PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO, Penerapan Metode 10 Jam Pembelajaran Al-Qur’an Di SDIT Taruna Al-Qur’an, Sariarjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN, SARIARJO,
NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Disusun Oleh :
EDI MUSTAPA
NIM: G000 090 132

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Jl. A. Yani Tromol Pos I. Pabelan. Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448
Surakarta 57102 http://www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, pembimbing skripsi / tugas akhir:
Nama
: Drs. Ari Anshori, M.Ag.
NIK
:
Telah membaca dan mencermati naskah artikel dan publikasi ilmiah, yang
merupakan ringkasan skripsi / tugas akhir dari mahasiswa
Nama
: Edi Mustapa
NIM
: G000090132
Fakultas/Jurusan
: FAI / Tarbiyah
Jenis
: Skripsi

Judul
: PENERAPAN METODE 10 JAM PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN DI SDIT TARUNA AL-QUR’AN,
SARIHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian
persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 20 Juni 2013
Pembimbing

Drs. Ari Anshori, M.Ag.

ABSTRAK
Pemebelajaran Al-Qur’an merupakan suatu proses belajar Al-Qur’an
yang disampaikan pendidik kepada peserta didik, dengan tujuan agar peserta didik
bias membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan. Adapun model pembelajaran yang menggunakan metode praktis
adalah dengan menggunakan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an. Metode ini

disusun untuk belajar cepat dalam membaca Al-Qur’an. Pelajar yang sungguhsungguh akan segera bias membaca setelah mempelajari buku tersebut. Dengan
diterapkannya metode 10 jam ini peserta didik diajari secara langsung tanpa harus
dieja, cepat, benar dan lancar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk
melakukan penelitian tentang penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an.
Rumusan masalah yang peneliti ambil yaitu: 1) Bagaimana penerapan metode 10
jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta, 2) Faktor
apa yang mendukung dan menghambat penerapan metode 10 jam pembelajaran
Al-Qur’an. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan
metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an dan faktor pendukung dan
penghambatnya. .Adapun kegunaan penelitian ini untuk menambah teori-teori
dalam pendidikan Al-Qur’an dan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas layanan pembelajaran Al-Qur’an. Metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara. Adapun
analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode 10 jam
pembelajaran Al-Qur’an dilakukan melalui 4 program pembelajaran, diantaranya:
(1) program pembelajaran pemula, yaitu mengenalkan huruf hijaiyah dan
pelafadzan huruf Arab, (2) program pembelajaran pra tahsin, yaitu menguasai
hukum-hukum bacaan berdasarkan kaidah tajwid, (3) program pembelajaran

tahsin, yaitu perbaikan bacaan yang terkadang masih melakukan kesalahan jaly
mapun kesalahan khafy, (4) program pembelajaran tahfidz, yaitu sebelum mulai
menghafal Al-Quran terlebih dulu siswa harus membaca dengan melihat mushaf.
Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran, yaitu: (1) alat
peraga, buku pegangan siswa dan guru, (2) sarana prasarana yang memadai, (3)
sumber daya manusia, yaitu guru, peserta didik dan orang tua. Sedangkan faktor
pengambat, yaitu: (1) guru yang tidak memahami psikologi siswa, (2) peserta
didik yang tidak konsentrasi dalam belajar.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode
10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta
dipandang sudah efektif. Melalui tahapan yang logis peserta didik diajarkan
bagaimana cara membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai dengan kaidah tajwid
yang benar.

1

A. PENDAHULUAN

Pelajaran Al-Qur’an merupakan salah satu dari mata pelajaran
agama Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur’an adalah

kalamullah (Firman Allah) baik huruf-huruf maupun maknanya yang
diturunkan kepada Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wassalam (Al-Fauzan, 2006: 4). Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran agama Islam yang utama dan pertama, maka dari itu sangatlah
penting bagi umat Islam untuk mempelajari dan memahami kandungan isi
Al-Qur’an.
Dalam perkembangannya, pembelajaran Al-Qur’an tidak lepas dari
pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat, sebab keluarga dan
lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
pendidikan anak. Dengan demikian, keberhasilan dalam pembelajaran AlQur’an tidak cukup hanya diberikan di sekolah saja, akan tetapi orang tua
dan masyarakat juga berperan dalam pendidikan tersebut.
Ada beberapa keluhan yang muncul berkaitan dengan proses
pembelajaran Al-Qur’an, baik itu di Madrasah Ibtidaiyah, maupun
kalangan masyarakat umum. Mereka merasa membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat membaca Al-Qur’an.
Realitasnya, secara umum kebanyakan anak-anak usia Sekolah
Dasar (SD) belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Namun di
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Taruna Al-Qur’an, peserta didiknya
sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar, bahkan


2

mayoritas siswa kelas 4 di SDIT Taruna Al-Qur’an sudah mampu
menghafal 3 Juz dari Al-Qur’an.
Pembelajaran Al-Qur’an adalah bagian dari belajar bahasa Arab,
karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran Al-Qur’an juga harus menggunakan metode pembelajaran
bahasa Arab. Namun selama ini, pembelajaran Al-Qur’an seolah-olah
terpisahkan dari bahasa Arab, sehingga banyak buku yang terbit tentang
pembelajaran Al-Qur’an yang mengabaikan metode yang lazim digunakan
untuk pembelajaran bahasa Arab.
Untuk mengatasi permasalahan siswa yang belum dapat membaca
Al-Qur’an, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mencari solusi
yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada
pembelajaran Al-Qur’an lebih diminati oleh peserta didik, yakni dengan
mengunakan metode yang tepat dalam pembelajaran tersebut. Dengan
demikian, akan menumbukan minat dan perhatian peserta didik sehingga
proses belajar mengajar akan dapat berhasil secara lebih maksimal.
Metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di SDIT Taruna AlQur’an saat ini adalah Metode 10 Jam. Metode ini disusun secara praktis
untuk belajar cepat dalam membaca Al-Qur’an. Pelajar yang bersungguhsungguh akan dapat segera bisa membaca Al-Qur’an setelah mempelajari

kandungan buku tersebut. Jika ia mempelajarinya dua jam sehari, maka
kurang dari seminggu akan mampu membaca Al-Qur’an (Chirzin, 2007:
3).

3

B. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian lapangan,
karena penelitian ini berusaha menelaah kejadian sosial dalam suasana
yang berlangsung secara alamiah. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif. Robert Begdan dan Steven J yang dikutip
Moleong (2005: 3) mengatakan pendekatan kualitatif yaitu “penelitian
yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu:
a. Kepala Sekolah SDIT Taruna Al-Qur’an Sleman Yogyakarta, adalah
sebagai sumber data dalam mengungkap data tentang sejarah
perkembangan, struktur organisasi, kondisi dan situasi sekolah

secara umum serta sarana dan prasarana yang tersedia.
b. Guru pengajar Al-Qur’an, untuk menggali data tentang metode yang
digunakan dalam pengajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna Al-Qur’an,
Sleman Yogyakarta, faktor pendukung dan penghambat.
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah:
a. Metode observasi

4

Observasi dilakukan peneliti masuk ke dalam lembaga dan
menjadi bagian tim kerja. Dalam hal ini peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang diamati yang digunakan sebagai
sumber data penelitian (Sugiyono, 2007: 64).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung
tentang kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar,
khususnya metode pembelajaran Al-Qur’an, keadaan lingkungan dan
letak geografis.
b. Metode interview

Esterberg

(dalam

Sugiyono,

2007:

72)

mendefinisikan

wawancara dengan pertemuan dua orang bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara yang
digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pewancara memiliki
daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya untuk
ditanyakan kepada nara sumber (Sugiyono, 2007: 73).
Adapun kegunaan metode ini untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an serta faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah “cara
pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

5

catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan
lain sebagainya” (Arikunto, 2002:149).
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
pengelolaan materi, metode pengajaran yang diterapkan, struktur
kepengurusan, serta komponen pelaksana pendidikan di SDIT
Taruna Al-Qur’an, yaitu data tentang nama guru dan karyawan,
siswa, sarana dan prasarana, serta profil lain tentang lembaga.
2. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam
Sugiono, 2007: 88). Adapun metode yang digunakan dalam

menganalisis data yaitu deskriptif kualitatif dengan konsep yang
diberikan Miles dan Hubermen. Miles dan Hubermen (dalam Sugiono,
2007: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction

(reduksi data), data display

(penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan
kesimpulan dan verifikasi).

6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Program pembelajaran pemula
Program

pembelajaran

pemula

adalah

kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengenalkan bacaan AlQur’an kepada peserta didik yang belum mengenal huruf dan
mereka yang tingkat bacaannya masih terbata-bata. Dalam program
ini, peserta didik diperkenalkan huruf hijaiyah dan pelafadzan
huruf Arab yang berharakat fathah, kasrah, dhammah, tanda-tanda
waqof (berhenti), tanda ash shifr (tanda huruf mati), contoh-contoh
latihan, mad (bacaan panjang) beserta keterangannya. Berdasarkan
data

yang tercantum,

bahwa

kegiatan pembelajaran

yang

dilaksanakan oleh SDIT Taruna Al-Qur’an Yogyakarta adalah
mengenalkan

dan

melafadzkan

huruf

Arab.

Adapun

pelaksanaannya yaitu guru memberikan contoh atau mendikte
santri di depan kelas kemudian ditirukan oleh semua santri secara
berulang-ulang sampai bacaan siswa sesuai dengan yang dibaca
oleh gurunya. Selain itu, siswa juga harus memperhatikan
bagaimana guru mengucapkan huruf-huruf, agar santri dapat persis
seperti waktu guru membaca. Berdasarkan paparan di atas, tampak
bahwa pembelajaran pemula di SDIT Taruna Al-Qur’an telah
berjalan sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu:
pertama; mampu membaca Al-Qur’an merupakan tujuan utama.
kedua; mengenal huruf hijaiyah dan melafadzkan huruf Arab yang

7

berharakat fathah, kasrah, dhamah, tanda-tanda waqaf, tanda-tanda
as-shifr dan mad.
2. Pra tahsin
Program

pembelajaran

pra

tahsin

adalah

kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk menjelaskan, menerangkan,
dan menguasai

praktek kepada para peserta didik

yang

mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah
ilmu tajwid. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh SDIT
Taruna Al-Qur’an Yogyakarta adalah menguasai praktek hukumhukum tajwid. Adapun pelaksanaan kegiatan pra tahsin, yaitu
dengan tehnik individual klasikal baca-simak yang fokus pada
membaca. Tehnik individual digunakan pada saat siswa bertatap
muka dengan guru untuk mengetahui kemampuan masing-masing
siswa dalam menerapkan ilmu tajwid. Tenik klasikal baca-simak
digunakan untuk men-talaqqi-kan bacaan yang diikuti oleh peserta
didik dan guru menyimak, mengoreksi serta membenahi kesalahankesalahan bacaan peserta didik. Setelah selesai kegiatan tersebut,
guru memberikan materi tambahan pada peserta didik, terutama
yang berkaitan dengan ilmu tajwid. Setelah selesai guru
memberikan penilaian atau catatan khusus di buku pemantau
peserta didik sebagai acuan untuk mengetahui prestasi yang dicapai
setiap harinya.

8

Berpijak pada paparan di atas, tampak bahwa pelaksanaan
pembelajaran pra tahsin di SDIT Taruna Al-Qur’an telah berjalan
sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu:
pertama; menguasai hukum-hukum bacaan Al-Qur’an berdasarkan
kaidah tajwid. kedua; mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan
kaidah tajwid.
3. Tahsin
Program pembelajaran tahsin (perbaikan bacaan) adalah
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk peserta didik yang
lancar dalam membaca Al-Qur’an tapi terkadang masih melakukan
kesalahan jaly (jelas) dan kesalahan khofy (samar). Tahsin adalah
sebuah metode pendidikan peningkatan mutu bacaan Al-Qur’an
yang lebih dititik-beratkan pada perbaikan kesalahan-kesalahan
yang umumnya terjadi dalam bacaan Al-Qur’an. Adapun
pelaksanaan kegiatan tahsin, yaitu dengan pendekatan individual
yang menekankan pada sifatul huruf, makhraj, mad dan tajwid.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi yang menjadi target
perbaikan dalam pembelajaran tahsin adalah berupa: kesalahan
makhraj, bacaan mad, bacaan nun mati, bacaan tanwin, bacaan mim
mati dan bacaan idghom. Pada kegiatan ini guru memberikan
latihan secara talaqqi sima’i (guru membaca, kemudian peserta
didik memperhatikan dan menirukan) yaitu guru membaca,
kemudian diikuti peserta didik secara berulang-ulang, kemudian

9

peserta didik secara langsung membaca latihan di depan guru
dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai kegiatan
tersebut, guru memberikan materi tambahan untuk memperlancar
bacaan, seperti: bahasa Arab, do’a sehari-hari dan hafalan suratsurat pendek serta memberikan motivasi belajar, kemudian guru
memberikan penilaian atau catatan khusus di buku pemantau
peserta didik sebagai acuan untuk mengetahui prestasi yang dicapai
setiap harinya. Berpijak pada paparan di atas, dapat dikemukakan
bahwa pelaksanaan pembelajaran tahsin di SDIT Taruna Al-Qur’an
telah berjalan sesuai dengan teori pencapaian tujuan pembelajaran
tahsin, yaitu: pertama; lancar membaca Al-Qur’an sesuai dengan
kaidah tajwid. Kedua; Bebas dari kesalahan jaly maupun khafy
dalam membaca Al-Qur’an.
4. Tahfidz
Program

pembelajaran

tahfidz

adalah

kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan untuk peserta didik yang sudah
mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid, karena hal
tersebut merupakan penjagaan terhadap keaslian Al-Qur’an.
Sedangkan berdasarkan data yang tercantum pada bab III halaman
49, bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh SDIT
Taruna Al-Qur’an pada program ini peserta didik harus sudah
lancar membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

10

Adapun pelaksanaan kegiatan tahfidz, yaitu sebelum
memulai menghafal Al-Qur’an peserta didik terlebih dahulu harus
membaca Al-Qur’an dengan melihat mushaf di hadapan guru,
kemudian setelah bacaan peserta didik telah benar dan sesuai,
maka dilanjutkan dengan membaca secara berulang-ulang sampai
hafal yang dimulai dari juz 30. Selanjutnya peserta didik maju satu
per-satu menyetorkan bacaannya tanpa melihat mushaf dan guru
menyimak. Setelah selesai, guru memuraja’ah (mengulang-ulang
bacaan) hafalan yang telah dikuasai peserta didik secara serentak
dengan tujuan agar kuat hafalannya, kemudian guru memberikan
penilaian atau catatan khusus di buku pemantauan sebagai acuan
untuk mengetahui prestasi yang dicapai setiap hari.
Berdasarkan pada paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran tahfidz di SDIT Taruna Al-Qur’an telah
berjalan sesuai dengan teori pembelajaran tahfidz yaitu: sebelum
mulai menghafal peserta didik harus membaca Al-Qur’an dengan
melihat mushaf di hadapan guru, kemudian setelah bacaannya
sudah sesuai dan benar, maka dilanjutkan dengan menghafal yang
dimulai dari juz 30.

11

D. KESIMPULAN
Hasil pembahasan diatas tentang penerapan metode 10 jam
pembelajaran Al-Qur’an dapat ditarik simpulkan sebagai berikut:
Penerapan metode 10 jam pembelajaran Al-Qur’an di SDIT Taruna AlQur’an dibagi menjadi empat jenjang, yaitu pertama, program
pembelajaran pemula, yaitu mengenalkan huruf hijaiyah dan pelafadzan
huruf Arab; kedua, program pembelajaran pra tahsin, yaitu menguasai
hukum-hukum bacaan berdasarkan kaidah tajwid; ketiga, program
pembelajaran tahsin, yaitu perbaikan bacaan yang terkadang masih
melakukan kesalahan jaly mapun kesalahan khafy; dan keempat, program
pembelajaran tahfidz, yaitu sebelum mulai menghafal Al-Quran terlebih
dahulu siswa harus membaca dengan melihat mushaf, setelah bacaannya
sudah baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid, kemudian dilanjutkan
dengan menghafal yang di mulai dari juz 30

12

DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzan, Sholih. 2005. Tadabur Al-Qur’an, Solo: Al-Qowam. .
Chirzin, Muhammad. 2010. Metode Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an 10 Jam,
Yogyakarta: Oval.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R & D, Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Lexy, J Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

13