TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN SEPERSUSUAN DI KECAMATAN SUBANG DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN SEPERSUSUAN DI
KECAMATAN SUBANG DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM ADAT DAN
HUKUM ISLAM

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan perkawinan di Indonesia telah dilengkapi
dengan pengaturan mengenai syarat-syarat sahnya perkawinan. Salah
satunya mengenai pengaturan boleh atau tidaknya perkawinan yang
dilakukan oleh pasangan sepersusuan, namun demikian masih terdapat
perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang berasal dari satu
sepersusuan, seperti yang terjadi dalam perkawinan sepersusuan di
Kecamatan Subang. Salah satu aspek yang penting diperhatikan adalah
aspek hukum mengenai perkawinan sepersusuan tersebut. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan status dan kedudukan serta
memperoleh kepastian mengenai akibat hukum nikah sepersusuan
menurut Hukum Adat dan Hukum Islam.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis
yaitu melalui metode yuridis normatif serta menggunakan dua penafsiran
yaitu gramatikal dan sistematis. Metode analisis data berupa bahan primer
yaitu Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang dianalisis
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara yuridis
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
kepustakaan dan wawancara.
Hasil dari penelitian ini adalah dipenuhi ketika akan dilakukannya
perkawinan di Indonesia, maka kedua belah pihak calon mempelai
haruslah memenuhi segala apa yang telah diatur dalam Undang - Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa dalam perkawinan yang
akan dilangsungkan di Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974, baik dalam hal syarat materil maupun formilnya. Selain itu,
perkawinan yang dilangsungkan di Indonesia terutama daerah Kecamatan
Subang pada khususnya juga harus dilakukan menurut agama dan
kepercayaan masing-masing pihak. Dalam Hal Ini Hukum Islam tidak
membenarkan adanya perkawinan dengan saudara sepersusuan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkawinan dengan sodara
sepersusuan adalah tidak sah dan harus batal demi hukum, sehingga
dianggap tidak pernah terjadi adanya perkawinan. Sehingga segala akibat
hukum perkawinan yang disebutkan diatas menjadi tidak pernah ada
terjadi (tidak pernah timbul hubungan suami istri). Dimana hal tersebut

untuk status anak tidak berlaku surut.
iv

v