PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN Perilaku Coping Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome.
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN
SYNDROME
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
MELATI INDAH PRATIWI
F.100 070 191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN
SYNDROME
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
MELATI INDAH PRATIWI
F.100 070 191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN
SYNDROME
ABSTRAK
Melati Indah Pratiwi
Juliani Prasetyaningrum
Memelmel28@gmail.com
Semua orangtua tentunya mendambakan seorang anak yang sehat dan
cerdas. Mereka dapat tumbuh dengan tinggi dan berat badan yang sesuai dengan
usianya. Begitupula dengan kecerdasan, banyak orangtua dengan berbagai cara
dan usaha berupaya merangsang kecerdasan anaknya demikian luar biasa, tapi
bagaimana bila Tuhan berkehendak lain, harapan orang tua untuk mendapatkan
anak yang pintar, sehat, dan aktif ternyata bertolak belakang dengan kenyataan
yang ada. Kenyataannya anak yang lahir yaitu anak dengan kelainan Down
Syndrome.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami serta mendiskripsikan perilaku coping pada ibu yang
memiliki anak Down Syndrome. Informan utama dalam penelitian ini berjumlah 3
orang ditambah dengan informan pendukung sebanyak 3 orang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena sesuai dengan tujuan
penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode wawancara sebagai metode utama dan observasi
serta dokumentasi sebagai metode pelengkap. Dari penelitian yang telah
dilakukan ini, didapatkan fakta mengenai perilaku coping yang digunakan si ibu
ketika awal mengetahui anaknya Down Syndrome berbeda-beda, dan perilaku
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi informan masingmasing. Faktor tersebut diantaranya dukungan sosial baik dari keluarga, suami,
anak, teman, maupun lingkungan yang mendukung. Namun dukungan sosial ini
tak hanya dapat menyebabkan individu mengambil koping yang adaptif, tetapi
juga koping yang maladaptif. Tetapi informan yang mengambil koping
maladaptifpun bisa berubah menjadi adaptif apabila ada dukungan sosial yang
baik dari lingkungan sekitar. Selain itu adanya keinginan atau harapan untuk
mengoptimalkan potensi anak dapat mendorong semangat dan memotivasi
informan untuk melakukan koping yang positif.
Kata kunci : perilaku koping, ibu, down syndrome.
1
2
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK
DOWN SYNDROME
PENDAHULUAN
Mongol, tetapi sekarang istilah itu
Sindrom Down atau dalam
bahasa Inggrisnya Down Syndrome
dapat
dikenal
dengan
melihat
manifestasi klinis yang cukup khas.
Kelainan
yang
berdampak
pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental ini pertama kali dikenal
pada tahun 1866 oleh Dr.John
Longdon Down, tetapi sebelumnya
Esquirol pada tahun 1838 dan Seguin
pada tahun 1846 talah melaporkan
seorang
anak
yang
mampunyai
tanda-tanda mirip dengan Down
Syndrome.
Sumbangan
John
Langdon Down yang terbesar adalah
kemampuan
untuk
mengenali
karakteristik fisik yang spesifik dan
diskripsinya
yang
jelas
tantang
keadaan ini, yang secara keseluruhan
berbeda dengan anak yang normal
dengan
syndrome memiliki
wajah
Down
berciri
“mongoloid”, dikatakan mongoloid
karena
ciri-cirinya
menyerupai
menyinggung perasaan suatu bangsa
(Soetjiningsih, 1995).
Keberadaan
anak
Down
Syndrome membawa stres tersendiri
bagi kehidupan keluarga, termaksud
didalamnya
trauma
psikologik,
masalah dalam pengasuhan anak,
beban finansial, dan isolasi sosial
(Soraya, 2009).
Keadaan ini membuat ibu
menjadi tertekan karena kenyataan
yang tidak meraka inginkan. Kondisi
ini dalam Psikologi disebut dengan
stress. Stress adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun
psikologis
(Chaplin,
2004).
Permasalahan-permasalahan
dihadapi
tersebut
yang
memerlukan
pemecahan sebagai upaya untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi
(Soetjiningsih, 1995).
Anak
sudah tidak digunakan lagi karena
yang
orang-orang
khas
bangsa
terhadap masalah dan tekanan yang
menimpa mereka. Konsep untuk
memecahkan masalah ini disebut
dengan coping (Wardani, 2009).
3
Keadaan
menimpa
diri
tertekan
yang
mengetahui
individu
akan
Syndrome dan dampaknya sekarang
memunculkan perilaku coping pada
anaknya
Down
pada anak dan si ibu sendiri.
yang bersangkutan sebagai upaya
untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapinya (Pearlin & Schooler,
LANDASAN TEORI
Pengertian perilaku coping
dalam Jamaluddin, 2007). Coping
terhadap
satu
persoalan
akan
Menurut
Bramantyo,
Morgan
(dalam
2002)
perilaku
menghasilkan respon yang berbeda
merupakan segala sesuatu yang dapat
tiap individu. Menurut
Parker
dilakukan individu dan yang dapat
(dalam Jamaluddin, 2007) ada tiga
diobservasi baik secara langsung
faktor
dapat
maupun tidak langsung. Perilaku
dalam
tersebut dapt diukur dengan melihat
utama
mempengaruhi
yang
seseorang
melakukan coping yaitu karakteristik
apa
situasional, faktor lingkungan dan
individu dan mendengarkan apa yang
faktor
perbedaan
di katakan nya, sehingga dapat di
individu yang berupa kelamin, usia,
buat suatu kesimpulan mengenai
tingkat
perasaan,
personal
atau
pendidikan,
status
sosial
yang
dilakukan
sikap,
seseorang
pemikiran
dan
ekonomi, persepsi terhadap stimulus
proses mentalyang melatar belakangi
yang
dan yang sedang terjadi.
dihadapi
dan
tingkat
Coping berasal dari kata “to
perkembangan kognitif individu.
Penelitian ini dilakukan untuk
cope”
yang
berarti
mengatasi
mengetahui perilaku coping pada ibu
kesukaran
yang memiliki anak down syndrome.
membebaskan diri dari rasa tidak
Tujuan dari penelitian ini
enak karena stress (Daniel, 2006).
adalah
untuk
memahami
serta
mengetahui
atau
usaha
untuk
dan
Menurut Hapsari dkk (2002) Coping
mendiskripsikan
merupakan reaksi terhadap tekanan
perilaku coping pada ibu yang
yang
memiliki anak Down Syndrome,
mengurangi
dilihat dari bentuk perilaku coping
kondisi yang penuh tekanan
yang digunakan si ibu ketika awal
berfungsi
dan
memecahkan,
menggantikan
4
Menurut
Lazarus
(dalam
keterampilan-keterampilan yang baru
Safaria, 2009) Coping merupakan
untuk digunakan mengubah situasi,
strategi untuk memanajemen tingkah
keadaan, atau pokok permasalahan.
laku kepada pemecahan masalah
Individu
yang paling sederhana dan realistis,
menggunakan strategi ini apabila
serta berfungsi untuk membebaskan
dirinya yakin akan dapat mengubah
diri dari masalah yang nyata maupun
situasi (Smet, 1994)
tidak nyata dan coping merupakan
akan
cenderung
Billings dan Moos (Safaria,
semua usaha secara kognitif dan
2009)
perilaku
mengatasi,
coping menjadi dua macam, yaitu
mengurangi, dan tahan terhadap
pertama sebagai metode coping aktif
tuntutan-tuntutan (distress demands).
atau menghindar (avoidant). Kedua,
untuk
mengkatagorikan
perilaku
coping dilihat sebagai respon fokus,
yaitu
Fungsi dan jenis coping
Menurut
Richard
Lazarus,
dkk (Safaria, 2009) coping memiliki
pada
masalah
(problem oriented) dan orientasi
pada emosi (emotional oriented).
2 fungsi umum, yaitu:
a)
orientasi
Matheny, dkk. (Safaria, 2009)
mengemukakan dua model coping
Emotional-focused
coping (EFC) , adalah suatu masalah
yang diperolehnya melalui metode
suatu usaha untuk mengontrol respon
meta-analisis dari berbagai literatur,
emosional terhadap situasi
yaitu pertama coping kombatif dan
yang
sangat menekan. Emotional-focused
kedua
coping cenderung dilakukan apabila
kombatif merupakan escape learning
individu tidak mampu atau merasa
(penyelesaian)
tidak mampu mengubah kondisi yang
bertempur
stressful, yang dilakukan individu
memecahkan
adalah mengatur emosinya.
sedangkan coping preventif adalah
b)
(PFC),
Problem-focused coping
adalah
mengurangi
mempelajari
usaha
stressor
cara-cara
untuk
dengan
atau
coping
avoidant
merupakan
preventif.
dengan
untuk
Coping
langsung
mengatasi
dan
persoalannya,
learning
(penghindaran)
usaha-usaha
untuk
mencegah terjadinya distres sehingga
5
individu lebih tahan terhadap tekanan
1)
tersebut.
tindakan
Keaktifan diri, yaitu suatu
untuk
mencoba
Berdasarkan uraian di atas
menghilangkan
dapat
bahwa
penyebab stress atau memperbaiki
fungsi dan jenis perilaku coping yang
akibatnya dengan cara bertindak
pertama,
langsung.
maka
disimpulkan
coping
dilihat
sebagai
respon fokus yang merupakan escape
(penyelesaian)
2)
atau
mengelabui
Perencanaan,
yaitu
dengan
memikirkan tentang langkah apa
langsung bertempur untuk mengatasi
yang perlu diambil untuk menangani
dan memecahkan persoalan, yaitu
suatu masalah.
berupa coping yang berfokus pada
3)
masalah, yang mencakup tindakan
membatasi
secara langsung untuk mengatasi
aktivitas kompetisi atau persaingan
masalah atau mencari informasi yang
dan tidak bertindak buru-buru.
relaven dengan solusi. Kedua coping
4)
berfokus pada emosi, yaitu merujuk
yaitu mencari nasehat, pertolongan
pada
untuk
informasi, dukungan sosial, simpati
reaksi
atau pengertian.
learning
berbagai
mengurangi
upaya
berbagai
Kontrol diri, yaitu individu
keterlibatannya
Mencari
dukungan
emosional negatif terhadap stres.
5)
Ketiga coping aktif atau avoidant
terhadap suatu masalah.
Mengingkari,
dalam
social,
pengingkaran
(penghindaran)
yang
merupakan
usaha-usaha
untuk
situasi yang penuh dengan stress dan
mencegah
terjadinya
distress
keadaan ini memaksa individu untuk
tahan
mengatasi masalah-masalah tersebut.
learning
sehingga
individu
lebih
terhadap tekanan tersebut.
6)
7)
Penerimaan,
Religiusitas,
yaitu
yaitu
suatu
sikap
individu untuk memenangkan dan
Aspek-aspek perilaku coping
Aspek
coping
menurut
Carver, dkk (dalam Hapsari,2002)
antara lain sebagai berikut:
menyesuaikan masalah-masalah yang
dihadapi secara keagamaan.
Aspek-aspek strategi coping
menurut Folkman, dkk (1986):
6
1)
Confrontive
coping,
individu dalam mengatasi masalah
mengubah situasi secara agresif dan
yang
adanya keberanianmengambil risiko.
mengoptimalkan
2)
mengeluarkan
(keaktifan diri, perencanaan, kontrol
upaya kognitif untuk melepaskan diri
diri, penerimaan, confrontive coping,
dari masalah atau membuat harapan
distancing, escape avoidance, self
positif.
control dan accepting responsibility,
3)
Distancing,
Self control, mencoba untuk
dialami
planful
dengan
potensi
diri
solving),
problem
mengatur perasaan diri sendiri atau
mengoptimalkan peran lingkungan
tindakan dalam hubungannya untuk
(mencari
menyelesaikan masalah.
seeking social support), serta usaha
4)
Seeking
mencoba
social
untuk
informasi
atau
support,
memperoleh
dukungan
bersifat
sosial
religius
dan
(positive
reappraisal).
secara
emosional.
5)
yang
dukungan
Down Syndrome
Accepting
responsibility,
Pengertian down syndrome
menerima untuk menjalani masalah
Down Syndrome adalah suatu
yang dihadapi sementara mencoba
keadaan fisik yang disebabkan oleh
untuk memikirkan jalan keluarnya.
mutasi gen ketika anak masih berada
6)
solving,
dalam kandungan. Ahli pertama yang
memikirkan suatu rencana tindakan
mengidentifikasi gangguan ini adalah
untuk mengubah dan memecahkan
John Langdon Down. Berdasarkan
situasi.
hasil penelitian, terjadi mutasi gen
7)
Planful
problem
reappraisal,
pada kromosom 21, dimana terdapat
mencoba untuk membuat suatu arti
tambahan bagian pada kromosom
positif dari situasi dalam masa
tersebut (Rini Hildayani dkk, 2004).
Positive
perkembangan kepribadian, kadangkadang dengan sifat yang religius.
Dapat
diambil
kesimpulan
Anak
syndrome
dengan
Down
adalah individu yang
dapat dikenali dari fenotipnya dan
bahwa aspek-aspek strategi coping
mempunyai
adalah
terbatas, yang terjadi akibat adanya
usaha
yang
dilakukan
kecerdasan
yang
7
jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Demikian pula dengan kemampuan
Diperkirakan bahwa materi genetik
intelektual anak, yaitu dari anak
yang berlebihan tersebut terletak
retaldasi
pada bagian lengan bawah dari
intelegensinya
kromosom
halnya perilaku dan emosinya yang
dengan
21
dan
fungsi
interaksinya
sampai
normal.
yang
Seperti
lainnya
juga bervariasi sangat luas. Seorang
perubahan
anak dengan Down Syndrome dapat
homeostasis yang memungkinkan
lemah dan tidak aktif, sedangkan
terjadinya
yang lainnya agresif dan hiperaktif
menghasilkan
gen
mental
suatu
penyimpangan
perkembangan fisik dan susunan
saraf
pusat.
merupakan
autosomal
Down
Syndrome
kelainan
kromosom
yang
paling
(Soetjiningsih, 1995).
METODE
banyak
Penelitian ini menggunakan
terjadi pada manusia (Soetjiningsih,
metode
1995).
dengan tujuan penelitian ini, yaitu
kualitatif
karena
sesuai
untuk mengatahui perilaku coping
Tumbuh
kembang
anak
down
pada ibu yang memiliki anak Down
Syndrome.
syndrome
Keanekaragaman
faktor
penulis
Dalam
penelitian
menggunakan
ini
metode
biologis, fungsi dan prestasi yang
penelitian
terdapat pada manusia yang normal,
penelitian ini diambil di yayasan
juga terdapat pada anak dengan
pendidikan anak cacat (YPAC).
Down Syndrome. Sehingga pada
anak
dengan
kelainan
ini
juga
deskriptif.
Kriteria
Informan
informan
penelitian
ini
terdapat variasi yang luas pada
memiliki
anak
semua aspek kehidupannya. Pola
yang sedang melakukan terapi di
perkembangan
dapat
YPAC. Jumlah anak informan yang
berkisar dari anak yang sangat
dibutuhkan untuk penelitian adalah 3
pendek sampai yang tinggi di atas
anak dengan ciri-ciri informan utama
rata-rata. Dari anak yang beratnya
dalam penelitian ini adalah sebagai
kurang
berikut : (1) seorang perempuan,
sampai
fisiknya
yang
obesitas.
adalah
Down
ibu
dalam
yang
Syndrome
8
(2) berusia 30-45 tahun, (3) menikah
melanjutkan
(bersuami),
(4)
memuaskan dengan orang lain.
kandung
penyandang
memiliki
anak
hubungan
yang
Down
Syndrome berusia 4-7 tahun..
Pengelolahan dan analisis data
Dalam penelitian ini, ibu
Penelitian ini menggunakan
yang memiliki anak Down Syndrome
audit
tersebut diminta untuk menjelaskan
reliabilitas, Cara-cara pelaksanaan
perilaku coping ketika mengatasi
audit trail dalam penelitian ini yaitu :
permasalahan
tersebut.
(1) Peneliti melakukan wawancara
Perilaku coping dalam penelitian ini
dengan subjek penelitian, (2) Hasil
diungkap melalui wawancara dengan
wawancara
berdasarkan
tulisan, (3) Mengelompokkan hasil
anaknya
pada
aspek-aspek
untuk
trail
mencapai
ditranskip
kebentuk
perilaku coping dan didukung oleh
perolehan
aspek-aspek yang dapat diobservasi
perumusan masalah,
seperti aspek fisik, psikologis dan
melakukan konsultasi dengan dosen
lingkungan.
pembimbing, (5) Melakukan revisi
Yang ingin digali peneliti
data
sesuai
dengan
(4) Peneliti
sesuai arahan dosen pembimbing.
dalam penelitian ini yaitu Perilaku
Langkah-langkah
analisis
coping pada ibu yang memiliki anak
data yang dilakukan oleh peneliti
Down Syndrom segala usaha dalam
dalam penelitian ini adalah sebagai
bentuk tingkah laku, sehat maupun
berikut:
tidak sehat, positif maupun negatif,
wawancara
usaha kesadaran atau ketidaksadaran
observasI, (2) Mencari kategori,
yang
Pengkatagorian permasalahan dalam
dilakukan
ibu
ketika
mengetahui mempunyai anak Down
Syndrom
dengan
mempertahankan
tujuan
untuk
keseimbangan
(1)
Membuat
dan
penelitian
transkip
laporan
ini,
hasil
yaitu:
mengelompokkan bentuk perilaku
coping
yang
dilakukan
ibu
emosi, mempertahankan self image
berdasarkan aspek emosi ibu dan
yang positif, mengurangi tekanan
aspek pada pokok permasalahan, (3)
lingkungan atau menyesuaikan diri
Mendeskripsikan kategori, Kategori
terhadap kajian negatif, dan tetap
menggambarkan dan menjelaskan
9
tentang
perilaku
yang
yang muncul karena pada dasarnya
diterapkan ibu yang memiliki anak
seorang ibu ingin anak nya normal
Down Syndrome, (4) Pembahasan
serta tumbuh dalam keadaan normal
hasil penelitian, Deskripsi katagori
dan
yang sudah
menerima
coping
diperoleh
kemudian
butuh
waktu
untuk
keadaan
bisa
dan
dibahas dengan mengkaitkan teori-
menyesuaikan keadaan yang ada
teori mengenai perilaku coping pada
serta
ibu yang memiliki anak
kedepannya.
Down
mencari
solusi
Menurut
Syndrome.
untuk
Soetjiningsih
(1995), Penjelasan pertama mengenai
anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan
anak
Down
down
syndrome
sangat
menentukan adaptasi dan sikap orang
Syndrome membawa stres tersendiri
tua
bagi kehidupan keluarga, karena
menyadari
setiap
memberi penjelasan yang pertama
ibu
pasti
mendambakan
selanjutnya,
Dokter
harus
pada
waktu
bahwa
seorang anak yang dilahirkannya
kali,
dengan keadaan sempurna.
bervariasi, seperti merasa kecewa
reaksi
orang
tua
sangat
Tiap-tiap ibu juga memiliki
dan sedih, tidak mau menerima, serta
reaksi emosionalnya masing-masing
menolak. Kondisi ini disebabkan
ketika anak mereka divonis Down
karena orang tua dengan anak down
Syndrome. Emosi mereka menjadi
syndrome pada awal mula masih
tidak lagi stabil setelah menerima
sangat dikuasai oleh emomsi-emosi
vonis tersebut diantaranya ada yang
negative dan masih menciptakan
kaget, tidak percaya, takut, pasrah,
mekanisme pertahanan diri terhadap
menangis,
tekanan yang dirasakan.
mengetahui
menderita
malu
akan
marah
pada
bahwa
Down
saat
anaknya
Syndrome
dan
kepada lingkungan sekitar
keadaan anaknya,
Teori
yang
dikemukakan
diatas, serupa dengan data yang
ditemukan
oleh
peneliti
dalam
bingung
penelitian
keadaan
penelitian ini menunjukan gejala-
anaknya tersebut. Masalah –masalah
gejala dimana awal mula munculnya
bagaimana
menjelaskan
ini.
Informan-informan
10
masalah
pertama
kali
ketika
informan mengetahui bahwa anak
diungkapkan oleh Folkman, dkk
(1986).
informan adalah anak dengan down
syndrome.
Menurut Lazarus dan Launier
(dalam Ranny, 2008), koping terdiri
Selain itu, pegetahuan tentang
dari usaha, baik tindakan maupun
down syndrome juga tidak dipahami
intrapsikis
oleh
semua
berdampak
untuk
mengelola
orang,
sehingga
lingkungan dan tuntutan internal
pada
perilaku
serta konflik di antara individu yang
penanganan ibu kepada anaknya
mengalami
nanti.
tersebut
lingkungan sosialnya. Dengan kata
dapat
lain, respon dari koping adalah apa
menghindari tekanan, sehingga mau
yang dipikirkan dan yang dilakukan
tidak mau individu ibu harus mencari
ketika
pemecahan sebagai upaya untuk
tekanan.
Masalah-masalah
membuat
individu
tidak
tekanan
seseorang
dengan
menghadapi
beradaptasi terhadap masalah atau
Dari data yang ditemukan
tekanan yang muncul baik di sadari
peneliti, konsep perilaku coping yang
maupun tidak disadari.
awal mula dilakukan oleh informan
Perilaku-perilaku
yang
dalam penelitian ini ada yang berupa
ditampakkan oleh orang tua dengan
koping
anak
Informan
yang
cenderung
penelitian ini, dalam sudut pandang
menunjukan
perilaku
maladaptif
psikologi diartikan sebagai konsep
adalah informan nomor satu dengan
perilaku coping. Perilaku coping ini
inisial W. hal tersebut disebabkan
dapat
upaya
karena informan W merasa bahwa
seseorang baik yang segi kognitif
anak yang dilahirkan oleh informan
dan
tidak
down
diartikan
perilaku
dalam
syndrome
sebagai
untuk
mengelolah
adaptif
sesuai
dan
dengan
maladaptif.
harapan
(mengurangi, meminimalkan, atau
informan.
menolerir) tuntutan baik eksternal
cenderung untuk tidak mau memberi
maupun
pengobatan pada anak. Informan
individu
internal
yang
tersebut.
diterima
Hal
ini
Sehingga
informan
juga membiarkan anak informan
tidak diberi penanganan yang tepat.
11
Selain menjadi anak dengan down
bersabar, menerima semua masukan
syndrome, anak informan W juga
tentang down syndrome dan tidak
disertai penyakit jantung bawaan,
patah semangat dalam memberikan
sehingga informan merasa anaknya
terap,
tidak akan berguna dikemudian hari,
perasaannya terhadap orang terdekat
yang pada akhirnya menyebabkan
seperti pada suami, saudara, anak,
informan melakukan penolakan atas
atau
kehadiran anak informan. Meskipun
melakukan interaksi sosial dengan
demikian, masa koping maladaptif
lingkungan
yang dilakukan oleh informan
memunculkan
W
serta
mengkomunikasikan
teman-teman
dekatnya,
sekitar
yang
dukungan
sosial,
hanya terjadi pada kurun waktu yang
menerima masukan yang diberikan
singkat, selama kurang lebih 1
oleh
Minggu. Kondisi tersebut berubah
menghiraukan
dikarenakan
masyarakat yang negatif dan lebih
informan
telah
mendapatkan dukungan yang besar
pihak,
informan-
sekitar,
tidak
opini-opini
fokus kepada anaknya.
Data temuan tersebut sejalan
dari pihak keluarga, utamanya suami.
Dilain
orang
dengan
pendapat
dari
Folkman
informan yang melakukan perilaku
(1986) bahwa apabila individu dalam
adaptif adalah informan dua dengan
kondisi tertekan, individu tersebut
inisial S dan informan tiga dengan
akan merespon dengan dua cara yaitu
inisial UK. Pada informan dua
adaptif
perilaku adaptif ditunjukan melalui
maladaptif
optimis dalam mencari tahu semua
Menurut
informasi mengenai down syndrome,
koping yang positif tergantung pada
selain itu informan telah memberikan
apakah individu tersebut memiliki
terapi sejak dini pada anak informan
berbagai
ketika mengetahui anak informan
keterkaitan pilihan tersebut dengan
down
syndrome.
Sama
halnya
situasi
(adaptive
coping)
(maladaptive
Schafer
pilihan
yang
ada
dan
coping).
(1998),
yang ada
dengan
hasil
dan
tepat.
dengan informan ketiga UK, perilaku
Schafer menjelaskan bahwa koping
adaptif
cara
adaptif (adaptive coping) membantu
menerima kondisi anak informan,
individu menangani peritiwa stress
ditunjukan
dengan
12
secara efektif dan meminimalkan
mempengaruhi
perasaan tertekannya. memberikan
masing.
kontribusi
untuk
informan
masing-
kesejahteraan
Fakta penelitian menyebutkan
kesehatan yang baik, produktivitas,
bahwa faktor yang dapat membuat
kepuasan hidup dan pertumbuhan
informan menjadi sangat adaptif
diri.
dalam perilaku koping, dikarenakan
Perilaku
koping
yang
ditampilkan oleh para informan akan
memberikan efek pada kondisi anakanak para informan. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan Schafer
(1998) dimana koping maladaptif
(maladaptive
coping)
dapat
mengakibatkan
penderitaan
yang
seharusnya
tidak
perlu
dialami.
Tetapi setiap individu mempunyai
pilihan masing-masing hanya saja
dapat disarankan alangkah baiknya
kita memadang sesuatu dari sisi
positifnya
sehingga
kita
dapat
memecahkan masalah yang dihadapi
dengan
baik
dan
meminimalisir
masalah baru yang akan timbul.
Hasil penelitian yang telah
adanya dukungan sosial baik dari
pihak keluarga, seperti suami, anak,
dan orang diluar lingkungan intim,
yaitu teman dan lingkungan tempat
tinggal yang mendukung. Sehingga,
dukungan sosial ini tak hanya dapat
menyebabkan individu mengambil
koping yang adaptif semakin lebih
kuat, namun juga koping juga dapat
merubah informan yang mengambil
koping maladaptif menjadi adaptif,
yang pada akhirnya menumbuhkan
optimisme
informan
potensi
dan
harapan
untuk
anak
para
mengoptimalkan
dapat
mendorong
semangat dan memotivasi informan
untuk
melakukan
koping
yang
positif.
dilakukan ini, menemukan fakta lain
bahwa mengenai perilaku coping
yang digunakan si ibu ketika awal
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah
mengetahui anaknya down syndrome
dilakukan
ini,
berbeda-beda, dan perilaku tersebut
mengenai
perilaku
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
digunakan
mengetahui
si
didapatkan
ibu
fakta
coping
yang
ketika
awal
anaknya
Down
13
berbeda-beda,
dan
hanya kemampuan kognitifnya saja,
perilaku tersebut dipengaruhi oleh
namun mengoptimalkan kemampuan
faktor-faktor
sosial untuk mencari dukungan dan
Syndrome
informan
yang mempengaruhi
masing-masing.
Faktor
masukan dari orang sekitar yang
tersebut diantaranya dukungan sosial
bersifat positif. Bagi masyarakat luas
baik dari keluarga, suami, anak,
agar lebih mendukung dan tidak
teman, maupun lingkungan yang
memandang
rendah
anak-anak
mendukung. Namun dukungan sosial
berkebutuhan
khusus,
khusunya
ini tak hanya dapat menyebabkan
Down
individu mengambil koping yang
selanjutnya, diharapkan untuk lebih
adaptif, tetapi juga koping yang
mengupas
maladaptif. Tetapi informan yang
perilaku coping
mengambil
koping maladaptifpun
memiliki anak Down Syndrome ini
bisa berubah menjadi adaptif apabila
sehingga akan mendapatkan data
ada dukungan sosial yang baik dari
yang
lingkungan sekitar. Selain itu adanya
berguna
keinginan
mengetahuinya.
atau
harapan
untuk
Syndrome.
dan
lebih
Bagi
peneliti
memperdalam
pada ibu ynag
komprehensif
bagi
yang
dan
ingin
mengoptimalkan potensi anak dapat
mendorong
memotivasi
semangat
informan
dan
untuk
melakukan koping yang positif.
Dari hasil penelitian ini pula,
peneliti dapat memberi beberapa
saran diantaranya adalah Bagi ibu
yang
memiliki
anak
Down
Syndrome, diharapkan mengambil
sisi positif dari apa yang sudah
diberikan Tuhan. Sebaiknya dalam
menghadapi
permasalahan
yang
berat,
menggunakan
tidak
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Bramantyo. 2002. Hubungan antara
Pendidikan Seksual dari
Orang
Tua
dengan
Pengendalian
Perilaku
Seksual Remaja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Chaplin J. 2004. Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Daniel, P dan Wijokongko, Y. 2006.
Coping
Terhadap
Stres
Akibat Kesulitan Ekonomi
pada
Pekerja
Golongan
rendah. Semarang: Fakultas
14
Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata.
Jurnal
Psikodimensia Vol. 5, No.2.
Folkman, S., Lazarus, R.S., Gruen,
R.J., & Logis, A. 1986.
Appraisal, Coping, Health
Status, and Psychological
Symptoms.
Journal
of
Personality
and
Social
Psychology. Vol. 50, No. 3,
571-579.
Hapsari, RA., Karyani, U., dan
Taufik. (2002). Perjuangan
Hidup pengungsi kerusuhan
etnis (Studi Kasus Tentang
Perilaku
Coping
pada
Pengungsi di
Jamaluddin, M. 2007. Strategi
Koping
Stres
Penderita
Diabetes Melitus dengan Self
Monitoring sebagai Variable
Pemantau (Moderasi). Tesis.
Yogyakarta: Psikologi UGM.
Ranny, R. 2008. Strategi Coping
Pada Ibu Dengan Anak Autis.
Jurnal
Rini, Hildayani,dkk. 2004. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
UT
Safaria, T dan Saputra, N.E. 2009.
Managemen Emosi. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: PT. Grafindo
Soetjiningsih.
1995.
Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta :EGC.
Soraya, J. dkk. 2009. Strategi Koping
dan Stres pada Ibu yang
Memiliki
Anak
yang
Menderita Retaldasi Mental.
Jurnal. Riau: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau.
Wardani, D.S. 2009. Strategi Coping
Orang Tua Menghadapi Anak
Autis. Jurnal. Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
SYNDROME
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
MELATI INDAH PRATIWI
F.100 070 191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN
SYNDROME
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
MELATI INDAH PRATIWI
F.100 070 191
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN
SYNDROME
ABSTRAK
Melati Indah Pratiwi
Juliani Prasetyaningrum
Memelmel28@gmail.com
Semua orangtua tentunya mendambakan seorang anak yang sehat dan
cerdas. Mereka dapat tumbuh dengan tinggi dan berat badan yang sesuai dengan
usianya. Begitupula dengan kecerdasan, banyak orangtua dengan berbagai cara
dan usaha berupaya merangsang kecerdasan anaknya demikian luar biasa, tapi
bagaimana bila Tuhan berkehendak lain, harapan orang tua untuk mendapatkan
anak yang pintar, sehat, dan aktif ternyata bertolak belakang dengan kenyataan
yang ada. Kenyataannya anak yang lahir yaitu anak dengan kelainan Down
Syndrome.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami serta mendiskripsikan perilaku coping pada ibu yang
memiliki anak Down Syndrome. Informan utama dalam penelitian ini berjumlah 3
orang ditambah dengan informan pendukung sebanyak 3 orang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena sesuai dengan tujuan
penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode wawancara sebagai metode utama dan observasi
serta dokumentasi sebagai metode pelengkap. Dari penelitian yang telah
dilakukan ini, didapatkan fakta mengenai perilaku coping yang digunakan si ibu
ketika awal mengetahui anaknya Down Syndrome berbeda-beda, dan perilaku
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi informan masingmasing. Faktor tersebut diantaranya dukungan sosial baik dari keluarga, suami,
anak, teman, maupun lingkungan yang mendukung. Namun dukungan sosial ini
tak hanya dapat menyebabkan individu mengambil koping yang adaptif, tetapi
juga koping yang maladaptif. Tetapi informan yang mengambil koping
maladaptifpun bisa berubah menjadi adaptif apabila ada dukungan sosial yang
baik dari lingkungan sekitar. Selain itu adanya keinginan atau harapan untuk
mengoptimalkan potensi anak dapat mendorong semangat dan memotivasi
informan untuk melakukan koping yang positif.
Kata kunci : perilaku koping, ibu, down syndrome.
1
2
PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK
DOWN SYNDROME
PENDAHULUAN
Mongol, tetapi sekarang istilah itu
Sindrom Down atau dalam
bahasa Inggrisnya Down Syndrome
dapat
dikenal
dengan
melihat
manifestasi klinis yang cukup khas.
Kelainan
yang
berdampak
pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental ini pertama kali dikenal
pada tahun 1866 oleh Dr.John
Longdon Down, tetapi sebelumnya
Esquirol pada tahun 1838 dan Seguin
pada tahun 1846 talah melaporkan
seorang
anak
yang
mampunyai
tanda-tanda mirip dengan Down
Syndrome.
Sumbangan
John
Langdon Down yang terbesar adalah
kemampuan
untuk
mengenali
karakteristik fisik yang spesifik dan
diskripsinya
yang
jelas
tantang
keadaan ini, yang secara keseluruhan
berbeda dengan anak yang normal
dengan
syndrome memiliki
wajah
Down
berciri
“mongoloid”, dikatakan mongoloid
karena
ciri-cirinya
menyerupai
menyinggung perasaan suatu bangsa
(Soetjiningsih, 1995).
Keberadaan
anak
Down
Syndrome membawa stres tersendiri
bagi kehidupan keluarga, termaksud
didalamnya
trauma
psikologik,
masalah dalam pengasuhan anak,
beban finansial, dan isolasi sosial
(Soraya, 2009).
Keadaan ini membuat ibu
menjadi tertekan karena kenyataan
yang tidak meraka inginkan. Kondisi
ini dalam Psikologi disebut dengan
stress. Stress adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun
psikologis
(Chaplin,
2004).
Permasalahan-permasalahan
dihadapi
tersebut
yang
memerlukan
pemecahan sebagai upaya untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi
(Soetjiningsih, 1995).
Anak
sudah tidak digunakan lagi karena
yang
orang-orang
khas
bangsa
terhadap masalah dan tekanan yang
menimpa mereka. Konsep untuk
memecahkan masalah ini disebut
dengan coping (Wardani, 2009).
3
Keadaan
menimpa
diri
tertekan
yang
mengetahui
individu
akan
Syndrome dan dampaknya sekarang
memunculkan perilaku coping pada
anaknya
Down
pada anak dan si ibu sendiri.
yang bersangkutan sebagai upaya
untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapinya (Pearlin & Schooler,
LANDASAN TEORI
Pengertian perilaku coping
dalam Jamaluddin, 2007). Coping
terhadap
satu
persoalan
akan
Menurut
Bramantyo,
Morgan
(dalam
2002)
perilaku
menghasilkan respon yang berbeda
merupakan segala sesuatu yang dapat
tiap individu. Menurut
Parker
dilakukan individu dan yang dapat
(dalam Jamaluddin, 2007) ada tiga
diobservasi baik secara langsung
faktor
dapat
maupun tidak langsung. Perilaku
dalam
tersebut dapt diukur dengan melihat
utama
mempengaruhi
yang
seseorang
melakukan coping yaitu karakteristik
apa
situasional, faktor lingkungan dan
individu dan mendengarkan apa yang
faktor
perbedaan
di katakan nya, sehingga dapat di
individu yang berupa kelamin, usia,
buat suatu kesimpulan mengenai
tingkat
perasaan,
personal
atau
pendidikan,
status
sosial
yang
dilakukan
sikap,
seseorang
pemikiran
dan
ekonomi, persepsi terhadap stimulus
proses mentalyang melatar belakangi
yang
dan yang sedang terjadi.
dihadapi
dan
tingkat
Coping berasal dari kata “to
perkembangan kognitif individu.
Penelitian ini dilakukan untuk
cope”
yang
berarti
mengatasi
mengetahui perilaku coping pada ibu
kesukaran
yang memiliki anak down syndrome.
membebaskan diri dari rasa tidak
Tujuan dari penelitian ini
enak karena stress (Daniel, 2006).
adalah
untuk
memahami
serta
mengetahui
atau
usaha
untuk
dan
Menurut Hapsari dkk (2002) Coping
mendiskripsikan
merupakan reaksi terhadap tekanan
perilaku coping pada ibu yang
yang
memiliki anak Down Syndrome,
mengurangi
dilihat dari bentuk perilaku coping
kondisi yang penuh tekanan
yang digunakan si ibu ketika awal
berfungsi
dan
memecahkan,
menggantikan
4
Menurut
Lazarus
(dalam
keterampilan-keterampilan yang baru
Safaria, 2009) Coping merupakan
untuk digunakan mengubah situasi,
strategi untuk memanajemen tingkah
keadaan, atau pokok permasalahan.
laku kepada pemecahan masalah
Individu
yang paling sederhana dan realistis,
menggunakan strategi ini apabila
serta berfungsi untuk membebaskan
dirinya yakin akan dapat mengubah
diri dari masalah yang nyata maupun
situasi (Smet, 1994)
tidak nyata dan coping merupakan
akan
cenderung
Billings dan Moos (Safaria,
semua usaha secara kognitif dan
2009)
perilaku
mengatasi,
coping menjadi dua macam, yaitu
mengurangi, dan tahan terhadap
pertama sebagai metode coping aktif
tuntutan-tuntutan (distress demands).
atau menghindar (avoidant). Kedua,
untuk
mengkatagorikan
perilaku
coping dilihat sebagai respon fokus,
yaitu
Fungsi dan jenis coping
Menurut
Richard
Lazarus,
dkk (Safaria, 2009) coping memiliki
pada
masalah
(problem oriented) dan orientasi
pada emosi (emotional oriented).
2 fungsi umum, yaitu:
a)
orientasi
Matheny, dkk. (Safaria, 2009)
mengemukakan dua model coping
Emotional-focused
coping (EFC) , adalah suatu masalah
yang diperolehnya melalui metode
suatu usaha untuk mengontrol respon
meta-analisis dari berbagai literatur,
emosional terhadap situasi
yaitu pertama coping kombatif dan
yang
sangat menekan. Emotional-focused
kedua
coping cenderung dilakukan apabila
kombatif merupakan escape learning
individu tidak mampu atau merasa
(penyelesaian)
tidak mampu mengubah kondisi yang
bertempur
stressful, yang dilakukan individu
memecahkan
adalah mengatur emosinya.
sedangkan coping preventif adalah
b)
(PFC),
Problem-focused coping
adalah
mengurangi
mempelajari
usaha
stressor
cara-cara
untuk
dengan
atau
coping
avoidant
merupakan
preventif.
dengan
untuk
Coping
langsung
mengatasi
dan
persoalannya,
learning
(penghindaran)
usaha-usaha
untuk
mencegah terjadinya distres sehingga
5
individu lebih tahan terhadap tekanan
1)
tersebut.
tindakan
Keaktifan diri, yaitu suatu
untuk
mencoba
Berdasarkan uraian di atas
menghilangkan
dapat
bahwa
penyebab stress atau memperbaiki
fungsi dan jenis perilaku coping yang
akibatnya dengan cara bertindak
pertama,
langsung.
maka
disimpulkan
coping
dilihat
sebagai
respon fokus yang merupakan escape
(penyelesaian)
2)
atau
mengelabui
Perencanaan,
yaitu
dengan
memikirkan tentang langkah apa
langsung bertempur untuk mengatasi
yang perlu diambil untuk menangani
dan memecahkan persoalan, yaitu
suatu masalah.
berupa coping yang berfokus pada
3)
masalah, yang mencakup tindakan
membatasi
secara langsung untuk mengatasi
aktivitas kompetisi atau persaingan
masalah atau mencari informasi yang
dan tidak bertindak buru-buru.
relaven dengan solusi. Kedua coping
4)
berfokus pada emosi, yaitu merujuk
yaitu mencari nasehat, pertolongan
pada
untuk
informasi, dukungan sosial, simpati
reaksi
atau pengertian.
learning
berbagai
mengurangi
upaya
berbagai
Kontrol diri, yaitu individu
keterlibatannya
Mencari
dukungan
emosional negatif terhadap stres.
5)
Ketiga coping aktif atau avoidant
terhadap suatu masalah.
Mengingkari,
dalam
social,
pengingkaran
(penghindaran)
yang
merupakan
usaha-usaha
untuk
situasi yang penuh dengan stress dan
mencegah
terjadinya
distress
keadaan ini memaksa individu untuk
tahan
mengatasi masalah-masalah tersebut.
learning
sehingga
individu
lebih
terhadap tekanan tersebut.
6)
7)
Penerimaan,
Religiusitas,
yaitu
yaitu
suatu
sikap
individu untuk memenangkan dan
Aspek-aspek perilaku coping
Aspek
coping
menurut
Carver, dkk (dalam Hapsari,2002)
antara lain sebagai berikut:
menyesuaikan masalah-masalah yang
dihadapi secara keagamaan.
Aspek-aspek strategi coping
menurut Folkman, dkk (1986):
6
1)
Confrontive
coping,
individu dalam mengatasi masalah
mengubah situasi secara agresif dan
yang
adanya keberanianmengambil risiko.
mengoptimalkan
2)
mengeluarkan
(keaktifan diri, perencanaan, kontrol
upaya kognitif untuk melepaskan diri
diri, penerimaan, confrontive coping,
dari masalah atau membuat harapan
distancing, escape avoidance, self
positif.
control dan accepting responsibility,
3)
Distancing,
Self control, mencoba untuk
dialami
planful
dengan
potensi
diri
solving),
problem
mengatur perasaan diri sendiri atau
mengoptimalkan peran lingkungan
tindakan dalam hubungannya untuk
(mencari
menyelesaikan masalah.
seeking social support), serta usaha
4)
Seeking
mencoba
social
untuk
informasi
atau
support,
memperoleh
dukungan
bersifat
sosial
religius
dan
(positive
reappraisal).
secara
emosional.
5)
yang
dukungan
Down Syndrome
Accepting
responsibility,
Pengertian down syndrome
menerima untuk menjalani masalah
Down Syndrome adalah suatu
yang dihadapi sementara mencoba
keadaan fisik yang disebabkan oleh
untuk memikirkan jalan keluarnya.
mutasi gen ketika anak masih berada
6)
solving,
dalam kandungan. Ahli pertama yang
memikirkan suatu rencana tindakan
mengidentifikasi gangguan ini adalah
untuk mengubah dan memecahkan
John Langdon Down. Berdasarkan
situasi.
hasil penelitian, terjadi mutasi gen
7)
Planful
problem
reappraisal,
pada kromosom 21, dimana terdapat
mencoba untuk membuat suatu arti
tambahan bagian pada kromosom
positif dari situasi dalam masa
tersebut (Rini Hildayani dkk, 2004).
Positive
perkembangan kepribadian, kadangkadang dengan sifat yang religius.
Dapat
diambil
kesimpulan
Anak
syndrome
dengan
Down
adalah individu yang
dapat dikenali dari fenotipnya dan
bahwa aspek-aspek strategi coping
mempunyai
adalah
terbatas, yang terjadi akibat adanya
usaha
yang
dilakukan
kecerdasan
yang
7
jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Demikian pula dengan kemampuan
Diperkirakan bahwa materi genetik
intelektual anak, yaitu dari anak
yang berlebihan tersebut terletak
retaldasi
pada bagian lengan bawah dari
intelegensinya
kromosom
halnya perilaku dan emosinya yang
dengan
21
dan
fungsi
interaksinya
sampai
normal.
yang
Seperti
lainnya
juga bervariasi sangat luas. Seorang
perubahan
anak dengan Down Syndrome dapat
homeostasis yang memungkinkan
lemah dan tidak aktif, sedangkan
terjadinya
yang lainnya agresif dan hiperaktif
menghasilkan
gen
mental
suatu
penyimpangan
perkembangan fisik dan susunan
saraf
pusat.
merupakan
autosomal
Down
Syndrome
kelainan
kromosom
yang
paling
(Soetjiningsih, 1995).
METODE
banyak
Penelitian ini menggunakan
terjadi pada manusia (Soetjiningsih,
metode
1995).
dengan tujuan penelitian ini, yaitu
kualitatif
karena
sesuai
untuk mengatahui perilaku coping
Tumbuh
kembang
anak
down
pada ibu yang memiliki anak Down
Syndrome.
syndrome
Keanekaragaman
faktor
penulis
Dalam
penelitian
menggunakan
ini
metode
biologis, fungsi dan prestasi yang
penelitian
terdapat pada manusia yang normal,
penelitian ini diambil di yayasan
juga terdapat pada anak dengan
pendidikan anak cacat (YPAC).
Down Syndrome. Sehingga pada
anak
dengan
kelainan
ini
juga
deskriptif.
Kriteria
Informan
informan
penelitian
ini
terdapat variasi yang luas pada
memiliki
anak
semua aspek kehidupannya. Pola
yang sedang melakukan terapi di
perkembangan
dapat
YPAC. Jumlah anak informan yang
berkisar dari anak yang sangat
dibutuhkan untuk penelitian adalah 3
pendek sampai yang tinggi di atas
anak dengan ciri-ciri informan utama
rata-rata. Dari anak yang beratnya
dalam penelitian ini adalah sebagai
kurang
berikut : (1) seorang perempuan,
sampai
fisiknya
yang
obesitas.
adalah
Down
ibu
dalam
yang
Syndrome
8
(2) berusia 30-45 tahun, (3) menikah
melanjutkan
(bersuami),
(4)
memuaskan dengan orang lain.
kandung
penyandang
memiliki
anak
hubungan
yang
Down
Syndrome berusia 4-7 tahun..
Pengelolahan dan analisis data
Dalam penelitian ini, ibu
Penelitian ini menggunakan
yang memiliki anak Down Syndrome
audit
tersebut diminta untuk menjelaskan
reliabilitas, Cara-cara pelaksanaan
perilaku coping ketika mengatasi
audit trail dalam penelitian ini yaitu :
permasalahan
tersebut.
(1) Peneliti melakukan wawancara
Perilaku coping dalam penelitian ini
dengan subjek penelitian, (2) Hasil
diungkap melalui wawancara dengan
wawancara
berdasarkan
tulisan, (3) Mengelompokkan hasil
anaknya
pada
aspek-aspek
untuk
trail
mencapai
ditranskip
kebentuk
perilaku coping dan didukung oleh
perolehan
aspek-aspek yang dapat diobservasi
perumusan masalah,
seperti aspek fisik, psikologis dan
melakukan konsultasi dengan dosen
lingkungan.
pembimbing, (5) Melakukan revisi
Yang ingin digali peneliti
data
sesuai
dengan
(4) Peneliti
sesuai arahan dosen pembimbing.
dalam penelitian ini yaitu Perilaku
Langkah-langkah
analisis
coping pada ibu yang memiliki anak
data yang dilakukan oleh peneliti
Down Syndrom segala usaha dalam
dalam penelitian ini adalah sebagai
bentuk tingkah laku, sehat maupun
berikut:
tidak sehat, positif maupun negatif,
wawancara
usaha kesadaran atau ketidaksadaran
observasI, (2) Mencari kategori,
yang
Pengkatagorian permasalahan dalam
dilakukan
ibu
ketika
mengetahui mempunyai anak Down
Syndrom
dengan
mempertahankan
tujuan
untuk
keseimbangan
(1)
Membuat
dan
penelitian
transkip
laporan
ini,
hasil
yaitu:
mengelompokkan bentuk perilaku
coping
yang
dilakukan
ibu
emosi, mempertahankan self image
berdasarkan aspek emosi ibu dan
yang positif, mengurangi tekanan
aspek pada pokok permasalahan, (3)
lingkungan atau menyesuaikan diri
Mendeskripsikan kategori, Kategori
terhadap kajian negatif, dan tetap
menggambarkan dan menjelaskan
9
tentang
perilaku
yang
yang muncul karena pada dasarnya
diterapkan ibu yang memiliki anak
seorang ibu ingin anak nya normal
Down Syndrome, (4) Pembahasan
serta tumbuh dalam keadaan normal
hasil penelitian, Deskripsi katagori
dan
yang sudah
menerima
coping
diperoleh
kemudian
butuh
waktu
untuk
keadaan
bisa
dan
dibahas dengan mengkaitkan teori-
menyesuaikan keadaan yang ada
teori mengenai perilaku coping pada
serta
ibu yang memiliki anak
kedepannya.
Down
mencari
solusi
Menurut
Syndrome.
untuk
Soetjiningsih
(1995), Penjelasan pertama mengenai
anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan
anak
Down
down
syndrome
sangat
menentukan adaptasi dan sikap orang
Syndrome membawa stres tersendiri
tua
bagi kehidupan keluarga, karena
menyadari
setiap
memberi penjelasan yang pertama
ibu
pasti
mendambakan
selanjutnya,
Dokter
harus
pada
waktu
bahwa
seorang anak yang dilahirkannya
kali,
dengan keadaan sempurna.
bervariasi, seperti merasa kecewa
reaksi
orang
tua
sangat
Tiap-tiap ibu juga memiliki
dan sedih, tidak mau menerima, serta
reaksi emosionalnya masing-masing
menolak. Kondisi ini disebabkan
ketika anak mereka divonis Down
karena orang tua dengan anak down
Syndrome. Emosi mereka menjadi
syndrome pada awal mula masih
tidak lagi stabil setelah menerima
sangat dikuasai oleh emomsi-emosi
vonis tersebut diantaranya ada yang
negative dan masih menciptakan
kaget, tidak percaya, takut, pasrah,
mekanisme pertahanan diri terhadap
menangis,
tekanan yang dirasakan.
mengetahui
menderita
malu
akan
marah
pada
bahwa
Down
saat
anaknya
Syndrome
dan
kepada lingkungan sekitar
keadaan anaknya,
Teori
yang
dikemukakan
diatas, serupa dengan data yang
ditemukan
oleh
peneliti
dalam
bingung
penelitian
keadaan
penelitian ini menunjukan gejala-
anaknya tersebut. Masalah –masalah
gejala dimana awal mula munculnya
bagaimana
menjelaskan
ini.
Informan-informan
10
masalah
pertama
kali
ketika
informan mengetahui bahwa anak
diungkapkan oleh Folkman, dkk
(1986).
informan adalah anak dengan down
syndrome.
Menurut Lazarus dan Launier
(dalam Ranny, 2008), koping terdiri
Selain itu, pegetahuan tentang
dari usaha, baik tindakan maupun
down syndrome juga tidak dipahami
intrapsikis
oleh
semua
berdampak
untuk
mengelola
orang,
sehingga
lingkungan dan tuntutan internal
pada
perilaku
serta konflik di antara individu yang
penanganan ibu kepada anaknya
mengalami
nanti.
tersebut
lingkungan sosialnya. Dengan kata
dapat
lain, respon dari koping adalah apa
menghindari tekanan, sehingga mau
yang dipikirkan dan yang dilakukan
tidak mau individu ibu harus mencari
ketika
pemecahan sebagai upaya untuk
tekanan.
Masalah-masalah
membuat
individu
tidak
tekanan
seseorang
dengan
menghadapi
beradaptasi terhadap masalah atau
Dari data yang ditemukan
tekanan yang muncul baik di sadari
peneliti, konsep perilaku coping yang
maupun tidak disadari.
awal mula dilakukan oleh informan
Perilaku-perilaku
yang
dalam penelitian ini ada yang berupa
ditampakkan oleh orang tua dengan
koping
anak
Informan
yang
cenderung
penelitian ini, dalam sudut pandang
menunjukan
perilaku
maladaptif
psikologi diartikan sebagai konsep
adalah informan nomor satu dengan
perilaku coping. Perilaku coping ini
inisial W. hal tersebut disebabkan
dapat
upaya
karena informan W merasa bahwa
seseorang baik yang segi kognitif
anak yang dilahirkan oleh informan
dan
tidak
down
diartikan
perilaku
dalam
syndrome
sebagai
untuk
mengelolah
adaptif
sesuai
dan
dengan
maladaptif.
harapan
(mengurangi, meminimalkan, atau
informan.
menolerir) tuntutan baik eksternal
cenderung untuk tidak mau memberi
maupun
pengobatan pada anak. Informan
individu
internal
yang
tersebut.
diterima
Hal
ini
Sehingga
informan
juga membiarkan anak informan
tidak diberi penanganan yang tepat.
11
Selain menjadi anak dengan down
bersabar, menerima semua masukan
syndrome, anak informan W juga
tentang down syndrome dan tidak
disertai penyakit jantung bawaan,
patah semangat dalam memberikan
sehingga informan merasa anaknya
terap,
tidak akan berguna dikemudian hari,
perasaannya terhadap orang terdekat
yang pada akhirnya menyebabkan
seperti pada suami, saudara, anak,
informan melakukan penolakan atas
atau
kehadiran anak informan. Meskipun
melakukan interaksi sosial dengan
demikian, masa koping maladaptif
lingkungan
yang dilakukan oleh informan
memunculkan
W
serta
mengkomunikasikan
teman-teman
dekatnya,
sekitar
yang
dukungan
sosial,
hanya terjadi pada kurun waktu yang
menerima masukan yang diberikan
singkat, selama kurang lebih 1
oleh
Minggu. Kondisi tersebut berubah
menghiraukan
dikarenakan
masyarakat yang negatif dan lebih
informan
telah
mendapatkan dukungan yang besar
pihak,
informan-
sekitar,
tidak
opini-opini
fokus kepada anaknya.
Data temuan tersebut sejalan
dari pihak keluarga, utamanya suami.
Dilain
orang
dengan
pendapat
dari
Folkman
informan yang melakukan perilaku
(1986) bahwa apabila individu dalam
adaptif adalah informan dua dengan
kondisi tertekan, individu tersebut
inisial S dan informan tiga dengan
akan merespon dengan dua cara yaitu
inisial UK. Pada informan dua
adaptif
perilaku adaptif ditunjukan melalui
maladaptif
optimis dalam mencari tahu semua
Menurut
informasi mengenai down syndrome,
koping yang positif tergantung pada
selain itu informan telah memberikan
apakah individu tersebut memiliki
terapi sejak dini pada anak informan
berbagai
ketika mengetahui anak informan
keterkaitan pilihan tersebut dengan
down
syndrome.
Sama
halnya
situasi
(adaptive
coping)
(maladaptive
Schafer
pilihan
yang
ada
dan
coping).
(1998),
yang ada
dengan
hasil
dan
tepat.
dengan informan ketiga UK, perilaku
Schafer menjelaskan bahwa koping
adaptif
cara
adaptif (adaptive coping) membantu
menerima kondisi anak informan,
individu menangani peritiwa stress
ditunjukan
dengan
12
secara efektif dan meminimalkan
mempengaruhi
perasaan tertekannya. memberikan
masing.
kontribusi
untuk
informan
masing-
kesejahteraan
Fakta penelitian menyebutkan
kesehatan yang baik, produktivitas,
bahwa faktor yang dapat membuat
kepuasan hidup dan pertumbuhan
informan menjadi sangat adaptif
diri.
dalam perilaku koping, dikarenakan
Perilaku
koping
yang
ditampilkan oleh para informan akan
memberikan efek pada kondisi anakanak para informan. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan Schafer
(1998) dimana koping maladaptif
(maladaptive
coping)
dapat
mengakibatkan
penderitaan
yang
seharusnya
tidak
perlu
dialami.
Tetapi setiap individu mempunyai
pilihan masing-masing hanya saja
dapat disarankan alangkah baiknya
kita memadang sesuatu dari sisi
positifnya
sehingga
kita
dapat
memecahkan masalah yang dihadapi
dengan
baik
dan
meminimalisir
masalah baru yang akan timbul.
Hasil penelitian yang telah
adanya dukungan sosial baik dari
pihak keluarga, seperti suami, anak,
dan orang diluar lingkungan intim,
yaitu teman dan lingkungan tempat
tinggal yang mendukung. Sehingga,
dukungan sosial ini tak hanya dapat
menyebabkan individu mengambil
koping yang adaptif semakin lebih
kuat, namun juga koping juga dapat
merubah informan yang mengambil
koping maladaptif menjadi adaptif,
yang pada akhirnya menumbuhkan
optimisme
informan
potensi
dan
harapan
untuk
anak
para
mengoptimalkan
dapat
mendorong
semangat dan memotivasi informan
untuk
melakukan
koping
yang
positif.
dilakukan ini, menemukan fakta lain
bahwa mengenai perilaku coping
yang digunakan si ibu ketika awal
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah
mengetahui anaknya down syndrome
dilakukan
ini,
berbeda-beda, dan perilaku tersebut
mengenai
perilaku
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
digunakan
mengetahui
si
didapatkan
ibu
fakta
coping
yang
ketika
awal
anaknya
Down
13
berbeda-beda,
dan
hanya kemampuan kognitifnya saja,
perilaku tersebut dipengaruhi oleh
namun mengoptimalkan kemampuan
faktor-faktor
sosial untuk mencari dukungan dan
Syndrome
informan
yang mempengaruhi
masing-masing.
Faktor
masukan dari orang sekitar yang
tersebut diantaranya dukungan sosial
bersifat positif. Bagi masyarakat luas
baik dari keluarga, suami, anak,
agar lebih mendukung dan tidak
teman, maupun lingkungan yang
memandang
rendah
anak-anak
mendukung. Namun dukungan sosial
berkebutuhan
khusus,
khusunya
ini tak hanya dapat menyebabkan
Down
individu mengambil koping yang
selanjutnya, diharapkan untuk lebih
adaptif, tetapi juga koping yang
mengupas
maladaptif. Tetapi informan yang
perilaku coping
mengambil
koping maladaptifpun
memiliki anak Down Syndrome ini
bisa berubah menjadi adaptif apabila
sehingga akan mendapatkan data
ada dukungan sosial yang baik dari
yang
lingkungan sekitar. Selain itu adanya
berguna
keinginan
mengetahuinya.
atau
harapan
untuk
Syndrome.
dan
lebih
Bagi
peneliti
memperdalam
pada ibu ynag
komprehensif
bagi
yang
dan
ingin
mengoptimalkan potensi anak dapat
mendorong
memotivasi
semangat
informan
dan
untuk
melakukan koping yang positif.
Dari hasil penelitian ini pula,
peneliti dapat memberi beberapa
saran diantaranya adalah Bagi ibu
yang
memiliki
anak
Down
Syndrome, diharapkan mengambil
sisi positif dari apa yang sudah
diberikan Tuhan. Sebaiknya dalam
menghadapi
permasalahan
yang
berat,
menggunakan
tidak
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Bramantyo. 2002. Hubungan antara
Pendidikan Seksual dari
Orang
Tua
dengan
Pengendalian
Perilaku
Seksual Remaja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Chaplin J. 2004. Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Daniel, P dan Wijokongko, Y. 2006.
Coping
Terhadap
Stres
Akibat Kesulitan Ekonomi
pada
Pekerja
Golongan
rendah. Semarang: Fakultas
14
Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata.
Jurnal
Psikodimensia Vol. 5, No.2.
Folkman, S., Lazarus, R.S., Gruen,
R.J., & Logis, A. 1986.
Appraisal, Coping, Health
Status, and Psychological
Symptoms.
Journal
of
Personality
and
Social
Psychology. Vol. 50, No. 3,
571-579.
Hapsari, RA., Karyani, U., dan
Taufik. (2002). Perjuangan
Hidup pengungsi kerusuhan
etnis (Studi Kasus Tentang
Perilaku
Coping
pada
Pengungsi di
Jamaluddin, M. 2007. Strategi
Koping
Stres
Penderita
Diabetes Melitus dengan Self
Monitoring sebagai Variable
Pemantau (Moderasi). Tesis.
Yogyakarta: Psikologi UGM.
Ranny, R. 2008. Strategi Coping
Pada Ibu Dengan Anak Autis.
Jurnal
Rini, Hildayani,dkk. 2004. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
UT
Safaria, T dan Saputra, N.E. 2009.
Managemen Emosi. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: PT. Grafindo
Soetjiningsih.
1995.
Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta :EGC.
Soraya, J. dkk. 2009. Strategi Koping
dan Stres pada Ibu yang
Memiliki
Anak
yang
Menderita Retaldasi Mental.
Jurnal. Riau: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau.
Wardani, D.S. 2009. Strategi Coping
Orang Tua Menghadapi Anak
Autis. Jurnal. Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.