalisis dengan menggunakan
pendekatan konsep tanda Pierce yang membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu
ikon, indeks, dan simbol serta dengan menggunakan konsep triangle meaning.
Dari hasil analisis tanda-tanda tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan
yang terdiri ikon, indeks, dan simbol dalam penelitian ini saling berhubungan atau
terkait. Adanya sebuah makna rasa optimisme dalam diri SBY untuk membawa
pemerintahan yang lebih baik lagi meskipun terdapat tantangan yang cukup besar
dan sedikit keraguan dari tiga belas wakil menteri baru.
Kata kunci : Gambar Karikatur, Semiotik, pemaknaan,
Reshufflle, Optimisme, Charles Sanders Pierce

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

Majalah Gatra,

ABSTRACT

MOCHAMMAD INDRIO NUGROHO. MEANING OF CARICATURE
GATRA MAGAZINE COVER "CAUTION! Could Wobble "
(Semiotics studies Pemaknaan Caricature Magazine Cover Gatra "Look out!
Could wobble "No. 50 years XVII 20th edition - October 26, 2011 )
The study was based on the image on the cover of Gatra. On the magazine
cover looks small wooden boat overloaded due to be loaded by fourteen people
inside crashing ocean waves big enough. Caricature drawings contained in the
magazine's cover carried reshufflle associated with President Susilo Bambang
Yudhoyono to the United Indonesia Cabinet by adding thirteen new deputy
minister. The addition is believed to improve government performance and bring
better governance in the future.
The method used in this study is a qualitative descriptive semiotic
approach. In this study using the theory of Charles Sanders Pierce. Data were
analyzed using an approach that divides the concept of Pierce signs the sign into
three categories, namely icons, indices, and symbols and meaning using triangle
concept.
From the analysis of these signs can be drawn a conclusion that is made up
of icons, indexes, and symbols in this study are related or linked. The existence of
a sense of optimism within the meaning of SBY to bring better governance in
spite of considerable challenges and little doubt of the thirteen new deputy

minister.

Key wor ds : Image caricature, Semiotics, Meaning, Gatra magazine, Reshufflle,
Optimism, Charles Sanders Pierce.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xiii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul Nabi Allah
Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bisa menyelesaikan Skripsi Penelitan
ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi Penelitian
ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan
Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan
itu akan terasa mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.
Semua proses kelancaran pada saat pembuatan Skripsi penelitian tidak lepas dari

segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah
memberikan

sumbangsihnya.

Maka penulis

″wajib″

mengucapkan

banyak

terimakasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik maupun mental yang
diberikanNya.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos,, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Drs. Kusnarto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
menyelesaikan skripsi ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada keluarga khususnya Bapak dan Ibu
yang telah mendoakan dan selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan
skripsi penelitian ini.
7. De’vanku (Vani Ayu Soraya) yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
kesabaran.
8. Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada teman-teman :
Dori, Aang, Fildzah, Neysa, Meme, Dewa, Satya, Tito, Billy, Dwi, Wijat,
Keluarga Besar KINNE KOMUNIKASI, Himakruk dan teman – teman yang
lain.
9. Terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu oleh penulis atas bantuannya yang diberikan selama menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 8 April 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL

Halaman

........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJ UAN

......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN

......................................................... iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
ABSTRAKSI

BAB I

……………………………………………………... xii

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah ……………………………. 1

1.2.

Perumusan Masalah

1.3.

Tujuan Penelitian ......................................................... 12

1.4.

Kegunaan Penelitian

............................................. 12

............................................. 13

1.4.1. Kegunaan Teoritis ............................................. 13
1.4.2. Kegunaan Praktis ............................................. 13
BAB II

KAJ IAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori

......................................................... 14

2.1.1. Majalah Sebagai Media Massa Cetak
2.1.2. Majalah

......... 14

......................................................... 16

2.1.3. Gambar Cover Majalah

................................. 17

2.1.4. Karikatur

................................. 19

2.1.5. Komunikasi Visual

................................. 20

2.1.6. Konsep Makna

.................................. 22

2.1.7. Makna Denotatif dan Konotatif ...................... 25
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

2.1.8. Pengertian Optimisme

.................................. 26

2.1.9. Posisi Berdiri

.................................. 31

2.1.10. Jari

…………………….. 32

2.1.11. Tangan Bagian Kanan ………………………… 35
2.1.12. Makna Kata Awas …………………………….. 35
2.1.13. Makna Kata Bisa …………………………….. 36
2.1.14. Makna Kata Oleng…………………………….. 36
2.1.15. Makna Warna

. …………………………… 37

2.1.16. Presiden RI

.............................................. 42

2.1.17. Busana Jas

............................................... 44

2.1.18. Dasi

.............................................. 45

2.1.19. Kemeja

............................................. 45

2.1.20. Kopiah atau Peci ............................................. 45
2.1.21. Kacamata

............................................. 46

2.1.22. Ekspresi Wajah

............................................. 49

2.1.23. Wajah Tersenyum ............................................. 50
2.1.24. Perahu

............................................. 51

2.1.25. Ombak

............................................. 51

2.1.26. Teori Semiotika

............................................. 53

2.1.27. Model Semiotika Charles Sanders Pierce ......... 55
2.2.

BAB III

Kerangka Berpikir

.............................................. 59

METODE PENELITIAN
3.1.

Metode Penelitian …………………………………….. 61

3.2.

Korpus

3.3.

Unit Analisis

………………………………..

62

.…………………………….. ……. 63

3.3.1. Ikon (ikon) ……..…………………………..….. 63
3.3.2. Indeks (index) ……………………………….... 63
3.3.3. Simbol (symbol)

……………………………... 64

3.4.

Teknik Pengumpulan Data …………………………… 65

3.5.

Teknik Analisis Data

……………………………... 65

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambar Karikatur “Awas! Bisa Oleng” pada Cover
Majalah Gatra No. 50 Tahun XVII edisi 20-26 Oktober
2011

…………………………………… 70

4.1.2. Majalah Gatra ………………………………..
4.2.

Penyajian Data
4.2.1

4.3.

71

……………………………………. 72

Ikon, Indeks dan Simbol ……………………. 73

Analisis Gambar Karikatur “Awas! Bisa Oleng” pada Cover
Majalah Gatra No. 50 Tahun XVII edisi 20-26 Oktober 2011
dalam Model Pierce

4.4.

…………………………..... 75

4.3.1. Ikon

……………………………………. 75

4.3.2. Indeks

…………………………………… 80

4.3.3. Simbol

…………………………………… 83

Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur “Awas! Bisa Oleng”
pada Cover Majalah Gatra No. 50 Tahun XVII edisi 20-26
Oktober 2011

BAB V

…………………………………… 89

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

…………………………………… 91

5.2.

Saran

…………………………………… 92

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

DAFTAR PUSTAKA

……………………………………………… 93

DAFTAR LAMPIRAN

……………………………………………… 96

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam hidup bermasyarakat, seseorang yang tidak pernah
berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakat.
Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang fundamental bagi seseorang
dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Scrhamm menyebutkan
bahwa komunkasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak
mungkin masyarakat terbentuk dan sebaliknya tanpa masyarakat maka
manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm;
1982).
Komunikasi memiliki banyak definisi atau pengertian. Hal ini
dikarenakan oleh banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan
terhadap perkembangan ilmu komunikasi, seperti psikologi, sosiologi,
antropologi, ilmu politik, linguistic, dan sebagainya. Jadi pengertian
komunikasi tidak sesederhana yang seperti kita lihat sebab para pakar
memberi definisi menurut pemahaman dan perspektif masing-masing
(Cangara; 2009).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Seperti yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell who, says
what, in which channel, to whom, with what effect. Siapa, mengatakan apa,
melalui media apa, kepeda siapa, dengan efek apa. Komunikasi hanya bisa
terjadi jika didukung oleh adanya sumber atau komunikator, pesan, media,
penerima atau komunikan dan efek. Hal – hal tersebut juga merupakan
unsur – unsur komunikasi. Secara umum komunikasi terbagi menjadi dua
yakni komunikasi verbal dan non verbal. komunikasi non verbal
merupakan bentuk komunikasi yang ada pertama kali. Komunikasi non
verbal adalah komunikasi yang menggunakan gambar, symbol, lambang
dan kode.
Manusia dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa verbal,
juga menggunakan non verbal. dari studi yang dilakukan Albert
Mahraqbian (1971) menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari suatu
pembicaraan seseorang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal, 38
persen dari vocal suara dan 55 persen dari ekspresi wajah. Ia juga
menambahkan jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan
seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal –
hal yang bersifat non verbal (Tinarbuko; 2008).
Komunikasi sendiri tidak lepas dari keberadaan media massa yang
saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena media massa mempunyai peranan menjadi penyampai
informasi mengenai suatu kejadian. Media massa pada umumnya memiliki
khalayak yang heterogen. Selain itu ciri dari media massa adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (stimultanety) pada
pihak

khalayak

dalam

menerima

pesan-pesan

yang

disebarkan

(Effendi,2003 : 24). Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak.
Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media
massa bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi
kepada kelompok khalayak, tetapi khalayak juga menggunakan media
massa dengan cara yang beragam.
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang
menandai

kehidupan

masyarakat

modern

dalam

menyampaikan

informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan
beragam yang disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi
internal diri media itu sendiri dan banyak faktor-faktor kepentingan yang
lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa
bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi
kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media massa
dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang menggunakan media
untuk mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk
mendapatkan hiburan atau mengisi waktu.
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan,
dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis
media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

(verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) sematamata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan
penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal
(Liliweri, 2001).
Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa
elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku.
Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,
internet, dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar dan buku
justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,
karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya
(Cangara, 2005:128).
Media cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan
membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah
berbentuk seperti buku yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa
disimpan dalam waktu yang lama.
Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi

antar

manusia

media

yang

paling dominan

dalam

berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga.
Pesan-pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam
pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap
suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

satu media massa memiliki fungsi utama yaitu memberikan informasi
kepada khalayak. Media cetak khususnya majalah berbentuk seperti buku,
memiliki kualitas yang baik dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup
lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat dibaca
berulang kali.
Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman
telah mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah
dalam bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa
adanya. Maka saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan
menarik. Karena dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam
majalah yang beredar saat ini saangat beaneka ragam seperti majalah anakanak, remaja, dewasa, olahraga, keluarga, politik, laki-laki dan perempuan.
Semakin banyak jumlah majalah yang beredar di masyarakat secara
otomatis akan membuat pembaca menjadi selektif dalam memilih majalah
sesuai dengan kebutuhan mereka akan informasi dan hiburan.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya
meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto,
2002:32). Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada
disekitar lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik
dalam bentuk tekstual atau visual seperti gambar kartun maupun karikatur.
Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk
menanamkan

pemahaman.

Informasi

bergambar

lebih

disukai

dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang
mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal
(Waluyanto, 2000:128).
Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual
yang diadalamnya terkandung strktur rupa seperti garis, bentuk, warna dan
komposisi. Gambar dikelompokkan dalm kategori bahasa komunikasi
nonverbal. Dalam komunikasi nonvenal banyak memanfaatkan daya
dukung gambar sebagai simbol visual pesan guna mengefektifkan
komunikasi. Upaya mendayagunakan simbol-simbol visual berangkat dari
kenyataan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang khas, bahwa
istimewa, untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal
demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal
( Tinarbuko, 2008:7 )
Gambar mempunyai peluang yang luas untuk menghadirkan
simbol visual dari perbendaharaan bentuk, warna, yang ada pada seorang
penggambar untuk meringkas, menyeleksi, dan mendistorsinya guna
mempertajam karakter ungkapan simbol untuk memperkuat visualisasi
pesan. Melalui penciptaan suatu ilustrasipada sampul buku, realitas cerita
dalam buku tersebut dapat terwakilkan. Dengan suatu proses interpretasi,
muatan makna yang terkandung di dalamnya akan dapat berkembang
secara dinamis sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam lagi
pemaknaannya. Salah satu kekhasan gambar diantara unsur-unsur visual
lainnya sebagai alat ungkap pesan secara visual menawarkan kesempatan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

luas untuk didayagunakan sebagai alat memperjelas berita, mudah
dimengerti, menarik perhatian untuk menawarkan produk, jasa maupun
gagasan

kepada

khalayak.

(http://www.fsrd.itb.ac.id/thesis-

disertai/magister-desain-angkatan-2000).
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan
pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Gambar sangat berpengaruh, karena gambar lebih
mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah
dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam
isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai
kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau
perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan.
Simbol atau tanda pada sebuah gambar mempunyai makna yang dapat
digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung
makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar

merupakan simbol yang disertai maksud

(signal). Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol
adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan
di antaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri
untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti
di ungkap maksud dan artinya.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial sering kali kita
temui didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi
cover berita utama, pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel
pilihan lainnya. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau
dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrikrubrik atau artikel – artikel yang lebih serius dengan sederet huruf yang
cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan -pesan
yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan –
pesan yang disampaikan lewat artikel dan berita, namun pesan – pesan
dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur.
Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat
kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan
melecehkan atau mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahsa
simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan
bentuk non verbal dalam karikatur diarahkan kepada pengembangan
interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang
diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam
suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan – pandangan seorang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

karikaturis, namun akan dapat berkembang secara dinamis, sehingga dapat
menjadi lebih kaya serta lebih dalam maknanya.
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari
unsur kecerdasaan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta
ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan
yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan
dikemas secara huoris, tapi terkadang juga tidak terlalu homuris. Dengan
demikian memahami karikatur juga perlu memiliki referensi – referensi
sosial agar mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh
karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang
dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang
berkembang yang dijadikan headline.
Cover atau sampul merupakan kertas tebal yang menjadi pelindung
bagi isi majalah, sampul sendiri biasanya dibuat dengan motif dan gambar
– gambar yang menarik. Definisi cover atau sampul menurut Junaedhi
adalah lembaran kertas paling luar bagian depan dan belakang pada media
cetak. Cover biasanya lebih tebal dari kertas isi, dibuat dengan bewarna –
warni dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik
perhatian pembaca. Cover dalam sebuah buku atau majalah merupakan
bagian yang tak terpisahkan. Peranan cover sangat penting, karena pada
saat akan membeli buku atau majalah yang pertama kali dilihat adalah
cover atau ilustrasi gambarnya. Jika tampilan pada cover dibuat semenarik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

mungkin, pasti akan membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah
tersebut.
Cover juga perlu didesain secara artistik dan indah agar mampu
menarik perhatian khalayak untuk membacanya. Pemilihan judul (teks)
harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat
menginformasikan isi yang terkandung didalamnya (Pudjiastuti; 1999 :
2009). Cover dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal
pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang
apa yang ada didalamnya. Melalui gambar cover seorang penulis dapat
menuangkan ide dan kreativitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya
sastra yang dihasilkan, selain itu ada misi tertentu yang ingin disampaikan
oleh seorang penulis kepada khalayak umum. Gambar secara visual pada
cover mampu mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan,
sebuah gambar bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama
dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat untuk
membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara
visual selalu mampu untuk menarik emosi pembaca dan dapat menolong
seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan dapat memutuskan suatu
problema untuk kemudian mengkhalayakkannya pada kejadian yang
sebenarnya (Kusmiati, 1999:36).
Ilustrasi gambar pada sebuah cover merupakan komunikasi visual
yang sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia dibidang
informasi visual. Dewasa ini ilustrasi gambar mengalami perkembangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

yang pesat. Hampir segala sektor kegiatan, lambang-lambang atau simbolsimbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem bentuk tanda, corporate
identity sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka
daya tarik.
Reshuffle merupakan penyusunan kembali. Reshuffle yang
dilakukan dalam kabinet Indonesia Bersatu II ini adalah langkah yang
diambil presiden SBY untuk memperbaiki jalannya pemerintahan
kedepannya. Dalam reshufflle yang dilakukan SBY saat ini, terjadi pula
penambahan tiga belas pos baru wakil menteri. Penambahan ini diyakini
dapat memperbaiki kinerja pemerintah. Meskipun banyak pihak yang
meragukan kebijakan SBY untuk menambah tiga belas wakil menteri baru.
Ketertarikan peneliti meneliti karikatur cover majalah Gatra
“Awas! Bisa Oleng No. 50 Tahun XVII edisi 20-26 Oktober 2011
dikarenakan pada gambar tersebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
beserta ketiga belas orang lainnya menaiki perahu kayu kecil yang
kelebihan muatan di tengah lautan dengan terjangan ombak yang cukup
besar. Dalam gambar karikatur cover tersebut terlihat SBY berdiri tegak
sambil tersenyum serta menunjuk kearah depan sedangkan ketiga belas
orang lainnya duduk dengan ekspresi yang biasa sambil menatap kearah
yang ditunjuk oleh SBY. Seharusnya ekspresi yang ditunjukkan bukan
ekspresi tersebut namun ekspresi ketakutan dan kekhawatiran. Karena
itulah peneliti tertarik untuk meneliti karikatur pada cover majalah Gatra
“Awas! Bisa Oleng No. 50 Tahun XVII edisi 20-26 Oktober 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik yaitu studi
tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, hubungannya dengan
tanda tanda lain, pengiriman dan penerimaaannya oleh mereka yang
menggunakannya, selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai
acuan untuk memaknai karikatur cover majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng”
edisi 50 tahun XVII, karena warna memiliki makna yang bermacammacam dan dapat menimbulkan makna tertentu pada objeknya.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders
Pierce, penulis mencoba untuk memaknai pesan, tanda, dan gambar yang
ditampilkan dalam cover majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No. 50 tahun
XVII edisi 20 – 26 Oktober 2011.
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
dirumuskan dalam penelitian adalah :
Bagaimanakah pemaknaan karikatur pada cover majalah Gatra
”Awas! Bisa Oleng” No. 50 tahun XVII edisi 20 – 26 Oktober 2011?

1.3.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan
karikatur pada cover majalah Gatra ”Awas! Bisa Oleng” No. 50 tahun
XVII edisi 20 – 26 Oktober 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.4.

Kegunaan Penelitian
1.

Kegunaan Teoritis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
komunikasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau
sebagai bahan referensi yang berguna bagi suatu kegiatan
penelitian yang berhubungan dengan ilmu komunikasi khususnya
pada studi semiotika.

2.

Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pihak pembuat desain cover agar semakin kreatif dalam
menggambarkan cover majalah dan memberikan masukan kepada
para pembaca mengenai makna dari cover majalah Gatra ”Awas!
Bisa Oleng” No. 50 tahun XVII edisi 20 – 26 Oktober 2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teor i

2.1.1

Majalah Sebagai Media Massa Cetak
Majalah merupakan salah satu bentuk dari media massa cetak.
Media massa merupakan salah satu unsur dalam komunikasi massa.
Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media
yang ditujukan kepada masyarakat yang abstrak, yaitu sejumlah orang
yang tidak nampak oleh penyampai pesan (Effendy, 2002).
Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar frekuensi
penerbitan dan khalayak pembaca. Sedangkan frekuensi penerbitan di
Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali sebulan, tiga
kali sebulan dan bahkan ada yan terbit triwulanan.
Majalah yang berkembang di pasaran sekarang ini dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu (Vivian, 2005) :

14

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1.

News Magazine
Adalah majalah yang menampilkan rangkuman
lengkap dan lebih mendalam daripada pemberitaan yang
tertulis di Koran. Berita yang dimuat biasanya seputar duni
bisnis

dan

ekonomi,

politik,

berita

nasional

dan

internasional.
2.

Wommen’s Magazine
Adalah majalah yang banyak memberikan informasi
mengenai dunia perempuan, seperti berkebun, fashion,
menata rumah, keluarga, tips mengenai dunia wanita
memasak, dll. Desain dan layout yang digunakan pun
disesuaikan dengan pembacanya yang cenderung kalem dan
bewarna warni.

3.

Men’s Magazine
Adalah majalah yang banyak memberikan informasi
mengenai pria seperti olahraga extreme, perempuan seksi,
klub malam, membentuk tubuh, tips kencan, dll.

Majalah Gatra termasuk kategori News Magazine karena banyak
memberikan informasi berita politik dan berita nasional khususnya bagi
para pengamat politik dan pembisnis di Indonesia yang membutuhkan
majalah politik dan bisnis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata,
gambar atau foto dalam warna dan halaman putih. Majalah yang
merupakan salah satu jenis media cetak, memberikan kesempatan yang
lebih luas untuk menguraikan keistimewaan dan manfaat produk kepada
audiens (Prasetijo, 2005).
Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya
sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi dan
budaya. Dari media itu kita bisa mengetahuitemntang apa yang wajar atau
disetujui, apa yang salah dan yang benar, apa yang semestinya diharapkan
sebagai individu, kelompok atau bangsa lain. Majlah memeang dianggap
sebagai media massa, meskipun demikian masih tercatat ada ratusan
majalah khusus (special interst magazine), yang masing-masing ditujukan
untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya hidup khusus (Shimp,
2003).
2.1.2. Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majalah adalah terbitan
berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang
patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, najalah
tengah bulan, majalah mingguan dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya berupa ilustrasi foto,
gambar atau lukisan tetapi tetap dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah daripada surat kabar.
Majalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu
diperhatikan keheterogenan pembaca yang berita bacaannya ditujukan
untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhi (1991;54), dilihat dari isinya majalaha dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a.

Majalah Umum
Majalah

yang

memuat

karangan-karangan,

pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambargambar, olahraga, film dan seni
b.

Majalah Khusus
Majalah yang memuat karangan-karangan mengenai
bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan
ekonomi.

2.1.3. Gambar Cover Majalah
Salah satu cirri khas dari sebuah majalah adalah terlihat dari desain
cover yang dimilikinya. Cover dari majalah biasanya berisi foto atau
gambar lainnya yang dilengkapi oleh teaser headline tentang berita yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

aka nada dalam publikasi atau artikel yang terdapat dalam majalah
tersebut. Sering kali berita cover atau yang disebut cover story diletakkan
di halaman tengah atau beberapa halaman liputan khusus yang tidak
berada di halaman awal. Informasi mengenai berita atau artikel yang
dipajang di cover haruslah menarik bagi banyak pembaca.
Dalam penataan sebuah cover majalah, seorang desainer yang
berhak untuk menata banyak ruangan kosong yang terdapat dalam cover
secara

lebih kreatif sehingga

Nampak

lebih menarik. Desainer

menggunakan foto atau karya seni dengan satu headline atau kombinasi
lainnya. Selain itu desainer harus memastikan bahwa semua unsur yang
ada dalam cover sebuah majalah haruslah bagus dan menarik, karena
cover member kesan pertama bagi para pembaca.
Foto dan gambar lain yang berada dalam cover haruslah sangat
menarik bagi para pembaca dengan tidak mengandung kelemahan dalam
hal ketajaman dan kontrasnya (Rolnicki, 2008;300-302).
Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual
yang diadalamnya terkandung strktur rupa seperti garis, bentuk, warna dan
komposisi. Gambar dikelompokkan dalm kategori bahasa komunikasi
nonverbal karena berbeda dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan
atau ucapan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan
guna mengefektifkan komunikasi ( Tinarbuko, 2008:7 ). Maka gambar
pada cover majalah sangat berperan penting dalam mengefektifkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

komunikasi, karena gambar merupakan sebuah proses komunikasi dimana
terdapat informasi atau pesan yang sengaja digunakan oleh komunikator
untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan bahasa
non verbal.
2.1.4. Karikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.
Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara
melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang
tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari
sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang
yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2006 : 140).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambargambar lucu dan menarik (Sobur, 2006 : 40).
Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya
akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi
yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

yang disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan
terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan
suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.
Karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang
sehat dan juga suatu keahlian seorang karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik-topik isu yang tepat dan masih hangat.
2.1.5

Komunikasi Visual
Sejak awal sejarah terjadinya manusia di alam raya ini, komunikasi
antar manusia adalah bagian penting dalam komunikasi. Komunikasi
visual atau non verbal yang dalam bentuk kehadirannya seringkali perlu
ditunjang dengan suara, pada hakikatnya dalam suatu bahasa, lembaga
atau kelompok masyarakat tertentu kepada yang lain ( Pirous dalam
Tinarbuko, 2003:31-32).
Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual
yang di dalamnya terkandung struktur rupa, seperti: garis, warna dan
komposisi.

Keberadaanya

dikelompokkan

dalam

kategori

bahasa

komunikasi non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang
berwujud tulisan maupun ucapan.
Dalam rancangan grafis yang kemudian berkembang menjadi
desain komunikasi visual banyak manfaatnya daya dukung gambar sebagai
lambang

visual

pesan

guna

mengefektifkan

komunikasi.

Upaya

pendayagunaan lambang – lambang visual berangkat dari premis (dasar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

pemikiran) bahwa bahasa visual memiliki kaarakteristik yang bersifat khas
bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada
pengamatnya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan
dengan bahasa verbal.
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi
beberapa bagian, antara lain :
1.

Isyarat Tangan
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan”
termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang
punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun
isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi
berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya
sama.

2.

Postur Tubuh
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh
memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan
karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang
dilakukan William misalnya menunjukan hubungan antara
bentuk tubuh dan tempramen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

3.

Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna
ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal,
melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

Maka dalam berkomunikasi diperlukan sejumlah pengetahuan yang
memadai seputar siapa publik yang dituju dan bagaimana cara sebaik –
baiknya berkomunikasi dengan mereka. Semakin baik dan lengkap
pemahaman kita terhaddap hal – hal tersebut maka akan semakin mudah
untuk menciptakan bahasa yang komunikatif (Hadi dalam Tinarbuko,
2003:32-33).
2.1.6. Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan
kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,
(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita
gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari katakata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan
eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan
tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah
kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara
berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).
2.1.7. Makna Denotatif dan Konotatif
Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup
makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna
denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatif suatu kata adalah makna yang biasa kita temukan
dalam kamus. Sedangkan konotasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin
connotare, “menjadi tanda”, dan mengarah kepada makna-makna kultural
yang terpisah / berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari
komunikasi).
Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat
pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting
di dalam ujaran (Lyons, dalam Petada, 2001:98). Menurut Berger, makna
denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam
sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

petanda (2000:55). Harimurti Kridalaksana (2001:40) mendefinisikan
denotasi sebagai “makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan
atas konvensi tertentu; sifatnya obyektif”. Sedangkan konotasi diartikan
sebagai “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara
(penulis) dan pendengar (pembaca) (2001:117) (Sobur, 2006:263).
2.1.8. Penger tian Optimisme
Sikap optimis disebut dengan optimisme. Optimisme adalah
kepercayaan bahwa kejadian di masa depan akan memiliki hasil yang
positif (Scheier dkk., 2000). Terdapat dua pandangan utama mengenai
optimisme, “the explanatory style”dan “the dispositional optimism view,”
yang juga disebut sebagai “the direct belief view” (Caver, 2002):
1.

Explanatory Style
Explanatory Style merupakan pandangan yang melihat
bahwa

dalam

ditentukan

menentukan

berdasarkan

kepercayaan

pengalaman

seseorang,

masa

lampau.

Pandangan ini didasarkan pada p

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur “Mafia Di Balik Nunun” Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011).

0 2 110

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika pemaknaan karikatur "Mafia Di Balik Nunun" Pada Cover Majalah Tempo edisi 19-25 Desember 2011).

0 0 110

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “Kesaksian Menjerat Miranda” Edisi 30 Januari-5 Februari 2012).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH GATRA “AWAS! BISA OLENG” (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No.50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011).

0 0 106

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011).

0 1 112

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Tempo “INDONESIA 2012 BERSELANCAR DI ANTARA KRISIS” Edisi 12-18 Desember 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH GATRA “AWAS! BISA OLENG” (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No.50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011)

0 0 24

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH GATRA “AWAS! BISA OLENG” (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Cover Majalah Gatra “Awas! Bisa Oleng” No. 50 Tahun XVII Edisi 20-26 Oktober 2011)

0 0 24