PROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2010 – 2012.

PROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN
MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP
SANGLAH PADA TAHUN 2010 – 2012
Ratih Purnamasari Nukana1 dan I Made Darmajaya2
1

Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
SMF Bedah RSUP Sanglah

ABSTRAK
Latar belakang : Terapi definitif penyakit gastroschisis dilakukan dengan teknik
operasi. Teknik ini dibagi menjadi dua jenis yaitu teknik penutupan primer dan
teknik penutupan bertahap. Penggunaan teknik yang tidak tepat dan munculnya
komplikasi dapat meningkatkan resiko kematian dari penyakit ini.
Metode : Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode retrospektif
dengan melihat data-data yang didapat dari RSUP Sanglah pada tahun 2010, 2011
dan 2012. Serta dengan meninjau studi pustaka yang didasarkan atas hasil
pengkajian terhadap berbagai literatur yang teruji validitasnya, berhubungan satu
sama lain, relevan dengan topik permasalahan yang dibahas dan mendukung
uraian atau analisis masalah.

Hasil : Terdapat sejumlah 37 pasien dirawat di RSUP Sanglah dari tahun 2010 2012. Lima pasien mendapat penanganan dengan penutupan primer dan 32 pasien
dengan penutupan bertahap. Jumlah kematian terbanyak terjadi karena penutupan
bertahap. Dengan metode analisis deskriptif argumentatif, penyebab kematian
disebabkan karena munculnya sepsis sebagai komplikasi setelah penutupan
bertahap maupun sebelum pasien datang ke RSUP Sanglah.
Kesimpulan : Proporsi pasien yang mendapat penanganan dengan penutupan
bertahap lebih tinggi daripada penutupan primer. Dan penyebab kematian utama
pasien gastroschisis di RSUP Sanglah karena komplikasi berupa sepsis.

Kata Kunci : gastroschisis, penutupan primer, penutupan bertahap, kematian

THE PROPORTION OF SURGICAL TECHNIQUE AND
MORTALITY RATE OF GASTROSCHISIS IN RSUP
SANGLAH IN 2010 – 2012
Ratih Purnamasari Nukana1 dan I Made Darmajaya2
1

Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
SMF Bedah RSUP Sanglah

ABSTRACT

Background: The definitive therapy for gastroschisis is surgical closure. The
technique is divided into two, primary closure and staged closure. Inappropriate
technique usage and emergence of complication can increase the risk of mortality
in this disease.
Method: Retrospective study is being used in this study to collect data by looking
at the gathered data from RSUP Sanglah in 2010, 2011, 2012 and also by refer to
reference based on the result of assessment to various valid literature which have
relationship to each other and relevant to the topic discussed and support the
problem analysis.
Results: There are 37 patients treated in RSUP Sanglah from 2010 to 2012. Five
patients were treated with primary closure and 32 patients with staged closure.
With argumentative descriptive analytic method, mortality cases were caused by
septic as complication either after the staged closure procedure or before patient
came to the hospital.
Conclusion: Proportion of patient treated with staged closure is higher than the
primary closure. And the primary cause of death in gastroschisis patient in RSUP
Sanglah is septic as complication of the disease.


Key Words : gastroschisis, primary closure, staged closure, mortality

PENDAHULUAN
Gastroschisis merupakan suatu
penyakit kongenital pada bayi yang
ditandai dengan adanya lubang pada
dinding abdomen bagian depan
sehingga organ dalam seperti usus
berada pada luar tubuh.1 Pada kondisi
normal, saat usia kehamilan 6 minggu,
usus bayi berada di luar abdomen.
Kemudian saat usia kehamilan 10
minggu usus akan masuk ke dalam
abdomen dan abdomen pun tertutup
oleh dinding abdomen. Tetapi pada
kasus gastroschisis penutupan dinding
abdomen ini tidak terjadi pada usia 10
minggu dan usia selanjutnya.2
Insiden gastroschisis bervariasi
dari 1 sampai 5 per 10.000 kelahiran.

Terdapat beberapa faktor resiko yang
mampu
meningkatkan
terjadinya
insiden ini. Wanita yang hamil dengan
usia muda ( < 20 tahun ) memiliki
resiko 15-16 kali lipat lebih tinggi
mengalami gastroschisis pada bayi
dibandingkan dengan usia 25- 29 tahun.
Keadaan sosial, ekonomi dan edukasi
ibu yang rendah, penggunaan obat-obat
vasokonstriksi selama kehamilan, gaya
hidup (merokok dan alkohol) juga
meningkatkan
resiko
terjadinya
kelainan ini.3
Penanganan definitive pasien
gastroschisis adalah dengan operasi.
Prinsip penanganan gastroschisis dalam

hal operasi adalah mengembalikan
organ yang keluar ke dalam abdomen
dan menutup defek pada dinding
abdomen
dengan
pertimbangan
4
kosmetik.
Teknik
bedah
dari
gastroschisis dibedakan menjadi dua
yaitu teknik penutupan primer dan
teknik penutupan bertahap. Masing-

masing teknik memiliki indikasi sesuai
dengan kondisi masing-masing pasien.
Mortalitas gastroschisis pada
masa lampau cukup tinggi, yaitu sekitar
30%, namun akhir-akhir ini dapat

ditekan hingga sekitar 5%.5 Mortalitas
berhubungan dengan berbagai faktor
seperti komplikasi yang muncul
sebelum dan setelah operasi. Angka
mortalitas ini juga dapat menunjukkan
berhasil tidak nya suatu penanganan
yang telah dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan
yaitu bagaimana proporsi pasien
gastroschisis yang di operasi di RSUP
Sanglah dengan menggunakan teknik
penutupan primer maupun teknik
penutupan bertahap dan bagaimana
proporsi mortalitas pasien gastroschisis
di RSUP Sanglah.
Dari segi teoritis diharapkan
penelitian ini dapat berguna dalam hal
acuan

pengembangan
penelitian
berikutnya dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
BAHAN DAN METODE
Data dikumpulkan
dengan
metode retrospektif berdasarkan studi
pustaka yang didasarkan atas hasil
pengkajian terhadap berbagai literatur
yang
telah
teruji
validitasnya,
beruhubungan satu sama lain, relevan
dengan topik permasalahan yang
dibahas, dan mendukung uraian atau
analisis masalah. Jenis data yang
dikumpulkan adalah jumlah pasien yang
mendapat

penanganan
dengan
penutupan primer serta bertahap dan
jumlah pasien yang mati di RSUP

Sanglah dari tahun 2010 sampai 2012.
Pengumpulan data dilaksanakan di
RSUP Sanglah pada tanggal 18 – 20
November 2013 di bagian SMF Bedah
RSUP Sanglah FK Unud.
ANALISIS DATA
Setelah data yang diperlukan
terkumpul, dilakukan pengolahan data
dengan menyusun secara sistematis dan
logis. Analisis data yang digunakan
adalah
analisis
data
deskriptif
argumentatif. Dengan menganalisis

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
pembahasan yang dihubungkan untuk
menarik kesimpulan umum.
HASIL
Data pasien yang digunakan
adalah data pasien gastroschisis yang di
rawat di RSUP Sanglah yang telah
dikumpulkan dari tahun 2010 sampai
2012. Karakteristik pasien yang dicari
adalah jumlah pasien yang mendapat
penanganan dengan teknik penutupan
primer, dan teknik penutupan bertahap
serta
jumlah
kematian
pasien.
Didapatkan
terdapat
37
kasus

gastroschisis yang dirawat dalam 3
tahun belakangan ini di RSUP Sanglah.

Semua kasus sudah mendapatkan
penanganan operasi.
Pada tahun 2010 terdapat 13
kasus,
2
pasien
mendapatkan
pembedahan dengan teknik penutupan
primer dan 10 pasien dengan teknik
bertahap dengan silo yang terbuat dari
urine bag. Dengan teknik penutupan
primer didapatkan hasil pasien yang
hidup sebanyak 1 (7,7%), dan yang mati
sebanyak 1 (7,7%). Sedangkan dengan
menggunakan silo pasien yang hidup 2
(15,4%), dan yang mati 9 pasien
(69,2%).

Pada tahun 2011 terdapat 11
kasus, 1 pasien dilakukan penutupan
primer, dan 10 pasien penutupan
dengan silo. Dengan penutupan primer
pasien yang hidup sebanyak 1 (9,1%)
dan tidak ada pasien yang mati (0%).
Dengan penutupan silo terdapat 2
pasien hidup (18,2%), dan 8 pasien mati
(72,7%).
Pada tahun 2012 terdapat 13
kasus. Didapatkan 2 pasien dengan
penutupan primer dan 11 pasien dengan
silo. Pasien dengan penutupan primer
yang hidup sebanyak 2 (15,4%), tidak
ada pasien yang mati (0%). Dan dengan
silo yang hidup sebanyak 3 (23,1%) dan
yang mati sebanyak 8 (61,5%).

Tabel 1 Jumlah pasien yang menjalani operasi penutupan primer dan bertahap di
RSUP Sanglah
No

Tahun

Penutupan
Primer

Penutupan
Bertahap

Total Kasus

1

2010

2

11

12

2

2011

1

10

11

3

2012

2

11

13

5

32

37

Total

Tabel 2 Jumlah pasien yang hidup dan mati dengan penutupan primer dan
penutupan bertahap
No

Tahun

1

Penutupan Primer

Penutupan Bertahap

Hidup

Mati

Hidup

Mati

2010

1

1

2

9

2

2011

1

0

2

8

3

2012

2

0

3

8

3

1

7

26

Mortalitas (%)

Total

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Penutupan Primer
Penutupan Bertahap

2010

2011

2012

Tahun

Grafik 1 Presentase angka mortalitas (mati/[mati+hidup]) pasien gastroschisis
berdasarkan tahun dan teknik penutupan di RSUP Sanglah
DISKUSI
1. Proporsi Pasien dengan Teknik
Penutupan Primer dan Teknik
Penutupan Bertahap
Penatalaksanaan
gastroschisis
pada neonatus dilakukan dengan
pertimbangan beberapa faktor seperti;
jumlah dan status usus yang mengalami
herniasi, ukuran dari rongga abdomen,

tersedianya peralatan yang mendukung
di neonatal intestinal care unit (NICU)
dan ada tidak nya abnormalitas
kongenital yang menyertai. Operasi
dengan penutupan primer pada dinding
abdomen menjadi teknik utama
prosedur operasi.4 Penutupan primer
dipertimbangkan di semua kasus
gastroschisis jika ukuran usus tidak
mengalami
pembesaran
serta

pengembalian usus ke dalam abdomen
tidak
menyebabkan
gangguan
hemodinamik
atau
ganggaun
6
pernafasan.
Adanya paparan usus janin
dengan cairan ketuban ibu selama masa
kandungan yang cukup lama dapat
menyebabkan usus menjadi dilatasi dan
inflamasi
sehingga
tidak
memungkinkan
untuk
dilakukan
penutupan secara primer.7 Oleh karena
itu dilakukanlah pengecilan usus secara
bertahap dan penundaan sementara
penutupan defek pada abdomen dengan
menggunakan hand sewn plastic atau
spring loaded silo.4
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa dalam tiga tahun belakangan ini
proporsi pasien yang mendapatkan
penanganan dengan teknik penutupan
bertahap
(86,8%)
lebih
tinggi
dibandingkan dengan teknik penutupan
primer (13,5%). Hal ini disebabkan
karena pasien di RSUP Sanglah
cenderung mengalami gastroschisis
dengan kondisi organ visceral (usus)
yang
sudah
mengalami
edema.
Sehingga
hal
tersebut
tidak
memungkinkan
untuk
dilakukan
penutupan primer. Oleh karena itu
pasien dengan kondisi ini harus
dilakukan penutupan bertahap dengan
tujuan untuk mengecilkan ukuran
edema agar ukuran usus bisa kembali
seperti semula. Karena pertimbangan
biaya, penutupan bertahap di RSUP
Sanglah tidak menggunakan Spring
Loaded Silo ataupun hand sewn plastic
tetapi menggunakan urine bag yang
dimodifikasi
sehingga
dapat
dimanfaatkan menyerupai silo.
2.
Mortalitas
Gastroschisis

dari

Pasien

Berbeda
dengan
beberapa
penelitian lain, dimana dikatakan bahwa
angka mortalitas penyakit gastroschisis

pada tahun belakangan semakin rendah.
Namun dari data yang di dapatkan di
RSUP Sanglah, mortalitas per tahun
dari penyakit ini terbilang cukup tinggi.
Di tahun 2010 presentase kematian
mencapai 76,9% dimana kematian lebih
banyak terjadi setelah penanganan
dengan
menggunakan
penutupan
bertahap. Tahun 2011 pun presentase
kematian tetap tinggi dengan sedikit
penurunan yaitu mencapai 72,7% dan
seluruh kematian terjadi setelah
penutupan bertahap. Dan di tahun 2012
presentase kematian menurun menjadi
61,5%. Dapat dilihat dari hasil
penelitian ini bahwa dengan penutupan
primer di dua tahun terakhir yaitu tahun
2011 dan 2012, semua pasien berhasil
hidup. Menurut Amel Bd, penutupan
primer memiliki hasil yang lebih baik
daripada
penutupan
bertahap.
Sedangkan pada penutupan bertahap
dapat memunculkan resiko infeksi
karena silo kurang kedap air sehingga
dapat memungkinkan masuknya sumber
infeksi dan menyebabkan sepsis pada
pasien.4
Pada kasus gastroschisis di RSUP
Sanglah penyebab kematian terbesar
disebabkan karena munculnya sepsis
yang sudah terjadi saat pasien baru
datang ke rumah sakit maupun setelah
operasi. Sepsis yang terjadi disebabkan
karena paparan dengan dunia luar dan
penguapan yang berlebihan. Kejadian
sepsis di RSUP Sanglah juga
disebabkan karena penatalaksanaan di
NICU yang kontrol infeksinya kurang
baik sehingga terjadi pembiakan kuman
penyebab infeksi salah satu contohnya
adalah Pseudomonas.
KESIMPULAN
Pasien gastroschsis di RSUP
Sanglah cenderung lebih banyak
mendapat
penanganan
dengan

penutupan
bertahap
dibandingkan
dengan penutupan primer. Hal ini
disebabkan karena banyaknya pasien
yang mengalami gastroschisis dengan
kondisi organ visceral yang sudah
mengalami edema sehingga proporsi
perbandingan besar usus yang keluar
tidak sebanding dengan ukuran
abdomen.
Mortalitas
penyakit
gastroschisis di RSUP Sanglah terbilang
cukup tinggi. Dari keseluruhan pasien
yang mendapat perawatan dari tahun
2010 sampai 2012 total yang
mengalami kematian di masing-masing
tahun sebanyak 76,9%, 72,7%, dan
61,5%. Dengan jumlah kematian
terbanyak terjadi pada penutupan
bertahap. Hal ini dikarenakan tingginya
resiko sepsis yang dapat terjadi karena
teknik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chabra S, Gleason C. Gastroschisis :
Embryology,
Patophysiology,
Epidemiology.
NeoReviews
2005;06:493.
2. Clinical staff at Seattle Children’s.
Gastroschisis and My Baby. Seattle
Children’s 2008:01-06

3.

Texas Departement of State,
Departement of State Health
Services. Birth Defect Risk Factor
Series: Gastroschisis. 2011:01-07

4. Hashis A, Elhalaby E. Evolution of
Management Gastroschisis. Annals
of Pediatric Surgery 2011;07:10-15
5. Sudrajat I, Satoto H. Analisis Kasus
Gastroschisis. Dalam makalah :
Bagian/SMF
Anestesiologi
FK
Undip/RSUP
dr.Kariadi
Semarang.2011.
6. Williams T, Butler R, Sundem T.
Management of the Infant With
Gastroschisis: A Comprehensive
Review of the Literature. Medscape.
2003. [diakses 21 November 2013].
Diunduh
dari:
http://www.medscape.com/viewarticl
e/458475
7. Children Hospital of Philadelphia.
Gastroschisis. Center for Fetal
Diagnosis and Treatment. 2012.
[diakses 21 November 2013].
Diunduh
dari:
http://www.chop.edu/service/fet
al-diagnosis-and-treatment/fetaldiagnoses/gastroschisis.html