Aktualisasi Pancasila dan Pelaksanaan UU

BAB I PENDAHULUAN
Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 telah lama
dijadikan sebagai dasar negara. Dasar negara pancasila sesungguhnya ada karena
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila meliputi dan diambil dari sikap dan
perilaku masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pancasila harus diwujudkan dan
diaktualisasikan dalam berbagai bidang dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilainilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan,
pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring
dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan kembali.
Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua
ideologi besar dunia yang paling berpengaruh, sehingga Pancasila dianggap tidak
memihak pada siapapun. Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan
berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak
berpaham kolektivisme. Bahkan bukan berpaham teokrasi dan bukan perpaham
sekuler. Posisi Pancasila inilah yang merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke
dalam kehidupan praksis berbangsa dan bernegara. Dinamika aktualisasi nilai
Pancasila bagaikan bandul jam yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara
seimbang tanpa pernah berhenti tepat di tengah. Aktualisasi Pancasila dibedakan
menjadi aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif.


1

BAB II ISI
AKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi pancasila itu sendiri dibedakan menjadi dua macam yaitu
aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif. Aktualisasi objektif meliputi
berbagai bidang kenegaraan yaitu bidang legislatif, bidang eksekutif, dan bidang
yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi,
hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, garis-garis besar
haluan Negara, hankam, maupun bidang lainnya. Aktualisasi pancasila secara
objektif juga dikaitkan dengan nilai-nilai dalam setiap sila dalam pancasila.
1) Aktualisasi Pancasila Sila ke-1
Seperti yang kita ketahui bersama sila ke-1 pancasila menjelaskan
tentang

ketuhanan

dan

kebebasan


beragama.

Dalam

sistem

ketatanegaran hal ini sudah dijelaskan dalam UUD 1945 dalam pasal
28 E ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Sehingga setiap warga negara berhak memilih dan melaksanakan aturan
agamanya tetapi tidak menyimpang dari peraturan pemerintahan.
Meskipun hal ini sudah diatur dalam UUD 1945, masih ada saja
penyimpangan yang dilakukan dalam pelaksanaannya. Contoh kasus
yang menunjukkan aktulisasi pancasila sila pertama : Penahanan

Dadang Kafrawi, mantan walikota Jakarta Selatan, di rutan Salemba ini
berhubungan dengan status Dadang sebagai tersangka perkara korupsi
pengadaan lahan makam Budha di Jakarta Selatan, yang diduga
merugikan negara sebesar 12,96 Miliar(Kompas, Senin 1 Maret 2010).
Hal ini dianggap menyimpang karena tanah yang seharusnya menjadi
makam orang-orang yang beragama budha itu menjadi tidak ada.

2

2) Aktualisasi Pancasila Sila ke-2
Sila ke-2 dalam pancasila menjelaskan tentang menjunjung tinggi hak
assasi manusia dan menghargai atas kesamaan hak.. Hal ini tercantum
dalam UUD yaitu :
Pasal 27 ayat 2 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Pasal 28 D ayat 1 berbunyi : Hak atas pengakuan, jaminan
perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama
di depan hukum.
Hal ini juga diwujudkan dalm kehidupan di kampus, krena kampus
juga ditunjuk sebgai wadah unuk kekuatan moral pengembangan

HAM. Hal ini digunakan dalam upaya mewujudkan UU Republik
Indonesia No. 39 Tahun 1999 karena sering kita ketahui bahwa dalam
menegakkan hak asasi manusia sering kurang adil misalnya saja
beberapa pelanggaran beberapa orang sajadi Timtim, banyak kekuatan
untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke mahkamah
internasional. Namun, korban kerusahan Sambas, Sampit dan Poso
tidak ada kelompok yang memperjuangkan padahal mereka menderita
dan diinjak-injak hak asasinya. Pengamalan sila ke-1 dan ke-2 juga
diwujudkan dalam Tridharma Peguruan Tinggi yaiu pendidikan tinggi,
penelitian, dan pengabdian masyarakat yang slalu berdasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.
3) Aktualisasi Pancasila Sila ke-3
Sila ke -3 ini menjelaskan tentang bagaimana kita sebagai warga negara
menunjukkan rasa persatuan dalam menjalankan hidup berbangsa dan
bernegara dengan banyaknnya perbedaan suku, ras, kelompok dan
golongan maupun kelompok agama dalm semangat Bhinneka Tunggal
Ika. Dalam bidang pendidikan pemerintah mewujudkannya dengan
mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dimana di dalam
sekolah tersebut terdapat banyak kebudayaan, suku, ras, agama dan
segala perbedaannya yang saling berbaur.

4) Aktualisasi Pancasila Sila ke-4

3

Sila ke-4 mengandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Hal ini sudah diatur dalam
UUD yaitu :
Pasal 19 yang berbunyi :
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan
umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.
Pemilihan umum di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1955
untuk memilih anggota DPR dan konstituante.
5) Aktualisasi Pancasila Sila ke-5
Sila ke-5 ini merupakan tujuan akhir dari suatu negara yaitu
mewujudkan

kesejaheraan


seluruh

warganya

serta

melindungi

warganya dan seluruh wilayahnya. Nilai-nilai keadilan ini juga sebagai
dasar dalam pergaulan antar negara dan prinsip ingin menciptakan
ketertiban hidup bersama, perdamaian abadi serta keadilan dalam
hidup bersama. Hal ini juga dikemukakan dalam UUD 1945 Pasal 33
ayat

3

yang

berbunyi


:

Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34 : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Sedangkan pancasila yang bersifat subjektif adalah aktualisasi pancasila
pada setiap individu terutama dalam aspek moral kaitannya dengan hidup negara
dan masyarakat. Aktualisasi ini dorealisasikan oleh seluruh warga negara
Indonesia tanpa memandang dari sudut manapun. Aktualisasi Pancasila Subyektif
ini lebih berkaitan dengan norma-norma moral. Diharapkan Aktualisasi Pancasila
yang Subyektif ini dapat tercapai, maka berarti nilai-nilai Pancasila telah melekat
dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan
Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah
bangsa Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya
dengan bangsa lain. Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi
4

Obyektif, karena Aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan kunci
keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.

DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945
Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah menyatakan diri merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia
segera mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar hukum negara Indonesia pada
tanggal 18 Agusus 1945. Undag-Undang Dasar ini terdiri atas Pembukaan UUD
1945, Batang Tubuh yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau Peraturan
Tambahan serta penjelasan yang dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo (Sunoto, 1985:
35). Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan. Sedang
mengenai keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
 Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sebelum MPR, DPR
dan DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
 Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung
jawab pada presiden bukan pada DPR.
 Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang
merubah kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden
menjadi badan legislatif(DPR).
 Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang
merubah


kabinet

presidensil

menjadi

parlementer,

ini

berarti

menyimpang dari UUD 1945. Sistem kabinet ini diikuti dengan
Demokrasi Liberal.
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring
pergantian kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan
genting maka kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi Meja
Bundar (KMB) sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik
Indonesia Serikat (RIS).


5

Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia untuk
menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun
berganti, dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS. Pada masa ini seluruh
wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS. Sedangkan UUD 1945 hanya
berlaku untuk negara bagian Indonesia yang meliputi sebagian jawa dan sumatra
dengan ibukota Yogyakarta. Sistem pemerintahannya adalah Parlementer yang
berdasarkan Demokrasi Liberal. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama.
Berkat kesadaran para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS
kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang lain yang disebut
Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Undang-Undang Dasar Sementara
Sejak terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat dibawah konstitusi
RIS 1949 pada tanggal 27 Desember 1949, maka semakin kuatlah perjuangan
bangsa Indonesia menentang susunan negara yang dianggap sebagai bentukan
Belanda dan semakin kuat pula tuntutan untuk kembali kepada bentuk yang
unitaristis, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS sepenuhnya kembali
menjadi negara RI dengan UUDS sebagai konstitusinya.

Dalam rangka memenuhi tugas yang diamanatkan oleh UUDS 1950, maka
diselenggarakanlah pemilu untuk memilih anggota Majelis Pembentuk UUD
Negara Republik Indonesia yang kemudian disebut Konstituante yang dilantik
pada 10 november 1956 (Purastuti,2002:41).
Masa Orde Baru
 Dekrit Presiden
Pemilu tahun 1955 memberikan ketidakpuasan bagi masyarakat. Justru
menimbulkan ketidakstabilan pada bidang politik, ekonomi, social maupun
hankam. Faktor utamanya karena konstituante yang bertugas membentuk UUD
yang tetap bagi Negara RI ternyata gagal, walupun telah bersidang selama 2,5
tahun. Bahkan separoh anggotanya menyatakan tidak aka hadir dalam pertemuan

6

konstituante. Halini disebabkan konstituante yang seharusnya bertugas membuat
UUD Negara RI masih membahas kembali dasar Negara. Atas dasar hal tersebut,
Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya :
1. Membubarkan konstituante.
2. Menetapkan berlakunnya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
kembali UUDS 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.
PKI dan G 30 S PKI
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil
namun keadaan ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dngan menanamkan
ideologi dalm pemerintahan bahwa “ideologi belum selesai dan bahkan
ditekankan tidak akan selesai sebelum tercapai masyarakat yang adil dan
makmur.” Maka berlakulah hukum-hukum revolusi dan sebagai akibatnya terjadi
pemusatan kekuasaan ditangan presiden. Sehingga pesiden memiliki kekuasaan
dibidang hukum. Pada masa ini ideologi pancasila dirancang oleh PKI dan
digantikan dengan ideologi Manipol Usdek serta konsep Nasakom. Sejak saat itu,
PKI terus berusaha mengumpulkan kekuatan dalam peristiwa demi peristiwa
antara lain peristiwa Kanigoro, Boyolali, Indramayu, Bandar Betsy dan
sebagainya. Puncaknya pada pemberontakan G 30 S PKI pada tanggal 30
September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah Negara RI.
Dengan adanya pemberontakan G 30 S PKI muncul aksi-aksi dari seluruh
masyarakat untuk membubarkan PKI. Aksi-aksi tersebut melahirkan suatu
tuntutan yang dikenal dengan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisikan :
1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
2. Pembersihan cabinet dari unsure-unsur G30S PKI.
3. Penurunan harga.
Dengan adanya Tritura tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 dengan tujuan untuk
memperbaiki stabilitas Negara. Beirkut isi dari Supersemar :
1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya Pemerintahan dan

7

jalannya Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan
Pimpinan

Presiden/Panglima

Tertinggi/Pemimin

Besar

revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara
Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran
Pemimpin Besar Revolusi.
2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima
Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas dan
tanggung-jawabnya seperti tersebut diatas. Mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu, untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta
kestabilan jalannya Pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk
keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan
dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
Dalam masa ini dikenal sebagai periode pemerintahan yang ditandai dengan
berbagai

penyimpangan

terhadap

Pancasila

dan

UUD

1945.

Berbagai

penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 itu yang paling menonjol antara lain :
 Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi menteri negara.
 MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
 Presiden mengeluarkan produk hokum yang setingkat Undang-Undang
tanpa persetujuan DPR.
 Ikut campur Presiden dalam system pemerintahan yang cenderung otoriter.
 Besarnya pengaruh PKI yang mengakibatkan Ideologi Nasakom yang
mencoba menggantikan Ideologi Pancasila.
Masa Orde Baru
Dengan adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 Soeharto mengatasi keadaan
yang tidak menentu yang sulit terkendali. Namun sebagai akibatnya partai-partai
politik terpecah belah dalam kelompok-kelomok yang saling bertentangan, antara

8

penentang dan pendukung kebijakan presiden Soekarno. Sehingga, menimbulkan
situasi konflik yang membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa. Melihat hal
tersebut, DPR-GR berpendapat bahwa situasi tesebut harus diselesaikan secara
konstitusional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR-GR manyampaikan resolusi
dan memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua Presidium Kabinet Ampera
agar diselenggarakan siding istimewa MPRS.
Pada tanggal 20 Februari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan
pemerintahan kepada Soeharto yang dikukuhkan dalam Sidang Istimewa MPRS
dalam ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 yang berisi pencabutan kekuasaan
pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto menjadi
Pejabat Presiden Republik Indonesia. Setelah pengukuhan Presiden Soeharto
tersebut, berlakulah masa Pemerintahan Orde Baru secara konstitusional. Pada
masa ini, pemerintahan berusaha menjalankan pancasila dan UUD 1945 yang
murni dan konsekuen yang dimaksudkan untuk memperbaiki penyimpanganpenyimpangan yang terjadi di orde lama.
Pengamalan pancasila di masa orde baru dimulai pada Pidato Kenegaraan
16 Agustus 1983 oleh Presiden Soeharto yang berisi pembangunan yang
berdasarkan demokrasi pancasila. Dengan ditetapkannya P4 di tahun 1978 oleh
MPR, dimulailah pembangunan nasional yang berdasarkan penghayatan dan
pengalaman pancasila yang ditegaskan dalam GBHN sebagai hasil Sidang Umum
MPR bulan Maret 1978.
Pembangunan sendiri adalah rangkaian usaha yang dilakukan secara sadar
dan terencana untuk memperbaiki keadaan sesuai dengan tujuan untuk
memajukan masyarakat nasional. Secara konkret, pembangunan nasional adalah
pebangunan manusia Indonesia menjadi manusia pancasila dan masyarakat
pancasila. Pembangunan ini tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan fisik seperti
sandang, perumahan, kesehatan, dan sebagainya ataupun batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, dan sebagainya. Melainkan keduanya dalam keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan. Selain itu, pembangunan juga harus merata di
seluruh tanah air.
Dalam

pemilihan

anggota-anggota

Badan

Permusyawaratan

dan

Perwakilan Rakyat juga dilaksanakan Pemilu tahun 1971 dengan didasari

9

Undang-undang No. 15 tahun 1969. Pemilu ini Berhasil mengubah fungsi dan
kedudukan lembaga negara menjadi tetap tidak lagi bersifat sementara. Dalam
mengantisipasi konflik ideologis Pemerintah Soeharto membangun suatu konsep
baru demokrasi yang diberi nama Demokrasi Pancasila. Masa ini akhirnya harus
tenggelam pula dengan adanya krisis moneter yang mengakibatkan hilangnya
simpati rakyat terhadap pemerintahan
Reformasi
Ada banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi terutama yang
terjadi pada masa Orde Baru, yakni terletak pada ketidakadilan dibidang politik,
ekonomi, dan hukum. Pemerintahan Orde Baru yang di pimpin oleh Soeharto
ternyata tidak konsekuen dengan tekad awal munculnya Orde Baru yakni
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Akhirnya,
berbagai penyimpangan dan penyelewengan terhadap nilai-nilai pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, banyak dilakukan dalam
pemerintahan Orde Baru.
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan cara hidup yang lama
dengan tatanan cara hidup yang baru dan secara hukum menuju ke arah yang
lebih baik. Gerakan reformasi pertama kali terjadi di Indonesia pada tahun 1998,
merupakan suatu gerakan pembaharuan dan perbaikan dalam bidang poitik, sosial,
ekonomi, dan hukum. Gerakan ini ada dengan tujuan untuk memperbarui tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Kronologi Masa Reformasi
1. Awal Maret 1998 : Sidang umum MPR yang menetapkan Soeharto sebagai
Presiden, melantik cabinet Pembangunan VII
2. Mei 1998 : Demonstrasi mahasiswa yang menyuarakan 3 tuntutan, yakni
menurunkan harga sembako, penghapusan KKN, turunnya Soeharto dari
kursi kepresidennnya.
3. 12 Mei 1998 : Unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa Trisakti.
4. 13 Mei 1998 dan 14 Mei 1998 : Kerusuhan massal dan penjarahan.
5. 19 Mei 1998 : Puluhan ribu mahasiswa dari Jakarta disekitar gedung DPR/
MPR

10

6. 20 Mei 1998 : Presiden Soeharto hendak membentuk Dewan Reformasi
yang diketuai oleh Presiden Soeharto, namun gagal.
7. 21 Mei 1998 : Pukul 10.00 WIB di Istana Negara, Soeharto meletakkan
jabatan presiden dan digantikan oleh B.J Habibi ( berdasarkan pasal 8
UUD 1945 )
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah.
Tercatat pada masa ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ Habibie,
Abdurahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Yang paling terasa pada
pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini terutama pada masa Presiden Megawati
adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau yang
akrab kita dengar denagn istilah amandemen. Tujuannya adalah menyempurnakan
aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang
sesuai denagn perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi
empat kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002 diantaranya:
 Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
 Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan Kedua
 Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga
 Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat

11

BAB III PENUTUP
Kesimpulan :
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dibagi menjadi dua yaitu aktualisasi
objektif dan aktualisai subjektif. Aktualisasi objektif diwujudkan dalam bidang
pemerintahan yaitu bidang legislatif, eksekutif, yudikatif, politik, ekonomi, dan
hukum ketatanegaraan. Sedangkan aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif
adalah aktualisasi adalah aktualisasi yang dilakukan oleh semua masyarakat
Indonesia atas dasar keinginan dari hatinya juga sebagai wujud rasa cintanya pada
Pancasila.
Pelaksanaan UUD 1945 juga mengalami beberapa masa yaitu masa setelah
kemerdekaan, Konstitusi RIS, masa orde lama yang di dalamnya ada Dekrit
Presiden 1950, PKI, G30 S PKI, masa orde baru oleh Soeharto, dan masa
reformasi.
Saran :
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat mengerti tentang
dinamika aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara dan Pelaksanaan UUD 1945.
Selain itu, penulis telah melakukan usaha yang maksimal dalam menyelesaikan
makalah ini, namun penulis masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca.

12