PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU.
PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR
DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
5A
OLEH:
R
U M L I
NIM. 019425
PROGRAM PASCASARJANA
UWVERSfTAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
PROF. DR. IBRAHIM, MA
Pembimbing II
DR. IR. MUKHIDIN, M.Pd.
ABSTRAK
Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dari
empat strategi pokok pengembangunan pendidikan nasional. Pemerintah
telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain
melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum
menunjukkan nasi! yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan
kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempumakan.
Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik
dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber
belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model desain kurikulum
muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk diajarkan
di sekolah dasar dari kelas IV sarnpai dengan kelas VI, sesuai dengan
aspek proses pengembangan kurikulum. Pengambilan tema di atas
berangkat dari suatu pemikiran bahwa kualitas kurikulum muatan lokal
sekolah dasar sangat rendah bila dibandingkan dengan kurikulum
pelajaran lainnya. Kenyataan tersebut apabila terus dibiarkan akan
berdampak negatif bagi nilai-nilai budaya daerah serta bagi kualitas
pendidikan di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini metode penelitian dan pengembangan (Research and
Development) dan prosedur/langkah-langkah yang diambil terbagi dalam
3 tahap yaitu (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan Model, dan (3) Uji
Coba dan Perbaikan.
Hasil penelitian melahirkan beberapa kesimpulan. Pertama,
Kurikulum muatan lokal yang ada masih belum maksimal, input
penyusunannya belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum,
proses penyusunannya belum terencana, dan produknya belum mewakili
dari seluruh budaya dan kebutuhan daerah. Kedua, kurikulum muatan
lokal pada SD Negeri Tanjungpinang perlu dilakukan pengembngan model
desain kurikulumnya didasarkan pada ide atau pemikiran yang dilandasi
konsep pengembangan kurikulum muatan lokal yang berdasarkan
perkembangan kurikulum, mengacu pada proses yang benar dan produk
kurikulum mudah untuk dilaksanakan. Ketiga, Efektivitas dan efisiensi
pengembangan model kurikulum
mampu menempatkan guru sebagai
fasilitator, motivator, mediator dan evaluator bagi siswa dalam proses
pembelajaran dalam upaya mengembangkan keterampilan sosialnya.
Keempat, Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah membutuhkan
sistem pembelajaran yang efektif dan efisien dan didukung oleh sumber
daya berkualitas, sehingga tujuan yang inginkan dapat dicapai. Kelima,
Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal budaya
daerah, cukup signifikan artinya dapat meningkatkan pemahaman
dibandingkan sebelum adanya pengembangan model. Adanya
peningkatan proses pembelajaran baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Pengembangan model kurikulum muatan lokal mutlak dibutuhkan.
Pengembangan tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu,
dilaksanakan oleh tim yang proporsionai dan profesional dalam bidang
kurikulum. Selanjutnya dalam pelaksanaan kurikulum hams efektif dan
efisien, sehingga menghasilkan pengetahuan yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
>.
"
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
hi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v.
v".
vm
IX
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
6
C. Definisi Operasional
8
D. Tujuan Penelitian
10
E. Manfaat Penelitian
11
F. Paradigma Penelitian
BAB II
12
PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
14
A. Proses Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2. Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
3. Anatomi Kurikulum
19
26
Prosedur
Penyampaian
Bahan
Pengajaran
4. Rekayasa Kurikulum
a. Beauchamp's System
b. The Systematic Action Research Model
5. Evaluasi
Kurikulum
dalam
28
29
31
32
Tahap-tahap
Pengembangan Kurikulum
B. Relevansi Pengembangan Kurikulum
1. Aspek Relevansi
2. Permasalahan Relevansi
C. Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Dasar
32
38
38
39
42
1. Landasan Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal...
42
3. Isi/Materi Kurikulum Muatan Lokal
46
2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
4. Susunan Program Pengajaran Muatan Lokal
D Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Muatan
Lokal
BAB III
15
18
a. Tujuan Pendidikan
b. Isi Kurikulum
c. Sistem dan
14
14
45
48
49
METODOLOGI PENELITIAN
50
A. Metodadan Prosedur Penelitian
1. Studi Pendahuluan
50
52
53
2. Perencanaan Pengembangan Model
3. UjiCoba Model
54
a. Uji Coba Terbatas
b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba
Terbatas
c. Uji Coba Lebih Luas
d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba
Lebih Luas
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Evaluasi Kurikulum
2. Instrumen Evaluasi Desain Kurikulum
3. Instrumen Uji Coba Terbatas
4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Studi Pendahuluan
a. Survei Awal
b. Evaluasi Kurikulum
c. Penilaian Kebutuhan
2. Penyusunan dan Implementasi Model
a. Penyusunan Model (Draft Awal)
b. Implementasi Model
3. Hasil UjiCoba
B. Pembahasan Hasil Penelitian
BABV
54
5^
55
56
58
58
59
62
64
65
67
69
69
69
69
73
76
83
84
90
1°3
109
KESIMPULAN DAN SARAN
118
B. Saran
12U
DAFTAR PUSTAKA
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
124
A. Kesimpulan
JJ8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
2.1.
Proses Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck
2.2.
Susunan Program Pengajaran Kurikulum Muatan Lokal
Sekolah Dasar Perminggu
4.1.
21
48
Kurikulum Muatan Lokal Budaya Daerah Kelas IV Sekolah
Dasar Kota Tanjung Pinang
71
4.2.
Hasil Wawancara Kebutuhan Budaya Daerah
80
4.3.
T-Test
105
4.4.
Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi
Gejala Alam Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba
4.5.
106
Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi
Pantang Larang Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba
Vll
107
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Continuum of Curriculum Models
12
1.2.
Paradigma Penelitian
13
2.1.
Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
16
2.2.
Anatomi Kurikulum
19
2.3.
Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck
21
vm
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah dokumen kurikulum yang fleksibel dan mudah untuk dilaksanakan.
Dokumen kurikulum yang dikemas dalam setiap bidang studi ada yang
bermuatan nasional dan ada yang bermuatan lokal. Pemerintah daerah
diberi kebebasan
dan kebijaksanaannya untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal.
Pada jenjang pendidikan dasar pengembangan kurikulum muatan
lokal telah dilakukan sejak digunakan kurikulum 1984 disisipkan pada
berbagai bidang studi yang sesuai, hal ini lebih diintensifkan lagi
pelaksanaan kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994 tidak lagi disisipkan
pada berbagai bidang studi baik bidang studi wajib maupun bidang studi
pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama
untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum
sentralistik, yang bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal
lingkungannya, serta mampu melestarikan dan mengembangkan sumber
daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung
pembangunan nasional, maupun pembangunan lokal, sehingga peserta
didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungannya.
Kurikulum muatan lokal pada khakekatnya merupakan suatu
perwujudan dari pasal 38 ayat 1 Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi : "Pelaksaan kegiatan pendidikan dalam satuan
pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan
dan ciri khas suatu pendidikan". Sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan
lokal telah dijadikan strategi pokok link &match" (Depdikbud, 1993 : 14).
Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1994: 97-
98), menetapkan empat strategi pokok pembangunan pendidikan
nasional, yaitu
: (1) peningkatan dan pemerataan kesempatan
pendidikan, (2) Relevansi pendidikan, (3) kualitas pendidikan , dan (4)
efesiensi pengelolaan pendidikan. Pemerintah telah mengambil kebijakan
link &match yang dioperasionalkan melalui pengembangan kurikulum
muatan lokal.
Relevansi yang dimaksudkan di atas ialah memaksimalkan muatan
lokal untuk menghasilkan kemampuan, keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan lokal dan sejauh mungkin meiibatkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan.
Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dan
empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah
telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain
melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan
kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan.
Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik
dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber
belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.
Sekolah dasar (SD) dalam wilayah Pemerintahan Kota Tanjung
Pinang Propinsi Kepulauan Riau dari kelas IV sampai dengan kelas VI
telah diberikan muatan lokal yaitu pelajaran Bahasa Inggris, Arab Melayu
yang merupakan muatan lokal wajib dan budaya daerah sebagai muatan
lokal pilihan dengan materi kurikulum muatan lokal yang berasal dari
ketentuan dari Kantor Dinas Pendidikan Daerah . Besar keinginan penulis
untuk mengembangkan muatan lokal yang menjadi pilihan dari setiap
daerah dalam hal ini mata pelajaran budaya daerslh.
Kota Tanjung Pinang sangat banyak jenis kebudayaan daerah (baik
berbentuk fisik maupun non fisik), kebudayaan yang lain, yang saat ini
mulai punah dan perlu dilestarikan untuk menanamkan sikap dan nilai-nilai
yang sesuai dengan kepribadian daerah dan tercermin dalam kepribadian
nasional. Misalnya budaya berpakaian, dan jenis pakaian untuk acara-
acara tertentu (fisik), dan berbagai permainan tradisional, adat bertamu,
adat pergaulan, tarian dan nyanyian daerah (kesenian) serta tradisi adat
lainnya (non fisik).
Mengajar Kelas IV sampai dengan Kelas VI dengan materi
kurikulum muatan lokal kebudayaan daerah yang sama tentang
perkawinan sehingga dapat menimbulkan kejenuhan dan kurang
bervariasi jenis kebudayaan yang dapat dipelajari di sekolah.
Sumaatmadja (1998, 48-49) mengemukakan :
Kebudayaan itu merupakan konsep yang sangat luas meliputi
segala aspek perilaku dan kemampuan siswa, dan juga menjadi
milik otentik manusia dimanapun ia berada serta pada tingkat
apapun. Dengan demikian kebudayaan itu tidak hanya terbatas
pada aspek tradisi, adat istiadat, seni dan kepercayaan, melainkan
meliputi segala aspek yang dihasilkan dari pengalaman, perilaku,
perasaan, keterampilan, pemikiran, gagasan, dan segala tindakan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas dan masyarakat, orang tua, siswa,
dan guru serta beberapa hasil penelitian terdahulu kurikulum muatan lokal
yang ada saat ini dirasakan jauh dari kesempumaan dari keinginan
masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolcgi, pertumbuhan
dan dengan tingkat perkembangan anak.
Sebagian besar masyarakat di Propinsi Kepulauan Riau terutama
Kota Tanjung Pinang terdiri dari masyarakat yang religius, masyarakat
pekerja, dan masyarakat sosial budaya, saat ini perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kesejahteraan, menanamkan
yang
sesuai
dengan
sikap
kepribadiannya,
dan
dan
nilai-nilai
dengan
perkembangan daerah sebagai pencerminan dari kepribadian nasional,
dalam upaya meningkatkan sumberdaya manusia.
Untuk mewujudkan keinginan di atas, guru merupakan faktor yang
periu mendapat perhatian yang utama, disamping kurikulumnya, karena
baik buruknya suatu kurikulum pada akhimya tergantung pada kreativitas
guru sebagai perencana dan pelaksana kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal, guru diberi keleluasaan untuk mengembangkan
kebutuhan lokal. Keberhasilan kurikulum muatan lokal sangat tergantung
pada kinerja guru. Sebagaimana diungkapkan Syaodih. N, (2000 :194),
menyatakan
"Betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi
hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga
murid dalam kelas (actual)". Dengan demikian guru memegang peranan
penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa kurikulum muatan lokal itu
sungguh banyak dan luas materinya sehingga kita dapat memilih dan
merencanakan yang lebih baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan guru,
orang tua, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah sesuai dengan
karakteristik anak seusia sekolah dasar.
Sejalan dengan semangat otonomi daerah, dimana daerah
mempunyai wewenang tertentu untuk menentukan kebijakan-kebijakan
tertentu dalam bidang pendidikan termasuk penentuan desain kurikulum
muatan lokal di Sekolah Dasar khususnya Kelas IV di kota Tanjung
Pinang.
Memperhatikan uraian di atas betapa pentingnya perhatian kita
terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal. Karena kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sentral dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, yang menentukan proses hasil
pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum muatan lokal
dalam pendidikan dan perkembangan peradaban manusia, maka
pengembangan dan pembinaan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarang tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil
pemikiran dan penelitian. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya,
tampaknya kajian yang pernah dilakukan mengenai masalah disekitar
program pengembangan kurikulum muatan lokal / proses belajar mengajar
muatan
lokal. Sebagaimana diketahui belum terencananya secara
maksimal
pengembangan
Kurikulum
Muatan
Lokal.
Untuk
itu
mengkaji/meneliti lebih lanjut mengenai pengembangan kurikulum muatan
lokal yang lebih efektif, baik itu yang berkenaan dengan tujuan, isi/materi,
pengalaman belajar, serta evaluasi kurikulum Muatan Lokal yang
berkenaan dengan kebutuhan daerah bersangkutan.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini berkenaan dengan model pengembangan kurikulum
muatan lokal yang cocok dalam kaitannya dengan perkembangan daerah
setempat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Penelitian ini akan
mengungkapkan pula hal-hal yang berkaitan dengan keinginan
masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal pilihan
untuk Sekolah Dasar dalam perumusan tujuan, isi/materi, pengalaman
belajar, dan evaluasi. Penelitian ini akan mengungkapkan pula hal-hal
yang berkaitan dengan peran guru dan kepala sekolah serta pemerintah
daerah dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Model
kurikulum
muatan
dikembangkan
lokal yang
di sekolah
bagaimanakah
dasar dalam
paling cocok
kaitannya
dengan
perkembangan daerah Kota Tanjung Pinang ? Adapun konsep pokok
yang menjadi bahan kajian penelitian ini diuraikan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana kondisi kurikulum muatan lokal yang ada pada SD Negeri
Kota Tanjung Pinang ?
a. Bagaimana input penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD
Negeri Kota Tanjung Pinang ?
b. Bagaimana proses penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD
Negeri Kota Tanjung Pinang ?
c. Bagaimana produk dari penyusunan kurikulum muatan lokal pada
SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?
2) Bagaimana model desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan
kondisi
masyarakat,
dan
pemerintah
daerah
serta
cocok
dikembangkan Sekolah Dasar Negeri Kota Tanjung Pinang ?
3) Bagaimana efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum
muatan lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang ?
4) Bagaimanakah Implementasi Kurikulum Muatan Lokal yang sudah
dikembangkan di SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?
5) Bagaimanakah hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum
Muatan lokal Budaya Daerah yang telah dikembangkan di SD Negeri
Kota Tanjung Pinang ?
Penelitian ini tidak hanya mengungkapkan dan menjawij
pertanyaan tentang "bagaimana" pengembangan kurikulum muats
lokal, tetapi hams pula dapat mengungkapkan dan menjawab^
pertanyaan "bagaimana" kaitan kurikulum muatan lokal dengan
perkembangan daerah yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan
"bagaimana" peran serta masyarakat dalam merealisasikan kurikulum
tersebut, serta "mengapa" hal tersebut dilakukan.
C. Definisi Operasional
Defmisi
operasional
dimaksudkan
untuk
menghindari
perbedaan interpretasi yang mungkin terjadi. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Tuckman
(1978:13)
yang
mengemukakan
:
Operationalizing variables means stating them in an observable and
measurable form, making them available for manipulation, control, and
examination". Agar tidak terdapat kesalahpahaman terhadap pokok-
pokok masalah yang akan diteliti, maka di sini dijelaskan beberapa
istilah yang dipandang penting untuk dijelaskan pengertiaannya.
1. Pengembangan kurikulum muatan lokal.
Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum muatan lokal
dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk mendesain
kurikulum
muatan lokal
pada
SD di Pemerintahan
Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
2. Langkah-langkah pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Yang dimaksud langkah-langkah pengembangan kurikulum
muatan lokal dalam studi ini adalah urutan kegiatan mendesain
kurikulum yang mencakup kegiatan :
a. Studi pendahuluan,
Dalam studi pendahuluan ini dilakukan kegiatan berupa :
1) Survey awal , yakni mengadakan studi awal tentang
kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan penyusunan
kurikulum muatan lokal.
2) Evaluasi kurikulum yakni kegiatan untuk mengumpulkan
atau menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum
muatan lokal selama ini.
b. Perencanaan pengembangan model,
Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun rencana
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal. dengan
kegiatan:
1) Analisis ketersediaan sumber daya, waktu, dan kebutuhan
biaya,
2) Menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam
pengembangan model kurikulum,
3) Menetapkan indikator/kriteria yang berkaitan dengan
pengembangan model dan strategi pengembangan desain
kurikulum muatan lokal,
4) Menyusun rencana pengembangan model desin kurikulum
muatan lokal,
5) Menetapkan model desain kurikulum muatan lokal.
c. Uji coba model.
Yang dimaksud dengan uji coba model dalam penelitian fi^JV^I
adalah kegiatan mengujicobakan model desain kurikuhir^r^;»••.&.
muatan lokal yang telah ditetapkan dalam dalam tahap uji comsr-^r-^^
terbatas dan uji coba luas.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapat
gambaran yang jelas tentang
model pengembangan kurikulum
muatan lokal yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
daerah dan tepat pula untuk diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang. Sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam
rangka memberikan
pengalaman yang
lebih bermakna bagi
peserta didik baik sebagai bekal untuk melanjutkan maupun untuk
mengembangkan diri di tengah masyarakat sesuai
dengan asas
pendidikan seumur hidup.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
menemukan:
1. Kondisi kurikulum muatan lokal pada Sekolah Dasar di kelas IV
Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Model desain kurikulum yang sesuai dengan kondisi masyarakat
dan pemerintah daerah serta cocok untuk dikembangkan di
sekolah dasar.
3. Efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum muatan
lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang.
4. Implementasi Kurikulum muatan Lokal Budaya daerah di Sekolah
Dasar di kelas IV.
5. Hasil yang dicapai dalam penerapan Kurikulum muatan lokal Budaya
daerah di Sekolah Dasar di Kelas IV.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, sehingga
dapat
dijadikan referensi:
1. Bagi dinas Pendidikan/ lembaga pengembangan kurikulum daerah,
hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu sumber dalam
menyempumakan dan meningkatkan mengemembangkan kurikulum
muatan lokal untuk Sekolah dasar.
2. Bagi para guru, hasil penelitian ini merupakan umpan balik dan dapat
digunakan
sebagai
bahan
untuk
menyempumakan dan
ikut
bepartisipasi untuk merencanakan desain kurikulum muatan lokal dan
melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga diperoleh relevansi
pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
daerah di dalam wilayah pemerintahan kota Tanjung Pinang.
3. Bagi para kepala sekolah dan pengelola pendidikan, hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan supervisi dalam menyempumakan dan
meningkatkan relevansi pengembangan kurikulum muatan lokal.
4. Bagi masyarakat, orang tua, dan pihak pengusaha/lapangan kerja,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur tentang
partisifasinya dalam bidang pendidikan, dan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan partisipasinya di masa mendatang
dalam pendidikan.
5. Bagi Program Pengembangan Kurikulum, sebagai masukan untuk
membuka wawasan bagi penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya
dalam masalah pengembangan kurikulum muatan lokal.
F. Paradigma Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan tersebut, terutama tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, dikemukakan
paradigma penelitian yang merupakan jalan yang ditempuh dalam
penelitian berdasarkan pemasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan.
Beberapa paradigma konseptual dikemukakan sebagai berikut:
Print. M, (1987 : 21), melukiskan "Continuum of Curriculum Models"
sebagai berikut:
Rational/objective
Cyclical
Dynamic /interaction
Models
Models
models
Tyler
Wheeler
Walker
Taba
Nicholls
Skillbeck
Gambar 1.1. Continuum of Curriculum Models
Dalam penelitian ini, model dinamik (dynamic model) dijadikan
dasar dalam mengembangkan dan mengkaji permasalahan mengenai
pengembangan kurikulum muatan lokal dalam kaitannya perkembangan
daerah yang cocok dikembangkan di sekolah dasar (sesuai dengan
kebutuhan).
Kurikulum muatan lokal di sekolah dasar dikembangkan dengan
alasan sebagai berikut : pertama, sekolah dasar yang paling banyak
tersebar di daerah-daerah. Kedua, masa kanak-kanak yang paling cocok
untuk ditanamkan suatu sikap dan kebiasaan dikarenakan dapat lebih
mengakar.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan paradigma penelitian, dalam
pengembangan kurikulum dilakukan kegiatan-kegiatan. Pengembangan
kunkulum muatan lokal sebagai sistem terdiri dari input yaitu siswa belum
mengenai budaya daerah, siswa masih usia dini. Selanjutnya dibuat
desain kurikulum yaitu tujuan, isi/materi, pengalaman belajar dan evaluasi
dengan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya
kebijakan pemkot, peningkatan kualitas guru, sarana/prasarana, biaya
serta faktor lingkungan diantaranya sosial budaya, masyarakat religi,
pekerjaan dan ilmu pengetahuan.
Dari input tersebut dilakukan proses pengembangan dengan
berdasarkan pada pengalaman belajar dan keterlibatan masyarakat.
Sehingga diperoleh output/hasil yang diharapkan dan sesuai dengan
perkembangan, sebagai individu mandiri sesuai kebutuhan, dapat
berbuat, berperilaku serta terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sebagai anggota masyarakat dapat diterima di tengah masyarakat.
Berdasarkan penjelasan paradigma penelitian di atas, dapat ditampilkan
gambar paradigma penelitian sebagai berikut:
Kebijakan Pemkot
- Kualitas Guru
- Fasilitas
Hasil:
- Biava
IZ
Sesuai
Proses:
Desain Kurikulum:
- Pengalaman
memahami
- Tujuan
- Memanfaatkan
budayanya
- Pengalaman Bel.
Siswa:
Kurangmengenai &
Sebagai peawris
budaya perlu dikenah
- Isi/Materi
dengan
perkembangan
nya siswa dapat
belajar
berbuat
lingkungan
sesuai
- kebutuhan
- Evaluasi
dan
berprilaku
siswa
- kebtuhan
sejak dini
masyarakat
Lingkungan :
Sosial Budaya
.
Masyarakat. Religi
Pekerjaan
Ilmu Pengt. & Teknologi
Gambar: 1.2. Paradigma penelitian
setempat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur
atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari persiapan
hingga akhir penelitian serta instrumen yang digunakan dan unsur-unsur
yang terlibat.
Untuk memudahkan dalam memeahmi bab ini
pennyajiannya dikelompokan didalam sub bab metoda dan prosedur
penelitian, lokasi dan subyek penelitian, instrumen penelitian, serta teknik
analisis dan pengeloaan data. Uraian masing-masing sub bab tersebut
sebagai berikut:
A. Metoda dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan model desain
kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk
diajarkan disekolah dasar di kelas IV, sesuai dengan aspek proses
pengembangan kurikulum muatan lokal yaitu penentuan tujuan, pemilihan
isi/materi, proses belajar mengajar, dan mendeskripkannya.
Pengembangan model desain kurikulum muatan lokal dimaksud
akan dilakukan dengan metoda penelitian dan pengembangan (Research
and Development) dengan pendekatan kualitatif yang berusaha
menggambarkan, memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa
interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Selanjutnya prinsip
metoda
ini,
adalah
mengembangkan
suatu
produk pendidikan,
mengujicoba di lapangan, dan menyempumakan produk berdasarkan data
so
dari lapangan . Sebagai dasar pertimbangan pemakaian motoda
Research and development diantaranya bahwa metode ini dapat untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan
strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian metoda
ini sangat sesuai dan tepat digunakan untuk penelitian pengembangan
model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan tingkat relevansi yang
tinggi sebagai salah satu produk pendidikan.
Menurut Borg dan Gall, (1983) dalam metoda Research and
Development ada sepuluh langkah yang dilalui yaitu : 1) Pengkajian dan
pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan pendahuluan
bentuk produk,4) ujicoba pendahuluan dilapangan, 5) penyempumaan
produk berdasarkan data uji coba pendahuluan, 6) Uji coba utama, 8) Uji
coba lapangan secara riil 9) Penyempumaan produk akhir, 10) diseminasi
dan implementasi. Kesepuluh langkah tersebut dilakukan secara seri.
Dengan adanya faktor-faktor penghambat yang sulit dihindari, dalam
penelitian ini
tidak semua langkah dalam metoda Research and
Development dapat dilaksanakan.
Adanya faktor
penghambat yang sulit untuk dihindari dalam
penelitian ini, maka tidak semua langkah dalam metode Research and
Development dapat dilaksanakan. Namun demikian upaya untuk
memvalidasi dokumen hasil penelitian tetap dilakukan agar tidak
mengurangi esensi penggunaan model tersebut Langkah-langkah yang
diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi
Pendahuluan, (2). Perencanaan model, 3). Uji coba dan perbaikan.
diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi
Pendahuluan, (2). Perencanaan model, 3). Uji coba dan perbaikan.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksud untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan
dalam penyusunan model desain kurikulum Muatan lokal
yang akan dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam studi
pendahuluan adalah : survey awal di Sekolah Dasar, evaluasi Kurikulum
Muatan Lokal di Sekolah Dasar, dan pengkajian hasil penilaian kebutuhan
pengajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar.
Survey awal dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan
dengan penerapan konsep pengembangan Kurikulum Muatan lokal yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil survey akan digunakan
sebagai masukan dalam merancang instrumen penelitian. Pada saat
survey, peneliti melakukan studi dokumentasi kurikulum muatan lokal yang
diterapkan di Sekolah Dasar, dan wawancara dengan guru-guru,
Pengembang Kurikulum dan stap Dinas Pendidikan Nasional di Kota
Tanjung Pinang.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan
kelemahan yang terkandung dalam kurikulum yang selama ini diterapkan.
Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan ( input) pertama dalam
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal.
Penilaian
kebutuhan
sebagai dasar
dalam
merupakan
masukan yang
digunakan
penyusunan model desain pengembangan
kurikulum muatan lokal mata pelajaran kebudayaan daerah yang menjadi
fokus
penelitian
ini.
Penilaian
kebutuhan
dimaksudkan
untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang program pengajaran yang
benar-benar dibutuhkan oleh siswa , masyarkat dan pemerintah daerah.
2. Perencanaan Pengembangan Model
Setelah produk pendidikan yang akan dikembangkan teridentifikasi
secara
jelas,
langkah
selanjutnya
adalah
menyusun
rencana
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan
kesesuaian (relevansi) dengan yang diinginkan. Hal yang paling penting
dalam merencanakan penelitian produk pendidikan adalah memmuskan
tujuan spesifik yang akan dicapai oleh produk hasil pengembangan
pendidikan dan mengestimasikan kebutuhan, dana, waktu, sumber daya
manusia yang akan terlibat dalam pengembangan produk pendidikan
tersebut.
Agar perencanaan pengembangan model kurikulum muatan lokal
dapat dilakukan secara cermat dan teliti, pada tahap ini ada beberapa
kegiatan perlu dilakukan
yaitu meliputi : (1) analisis ketersediaan
sumberdaya, (2) analisis kebutuhan waktu, (3) analisis kebutuhan biaya,
(4) menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam pengembangan
model kurikulum, (5) Menetapkan indikator atau kriteria keberhasilan
yang berkaitan dengan pengembangan model desain kurikulum muatan
lokal, (6) menetapkan strategi dalam pengembangan model desain
kurikulum muatan lokal, (7) menyusun rencana pengembangan model
desain kurikulum muatan lokal, dan Model Desain kurikulum muatan lokal
yang cocok di Sekolah Dasar Kota Tanjung Pinang.
Langkah selanjutnya menetapkan model yang akan digunakan
dalam penyusunan desain kurikulum muatan lokal yang cocok untuk
dikembangkan di Sekolah Dasar. Peneliti mencoba memmuskan model
desain kurikulum muatan lokal
yang diarahkan untuk mengeliminir
kelemahan-kelemahan kurikulum terdahulu dan memmuskan unsur-unsur
yang bersifat inovasi atau pengembangan. Namun demikian, dalam
menyusun desain kurikulum ini tetap akan memperhatikan kekuatankekuatan yang dimiliki kurikulum terdahulu.
3. Uji Coba Model
a. Uji Coba Terbatas
Langkah ini dimaksudkan untuk mengujicoba model desain
kurikulum muatan lokal yang dihasilkan guna mengetahui apakan model
tersebut dapat dioprasikan sesuai dengan yang diharapkan. Uji coba ini
juga mengandung makna untuk mendapatkan masukan dalam rangka
penyempumaan model desain kurikulum lebih lanjut, sehingga diperoleh
model yang lebih mantap. Uji coba pendahuluan dilakuakan dua tahap.
Tahap I bempa validasi model desain kurikulum yang dihasilkan. Proses
validasi dilakukan para ahli dibidang pengembangan kurikulum dan
sabyek materi. Tahap II dilakukan dalam bentuk simulasi penerapan
model desain kurikulum muatan lokal di Sekolah Dasar Negeri Nomor
014 Bukit Bestari. Dilaksanakan Uji terbatas pada sekolah ini dianggap
Sekolah Dasar tersebut memiliki pada tingkat sedang, dan mudah
untuk mengadakan pendekatan pada kepala sekolah dan guru di sekolah
bersangkutan.
b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji coba Terbatas
Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan atau penyempumaan
terhadap buram desain kurikulum muatan lokal yang telah dihasilkan.
Proses perbaikan atau penyempumaan didasarkan atas temuan pada
saat melakukan uji coba terbatas dan penyempumaan dari ahli atau
pakar. Penyempumaan atau perbaikan dilakukan terhadap substansi dan
redaksi model desain kurikulum.
c. Uji Coba Lebih Luas
Uji Coba lebih luas dilakukakan pada tiga level Sekolah Dasar,
masing-masing satu Sekolah Dasar level tinggi, yaitu Sekolah Dasar
Negeri Nomor 012 Bukit Bestari, satu Sekolah Dasar Level sedang, yaitu
Sekolah Dasar Negeri Nomor 016 Bukit Bestari, dan satu Sekolah Dasar
level rendah yaitu Sekolah dasar Negeri Nomor 006 Bukit Bestari Timur.
^r
Hal ini dilaksanakan untuk membuat generalisasi lebih terhadap
implementasi kurikulum yang telah disempurnakan.
Penentuan level ini, diperoleh dari prestasi yang dicapai dari setiap
sekolah dari rangking hasil evaluasi tahap akhir yang dilaksanakan secara
nasional tahun 2001/2002, yang dibuat oleh Kantor Dinas Pendidikan
Pemerintahan kota Tanjung Pinang. Yang level tinggi nilai rata-rata 7,5,
level sedang nilai rata-rata 6,5, sedangkan level rendah nilai rata-rata 6.
d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba Lebih Luas
Hasil Pengamatan dari hasil uji coba lebih luas dan dari hasil tes
merupakan temuan atau masukan untuk merevisi model pengembangan
kurikulum yang dikembangkan. Untuk lebih sempumanya Desain Kuriulum
Yang dikembangkan juga diminta masukannya dari para pakar dan ahli
pengembangan kurikulum.
Hasil penyempumaan dari Uji coba lebih luas ini merupakan
produk pendidikan yaitu desain Kurikulum Mutan Lokal
Sekolah Dasar
Kelas IV, yang sudah siap untuk dilaksanakan disetiap sekolah dasar
yang berada di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.
Secara sistematis, langkah-langkah yang telah dipaparkan dengan
uraian terdahulu dapat dilihat dalam diagram pada halaman berikut:
Gambar 3.1.
Diagram Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Sekolah Dasar Di Kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau
Fase
Kegiatan
Unsuryangterlibat
Mengkaji dan
mengumpulkan informasi
Persiapan
Menyusun Rencana
pengembangan
Peneliti
Peneliti &
Pembimbing
Pelaksanaan
- Menyusun
Peneliti
- Buram desain
Menyusun desain
Kurikulum Muatan Lokal
berdasarkan kebutuhan
Peneliti
Ahli
Kurikulum &pakar
Pengembangan
kurikulum
- Pemantapan
buram desain
Gum
Uji Coba Terbatas
Kurikulum
Peneliti
- Buram desain
Pengembangan
Kurikulum
Siswa
Peneliti
Penyempumaan
Desain Kurikulum Muatan
Ahli Kurikulum
& Pakar
Lokal
Guru
Uji Coba
Lebih Luas
Hasil
Model Desain Kurikulum
Muatan Lokal yang cocok
Kebutuhan Masyarakat
Siswa
Peneliti
Peneliti
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini mendeskripsikan antara pengembangan kurikulum
muatan lokal dengan kebutuhan daerah kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau. Tepatnya
penelitian ini, pengembangan kurikulum
muatan lokal budaya daerah sebagai mata pelejaran pilihan dalam
kurikulum yang sudah ditentukan, dengan pertimbangan Pemerintahan
kota Tanjung Pinang memiliki berbagai jenis budaya daerah melayu baik
perkotaan dan pinggir kota, lagi pula Tanjung pinang merupakan kota
transit wisatawan manca negara.
Sebagai tempat uji terbatasnya yaitu di Sekolah Dasar Negeri
Nomor 014 Kecamatan Bukit Bestari Tanjung Pinang dan tempat uji lebih
luas di tiga sekolah dasar yaitu di Sekolah Dasar Negeri Nomor 012, 016
dan 006 Kecamatan Bukit Bestari di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.
Alasan pemilihan Sekolah Dasar-Sekolah Dasar tersebut masih berada
dalam satu wilayah sehingga mudah untuk dijangkau secara cepat.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan empat jenis instrumen sebagai
berikut:
Pertama,
instrumen untuk mengevaluasi kurikulum, untuk
mengevaluasi kurikulum berdasarkan kriteria evaluasi kurikulum yang
ditentukan.
Kedua, instrumen
untuk menjaring
data dalam rangka
menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kurikulum
muatan lokal Sekolah Dasar yang diterapkan di Kota Tanjung Pinang.
Instrumen ini terdiri dari pedoman wawancara yang dikembangkan
dengan mengacu kepada karakteristik pengembangan kurikulum.
Ketiga, Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba terbatas
model desain kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan
masyarakat sebagai produk penelitian ini. Instrumen tersebut berupa
pedoman wawancara untuk menjaring informasi , masukan atau
tanggapan dalam rangka validasi, model desain kurikulum pelatihan dan
pedoman observasi dalam rangka simulasi penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah dasar.
Keempat, Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba yang
lebih luas yang mencakup pula tes hasil belajar yang akan digunakan
untuk pre dan post tes.
1. Instrumen Evaluasi Kurikulum
Instrumen evaluasi kurikulum muatan lokal di sekolah dasar
dikembangkan
dengan mengacu kepada kriteria evaluasi yang telah
ditetapkan sebelumnya . Kriteria evaluasi yang dimaksud disusun dengan
pendekatan fedelity, suatu kriteria yang dikembangkan dari karakteristik
kurikulum itu sendiri, sehingga instrumen itu tidak bersifat umum. Kriteria
fedelity menuntut validitas bukan reliabilitas (Hasan H1988:131), dengan
demikian prosedur standarisasi untuk menegakkan reliabilitas instrumen
tidak dilakukan.
Penggunaan kriteria fedelity didasarkan atas pertimbangan bahwa
kurikulum yang akan dievaluasi memiliki karakteristik yang spesifik, yaitu
dikembangkan untuk tujuan tertentu dan hanya berlaku untuk
pengembangan kurikulum muatan lokal pilihan pada sekolah dasar.
Penggunaan instrumen evaluasi ini dimaksudkan untuk menjaring
informasi mengenai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
dokumen kurikulum yang dievaluasi.
Komponen kurikulum yang dievaluasi ditentukan berdasarkan
komponen-komponen yang menjadi struktur kurikulum sebagai rencana
(dokumen
kurikulum).
Komponen-komponen
tersebut sekaligus
merupakan karakteristik dari kurikulum yang dievaluasi, yaitu kurikulum
muatan lokal yang memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan
daerah.
Dari langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi, akhimya
diperoleh pedoman wawancara yang diharapkan dapat menjaririg data
dan informasi sebagai berikut:
a. Latar belakang pendekatan penyusunan kurikulum muatan lokal
yang dikembangkan pada kurikulum sekolah dasar.
b. Prinsip-prinsip penting pendekatan pengembangan kurikulum
muatan lokal disekolah dasar.
c. Prosedur pengembngan kurikulum muatan lokal yang dilakukan di
sekolah dasar.
d. Unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal yang cocok dengan kebutuhan masyarakat dan daerah
disekolah dasar dan sejauhmana peran masing-masing unsur
tersebut.
Pedoman wawancara juga diarahkan untuk menjaring apakah
kurikulum
muatan lokal
yang diterapkan disekolah dasar telah
dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pendekatan kebutuhan dan
telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum.
Sebagai garis besarnya sebagai beriut:
a. Apakah kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas dasar ide
atau pemikiran-pemikiran yang telah dikaji kesesuaiannya dengan
bentuk atau model kurikulum.
b. Apakah landasan pengembangan kurikulum yang digunakan sesuai
dengan karakteristik kurikulum tersebut.
c. Apakah desain Kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas
dasar penilaian kebutuhan (need assesment).
d. Bagaimana rumusan tujuan yang tertuang didaiam kurikulum.
e. Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulumnya
penyajiannya.
f. Bagaimana pengorganisasian pengalaman belajarnya.
dan sistem
g. Bagaimana sistem penilaian peroses pengembangan kurikulum
yang digunakan untuk dokumen kurikulum menjadi lebih optimal.
h. Apakah kurikulum muatan lokal didokumentasikan dengan format
yang mudah dipahami.
i. Apakah Kurikulum didokumentasikan dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
2. Instrumen Evaluasi Desain kurikulum
Instrumen ini
dimaksudkan untuk
mengetahui
model desain
kurikulum yang dikembangkan telah memenuhi kaidah-kaidah sebagai
kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan daerah
sehingga valid untuk dioprasionalkan. Data dan Informasi yang terjaring,
pada prinsipnya sama dengan instrumen pertama, namun karena tujuan
validasi ini untuk menjaring masukan-masukan yang diperiukan untuk
penyempumaan buram desain kurikulum yang dihasilkan, maka
pertanyaan-pertanyaan disusun bersifat terbuka.
a. Input (masukan) dalam penyusunan model desain kurikulum.
• Apakah penyusunan desain kurikulum didasarkan pada ide atau
pemikiran-pemkiran
pengembangan
yang
kurikulum
perkembangan daerah.
melandasi
muatan
penerapan
lokal
konsep
berdasarkan
• Apakah penyusunan desain didasarkan pada kekuatan dan
kelemahan yang ditemui pada kurikulum terdahulu.
• Apakah penyusunan model desain kurikulum didasarkan pada
penilaian kebutuhan.
b. Proses Penyusunan model desain kurikulum
• Apakah prosedur pengembangan kurikulum muatan lokal
berdasarkan kebutuhan diikuti sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.
• Apakah
pengembangan desain
melibatkan ahli
dibidang
pengembangan kurikulum dan ahli bidang mata pelajaran.
c. Produk (model Desain Kurikulum Muatan Lokal)
• Apakah
ide
atau
pemikiran-pemikiran
yang
melandasi
pengembangan model desain kurikulum yang diterjemahkan
kedalam dokumen.
• Bagaimanakan susunan program kurikulum.
•
Bagaimana pengorganisasian isi kurkulum
• Bagaimana proses penyajian pembelajran (deliverly system)
• Apakah dalam pembelajarannya menggunakan sumber-sumber
belajar yang tersedia , baik didalam maupun di luar (di sekitar).
• Bagaimanakan sistem evaluasi belajar yang diterapkan
• Bagaimana manajemen pembelajran
• Bagaimana kerangka atau pormat dokumen kurikulum.
3. Instrumen Uji Coba Terbatas
Instrumen ini bempa format observasi dan wawancara
yang
dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah, Informasi yang dijaring ditekankan pada
hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas penyelenggaraan pembelajaran
yaitu : seberapa jauh proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan
rencana.
a. Pemahaman responden tentang konsep pendekatan perkembangan
daerah.
• Bagaimana pemahaman responden terhadap latar belakang
penerapan konsep pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.
• Bagaimana
pemahaman
responden
terhadap
karakteristik
pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.
b. Penerapan Kurikulum muatan lokal berdasarkan kebutuhan daerah.
• Bagaimana penerapan komponen-komponen desain kurikulum
muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar.
• Bagaimana penerapan rambu-rambu pelaksanaan dalam kegiatan
belajar.
c Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tingkat relevansi terhadap
kebutuhan (need Assessment)
• Bagaimanakah pemahaman responden terhadap desain kurikulum
yang akan diterapkan .
• Bagaimana
pembelajaran.
persiapan
responden
sebelum
melaksanakan
•
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan , meliputi penyajian materi sehingga penilaian hasil
belajar.
•
Bagaimanakah evaluasi program pembelajaran dilakukan.
4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas
Instrumen ini merupakan hasil penyempumaan dari instrumen uji
coba pendahuluan tahap I dan tahap II berdasarkan temuan pada studi
pendahuluan, dan saran dari ahli dan pakar. Instrumen ini juga untuk
menentukan pola tes hasil belajar yang digunakan baik dalam pre tes dan
post tes. instrumen ini bempa format observasi dan wawancara yang
dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah yang akan diuji coba dalam lingkungan
yang lebih luas.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka hal-hal pokok yang akan
dipertanyakan dalam instrumen uji coba lebih luas ini adalah meliputi:
a. Proses perencanaan pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
•
Bagaimana
pemahaman
responden
tentang
konsep-konsep
pendekatan kurikulum yang akan dilaksanakan.
•
Bagaimana
pemahaman
responden
terhadap
dasar-dasar
pelaksanaan kurikulum di kelas.
•
Bagaimana pemahaman responden terhadaap proses penentuan
tujuan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat.
•
Bagaimana
pemahaman responden terhadap penentuan materi
(isi) kurikulum muatan lokal
b. Penerapan Kurikulum
•
Bagaimana merencanakan proses belajar yang akan menerapkan
komponen-komponen kurikulum.
•
Bagaimana merencanakan penerapan rambu-ranbu pelaksanaan
kurikulum dalam proses belajar mengajar.
•
Bagaimana merencanakan pengalaman belajar sehingga tujuan
kurikulum yang sudah ditentukan dapat dicapai secara optimal.
•
Bagaimana merencanakan alat tes yang optimal untuk mencapai
tujuan pengajaran
c. Pelaksanaan pembelajaran yang berdasarkan tingkat relevansi yang
tinggi.
•
Bagaimana pemahaman responden terhadap desain kurikulum
yang diterapkan.
Bagaimana kesiapan
responden
terhadap
perumusan tujuan pengajaran yang akan dilaksanakan.
•
Bagaimana responden menentukan materi yang akan diajarkan.
•
Bagaimana responden merencanakan pengalaman belajar yang
akan dilaksanakan.
•
Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk
mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
•
Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
:%\
r
if
d. Pelaksanaan tes yang digunakan untuk pre tes dan post tes.
•
\\
Bagaimana hasil tes pemahaman responden terhadap desain
kurikulum yang diterapkan.
•
Bagaimana responden hasil materi yang akan diajarkan.
•
Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk
mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
•
Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap pre
tes dan post tes.
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Sesuai dengan instrumen yang digunakan,
maka ada tiga
kelompok data yang diolah. Pertama, analisis dan pengolahan data yang
berkaitan dengan studi evaluatif terhadap kurikulum muatan lokal
disekolah dasar. Kedua , analisis dan pengolahan data yang berkaitan
dengan kegiatan uji coba terbatas terhadap model desain kurikulum
muatan lokal yang dihasilkan , menggunakan analisis Kualitatif, Ketiga,
analisis dan pengolahan data yang berkaitan dengan kegiatan uji coba
lebih luas, menggunakan pula analisis kuantitatif untuk mengolah hasil
pre tes dan post tes.
Kesimpulan berupa validitas model desain kurikulum muatan lokal
didasarkan pada hasil penilaian para ahli mengenai kesesuaiian model
desain kurikulum
muatan lokal yang dihasilkan dalam penelitian ini
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas model
•i">
DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
5A
OLEH:
R
U M L I
NIM. 019425
PROGRAM PASCASARJANA
UWVERSfTAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
PROF. DR. IBRAHIM, MA
Pembimbing II
DR. IR. MUKHIDIN, M.Pd.
ABSTRAK
Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dari
empat strategi pokok pengembangunan pendidikan nasional. Pemerintah
telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain
melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum
menunjukkan nasi! yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan
kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempumakan.
Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik
dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber
belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model desain kurikulum
muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk diajarkan
di sekolah dasar dari kelas IV sarnpai dengan kelas VI, sesuai dengan
aspek proses pengembangan kurikulum. Pengambilan tema di atas
berangkat dari suatu pemikiran bahwa kualitas kurikulum muatan lokal
sekolah dasar sangat rendah bila dibandingkan dengan kurikulum
pelajaran lainnya. Kenyataan tersebut apabila terus dibiarkan akan
berdampak negatif bagi nilai-nilai budaya daerah serta bagi kualitas
pendidikan di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini metode penelitian dan pengembangan (Research and
Development) dan prosedur/langkah-langkah yang diambil terbagi dalam
3 tahap yaitu (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan Model, dan (3) Uji
Coba dan Perbaikan.
Hasil penelitian melahirkan beberapa kesimpulan. Pertama,
Kurikulum muatan lokal yang ada masih belum maksimal, input
penyusunannya belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum,
proses penyusunannya belum terencana, dan produknya belum mewakili
dari seluruh budaya dan kebutuhan daerah. Kedua, kurikulum muatan
lokal pada SD Negeri Tanjungpinang perlu dilakukan pengembngan model
desain kurikulumnya didasarkan pada ide atau pemikiran yang dilandasi
konsep pengembangan kurikulum muatan lokal yang berdasarkan
perkembangan kurikulum, mengacu pada proses yang benar dan produk
kurikulum mudah untuk dilaksanakan. Ketiga, Efektivitas dan efisiensi
pengembangan model kurikulum
mampu menempatkan guru sebagai
fasilitator, motivator, mediator dan evaluator bagi siswa dalam proses
pembelajaran dalam upaya mengembangkan keterampilan sosialnya.
Keempat, Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah membutuhkan
sistem pembelajaran yang efektif dan efisien dan didukung oleh sumber
daya berkualitas, sehingga tujuan yang inginkan dapat dicapai. Kelima,
Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal budaya
daerah, cukup signifikan artinya dapat meningkatkan pemahaman
dibandingkan sebelum adanya pengembangan model. Adanya
peningkatan proses pembelajaran baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Pengembangan model kurikulum muatan lokal mutlak dibutuhkan.
Pengembangan tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu,
dilaksanakan oleh tim yang proporsionai dan profesional dalam bidang
kurikulum. Selanjutnya dalam pelaksanaan kurikulum hams efektif dan
efisien, sehingga menghasilkan pengetahuan yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
>.
"
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
hi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v.
v".
vm
IX
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
6
C. Definisi Operasional
8
D. Tujuan Penelitian
10
E. Manfaat Penelitian
11
F. Paradigma Penelitian
BAB II
12
PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
14
A. Proses Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2. Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
3. Anatomi Kurikulum
19
26
Prosedur
Penyampaian
Bahan
Pengajaran
4. Rekayasa Kurikulum
a. Beauchamp's System
b. The Systematic Action Research Model
5. Evaluasi
Kurikulum
dalam
28
29
31
32
Tahap-tahap
Pengembangan Kurikulum
B. Relevansi Pengembangan Kurikulum
1. Aspek Relevansi
2. Permasalahan Relevansi
C. Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Dasar
32
38
38
39
42
1. Landasan Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal...
42
3. Isi/Materi Kurikulum Muatan Lokal
46
2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
4. Susunan Program Pengajaran Muatan Lokal
D Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Muatan
Lokal
BAB III
15
18
a. Tujuan Pendidikan
b. Isi Kurikulum
c. Sistem dan
14
14
45
48
49
METODOLOGI PENELITIAN
50
A. Metodadan Prosedur Penelitian
1. Studi Pendahuluan
50
52
53
2. Perencanaan Pengembangan Model
3. UjiCoba Model
54
a. Uji Coba Terbatas
b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba
Terbatas
c. Uji Coba Lebih Luas
d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba
Lebih Luas
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Evaluasi Kurikulum
2. Instrumen Evaluasi Desain Kurikulum
3. Instrumen Uji Coba Terbatas
4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Studi Pendahuluan
a. Survei Awal
b. Evaluasi Kurikulum
c. Penilaian Kebutuhan
2. Penyusunan dan Implementasi Model
a. Penyusunan Model (Draft Awal)
b. Implementasi Model
3. Hasil UjiCoba
B. Pembahasan Hasil Penelitian
BABV
54
5^
55
56
58
58
59
62
64
65
67
69
69
69
69
73
76
83
84
90
1°3
109
KESIMPULAN DAN SARAN
118
B. Saran
12U
DAFTAR PUSTAKA
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
124
A. Kesimpulan
JJ8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
2.1.
Proses Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck
2.2.
Susunan Program Pengajaran Kurikulum Muatan Lokal
Sekolah Dasar Perminggu
4.1.
21
48
Kurikulum Muatan Lokal Budaya Daerah Kelas IV Sekolah
Dasar Kota Tanjung Pinang
71
4.2.
Hasil Wawancara Kebutuhan Budaya Daerah
80
4.3.
T-Test
105
4.4.
Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi
Gejala Alam Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba
4.5.
106
Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi
Pantang Larang Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba
Vll
107
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Continuum of Curriculum Models
12
1.2.
Paradigma Penelitian
13
2.1.
Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
16
2.2.
Anatomi Kurikulum
19
2.3.
Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck
21
vm
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah dokumen kurikulum yang fleksibel dan mudah untuk dilaksanakan.
Dokumen kurikulum yang dikemas dalam setiap bidang studi ada yang
bermuatan nasional dan ada yang bermuatan lokal. Pemerintah daerah
diberi kebebasan
dan kebijaksanaannya untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal.
Pada jenjang pendidikan dasar pengembangan kurikulum muatan
lokal telah dilakukan sejak digunakan kurikulum 1984 disisipkan pada
berbagai bidang studi yang sesuai, hal ini lebih diintensifkan lagi
pelaksanaan kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994 tidak lagi disisipkan
pada berbagai bidang studi baik bidang studi wajib maupun bidang studi
pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama
untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum
sentralistik, yang bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal
lingkungannya, serta mampu melestarikan dan mengembangkan sumber
daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung
pembangunan nasional, maupun pembangunan lokal, sehingga peserta
didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungannya.
Kurikulum muatan lokal pada khakekatnya merupakan suatu
perwujudan dari pasal 38 ayat 1 Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi : "Pelaksaan kegiatan pendidikan dalam satuan
pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan
dan ciri khas suatu pendidikan". Sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan
lokal telah dijadikan strategi pokok link &match" (Depdikbud, 1993 : 14).
Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1994: 97-
98), menetapkan empat strategi pokok pembangunan pendidikan
nasional, yaitu
: (1) peningkatan dan pemerataan kesempatan
pendidikan, (2) Relevansi pendidikan, (3) kualitas pendidikan , dan (4)
efesiensi pengelolaan pendidikan. Pemerintah telah mengambil kebijakan
link &match yang dioperasionalkan melalui pengembangan kurikulum
muatan lokal.
Relevansi yang dimaksudkan di atas ialah memaksimalkan muatan
lokal untuk menghasilkan kemampuan, keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan lokal dan sejauh mungkin meiibatkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan.
Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dan
empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah
telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain
melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan
kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan.
Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik
dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber
belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.
Sekolah dasar (SD) dalam wilayah Pemerintahan Kota Tanjung
Pinang Propinsi Kepulauan Riau dari kelas IV sampai dengan kelas VI
telah diberikan muatan lokal yaitu pelajaran Bahasa Inggris, Arab Melayu
yang merupakan muatan lokal wajib dan budaya daerah sebagai muatan
lokal pilihan dengan materi kurikulum muatan lokal yang berasal dari
ketentuan dari Kantor Dinas Pendidikan Daerah . Besar keinginan penulis
untuk mengembangkan muatan lokal yang menjadi pilihan dari setiap
daerah dalam hal ini mata pelajaran budaya daerslh.
Kota Tanjung Pinang sangat banyak jenis kebudayaan daerah (baik
berbentuk fisik maupun non fisik), kebudayaan yang lain, yang saat ini
mulai punah dan perlu dilestarikan untuk menanamkan sikap dan nilai-nilai
yang sesuai dengan kepribadian daerah dan tercermin dalam kepribadian
nasional. Misalnya budaya berpakaian, dan jenis pakaian untuk acara-
acara tertentu (fisik), dan berbagai permainan tradisional, adat bertamu,
adat pergaulan, tarian dan nyanyian daerah (kesenian) serta tradisi adat
lainnya (non fisik).
Mengajar Kelas IV sampai dengan Kelas VI dengan materi
kurikulum muatan lokal kebudayaan daerah yang sama tentang
perkawinan sehingga dapat menimbulkan kejenuhan dan kurang
bervariasi jenis kebudayaan yang dapat dipelajari di sekolah.
Sumaatmadja (1998, 48-49) mengemukakan :
Kebudayaan itu merupakan konsep yang sangat luas meliputi
segala aspek perilaku dan kemampuan siswa, dan juga menjadi
milik otentik manusia dimanapun ia berada serta pada tingkat
apapun. Dengan demikian kebudayaan itu tidak hanya terbatas
pada aspek tradisi, adat istiadat, seni dan kepercayaan, melainkan
meliputi segala aspek yang dihasilkan dari pengalaman, perilaku,
perasaan, keterampilan, pemikiran, gagasan, dan segala tindakan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas dan masyarakat, orang tua, siswa,
dan guru serta beberapa hasil penelitian terdahulu kurikulum muatan lokal
yang ada saat ini dirasakan jauh dari kesempumaan dari keinginan
masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolcgi, pertumbuhan
dan dengan tingkat perkembangan anak.
Sebagian besar masyarakat di Propinsi Kepulauan Riau terutama
Kota Tanjung Pinang terdiri dari masyarakat yang religius, masyarakat
pekerja, dan masyarakat sosial budaya, saat ini perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kesejahteraan, menanamkan
yang
sesuai
dengan
sikap
kepribadiannya,
dan
dan
nilai-nilai
dengan
perkembangan daerah sebagai pencerminan dari kepribadian nasional,
dalam upaya meningkatkan sumberdaya manusia.
Untuk mewujudkan keinginan di atas, guru merupakan faktor yang
periu mendapat perhatian yang utama, disamping kurikulumnya, karena
baik buruknya suatu kurikulum pada akhimya tergantung pada kreativitas
guru sebagai perencana dan pelaksana kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal, guru diberi keleluasaan untuk mengembangkan
kebutuhan lokal. Keberhasilan kurikulum muatan lokal sangat tergantung
pada kinerja guru. Sebagaimana diungkapkan Syaodih. N, (2000 :194),
menyatakan
"Betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi
hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga
murid dalam kelas (actual)". Dengan demikian guru memegang peranan
penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa kurikulum muatan lokal itu
sungguh banyak dan luas materinya sehingga kita dapat memilih dan
merencanakan yang lebih baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan guru,
orang tua, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah sesuai dengan
karakteristik anak seusia sekolah dasar.
Sejalan dengan semangat otonomi daerah, dimana daerah
mempunyai wewenang tertentu untuk menentukan kebijakan-kebijakan
tertentu dalam bidang pendidikan termasuk penentuan desain kurikulum
muatan lokal di Sekolah Dasar khususnya Kelas IV di kota Tanjung
Pinang.
Memperhatikan uraian di atas betapa pentingnya perhatian kita
terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal. Karena kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sentral dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, yang menentukan proses hasil
pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum muatan lokal
dalam pendidikan dan perkembangan peradaban manusia, maka
pengembangan dan pembinaan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarang tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil
pemikiran dan penelitian. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya,
tampaknya kajian yang pernah dilakukan mengenai masalah disekitar
program pengembangan kurikulum muatan lokal / proses belajar mengajar
muatan
lokal. Sebagaimana diketahui belum terencananya secara
maksimal
pengembangan
Kurikulum
Muatan
Lokal.
Untuk
itu
mengkaji/meneliti lebih lanjut mengenai pengembangan kurikulum muatan
lokal yang lebih efektif, baik itu yang berkenaan dengan tujuan, isi/materi,
pengalaman belajar, serta evaluasi kurikulum Muatan Lokal yang
berkenaan dengan kebutuhan daerah bersangkutan.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini berkenaan dengan model pengembangan kurikulum
muatan lokal yang cocok dalam kaitannya dengan perkembangan daerah
setempat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Penelitian ini akan
mengungkapkan pula hal-hal yang berkaitan dengan keinginan
masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal pilihan
untuk Sekolah Dasar dalam perumusan tujuan, isi/materi, pengalaman
belajar, dan evaluasi. Penelitian ini akan mengungkapkan pula hal-hal
yang berkaitan dengan peran guru dan kepala sekolah serta pemerintah
daerah dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Model
kurikulum
muatan
dikembangkan
lokal yang
di sekolah
bagaimanakah
dasar dalam
paling cocok
kaitannya
dengan
perkembangan daerah Kota Tanjung Pinang ? Adapun konsep pokok
yang menjadi bahan kajian penelitian ini diuraikan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana kondisi kurikulum muatan lokal yang ada pada SD Negeri
Kota Tanjung Pinang ?
a. Bagaimana input penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD
Negeri Kota Tanjung Pinang ?
b. Bagaimana proses penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD
Negeri Kota Tanjung Pinang ?
c. Bagaimana produk dari penyusunan kurikulum muatan lokal pada
SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?
2) Bagaimana model desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan
kondisi
masyarakat,
dan
pemerintah
daerah
serta
cocok
dikembangkan Sekolah Dasar Negeri Kota Tanjung Pinang ?
3) Bagaimana efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum
muatan lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang ?
4) Bagaimanakah Implementasi Kurikulum Muatan Lokal yang sudah
dikembangkan di SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?
5) Bagaimanakah hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum
Muatan lokal Budaya Daerah yang telah dikembangkan di SD Negeri
Kota Tanjung Pinang ?
Penelitian ini tidak hanya mengungkapkan dan menjawij
pertanyaan tentang "bagaimana" pengembangan kurikulum muats
lokal, tetapi hams pula dapat mengungkapkan dan menjawab^
pertanyaan "bagaimana" kaitan kurikulum muatan lokal dengan
perkembangan daerah yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan
"bagaimana" peran serta masyarakat dalam merealisasikan kurikulum
tersebut, serta "mengapa" hal tersebut dilakukan.
C. Definisi Operasional
Defmisi
operasional
dimaksudkan
untuk
menghindari
perbedaan interpretasi yang mungkin terjadi. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Tuckman
(1978:13)
yang
mengemukakan
:
Operationalizing variables means stating them in an observable and
measurable form, making them available for manipulation, control, and
examination". Agar tidak terdapat kesalahpahaman terhadap pokok-
pokok masalah yang akan diteliti, maka di sini dijelaskan beberapa
istilah yang dipandang penting untuk dijelaskan pengertiaannya.
1. Pengembangan kurikulum muatan lokal.
Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum muatan lokal
dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk mendesain
kurikulum
muatan lokal
pada
SD di Pemerintahan
Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
2. Langkah-langkah pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Yang dimaksud langkah-langkah pengembangan kurikulum
muatan lokal dalam studi ini adalah urutan kegiatan mendesain
kurikulum yang mencakup kegiatan :
a. Studi pendahuluan,
Dalam studi pendahuluan ini dilakukan kegiatan berupa :
1) Survey awal , yakni mengadakan studi awal tentang
kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan penyusunan
kurikulum muatan lokal.
2) Evaluasi kurikulum yakni kegiatan untuk mengumpulkan
atau menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum
muatan lokal selama ini.
b. Perencanaan pengembangan model,
Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun rencana
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal. dengan
kegiatan:
1) Analisis ketersediaan sumber daya, waktu, dan kebutuhan
biaya,
2) Menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam
pengembangan model kurikulum,
3) Menetapkan indikator/kriteria yang berkaitan dengan
pengembangan model dan strategi pengembangan desain
kurikulum muatan lokal,
4) Menyusun rencana pengembangan model desin kurikulum
muatan lokal,
5) Menetapkan model desain kurikulum muatan lokal.
c. Uji coba model.
Yang dimaksud dengan uji coba model dalam penelitian fi^JV^I
adalah kegiatan mengujicobakan model desain kurikuhir^r^;»••.&.
muatan lokal yang telah ditetapkan dalam dalam tahap uji comsr-^r-^^
terbatas dan uji coba luas.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapat
gambaran yang jelas tentang
model pengembangan kurikulum
muatan lokal yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
daerah dan tepat pula untuk diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang. Sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam
rangka memberikan
pengalaman yang
lebih bermakna bagi
peserta didik baik sebagai bekal untuk melanjutkan maupun untuk
mengembangkan diri di tengah masyarakat sesuai
dengan asas
pendidikan seumur hidup.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
menemukan:
1. Kondisi kurikulum muatan lokal pada Sekolah Dasar di kelas IV
Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Model desain kurikulum yang sesuai dengan kondisi masyarakat
dan pemerintah daerah serta cocok untuk dikembangkan di
sekolah dasar.
3. Efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum muatan
lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota
Tanjung Pinang.
4. Implementasi Kurikulum muatan Lokal Budaya daerah di Sekolah
Dasar di kelas IV.
5. Hasil yang dicapai dalam penerapan Kurikulum muatan lokal Budaya
daerah di Sekolah Dasar di Kelas IV.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, sehingga
dapat
dijadikan referensi:
1. Bagi dinas Pendidikan/ lembaga pengembangan kurikulum daerah,
hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu sumber dalam
menyempumakan dan meningkatkan mengemembangkan kurikulum
muatan lokal untuk Sekolah dasar.
2. Bagi para guru, hasil penelitian ini merupakan umpan balik dan dapat
digunakan
sebagai
bahan
untuk
menyempumakan dan
ikut
bepartisipasi untuk merencanakan desain kurikulum muatan lokal dan
melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga diperoleh relevansi
pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
daerah di dalam wilayah pemerintahan kota Tanjung Pinang.
3. Bagi para kepala sekolah dan pengelola pendidikan, hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan supervisi dalam menyempumakan dan
meningkatkan relevansi pengembangan kurikulum muatan lokal.
4. Bagi masyarakat, orang tua, dan pihak pengusaha/lapangan kerja,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur tentang
partisifasinya dalam bidang pendidikan, dan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan partisipasinya di masa mendatang
dalam pendidikan.
5. Bagi Program Pengembangan Kurikulum, sebagai masukan untuk
membuka wawasan bagi penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya
dalam masalah pengembangan kurikulum muatan lokal.
F. Paradigma Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan tersebut, terutama tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, dikemukakan
paradigma penelitian yang merupakan jalan yang ditempuh dalam
penelitian berdasarkan pemasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan.
Beberapa paradigma konseptual dikemukakan sebagai berikut:
Print. M, (1987 : 21), melukiskan "Continuum of Curriculum Models"
sebagai berikut:
Rational/objective
Cyclical
Dynamic /interaction
Models
Models
models
Tyler
Wheeler
Walker
Taba
Nicholls
Skillbeck
Gambar 1.1. Continuum of Curriculum Models
Dalam penelitian ini, model dinamik (dynamic model) dijadikan
dasar dalam mengembangkan dan mengkaji permasalahan mengenai
pengembangan kurikulum muatan lokal dalam kaitannya perkembangan
daerah yang cocok dikembangkan di sekolah dasar (sesuai dengan
kebutuhan).
Kurikulum muatan lokal di sekolah dasar dikembangkan dengan
alasan sebagai berikut : pertama, sekolah dasar yang paling banyak
tersebar di daerah-daerah. Kedua, masa kanak-kanak yang paling cocok
untuk ditanamkan suatu sikap dan kebiasaan dikarenakan dapat lebih
mengakar.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan paradigma penelitian, dalam
pengembangan kurikulum dilakukan kegiatan-kegiatan. Pengembangan
kunkulum muatan lokal sebagai sistem terdiri dari input yaitu siswa belum
mengenai budaya daerah, siswa masih usia dini. Selanjutnya dibuat
desain kurikulum yaitu tujuan, isi/materi, pengalaman belajar dan evaluasi
dengan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya
kebijakan pemkot, peningkatan kualitas guru, sarana/prasarana, biaya
serta faktor lingkungan diantaranya sosial budaya, masyarakat religi,
pekerjaan dan ilmu pengetahuan.
Dari input tersebut dilakukan proses pengembangan dengan
berdasarkan pada pengalaman belajar dan keterlibatan masyarakat.
Sehingga diperoleh output/hasil yang diharapkan dan sesuai dengan
perkembangan, sebagai individu mandiri sesuai kebutuhan, dapat
berbuat, berperilaku serta terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sebagai anggota masyarakat dapat diterima di tengah masyarakat.
Berdasarkan penjelasan paradigma penelitian di atas, dapat ditampilkan
gambar paradigma penelitian sebagai berikut:
Kebijakan Pemkot
- Kualitas Guru
- Fasilitas
Hasil:
- Biava
IZ
Sesuai
Proses:
Desain Kurikulum:
- Pengalaman
memahami
- Tujuan
- Memanfaatkan
budayanya
- Pengalaman Bel.
Siswa:
Kurangmengenai &
Sebagai peawris
budaya perlu dikenah
- Isi/Materi
dengan
perkembangan
nya siswa dapat
belajar
berbuat
lingkungan
sesuai
- kebutuhan
- Evaluasi
dan
berprilaku
siswa
- kebtuhan
sejak dini
masyarakat
Lingkungan :
Sosial Budaya
.
Masyarakat. Religi
Pekerjaan
Ilmu Pengt. & Teknologi
Gambar: 1.2. Paradigma penelitian
setempat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur
atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari persiapan
hingga akhir penelitian serta instrumen yang digunakan dan unsur-unsur
yang terlibat.
Untuk memudahkan dalam memeahmi bab ini
pennyajiannya dikelompokan didalam sub bab metoda dan prosedur
penelitian, lokasi dan subyek penelitian, instrumen penelitian, serta teknik
analisis dan pengeloaan data. Uraian masing-masing sub bab tersebut
sebagai berikut:
A. Metoda dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan model desain
kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk
diajarkan disekolah dasar di kelas IV, sesuai dengan aspek proses
pengembangan kurikulum muatan lokal yaitu penentuan tujuan, pemilihan
isi/materi, proses belajar mengajar, dan mendeskripkannya.
Pengembangan model desain kurikulum muatan lokal dimaksud
akan dilakukan dengan metoda penelitian dan pengembangan (Research
and Development) dengan pendekatan kualitatif yang berusaha
menggambarkan, memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa
interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Selanjutnya prinsip
metoda
ini,
adalah
mengembangkan
suatu
produk pendidikan,
mengujicoba di lapangan, dan menyempumakan produk berdasarkan data
so
dari lapangan . Sebagai dasar pertimbangan pemakaian motoda
Research and development diantaranya bahwa metode ini dapat untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan
strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian metoda
ini sangat sesuai dan tepat digunakan untuk penelitian pengembangan
model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan tingkat relevansi yang
tinggi sebagai salah satu produk pendidikan.
Menurut Borg dan Gall, (1983) dalam metoda Research and
Development ada sepuluh langkah yang dilalui yaitu : 1) Pengkajian dan
pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan pendahuluan
bentuk produk,4) ujicoba pendahuluan dilapangan, 5) penyempumaan
produk berdasarkan data uji coba pendahuluan, 6) Uji coba utama, 8) Uji
coba lapangan secara riil 9) Penyempumaan produk akhir, 10) diseminasi
dan implementasi. Kesepuluh langkah tersebut dilakukan secara seri.
Dengan adanya faktor-faktor penghambat yang sulit dihindari, dalam
penelitian ini
tidak semua langkah dalam metoda Research and
Development dapat dilaksanakan.
Adanya faktor
penghambat yang sulit untuk dihindari dalam
penelitian ini, maka tidak semua langkah dalam metode Research and
Development dapat dilaksanakan. Namun demikian upaya untuk
memvalidasi dokumen hasil penelitian tetap dilakukan agar tidak
mengurangi esensi penggunaan model tersebut Langkah-langkah yang
diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi
Pendahuluan, (2). Perencanaan model, 3). Uji coba dan perbaikan.
diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi
Pendahuluan, (2). Perencanaan model, 3). Uji coba dan perbaikan.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksud untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan
dalam penyusunan model desain kurikulum Muatan lokal
yang akan dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam studi
pendahuluan adalah : survey awal di Sekolah Dasar, evaluasi Kurikulum
Muatan Lokal di Sekolah Dasar, dan pengkajian hasil penilaian kebutuhan
pengajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar.
Survey awal dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan
dengan penerapan konsep pengembangan Kurikulum Muatan lokal yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil survey akan digunakan
sebagai masukan dalam merancang instrumen penelitian. Pada saat
survey, peneliti melakukan studi dokumentasi kurikulum muatan lokal yang
diterapkan di Sekolah Dasar, dan wawancara dengan guru-guru,
Pengembang Kurikulum dan stap Dinas Pendidikan Nasional di Kota
Tanjung Pinang.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan
kelemahan yang terkandung dalam kurikulum yang selama ini diterapkan.
Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan ( input) pertama dalam
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal.
Penilaian
kebutuhan
sebagai dasar
dalam
merupakan
masukan yang
digunakan
penyusunan model desain pengembangan
kurikulum muatan lokal mata pelajaran kebudayaan daerah yang menjadi
fokus
penelitian
ini.
Penilaian
kebutuhan
dimaksudkan
untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang program pengajaran yang
benar-benar dibutuhkan oleh siswa , masyarkat dan pemerintah daerah.
2. Perencanaan Pengembangan Model
Setelah produk pendidikan yang akan dikembangkan teridentifikasi
secara
jelas,
langkah
selanjutnya
adalah
menyusun
rencana
pengembangan model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan
kesesuaian (relevansi) dengan yang diinginkan. Hal yang paling penting
dalam merencanakan penelitian produk pendidikan adalah memmuskan
tujuan spesifik yang akan dicapai oleh produk hasil pengembangan
pendidikan dan mengestimasikan kebutuhan, dana, waktu, sumber daya
manusia yang akan terlibat dalam pengembangan produk pendidikan
tersebut.
Agar perencanaan pengembangan model kurikulum muatan lokal
dapat dilakukan secara cermat dan teliti, pada tahap ini ada beberapa
kegiatan perlu dilakukan
yaitu meliputi : (1) analisis ketersediaan
sumberdaya, (2) analisis kebutuhan waktu, (3) analisis kebutuhan biaya,
(4) menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam pengembangan
model kurikulum, (5) Menetapkan indikator atau kriteria keberhasilan
yang berkaitan dengan pengembangan model desain kurikulum muatan
lokal, (6) menetapkan strategi dalam pengembangan model desain
kurikulum muatan lokal, (7) menyusun rencana pengembangan model
desain kurikulum muatan lokal, dan Model Desain kurikulum muatan lokal
yang cocok di Sekolah Dasar Kota Tanjung Pinang.
Langkah selanjutnya menetapkan model yang akan digunakan
dalam penyusunan desain kurikulum muatan lokal yang cocok untuk
dikembangkan di Sekolah Dasar. Peneliti mencoba memmuskan model
desain kurikulum muatan lokal
yang diarahkan untuk mengeliminir
kelemahan-kelemahan kurikulum terdahulu dan memmuskan unsur-unsur
yang bersifat inovasi atau pengembangan. Namun demikian, dalam
menyusun desain kurikulum ini tetap akan memperhatikan kekuatankekuatan yang dimiliki kurikulum terdahulu.
3. Uji Coba Model
a. Uji Coba Terbatas
Langkah ini dimaksudkan untuk mengujicoba model desain
kurikulum muatan lokal yang dihasilkan guna mengetahui apakan model
tersebut dapat dioprasikan sesuai dengan yang diharapkan. Uji coba ini
juga mengandung makna untuk mendapatkan masukan dalam rangka
penyempumaan model desain kurikulum lebih lanjut, sehingga diperoleh
model yang lebih mantap. Uji coba pendahuluan dilakuakan dua tahap.
Tahap I bempa validasi model desain kurikulum yang dihasilkan. Proses
validasi dilakukan para ahli dibidang pengembangan kurikulum dan
sabyek materi. Tahap II dilakukan dalam bentuk simulasi penerapan
model desain kurikulum muatan lokal di Sekolah Dasar Negeri Nomor
014 Bukit Bestari. Dilaksanakan Uji terbatas pada sekolah ini dianggap
Sekolah Dasar tersebut memiliki pada tingkat sedang, dan mudah
untuk mengadakan pendekatan pada kepala sekolah dan guru di sekolah
bersangkutan.
b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji coba Terbatas
Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan atau penyempumaan
terhadap buram desain kurikulum muatan lokal yang telah dihasilkan.
Proses perbaikan atau penyempumaan didasarkan atas temuan pada
saat melakukan uji coba terbatas dan penyempumaan dari ahli atau
pakar. Penyempumaan atau perbaikan dilakukan terhadap substansi dan
redaksi model desain kurikulum.
c. Uji Coba Lebih Luas
Uji Coba lebih luas dilakukakan pada tiga level Sekolah Dasar,
masing-masing satu Sekolah Dasar level tinggi, yaitu Sekolah Dasar
Negeri Nomor 012 Bukit Bestari, satu Sekolah Dasar Level sedang, yaitu
Sekolah Dasar Negeri Nomor 016 Bukit Bestari, dan satu Sekolah Dasar
level rendah yaitu Sekolah dasar Negeri Nomor 006 Bukit Bestari Timur.
^r
Hal ini dilaksanakan untuk membuat generalisasi lebih terhadap
implementasi kurikulum yang telah disempurnakan.
Penentuan level ini, diperoleh dari prestasi yang dicapai dari setiap
sekolah dari rangking hasil evaluasi tahap akhir yang dilaksanakan secara
nasional tahun 2001/2002, yang dibuat oleh Kantor Dinas Pendidikan
Pemerintahan kota Tanjung Pinang. Yang level tinggi nilai rata-rata 7,5,
level sedang nilai rata-rata 6,5, sedangkan level rendah nilai rata-rata 6.
d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba Lebih Luas
Hasil Pengamatan dari hasil uji coba lebih luas dan dari hasil tes
merupakan temuan atau masukan untuk merevisi model pengembangan
kurikulum yang dikembangkan. Untuk lebih sempumanya Desain Kuriulum
Yang dikembangkan juga diminta masukannya dari para pakar dan ahli
pengembangan kurikulum.
Hasil penyempumaan dari Uji coba lebih luas ini merupakan
produk pendidikan yaitu desain Kurikulum Mutan Lokal
Sekolah Dasar
Kelas IV, yang sudah siap untuk dilaksanakan disetiap sekolah dasar
yang berada di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.
Secara sistematis, langkah-langkah yang telah dipaparkan dengan
uraian terdahulu dapat dilihat dalam diagram pada halaman berikut:
Gambar 3.1.
Diagram Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Sekolah Dasar Di Kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau
Fase
Kegiatan
Unsuryangterlibat
Mengkaji dan
mengumpulkan informasi
Persiapan
Menyusun Rencana
pengembangan
Peneliti
Peneliti &
Pembimbing
Pelaksanaan
- Menyusun
Peneliti
- Buram desain
Menyusun desain
Kurikulum Muatan Lokal
berdasarkan kebutuhan
Peneliti
Ahli
Kurikulum &pakar
Pengembangan
kurikulum
- Pemantapan
buram desain
Gum
Uji Coba Terbatas
Kurikulum
Peneliti
- Buram desain
Pengembangan
Kurikulum
Siswa
Peneliti
Penyempumaan
Desain Kurikulum Muatan
Ahli Kurikulum
& Pakar
Lokal
Guru
Uji Coba
Lebih Luas
Hasil
Model Desain Kurikulum
Muatan Lokal yang cocok
Kebutuhan Masyarakat
Siswa
Peneliti
Peneliti
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini mendeskripsikan antara pengembangan kurikulum
muatan lokal dengan kebutuhan daerah kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau. Tepatnya
penelitian ini, pengembangan kurikulum
muatan lokal budaya daerah sebagai mata pelejaran pilihan dalam
kurikulum yang sudah ditentukan, dengan pertimbangan Pemerintahan
kota Tanjung Pinang memiliki berbagai jenis budaya daerah melayu baik
perkotaan dan pinggir kota, lagi pula Tanjung pinang merupakan kota
transit wisatawan manca negara.
Sebagai tempat uji terbatasnya yaitu di Sekolah Dasar Negeri
Nomor 014 Kecamatan Bukit Bestari Tanjung Pinang dan tempat uji lebih
luas di tiga sekolah dasar yaitu di Sekolah Dasar Negeri Nomor 012, 016
dan 006 Kecamatan Bukit Bestari di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.
Alasan pemilihan Sekolah Dasar-Sekolah Dasar tersebut masih berada
dalam satu wilayah sehingga mudah untuk dijangkau secara cepat.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan empat jenis instrumen sebagai
berikut:
Pertama,
instrumen untuk mengevaluasi kurikulum, untuk
mengevaluasi kurikulum berdasarkan kriteria evaluasi kurikulum yang
ditentukan.
Kedua, instrumen
untuk menjaring
data dalam rangka
menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kurikulum
muatan lokal Sekolah Dasar yang diterapkan di Kota Tanjung Pinang.
Instrumen ini terdiri dari pedoman wawancara yang dikembangkan
dengan mengacu kepada karakteristik pengembangan kurikulum.
Ketiga, Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba terbatas
model desain kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan
masyarakat sebagai produk penelitian ini. Instrumen tersebut berupa
pedoman wawancara untuk menjaring informasi , masukan atau
tanggapan dalam rangka validasi, model desain kurikulum pelatihan dan
pedoman observasi dalam rangka simulasi penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah dasar.
Keempat, Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba yang
lebih luas yang mencakup pula tes hasil belajar yang akan digunakan
untuk pre dan post tes.
1. Instrumen Evaluasi Kurikulum
Instrumen evaluasi kurikulum muatan lokal di sekolah dasar
dikembangkan
dengan mengacu kepada kriteria evaluasi yang telah
ditetapkan sebelumnya . Kriteria evaluasi yang dimaksud disusun dengan
pendekatan fedelity, suatu kriteria yang dikembangkan dari karakteristik
kurikulum itu sendiri, sehingga instrumen itu tidak bersifat umum. Kriteria
fedelity menuntut validitas bukan reliabilitas (Hasan H1988:131), dengan
demikian prosedur standarisasi untuk menegakkan reliabilitas instrumen
tidak dilakukan.
Penggunaan kriteria fedelity didasarkan atas pertimbangan bahwa
kurikulum yang akan dievaluasi memiliki karakteristik yang spesifik, yaitu
dikembangkan untuk tujuan tertentu dan hanya berlaku untuk
pengembangan kurikulum muatan lokal pilihan pada sekolah dasar.
Penggunaan instrumen evaluasi ini dimaksudkan untuk menjaring
informasi mengenai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
dokumen kurikulum yang dievaluasi.
Komponen kurikulum yang dievaluasi ditentukan berdasarkan
komponen-komponen yang menjadi struktur kurikulum sebagai rencana
(dokumen
kurikulum).
Komponen-komponen
tersebut sekaligus
merupakan karakteristik dari kurikulum yang dievaluasi, yaitu kurikulum
muatan lokal yang memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan
daerah.
Dari langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi, akhimya
diperoleh pedoman wawancara yang diharapkan dapat menjaririg data
dan informasi sebagai berikut:
a. Latar belakang pendekatan penyusunan kurikulum muatan lokal
yang dikembangkan pada kurikulum sekolah dasar.
b. Prinsip-prinsip penting pendekatan pengembangan kurikulum
muatan lokal disekolah dasar.
c. Prosedur pengembngan kurikulum muatan lokal yang dilakukan di
sekolah dasar.
d. Unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal yang cocok dengan kebutuhan masyarakat dan daerah
disekolah dasar dan sejauhmana peran masing-masing unsur
tersebut.
Pedoman wawancara juga diarahkan untuk menjaring apakah
kurikulum
muatan lokal
yang diterapkan disekolah dasar telah
dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pendekatan kebutuhan dan
telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum.
Sebagai garis besarnya sebagai beriut:
a. Apakah kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas dasar ide
atau pemikiran-pemikiran yang telah dikaji kesesuaiannya dengan
bentuk atau model kurikulum.
b. Apakah landasan pengembangan kurikulum yang digunakan sesuai
dengan karakteristik kurikulum tersebut.
c. Apakah desain Kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas
dasar penilaian kebutuhan (need assesment).
d. Bagaimana rumusan tujuan yang tertuang didaiam kurikulum.
e. Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulumnya
penyajiannya.
f. Bagaimana pengorganisasian pengalaman belajarnya.
dan sistem
g. Bagaimana sistem penilaian peroses pengembangan kurikulum
yang digunakan untuk dokumen kurikulum menjadi lebih optimal.
h. Apakah kurikulum muatan lokal didokumentasikan dengan format
yang mudah dipahami.
i. Apakah Kurikulum didokumentasikan dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
2. Instrumen Evaluasi Desain kurikulum
Instrumen ini
dimaksudkan untuk
mengetahui
model desain
kurikulum yang dikembangkan telah memenuhi kaidah-kaidah sebagai
kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan daerah
sehingga valid untuk dioprasionalkan. Data dan Informasi yang terjaring,
pada prinsipnya sama dengan instrumen pertama, namun karena tujuan
validasi ini untuk menjaring masukan-masukan yang diperiukan untuk
penyempumaan buram desain kurikulum yang dihasilkan, maka
pertanyaan-pertanyaan disusun bersifat terbuka.
a. Input (masukan) dalam penyusunan model desain kurikulum.
• Apakah penyusunan desain kurikulum didasarkan pada ide atau
pemikiran-pemkiran
pengembangan
yang
kurikulum
perkembangan daerah.
melandasi
muatan
penerapan
lokal
konsep
berdasarkan
• Apakah penyusunan desain didasarkan pada kekuatan dan
kelemahan yang ditemui pada kurikulum terdahulu.
• Apakah penyusunan model desain kurikulum didasarkan pada
penilaian kebutuhan.
b. Proses Penyusunan model desain kurikulum
• Apakah prosedur pengembangan kurikulum muatan lokal
berdasarkan kebutuhan diikuti sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.
• Apakah
pengembangan desain
melibatkan ahli
dibidang
pengembangan kurikulum dan ahli bidang mata pelajaran.
c. Produk (model Desain Kurikulum Muatan Lokal)
• Apakah
ide
atau
pemikiran-pemikiran
yang
melandasi
pengembangan model desain kurikulum yang diterjemahkan
kedalam dokumen.
• Bagaimanakan susunan program kurikulum.
•
Bagaimana pengorganisasian isi kurkulum
• Bagaimana proses penyajian pembelajran (deliverly system)
• Apakah dalam pembelajarannya menggunakan sumber-sumber
belajar yang tersedia , baik didalam maupun di luar (di sekitar).
• Bagaimanakan sistem evaluasi belajar yang diterapkan
• Bagaimana manajemen pembelajran
• Bagaimana kerangka atau pormat dokumen kurikulum.
3. Instrumen Uji Coba Terbatas
Instrumen ini bempa format observasi dan wawancara
yang
dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah, Informasi yang dijaring ditekankan pada
hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas penyelenggaraan pembelajaran
yaitu : seberapa jauh proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan
rencana.
a. Pemahaman responden tentang konsep pendekatan perkembangan
daerah.
• Bagaimana pemahaman responden terhadap latar belakang
penerapan konsep pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.
• Bagaimana
pemahaman
responden
terhadap
karakteristik
pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.
b. Penerapan Kurikulum muatan lokal berdasarkan kebutuhan daerah.
• Bagaimana penerapan komponen-komponen desain kurikulum
muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar.
• Bagaimana penerapan rambu-rambu pelaksanaan dalam kegiatan
belajar.
c Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tingkat relevansi terhadap
kebutuhan (need Assessment)
• Bagaimanakah pemahaman responden terhadap desain kurikulum
yang akan diterapkan .
• Bagaimana
pembelajaran.
persiapan
responden
sebelum
melaksanakan
•
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan , meliputi penyajian materi sehingga penilaian hasil
belajar.
•
Bagaimanakah evaluasi program pembelajaran dilakukan.
4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas
Instrumen ini merupakan hasil penyempumaan dari instrumen uji
coba pendahuluan tahap I dan tahap II berdasarkan temuan pada studi
pendahuluan, dan saran dari ahli dan pakar. Instrumen ini juga untuk
menentukan pola tes hasil belajar yang digunakan baik dalam pre tes dan
post tes. instrumen ini bempa format observasi dan wawancara yang
dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain
kurikulum muatan lokal disekolah yang akan diuji coba dalam lingkungan
yang lebih luas.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka hal-hal pokok yang akan
dipertanyakan dalam instrumen uji coba lebih luas ini adalah meliputi:
a. Proses perencanaan pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
•
Bagaimana
pemahaman
responden
tentang
konsep-konsep
pendekatan kurikulum yang akan dilaksanakan.
•
Bagaimana
pemahaman
responden
terhadap
dasar-dasar
pelaksanaan kurikulum di kelas.
•
Bagaimana pemahaman responden terhadaap proses penentuan
tujuan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat.
•
Bagaimana
pemahaman responden terhadap penentuan materi
(isi) kurikulum muatan lokal
b. Penerapan Kurikulum
•
Bagaimana merencanakan proses belajar yang akan menerapkan
komponen-komponen kurikulum.
•
Bagaimana merencanakan penerapan rambu-ranbu pelaksanaan
kurikulum dalam proses belajar mengajar.
•
Bagaimana merencanakan pengalaman belajar sehingga tujuan
kurikulum yang sudah ditentukan dapat dicapai secara optimal.
•
Bagaimana merencanakan alat tes yang optimal untuk mencapai
tujuan pengajaran
c. Pelaksanaan pembelajaran yang berdasarkan tingkat relevansi yang
tinggi.
•
Bagaimana pemahaman responden terhadap desain kurikulum
yang diterapkan.
Bagaimana kesiapan
responden
terhadap
perumusan tujuan pengajaran yang akan dilaksanakan.
•
Bagaimana responden menentukan materi yang akan diajarkan.
•
Bagaimana responden merencanakan pengalaman belajar yang
akan dilaksanakan.
•
Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk
mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
•
Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
:%\
r
if
d. Pelaksanaan tes yang digunakan untuk pre tes dan post tes.
•
\\
Bagaimana hasil tes pemahaman responden terhadap desain
kurikulum yang diterapkan.
•
Bagaimana responden hasil materi yang akan diajarkan.
•
Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk
mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
•
Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap pre
tes dan post tes.
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Sesuai dengan instrumen yang digunakan,
maka ada tiga
kelompok data yang diolah. Pertama, analisis dan pengolahan data yang
berkaitan dengan studi evaluatif terhadap kurikulum muatan lokal
disekolah dasar. Kedua , analisis dan pengolahan data yang berkaitan
dengan kegiatan uji coba terbatas terhadap model desain kurikulum
muatan lokal yang dihasilkan , menggunakan analisis Kualitatif, Ketiga,
analisis dan pengolahan data yang berkaitan dengan kegiatan uji coba
lebih luas, menggunakan pula analisis kuantitatif untuk mengolah hasil
pre tes dan post tes.
Kesimpulan berupa validitas model desain kurikulum muatan lokal
didasarkan pada hasil penilaian para ahli mengenai kesesuaiian model
desain kurikulum
muatan lokal yang dihasilkan dalam penelitian ini
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas model
•i">