TINDAK TUTUR DALAM ACARA NEMOKAN ADAT JAWA PADA MASYARAKAT DESA SUKARAMAI SEI BEJANGKAR KABUPATEN BATU BARA.

TINDAK TUTUR DALAM ACARA NEMOKAN ADAT JAWA
PADA MASYARAKAT DESA SUKARAMAI SEI BEJANGKAR
KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

DWI RATIH MAISI
2101210004

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur
pada Acara Nemokan Adat Jawa di Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bajangkar
Kabupaten Batu Bara”, dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis dalam penyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni beserta
Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi,
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
4.
5.
6.
7.

Muhammad Surip, S.Pd., M.Si., Ketua Program Studi Sastra Indonesia,
M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum., Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik,

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, ilmu yang kalian berikan sangat bermanfaat dan menjadi bekal

yang paling berharga,
8. Teristimewa kedua orang tua Marlik dan Suparni yang selalu memberi
doa, semangat, dan dukungan dalam sagala hal,
9. Teristimewa kakanda Susiadai yang selalu memberi doa, semangat, dan
dukungan dalam segala hal,
10. Teristimewa seluruh keluarga kakak, abang yang selalu memberi doa,
semangat, dan dukungan,
11. Kepada teman-teman Sastra Indonesia yang sudah empat tahun bersama,
terima kasih atas semangat dan dukungannya semua,
12. Kepada kakak senior terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah
diberikan,
13. Terima kasih kepada adik-adik satu satu perguruan yang telah memberi
semangat dan dukungan,
14. Kepada seluruh teman-teman Komunitas Tampa Nama terima kasih atas
motivasi dan dukungannya.
15. Seluruh teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu terima kasih atas
semangat dan dukungannya.


ii

Penulis tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, semoga
Allah membalas setiap kabaikan apapun yang diperoleh. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan
di Indonesia.
Medan, September 2014
Penulis,
Dwi Ratih Maisi

iii

ABSTRAK
Dwi Ratih Maisi. NIM 2101210004. Tindak Tutur dalam Acara
Nemokan Adat Jawa pada Masyarakat Desa Sukaramai Sei
Bejangkar Kabupaten Batu Bara. Skripsi Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Medan, 2014.
Penelitian ini membahas tentang tindak tutur lokusi dan ilokusi pada

acara Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar
Kabupaten Batu Bara, bertujuan untuk mengetahui apa saja yang
termasuk jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam tuturan yang dipakai
di acara tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Desa Sukaramai
dan subjek penelitiannya adalah masyarakat. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai
dengan rumusan masalah, yaitu jenis tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan pada acara Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai
Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara, tindak tutur lokusi yang ditemukan
ada 18 tuturan hanya ada empat jenis tindak tutur yang digunakan dalam
percakapan, yaitu representative, direktif, ekspresif, dan deklararif.
Pertama, tindak tutur represetatif yang meliputi :menyatakan (5 tuturan),
melaporkan (2 tuturan), menunjukan (4 tuturan), menyebutkan (1
tuturan). Kedua, tindak tutur direktif, yang meliputi memohon (3
tuturan), menantang (1 tuturan). Ketiga, tindak tutur ekspresif, yang
meliputi mengucapkan terima kasih (1 tuturan). Keempat, tindak tutur
deklaratif, yang meliputi mengizinkan (1 tuturan).
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makna

yang terkandung dalam acara Nemokan adat Jawa mengungkapkan nilai
leluhur pada masa dulu yang sudah turun temurun dilakukan oleh nenek
moyang anak cucu yang bersuku Jawa. Begitu juga dengan bahasa yang
suda lekat dari mulut kemulut dipergunakan oleh kebayakan orang
bersuku jawa, baik bahasa jawa kasar atau bahasa jawa halus. Tuturan
yang digunakan cukup meyakinkan bahwa dari bahasa yang digunakan
sudah mampu menandakan suku Jawa local.

Kata Kunci: Tindak Tutur, Nemokan.

i

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1


B.

Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C.

Pembatasan Masalah ............................................................................ 7

D.

Rumusan Masalah ................................................................................ 7

E.

Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

F.

Manfaat Penelitian ............................................................................... 8


BAB II LANDASAN TEORETIS DANKERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoretis ..................................................................................... 9
1. Pengertian Tinddak Tutur..................................................................... 9
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur ..................................................................... 11
a. Lokusi ......................................................................................... 11
b. Ilokusi ........................................................................................... 13
c. Perlokusi........................................................................................ 16
3. Tindak Tutur Lansung dan Tindak langsung ................................ 17
a. Tindak Tutur Langsung Literal dan Tindak Tutur Langsung
Tidak Literal .................................................................................. 18
b. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dan Tindak Tutur
Tidak Langsung Tidak Literal ....................................................... 18
4. Pengertian Pragmatik ........................................................................ 19
5. Tindak Tutur sebagai kajian Semantik ........................................... 21
6. Konteks................................................................................................ 21
B. Kerangka Konseptual .............................................................................. 23

iv ii


BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.

Lokasi dan waktu Penelitian ............................................................... 25

B.

Subjek dan Sumber Data Penelitian ................................................... 25

C.

Metode Penelitian ................................................................................. 25

D.

Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26

E

Instrumen Penelitian ........................................................................... 27


F

Teknik Analisis Data ........................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………....29
a. Tindak Tutur Lokusi dan Ilokusi………………………………………..29
b. Makna Tuturan ………………………………………………………….39
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 42
1 Tindak Tutur Representatif-Menyatakan ............................................... 42
2 Tindak Tutur Representatif-Menunjukan............................................... 46
3 Tindak Tutur Representatif-Melaporkan ............................................... 50
4 Tindak Tutur Representatif-Menyebutkan ............................................. 51
5 Tindak Tutur Direktif-Memohon ..................................................................... 52
6 Tindak Tutur Direktif-Menantang ................................................................... 55
7 Tindak Tutur Ekspresif-Mengucapkan Terima Kasih ...................................... 55
8 Tindak Tutur Deklaratif-Mengizinkan ............................................................. 56

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 58
B. Saran ......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN………………………………………………………………… 61

V
iii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang
dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana
komunikasi dalam kehidupan manusia untuk menyampaikan maksud dan
tujuan terhadap sesamanya. Komunikasi yang paling utama adalah bahasa,
dengan bahasa manusia dapat berinteraksi kepada sesama dan mampu

mengungkapkan gagasan, pikiran, isi hati, perasaan, maupun emosi, baik
secara lisan, maupun tulisan. Karena suatu komunikasi itu tidak terlepas
dari aturan yang mengatur adanya interaksi komunikasi yang terjalin
dengan baik.
Proses tindak tutur dalam percakapan untuk saling berinteraksi
tidak terlepas dari bahasa, karena bahasa digunakan sebagai sarana
komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain. Tindak tutur merupakan
salah satu aspek penting dalam kajian pragmatik, karena proses
komunikasi seseorang tidak terlepas dari tindak tutur. Richar dan Jack C.
Richard (dalam Antilan Purba, 2002:77) menjelaskan bahwa “tindak tutur
adalah segala tindak yang kita lakukan melalui bahasa, segala yang kita
lakukan ketika kita berbicara’’. Merujuk dengan hal itu, Sinclair dan
Coulthard 1975 (dalam Antilan Purba, 2002:77) menjelaskan bahwa
“tindak tutur adalah unit terkecil berbicara yang bisa dikatakan
mempunyai satu fungsi misalnya keterangan atau bertanya’’.

1

2

Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupanya masih ada keterkaitan
antara suku yang satu dengan suku yang lainya, keberagaman tidak
menjadikan setiap suku hidup sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial
manusia tidak dapat hidup sendiri dalam menjalani kehidupanya, namun
tetap saling membutuhkan. Begitu juga dengan hubungan manusia yang
1 perempuan saling membutuhkan
berbeda jenis yaitu antara laki-laki dan

untuk di jadikan teman hidup, dipersatukan lewat perkawinan sebagai awal
kehidupan dalam sebuah keluarga.

Perkawinan adalah ikatan sosial antar pribadi yang membentuk
hubungan kekeluargaan, meresmikan hubungan antar pribadi yang di
dasari ikatan perjanjian hukum, agama dan budaya. Bentuk dan tata cara
perkawinan berbeda-beda, tergantung pada budaya daerah setempat,
karena melalui hal inilah seorang pria dan wanita memiliki status baru di
lingkungan masyarakat. Perkawinan tidak hanya melibatkan kedua
mempelai, tetapi juga melibatkan keluarga dan seluruh masyarakat daerah
(suku) setempat.

Seperti dalam upacara Panggih atau Temu Penganten “Nemokan”
pada

adat

perkawinan

suku

Jawa. Secara

tradisional

upacara Panggih atau Temu Penganten “Nemokan” dilaksanakan dirumah
orang tua penganten putri yang artinya mempertemukan manten laki-laki
dan manten perempuan. Pada saat dan waktu yang telah ditentukan,

3

penganten pria diantar oleh orang tua dan saudara-saudaranya yang hadir
dalam acara ini, tiba didepan rumah pengantin putri dan berhenti didepan
pintu rumah. Sementara itu, pengantin wanita dengan dikawal saudarasaudaranya dan diikuti kedua orang tuanya, menyongsong kedatangan
rombongan pengantin pria dan berhenti dipintu rumah depan. Pada acara
perkawinan adat Jawa ini ada yang dikatakan dengan melempar sirih
(Balangan Suruh) dalam arti bahasa Jawanya yang ada dalam pelaksanaan
pertemuan manten, maksudnya kedua penganten bertemu dan berhadapan
langsung pada jarak sekitar dua atau tiga meter, keduanya berhenti dan
dengan sigap saling melempar ikatan daun sirih yang diisi dengan kapur
sirih dan diikat dengan benang. Kedua penganten dengan sungguhsungguh saling melempar sambil tersenyum, diiringi kegembiraan semua
pihak yang menyaksikan. Menurut kepercayaan dulu, daun sirih punya
daya untuk mengusir roh jahat, sehingga dengan saling melempar daun
sirih, kedua pengantin adalah benar-benar pengantin sejati, bukan palsu.
pelakasanan Nemokan ini ketika pengantin saling berhadapan diberi jarak
2-3 meter dengan pembatas kain atau yang disebut sebagai pintu
didepannya, yang artinya bahwasannya petunjukan mempertemukan
manten putri dan manten laki-laki dalam adat suku Jawa dinamankan
saembara dilengkapi dengan persyaratan dan ketentuan yang diajukan oleh
pihak pengantin putri.

4

Pada acara Nemokan ada yang juga dinamakan ritual wiji dadi,
setelah pelaksanan saembara selesai dengan perbagai macam persyaratan
dan ketentuan yang diajukan dan diinginkan sudah dipenuhi, maka pintu
pembatas yang mengunakan kain tersebut dibuka. Acara yang selanjutnya
adalah ritual wiji dadi, maksudnya penganten pria menginjak sebuah telur
ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian
kaki tersebut dibasuh oleh penganten putri dengan air kembang. Artinya
adalah rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung
jawab dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula
termasuk anak keturunan.
Acara perkawinan ini tidak terlepas juga dengan acara istri meminta izin
kepada suami atau dalam bahasa Jawa disebut dengan acara Sungkeman,
maksudnya acara meminta izin kepada suami dengan makasud jika ada keslahan
yang dilakukan oleh istri kepada suami, maka suami harus memberi maaf kepada
istri. Diacara ini sepasang pengantin akan wajib juga melakukan sungkem kepada
kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita
kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk
penghormatan tulus kepada orang tua. Pada waktu sungkem ( menghormat dengan
posisi jongkok, kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang disungkemi).
Percakapan yang dilakukan selama dalam proses acara Nemokan
berlangsung oleh Perias Temanten pihak pengantin putri dan pihak pengantin
pria. Dengan menunjukan rasa hormat sehingga dapat saling terjaga kesopanan

5

untuk menyambut belah pihak mempelai dalam hal apapun ketika acara besar dan
sakral berlangsung. Tindak tutur dalam hal ini termasuk dalam konteks tindak
tutur lisan. Kajian pragmatik mengkaji makna yang ada dalam konteks baik secara
tersurat maupun tersirat sesuai dengan konteks pembicaraan. Pragmatik fokus
pada bagaimana penutur atau penulis menggunakan pengetahuan mereka untuk
menyatakan suatu makna kepada pendengar sehingga komunikasi berjalan lancar.
Dalam hal ini tindak tutur juga merupakan gejala individual yang di tuturkan oleh
seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam
tuturannya itu (Chaer, 2010:27).
Bahasa percakapan yang dilakukan memiliki makna, fungsi dan tujuan,
percakapan yang dilakukan dapat dilihat dari tindak bahasa atau tindak tutur
lokusi, ilokusi. Untuk mengetahui percakapan yang terkait dengan tindak tutur
Nemokan yang dilakukan oleh perias temanten dapat dikaji melalui bahasa
percakapan, dan konteks situasi ujaran. Bahasa percakapan merupakan tindak
tutur atau tindak ujar yang diucapkan secara langsung saat berkomunikasi dengan
dengan mitra tuturnya. Konteks yang dimaksudkan adalah konteks situasi acara
Nemokan pada adat perkawinan suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei
Bejangkar Kabupaten Batu Bara yang dilakukan secara langsung dengan bertatap
muka, sehingga tercipta proses komunikasi yang sesuai dengan konteks situasi
ujarannya. Tindak tutur atau bahasa percakapan tersebut termasuk dalam kajian
pragmatik.

6

Pragmatik adalah studi tentang kaitan antara bahasa dengan konteksnya
yang merupakan dasar penentuan pemahaman. Leech (dalam Antilan Purba,
2002:6) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah sebagai studi menganai makna
ujaran di dalam situasi dan sebagai kajian mengenai kondisi-kondisi umum
penggunaan bahasa secara komunikatif. Konteks adalah uraian atau kalimat yang
dapat menambah kejelasan dalam kalimat, konteks juga dapat mempengaruhi
interprestasi tindak tutur. Konteks juga merupakan tuturan dalam kajian linguistik
yang terdapat semua aspek sosial dari tuturan yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis
tindak tutur dalam acara Nemokan pada adat perkawinan suku Jawa di
masayarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara. Oleh karena
itu, penelitian ini akan dikaji dengan menggunakan teori Pragmatik. Pendekatan
pragmatik yaitu mengkaji tentang bahasa dengan konteksnya. Peneliti akan
melihat makna tindak tutur dalam acara Nemokan di masyarakat Desa sukaramai
Sei Bejangkar dengan mengangkat judul “Tindak Tutur dalam Acara
“Nemokan” Adat Jawa pada Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar
Kabupaten Batu Bara”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, adapun identifikasi
masalah penelitian ini adalah :

7

1. Tindak tutur lokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di
masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.
2. Tindak tutur Ilokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di
masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.
3. Tindak tutur Perlokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di
masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.
4. Makna dari tindak tutur lokusi, ilokusi pada acara Nemokan adat perkawinan
suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu
Bara.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis melakukan
pembatasan masalah untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan fokus
dalam satu tujuan. Penelitian ini dibatasi pada makna tindak tutur pada acara
Nemokan adat perkawinan suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei
Bejangkar Kabupaten Batu Bara.

D. Rumusan Masalah
Rumusan penelitian ini sebagai berikut:

8

1. Jenis Tindak tutur apa yang terdapat pada acara Nemokan adat perkawinan
suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu
Bara?
2. Apakah makna dari tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawainan suku
Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1

Mendeskripsikan bentuk tindak tutur yang digunakan pada acara Nemokan
adat perkawinan suku Jawa.

2

Mendeskripsikan makna tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawinan
suku Jawa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk menilai

sebuah bahasa yang baik dalam percakapan. Hasil penelitian dapat bermanfaat
sebagai berikut:
1. Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan melengkapi khazanah keilmuan
yang berkaitan tentang tindak tutur.
2. Dapat menambah pengetahuan tentang pembejaran studi pragmatik yang
berkaitan dengan tindak tutur.
3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca dalam pengkajian tindak tutur
lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

9

4. Dapat menjadi rujukan penelitian lanjutan yang relevan.

2. Manfaat Praktis
1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan terhadap tindak tutur pada
acara perkawinan yang terjadi di masyarakat.
2. Mampu menelaah tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawinan suku
Jawa di masyarakat.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan
rumusan masalah, yaitu jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan pada acara
Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten
Batu Bara, tindak tutur lokusi yang ditemukan ada18 tuturan hanya ada empat
jenis tindak tutur yang digunakan dalam percakapan, yaitu representative, direktif,
ekspresif, dan deklararif. Pertama, tindak tutur represetatif yang meliputi
:menyatakan (5 tuturan), melaporkan (2 tuturan), menunjukan (4 tuturan),
menyebutkan (1 tuturan). Kedua, tindak tutur direktif, yang meliputi memohon (3
tuturan), menantang (1 tuturan). Ketiga, tindak tutur ekspresif, yang meliputi
mengucapkan terima kasih (1 tuturan). Keempat, tindak tutur deklaratif, yang
meliputi mengizinkan (1 tuturan).
Dari hasil perolehan data ditemukan 18 tuturan lokusi , termasuk tindak
tutur ilokusi, yang paling dominan adalah tindak tutur representatif sebanyak 12
tuturan, selanjutnya tindak tutur direktif sebanyak 4 tuturan, tindak tutur ekspresif
sebanyak 1 tuturan, dan yang terakhir tindak tutur deklaratif sebanyak 1 tuturan.
Berdasarkan 18 tuturan lokusi, ilokusi yang ditemukan, terjawab bahwa kajian
pragmatik dapat dijadikan tolok ukur untuk menentukan jenis tindak tutur yang
cenderung digunakan dalam acara perkawinan Adat Jawa.

B. Saran

58

59

Beberapa penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik, khususnya
tindak tutur untuk mengetahui tindakan yang dimaksudkan dalam sebuah tuturan.
Dengan analisis tindak tutur lokusi, ilokusi dapat mengungkap ciri dan pola pikir
seseorang, yang amat berguna bagi pengembangan ilmu bahasa. Dengan kata lain,
tindak tutur ilokusi bahkan dapat memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa
yang dipilihnya.
Sekiranya lebih banyak penelitian dalam cakupan tindak tutur yang
berobjek pada acara perkawinan adat Jawa buku yang di bawah oleh pembawa
acara dan perias temanten sanat berpengaruh. Sehingga tindak tutur berkesan
lebih nyata, tidak hanya berkutat pada objek yang bersifat fiksi

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leoni, Agustina. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
_____. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Cakrawala Baru. Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Granfindo Persada
Nadar, F.X.2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta :Graha Ilmu
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta: Kanisius
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Media
Sumarsono. 2002. Sosiolingistik. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R& D. Bandung:
Alfabeta
_____.2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

60

RIWAYAT HIDUP

Dwi Ratih Maisi, lahir di Sukaramai, 22 April 1993.
Putri kedua belas dari Bapak Marlik dan Ibu Suparni.
Beliau mengakhiri pendidikannya dari bangku
Sekolah Dasar (SD) tahun 2004, tepatnya di SD
Negeri Sukaramai, setelah itu ia melanjutkan jenjang
pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama, tepatnya di MTs Nurul Ulum Sei
Bejangkar dan selesai tahun 2007, dan mengakhiri pendidikannya di Sekolah
Menengah Atas, tepatnya di SMA Swasta Daerah Sei Bejangkar pada tahun 2010.
Kini telah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri
Medan (UNIMED), dengan judul Skripsi “Tindak Tutur dalam Acara Nemokan
Adat Jawa pada Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu
Bara”, dalam kesehariannya beliau terkenal dengan kebaikan dan pemdiamnya.