EVALUASI EKONOMI KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WADUK WONOGIRI (STUDI KASUS DI WILAYAH SUB DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI).

Dr. Ir Joko Sutrisno, M.P. Lahir di Yogyakarta, 24 Agustus 1967. Pria yang
memiliki NIP 196708241992031003 adalah staf pengajar di Fakultas
Pertanian UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil diselesaiakannya
adalah tahun 1991 lulus sarjana
(S-1) Universitas Sebelas Maret untuk
bidang ilmu: Sosial Ekonomi Pertanian/Ekonomi Pertanian, tahun 1998 lulus
Magister (S-2) dari Universitas Gadjah Mada untuk bidang ilmu: Ilmu-Ilmu
Pertanian/Ekonomi Pertanian, dan berhasil meraih gelar Doktor (S-3) dari
Institut Pertanian Bogor untuk bidang ilmu: Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan/Manajemen dan Kebijakan Lingkungan pada tahun 2011.
Judul dan ringkasan Disertasi disajikan dalam 2 (dua) versi bahasa Indonesia
dan English sebagai berikut.
EVALUASI EKONOMI KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WADUK WONOGIRI (STUDI KASUS DI
WILAYAH SUB DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI). Konversi lahan
pertanian ke non pertanian akan berpengaruh pada kualitas lingkungan, akibat
hilangnya manfaat multifungsi dari lahan pertanian tersebut, baik itu fungsi
ekonomi, sosial maupun fungsi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengetahui laju konversi lahan pertanian ke nonpertanian di Sub-DAS Keduang;
(2) mengetahui dampak konversi lahan pertanian ke non pertanian terhadap
kualitas lingkungan, karena hilangnya multifungsi lahan pertanian, baik fungsi

ekonomi, sosial maupun lingkungan; (3) mengetahui nilai manfaat multifungsi
lahan pertanian yang hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian; (4)
mengetahui kebijakan pemerintah tentang konversi lahan pertanian ke non
pertanian di wilayah DAS waduk, terutama berkaitan dengan isi kebijakan,
implementasi kebijakan dan pengendalian kebijakan, dan (5) menyusun arahan
kebijakan dan strategi pengelolaan DAS Waduk Wonogiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Lokasi penelitian diambil
secara sengaja (purposive), yaitu Sub DAS Keduang dengan pertimbangan bahwa
Sub DAS Keduang merupakan Sub DAS yang terluas dibandingkan dengan Sub
DAS yang lain di wilayah DAS Waduk Wonogiri dan merupakan Sub DAS yang
memberikan sumbangan terbesar terjadinya sedimentasi di Waduk Wonogiri.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Universal
Soil Loss Equation (USLE) untuk menghitung prediksi erosi dan metode harga
pasar untuk menghitung nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai
penghasil produksi pertanian dan penyedia lapangan kerja. Biaya Ganti
(Replacement Cost) digunakan untuk menghitung nilai manfaat multifungsi lahan
pertanian sebagai pengendali erosi dan pemelihara tata air.
Hasil penelitian yang didapatkan diantaranya adalah telah terjadi
konversi atau perubahan penggunaan lahan yang nyata di wilayah Sub DAS
Keduang antara tahun 1993 sampai dengan 2008. Penggunaan lahan yang

mengalami penyusutan adalah hutan/semak belukar, perkebunan/kebun, sawah,
sawah tadah hujan dan penggunaan lain. Sementara itu, penggunaan lahan untuk
tegalan/ladang dan pemukiman/bangunan mengalami peningkatan. Konversi lahan
pertanian ke non pertanian di Sub DAS Keduang selama kurun waktu 1993 – 2008
seluas 297 hektar, dengan laju rata-rata 20 hektar/tahun. Lahan pertanian yang
dikonversi menjadi lahan non pertanian (pemukiman) tersebut terdiri atas lahan
sawah (18 hektar), sawah tadah hujan (44 hektar), ladang/tegalan (66 hektar) dan
perkebunan/kebun (169 hektar). Ada 4 pola konversi lahan pertanian ke non
pertanian di Sub DAS Keduang, yaitu dari sawah irigasi menjadi pemukiman,

sawah tadah hujan menjadi pemukiman, ladang/tegalan menjadi pemukiman dan
kebun/perkebunan menjadi pemukiman.
Konversi lahan pertanian ke non pertanian berdampak negatif terhadap
kualitas lingkungan DAS Waduk Wonogiri, karena hilangnya sebagian manfaat
multifungsi lahan pertanian, baik manfaat ekonomi sebagai penghasil produksi
pertanian, manfaat sosial sebagai penyedia lapangan kerja, dan manfaat biofisik
lingkungan sebagai pengendali erosi dan sedimentasi serta pengendali tata air.
Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang telah hilang akibat konversi lahan
pertanian ke non pertanian di wilayah Sub DAS Keduang sangat besar. Nilai
ekonomi ini merupakan penjumlahan dari nilai manfaat penghasil produksi

pertanian yang hilang, nilai manfaat penyedia lapangan kerja, nilai pencegah erosi
dan nilai pengendali tata air. Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai
pencegah erosi dan pengendali tata air di Sub DAS Keduang nilainya jauh lebih
besar (kurang lebih 16 kali) dibandingkan dengan nilai manfaat penghasil produksi
pertanian yang hilang, nilai manfaat penyedia lapangan kerja.
Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan konversi lahan pertanian ke non
pertanian sudah ada, seperti pelarangan konversi lahan sawah irigasi ke
penggunaan non pertanian, namun implementasi di lapangan peraturan-peraturan
tersebut belum dilaksanakan dengan baik, dan pengendalian yang dilakukan belum
berjalan efektif terbukti masih adanya konversi lahan sawah ke non pertanian.
Kebijakan pengendalian konversi lahan pertanian ke non pertanian, termasuk
pengendalian konversi lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan besar
pengaruhnya terhadap penurunan nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang
hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian.
[Kata-kata kunci :
konversi lahan pertanian, multifungsi, kualitas lingkungan, nilai ekonomi]
ECONOMIC VALUATION OF LAND USE CHANGES IN WONOGIRI
WATERSHED (CASE STUDY AT KEDUANG SUB-WATERSHED, WONOGIRI
REGENCY). Land use changes will be influenced by environment quality, because
the multifunctions of agriculture land use is loss, i.e. economic function, social

function and environment function. Economic function consist of loss of crop
production and loss of farmer’s income. Social function consist of loss of farmer’s
job and Environment function consist of erosion and sedimentation mitigation and
hidrology system mitigation. This research aim to know the level of land use
changes in Keduang Sub-Watershed, to analysis the influences of land use changes
to environment quality, especially the loss of agriculture land multifunctions, i.e.
economic, social and environment functions, to know the loss of economic value of
agriculture land multifunction due to land use changes and to analyse the policies
goverment about land uses change, especially land use change in Keduang SubWatershed, Wonogiri Regency. Research method which is used is descriptive.
Research location is taken intentionally (purposive), that is Keduang SubWatershed with consideration that Keduang Sub-Watershed is the widest SubWatershed in Wonogiri Watershed with very high erosion danger index and
closeness of high river stream also, so that have big generated erosion potency.
Besides, from the number of precipitated sediment in Wonogiri Reservoir point,
Keduang Sub-Watershed give the biggest contribution of other Sub-Watershed in
Wonogiri Watershed. Data Types which are obtained are secondary data from
Forestry Research and Development Agency, Surakarta, BPS of Wonogiri Regency
and Agriculture Department of Wonogiri Regency. Method of analysis’s data which
is used in this research is Universal Soil Loss Equation Method to predict the soil
erosion. To calculate the value of economic and social function of agriculture land

use multifunction used market price and to calculate the value of environment

function, this research used Replacement Cost. Results of this research are: the
level of land use change (since 1993 up to 2008) in Keduang Sub-Watershed is 297
hectare. The loss of economic value of multifunction agriculture land in Keduang
Sub-Watershed is equal to Rp. 13,2 billion/year or Rp 44,5 million/hectare/year. The
economic value of water is equal Rp 760 billion/year. The value consist of value of
economic function is equal to Rp 3,7 billion/year, value of social function is equal to
Rp 1,2 billion/year and value of environment function is equal to Rp 8,3
billion/year. [Keywords: land use change, agriculture land multifunctions,
environment quality, economic value]