BAB I aktualisasi pancasila

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pancasila merupakan idiologi bangsa Indonesia, dimana didalamnya terkandung nilai- nilai yang menjadi visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar terwujudnya bangsa yang ber-ketuhanan, yang ber-kemanusiaan, yang ber-persatuan, yang ber-kerakyatan, dan yang be-rkeadilan.

Dan didalam pancasila , mempelajari beberapa hal di antaranya adalah tentang aktualisasi pancasila. Dimana pancasila sebagai pandangan hidup dan idiologi dalam berbangsa dan bernegara. Itu yang seharusnya diwujudkan dan diaktualisasikan dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dan menjadikan pancasila sebagai dasar Negara.

2. Rumusan Masalah.

1. Bagaimanakah sebenarnya yang disebut aktualisasi pancasila?

2. Bagaimanakah tridharma perguruan tinggi dan apa yang mencakup didalamnya?

3. Tujuan

1. Agar pembaca mengerti tentang aktualisasi pancasila.

2. Agar pembaca mengetahui tentang tridharma perguruan tinggi dan apa yang terdapat didalamnya.


(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Aktualisasi Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, pandangan hidup bangsa serta ideologi bangsa dan Negara, bukanlah hanya merupakan rangkaian kata-kata indah namun harus diwujudkan dan diaktualisasikan dalam berbagai bidang dalam kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Aktulisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif. Aktulisasi pancasila yang objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang – bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran kedalam undang – undang, garis – garis besar haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang

kenegaraan lainnya. Adapun aktualisasi pancasila yang subjektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat penyelenggara Negara, penguasa Negara, terutama dalam kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.


(3)

B. Tridharma Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan, senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma perguruan tinggi, yang meliputi pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. a. Pendidikan Tinggi.

Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas sebagai dharma yang pertama yaitu melaksanakan pendidikan untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Maka tugas perguruan tinggi adalah :

1. Meyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memilki kemampuan , akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan atau kesenian.

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Intinya bahwa pendidikan tinggi haruslah mengahasilkan ilmuan, intelektual serta pakar yang bermoral ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan.

b. Penelitian.

Inovasi yang bersifat vital diperguruan tinggi adalah penelitian ilmiah. Penelitian illmiah yang merupakan misi perguruan tinggi dan merupakan dharma kedua dari Tridharma Perguruan Tinggi.


(4)

Yang dimaksud dengan penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat objektif dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

Sebagaimana nilai yang terkandung dalam pancasila bahwa intelektual yang melakuan penelitian haruslah bermoral ketuhanan dan kemanusiaan. Seorang peneliti haruslah bermoral dan mengabdikan diri kepada nilai – nilai kemanusiaan. Hal ini lebih mempertegas bahwa seorang ilmuwan, peneliti tidak bersifat bebas nilai melainkan senantiasa berpegang dan mengemban nilai kemanusiaan yang didasari nilai Ketuhanan.

Dasar – dasar nilai yang terkandung didalam pancasila inilah yang menjiwai moral peneliti, sehingga suatu penelitian harus bersifat objektif dan ilmiah.

Seorang peneliti harus berpegangan pada moral kejujuran yang bersumber kepada Ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi, atau bahkan kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas kemanfaatan penelitian haruslah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian senantiasa harus diperhitungkan kemanfaatannya, bagi masyarakat luas serta peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.

c. Pengabdian Kepada Masyarakat

Perguruan tinggi sebagai lembaga masyarakat, senantiasa mengembangkan kegiatannya demi kepentingan masyarakat. Ole karena itu pengabdian kepada masyarakat merupakan dharma ketiga dari tridharma perguruan tinggi.

Berdasarkan penjelasan Pasal 3 ayat (1) PP. 60 Th. 1999, bahwa yang dimaksud dengan pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan


(5)

ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

Realisasi dharma ketiga dari tridharma perguruan tinggi tersebut dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Dalam pengertian inilah aktualisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijawai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan, sebagaimana terkandung dalam pancasila. C. Budaya Akademik

Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memilki ciri khas tersendiri di samping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut :

1) Kritis, yang berarti setiap insan akademik harus senantiasa mengembangkan sikap senantiasa ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.

2) Kreatif, yang berarti setiap insan akademik harus senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi masyarakat.

3) Objektif, yang berarti kegiatan ilmiah yang dilakukan haruslah benar-benar berdasarkan pada suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang, atau ambisi pribadi.

4) Analitis, yang berarti suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan suatu prasarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.


(6)

5) Konstruktif, yang berarti suatu kegiatan ilmiah yang merupakan budaya akademik harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.

6) Dinamis, yang berarti ciri ilmiah sebagai budaya akademik tersebut harus senantiasa dikembangkan terus menerus.

7) Dialogis, artinya dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya.

8) Menerima kritik, cirri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis, yaitu setiap insan akademik harus senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.

9) Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah. 10) Bebas dari prasangka, yang berarti budaya akademik harus mengembangkan

moralitas ilmiah yang harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah. 11) Menghargai waktu, yang berarti masyarakat intelektual harus senantiasa

memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi.

12) Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, yang berarti masyarakat akademik harus benar-benar memilki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik. 13) Berorientasi ke masa depan, artinya suatu masyarakat akademik harus mampu

mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realitas dan rasional.

14) Kesejawatan/kemitraan, artinya suatu masyarakat ilmiah harus memilki rasa persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama yang baik.


(7)

D. Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM

Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan penguasa. Hal ini bukan berarti masyarakat kampus tidak boleh berpolitik melainkan masyarakat kampus harus benar-benar berpegang pada komitmen moral yaitu, pada suatu tradisi kebenaran objektif. Masyarakat kampus harus terhindar dari kiprah tarik-menarik kekuasaan dalam pertentangan politik. Oleh karena itu dasar pijak kebenaran masyarakat kampus adalah kebenaran yang bersumber pada hati nurani serta sikap moral yang luhur yang bersumber pada Ketuhanan dan

kemanusiaan.

Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum

Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda yang sangat mendesak untuk di wujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum positif.

Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus sesuai dengan tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tertib hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif di Indonesia, maka dasar filsafat Negara


(8)

perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum Tuhan (sila I), Nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (Sila II), Nilai nasionalisme Indonesia (Sila III), Nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan Negara (Sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (Sila V).

Selain itu tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat dan rakyat adalah merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia. Sebagaimana dibahas dimuka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan Undang-Undang hak asasi Manusia yaitu UU Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999. Hak asasi manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Dalam penegakan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif, dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia bukan karena kepentingan politik terutama


(9)

asasi sering kurang adil misalnya kasus pelanggaran beberapa orang saja di timtim, banyak kekuatan yang mendesak untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke mahkamah internasional. Namun ratusan ribu rakyat kita seperti korban kerusuhan sambas, sampit, poso dan lainnya tidak ada kelompok yang memperjuangkannya. Padahal mereka sangat menderita karena diinjak-injak Hak Asasinya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa kita harus

mengaktualisasikan pancasila sebagai dasar dan ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Dan perguruan tinggi mempunyai tiga pokok yang disebut dengan tridharma perguruan tinggi, yang meliputi perguruan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi merupakan institusi dalam masyarakat dan memiliki ciri khas tersendiri. Dan masyarakat kampus harus benar-benar mengerti tentang budaya akademik dan hukum dan sumber-sumbernya.


(10)

Kami selaku pembuat makalah ini, menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan makalah ini sebagai media penambahan pemahaman pembaca dalam hal-hal yang terdapat dalam pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih dan Abdul Qodir. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan, CV.Sindunata,Kartasuro,Solo


(1)

ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

Realisasi dharma ketiga dari tridharma perguruan tinggi tersebut dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Dalam pengertian inilah aktualisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijawai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan, sebagaimana terkandung dalam pancasila. C. Budaya Akademik

Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memilki ciri khas tersendiri di samping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut :

1) Kritis, yang berarti setiap insan akademik harus senantiasa mengembangkan sikap senantiasa ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.

2) Kreatif, yang berarti setiap insan akademik harus senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi masyarakat.

3) Objektif, yang berarti kegiatan ilmiah yang dilakukan haruslah benar-benar berdasarkan pada suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang, atau ambisi pribadi.

4) Analitis, yang berarti suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan suatu prasarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.


(2)

5) Konstruktif, yang berarti suatu kegiatan ilmiah yang merupakan budaya akademik harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.

6) Dinamis, yang berarti ciri ilmiah sebagai budaya akademik tersebut harus senantiasa dikembangkan terus menerus.

7) Dialogis, artinya dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya.

8) Menerima kritik, cirri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis, yaitu setiap insan akademik harus senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.

9) Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah. 10) Bebas dari prasangka, yang berarti budaya akademik harus mengembangkan

moralitas ilmiah yang harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah. 11) Menghargai waktu, yang berarti masyarakat intelektual harus senantiasa

memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi.

12) Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, yang berarti masyarakat akademik harus benar-benar memilki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik. 13) Berorientasi ke masa depan, artinya suatu masyarakat akademik harus mampu

mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realitas dan rasional.

14) Kesejawatan/kemitraan, artinya suatu masyarakat ilmiah harus memilki rasa persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama yang baik.


(3)

D. Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM

Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan penguasa. Hal ini bukan berarti masyarakat kampus tidak boleh berpolitik melainkan masyarakat kampus harus benar-benar berpegang pada komitmen moral yaitu, pada suatu tradisi kebenaran objektif. Masyarakat kampus harus terhindar dari kiprah tarik-menarik kekuasaan dalam pertentangan politik. Oleh karena itu dasar pijak kebenaran masyarakat kampus adalah kebenaran yang bersumber pada hati nurani serta sikap moral yang luhur yang bersumber pada Ketuhanan dan

kemanusiaan.

Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum

Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda yang sangat mendesak untuk di wujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum positif.

Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus sesuai dengan tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tertib hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif di Indonesia, maka dasar filsafat Negara merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Namun


(4)

perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum Tuhan (sila I), Nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (Sila II), Nilai nasionalisme Indonesia (Sila III), Nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan Negara (Sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (Sila V).

Selain itu tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat dan rakyat adalah merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia. Sebagaimana dibahas dimuka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan Undang-Undang hak asasi Manusia yaitu UU Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999. Hak asasi manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Dalam penegakan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif, dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia bukan karena kepentingan politik terutama

kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan Negara Indonesia. Dewasa ini kita lihat dalam menegakkan hak


(5)

asasi sering kurang adil misalnya kasus pelanggaran beberapa orang saja di timtim, banyak kekuatan yang mendesak untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke mahkamah internasional. Namun ratusan ribu rakyat kita seperti korban kerusuhan sambas, sampit, poso dan lainnya tidak ada kelompok yang memperjuangkannya. Padahal mereka sangat menderita karena diinjak-injak Hak Asasinya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa kita harus

mengaktualisasikan pancasila sebagai dasar dan ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Dan perguruan tinggi mempunyai tiga pokok yang disebut dengan tridharma perguruan tinggi, yang meliputi perguruan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi merupakan institusi dalam masyarakat dan memiliki ciri khas tersendiri. Dan masyarakat kampus harus benar-benar mengerti tentang budaya akademik dan hukum dan sumber-sumbernya. B. Saran


(6)

Kami selaku pembuat makalah ini, menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan makalah ini sebagai media penambahan pemahaman pembaca dalam hal-hal yang terdapat dalam pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih dan Abdul Qodir. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan, CV.Sindunata,Kartasuro,Solo