Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja
Menurut Notoadmodjo (2007), perkembangan pesat industri mendorong

penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi
semakin

meningkat.

Kemajuan

ilmu

pengetahuan dan teknologi dapat


memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas
kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula
masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam
sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif,
promotifdan

kuratif

terhadap

gangguan

kesehatan


akibat

kerja

atau

lingkungannya.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Sekarang ini teknologi sudah lebih maju maka keselamatan kerja menjadi salah

Universitas Sumatera Utara

9

satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan
teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan
juga masyarakat pada umumnya (Daryanto, 2007).
Tujuannya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2007):

1.

Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melaksanakan pekerjaan.

2

Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3.

Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.

Manajemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung,
menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian
terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah
tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu
mencakup


bidang

kecelakaan

kerja,

ini

sebagai

salah

satu

program

instruksionalnya. Oleh karena itu, untuk memastikannya, kita memerlukan
definisi mengenai kecelakaan (accident) tersebut. Para ahli telah menyodorkan
sejumlah definisi kecelakaan.
1.


Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan
(by chance) atau akibat dari penyebab yang tidak diketahui
(unknown causes) yang berkaitan dengan pekerjaan.

2.

Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diharapkan dan biasanya
tiba-tiba atau peluang yang terjadi karena ketidakhati-hatian atau

Universitas Sumatera Utara

10

kelalaian atau penyebab yang tidak dapat dihindari yang
berhubungan dengan pekerjaan.
3.

Kecelakaan adalah setiap peristiwa yang tidak biasa dan tidak
diharapkan yang mengganggu kemajuan kegiatan yang tetap, biasa

dan teratur.

Faktor-faktor apakah yang dapat menimbulkan kecelakaan? Penyebab
kecelakaan biasanya dibedakan dalam penyebab teknis, penyebab sistem kerja,
penyebab manusia, penyebab lingkungan, dan penyebab gabungan (Sastradipoera,
2002):
1.

Penyebab teknis (misalnya, kondisi-kondisi kimiawi, fisik, atau
mekanik yang tidak aman).

2.

Penyebab sistem kerja (termasuk metode kerja, prosedur kerja, dan
koordinasi antara alat-alat dan manusia) yang merupakan penyebab
dasar kebanyakan kecelakaan dalam perusahaan. Sistem kerja yang
menyebabkan kecelakaan antara lain berkaitan dengan tata letak
yang tidak betul, pembuatan mesin yang tidak aman, kerusakan
pabrik dan bahan-bahan, kebersihan yang buruk, penerangan yang
tidak tepat, ventilasi yang tidak sempurna, dan kurangnya pakaian

dan perlengkapan pengaman.

3.

Penyebab manusia (misalnya membuang alat-alat keamanan atau
membuatnya tidak beroperasi, keengganan atau kelalaian
mengikuti prosedur kerja yang aman, atau perkelahian) yang dalam
banyak hal timbul dari sistem kerja. Kecelakaan kerja biasanya

Universitas Sumatera Utara

11

diantaranya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak
aman, sistem transportasi yang berbahaya, menjalankan mesin
tanpa pengetahuan dan dengan kecepatan yang tidak normal, salah
pakai alat keamanan, dan merusak alat-alat keselamatan kerja.
4.

Penyebab lingkungan (misalnya, situasi yang tidak aman,

perubahan cuaca, kebisingan suara, pencahayaan yang tidak cukup,
ventilasi yang buruk, pencemaran karena perawatan tempat kerja
yang tidak memadai, sanitasi yang

jorok, dan tekanan dan

ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan).
5.

Penyebab gabungan antara penyebab teknis, penyebab manusia,
dan penyebab lingkungan.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktorfaktoryang menentukan kondisi pekerja yaitu (Cahyono, 2004) :
1.

Kondisi mental dan fisik
Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses
produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja.


2.

Kebiasaan kerja yang baik dan aman
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk
bekerja secara disiplin agar tidak lalai,yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja.

3.

Pemakaian alat-alat pelindung diri

Universitas Sumatera Utara

12

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri
karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja.
Alat pelindung diri yang selanjutnya disebut APD adalah peralatan
keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat

kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan,
memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai
tempat kerja yang berbahaya.
APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha untuk
karyawannya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung
kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki.
2.2

Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Menurut Suma’mur (2009),alat pelindung diri adalah suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan
kerja.
APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Upaya mencegah penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat

Universitas Sumatera Utara

13

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara teknik, administrasi, dan
penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri
merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja
(Budiono, 2003).
APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan
melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja
dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011).
Suma’mur (1996) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
1.

Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan
untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan
perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua alat
pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu
mutunya.

2.

Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai
dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri
agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal
mungkin pada tenaga kerja.

3.

Ukuran harus tepat

Universitas Sumatera Utara

14

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada
tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran
yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya.
4.

Cara pemakaian yang benar
Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat
ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara
memakainya tidak benar.
Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

a)

Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi
bahaya yang ada.

b)

Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan
diterima oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan.

c)

Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus
dijelaskan pada tenaga kerja.

d)

Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat
pelindung diri.

e)

Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar
tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.

f)

Penyimpanan alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam
keadaan bersih ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh
kontaminasi.

Universitas Sumatera Utara

15

Undang-undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Bab VIII, Pasal 12, ayat b:
Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat pelindung diri.
Bab VIII, Pasal 12, ayat c:
Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
Bab IX, Pasal 13:
Barang siapa yang akan memasuki suatau tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
Bab X, Pasal 14, ayat c:
Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alatperlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjukpetunjuk yang diperlukan.
2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)
Beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka,
2008):
1)

Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

Universitas Sumatera Utara

16

2)

Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3)

Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.

4)

Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya.

5)

Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6)

Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup
lama.

7)

Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda
peringatan.

8)

Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran.

9)

Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10)

Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan sebagainya.

Menurut Rijanto (2011), karakteristik APD adalah sebagai berikut:
1)

Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat
menghilangkan bahaya pada sumbernya.

2)

Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak
diketahui, maka resiko bahaya yang timbul dapat menjadi lebih besar.

3)

Saat digunakan, alat pelindung diri haru sudah dipilih dengan tepat dan
harus selalu dimonitor

Universitas Sumatera Utara

17

4)

Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih.

2.3

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Harwanti (2009),Alat Pelindung Diri

(APD) ada berbagai macam yang berguna untukmelindungi seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang fungsinya untukmengisolasi tubuh tenaga kerja dari
potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkanfungsinya, ada beberapa macam APD
yang digunakan oleh tenaga kerja, antaralain:
2.3.1 Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat

pelindung

kepala

ini

digunakan

untuk

mencegah

dan

melindungirambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala
daribahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau
terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme,percikan
bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara
lain:
a)

Topi pelindung (Safety Helmets)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras

yang

terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung

harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap

perubahan

iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat
dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal. American National
Standard Institute (ANSI)Z89.1-1986 mendefinisikan topi/helm pelindung sebagai
suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau
bagian-bagiannya,

terhadap

benturan,

benda-benda

kecil/partikel-partikel

Universitas Sumatera Utara

18

beterbangan, sengatan listrik, atau kombinasi diantaranya. Topi/helm pelindung
diklasifikasikan menjadi:
1)

Kelas A: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk
melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh,
dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor
listrik tegangan rendah/terbatas. Biasanya arus listrik
sampai 2.200 volt (Cahyono, 2004).

2)

Kelas B: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk
melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda
yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan
konduktor listrik tegangan tinggi.Biasanya arus litrik
sampai 20.000 volt (Cahyono, 2004).

3)

Kelas C: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk
melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh,
tanpa pengaman terhadap listrik.

4)

Bump cap: Topi/helm yang dibuat dari plastik dengan berat
yang ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan
benda yang menonjol, Bump cap tidak menggunakan
system suspense, tidak melindungi dari benda yang jatuh,
dan tidak melindungi dari kejutan listrik. Karenanya bump
cap tidak boleh digunakan untuk menggantikan hard hat
tipe apapun (Cahyono, 2004).

Universitas Sumatera Utara

19

b)

Tutup kepala
Alat

ini

berfungsi

untuk

melindungi/mencegah

jatuhnya

mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alatalat/daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini
biasanya terbuat dari kain katun.
c)

Topi/Tudung
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap

korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat
dariasbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.
2.3.2 Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikanbahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara,gas atau
uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan bendakeras, dll. Jenis alat
pelindung mata antara lain:
a)

Kaca mata biasa (spectacle goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel
kecil,debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.

b)

Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
percikan larutan bahankimia. Goggles biasanya terbuat dari
plastic transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk
melindungi bahaya radiasigelombang elegtromagnetik mengion.

Universitas Sumatera Utara

20

2.3.3 Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau
yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang
potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang
perlu diketahui antara lain:
a.

Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu
atau kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b.

Kadar kontaminan di udara lingkungankerja.

c.

Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.

d.

Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan
iritasi mata dan kulit.

e.

Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll

Jenis alat pelindung pernafasan antaralain:
a)

Masker
Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikelyang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.

b)

Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,
kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis
respirator iniantara lain:

Universitas Sumatera Utara

21

a.

Chemical Respirator
Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan
toksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif,
arang dan silicagel.Sedangkan canister digunakan untuk
mengadsorbsi khlor dangas atau uap zat organik.

b.

Mechanical Filter Respirator
Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat
padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya
dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan
kabutdengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau
partikel yangtidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat
dari fiberglas atau woldan serat sintetis yang dilapisi dengan resin
untuk memberi muatan pada partikel.

Jenis-jenis alat pelindung pernapasan yang tersedia adalah (Harrington dan Gill,
2003) :
a)

Respirator
Alat ini bekerja dengan menarik udara yang dihirup melalui suatu
medium yang akan membuang sebagian besar kontaminan. Untuk
debu dan serabut, mediumnya adalah filter yang harus diganti jika
sudah kotor, tetapi untuk gas dan uap, mediumnya adalah
penyerap kimia yang khusus dirancang untuk gas dan uap yang
akan dibuang. Medium itu dipasang pada sebuah kanister atau
cartridge agar mudah dipasang atau diganti. Perhatian khusus harus

Universitas Sumatera Utara

22

diberikan untuk memastikan bahwa medium yang dipakai adalah
benar untuk polutan yang dikehendaki serta untuk debu dan
serabut, perlu dipikirkan kisaran ukuran partikel yang akan
ditangkap, agar dapat dipilih medium filter yang sesuai. Filter juga
tersedia untuk kombinasi debu, gas, dan uap.
1)

Respirator sekali pakai
Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi daya
penggeraknya. npf= 5.

2)

Respirator separuh masker
Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi hidung dan
mulut. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti. Dengan
cartridge yang sesuai alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap.
Bagian muka bertekanan negatif karena hisapan dari paru. npf= 10.

3)

Respirator seluruh muka
Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi
mulut, hidung, dan mata. Medium filter dipasang di dalam kanister
yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan
kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap.
Bagian muka mempunyai tekanan negatif karena paru mengisap
udara disana. npf= 50

4)

Respirator berdaya
Dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan
positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan

Universitas Sumatera Utara

23

bantuan kipas baterai. Kipas, filter dan baterainya biasa dipasang di
sabuk pinggang, dengan pipa lentur yang disambung untuk
membersihkan udara sampai ke muka. npf= 500
5)

Respirator topeng muka berdaya
Mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm,dengan
udara ditiupkan kebawah, diatas muka pekerja didalam topeng
yang menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tamengtameng pinggir, yang dapat diukur mencocokkan dengan muka
pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Serangkaian filter
dan adsorbent tersedia dan untuk pengelas juga tersedia pf= 1-20

b)

Alat Pernapasan
Alat ini memberikan udara yang tak terkontaminasi, dengan suatu
sumber yang diambil dari udara segar atau udara yang
dimampatkan atau disediakan dari tabung yang bertekanan tinggi
yang dibawa oleh pemakai.

1)

Alat saluran udara segar
Pasokan udara segar dimasukkan kedalam muka, topeng atau baju
melalui suatu pipa lentur berdiameter lebar. Daya penggerak
diberikan dengan peniup manual atau bertenaga listrik, sehingga
memberikan tekanan positif di bagian muka. Perlu ditentukan basis
udara segar yang sesuai untuk peniupnya dan jika dioperasikan
secara manual, harus ada operator.npf= 50

2)

Alat pipa udara bertekanan

Universitas Sumatera Utara

24

Pasokan udara diberikan melalui katup yang menurunkan tekanan
ke muka, topeng atau baju. Jika dipakai pasokan udara bertekanan
yang ada di pabrik perlu disaring dari kontaminan, seperti oksida
nitrogen, karbon monoksida dan asap minyak dari udara tersebut
sebelum memasangkan ke pekerja. Kompresor udara yang
dirancang khusus untuk alat pernapasan lebih disukai, karena
kompresor ini menggunakan minyak pelumas khusus untuk
mengurangi kontaminasi udara. npf= 1000
3)

Alat pernapasan yang dapat mengisi sendiri
Menggunakan tabung udara atau oksigen, yang mengalirkan udara
ke mulut melalui katup penurunan tekanan. Satu set sirkuit terbuka
mengandung cukup udara atau Oksigenyang dapat dipakai selama
antara 10-30 menit. Set sirkuit tertutup yang dapat re-sirkulasi dan
menyaring udara yang dikeluarkan paru dapat dipakai sampai 3
jam. npf= 2000.

2.3.4 Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:
a)

Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi
tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan
selaput lender misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam,

Universitas Sumatera Utara

25

merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk
tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
b)

Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi.

c)

Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:
a.

Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool
untuk melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.

b.

Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk
melindungi tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet.

c.

Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal
(Pb) untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik
dan radiasi pengion.

d.

Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik)
untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

e.

Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chloride
(PVC) untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat
dan dapat sebagai oksidator.

Universitas Sumatera Utara

26

2.3.5 Baju Pelindung (Body Protection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh
dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenisbaju
pelindung antara lain:
a)

Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat
isolasi seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan
terhadap panas.

b)

Celemek
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang
bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia
seperti bahan plastik atau karet.

c)

Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang
dapat menyerap radiasi pengion.

2.3.6 Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda
panas,kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:
a)

Sepatu steril
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di
ruangbedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang
otopsi.

Universitas Sumatera Utara

27

b)

Sepatu kulit
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan
yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras,
panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir,
terjepit, panas, dingin.

c)

Sepatu boot
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan
yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif,
bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan
listrik.

2.3.7 Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)
Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang
masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:
a)

Sumbat telinga (Ear plug)
Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan
bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah
bebeda. Untuk itu sumbat telinga (Ear plug) harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk
saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter
saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada
umumnya berbentuklonjong dan tidak lurus. sumbat
telinga (Ear plug) dapat terbuat dari kapas plastik, karet
alami dan bahan sintetis. Untuk Earplug yang terbuat dari

Universitas Sumatera Utara

28

kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan
untuk sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat
dari bahan karet plastik yang dicetak dapat digunakan
berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi
suara sampai20 dB.
b)

Tutup telinga (Ear muff)
Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup
telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat
berupa cairan atau busa yangberfungsi untuk menyerap
suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk 42 waktu
yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun
karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut
sebagai akibat reaksi daribantalan dengan minyak dan
keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurang
intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi
bagian luar telinga dari benturan bend keras atau percikan
bahan kimia.

2.3.8 Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)
Alat

pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat
dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.4

Program Pengenalan Alat Pelindung Diri (APD)
Begitu manajemen memutuskanuntuk menggunakan APD maka

langkah-langkah berikut dapat dilakukan (Rijanto, 2011):
a)

Buat kebijakan tertulis tentang pemakaian APD dan mensosialisasikan
kepada pekerja dan tamu.

b)

Pilih jenis APD yang sesuai.

c)

Laksanakan suatau program pelatihan agar pekerja mengetahui cara
pemakaian dan perawatan yang benar APD yang digunakannya.

d)

Terapkan dan control penggunaan APD.

2.5

Kebijakan Alat Pelindung Diri (APD)
Kebijakan harus tertulis, secara jelas menyatakan kebutuhan dan

pemakaian APD. Juga memuat tentang pengecualian atau pembatasan penggunaan
APD. Kebijakan perusahaan tentang APD merupakan pedoman dalam pembuatan
peraturan dan prosedur tentang APD (Rijanto, 2011).
2.6

Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri

(APD), yaitu (Santoso, 2004) :
1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan
a. Tidak sadar/tidak mengerti
b. Panas
c. Sesak
d. Tidak enak dipakai
e. Tidak enak dipandang

Universitas Sumatera Utara

30

f. Berat
g. Mengganggu pekerjaan
h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
i. Tidak ada sangsi
j. Atasan juga tidak memakai
2. Tidak disediakan oleh perusahaan
a. Ketidakmengertian
b. Pura-pura tidak mengerti
c. Alasan bahaya
d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai)
3. Pengadaan oleh perusahaan
a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
b. Asal beli (terutama memilih yang murah)
2.7

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian APD
Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja

stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini telah diadakan
tetapi para pekerja stimulasi ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat
pelindung diri (APD) yang telah dibuat oleh perusahaan.
Menurut hasil penelitian Mulyanti (2008), adapun yang menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) adalah :
2.7.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Universitas Sumatera Utara

31

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
1) Proses Adopsi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
a.

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b.

Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c.

Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.

d.

Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e.

Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2) Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.

Universitas Sumatera Utara

32

b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.7.2 Sikap
Sikap menurut Thurston dalam Winarsunu (2008) adalah taraf positif dan
negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan
konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus
disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon

Universitas Sumatera Utara

33

kognitif adalah

respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang

obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan
perasaan

terhadap

obyek

sikap.

Sedangkan

respon

konatif

merupakan

kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan
dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap
keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja
terhadap keselamatan kerja.
Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control
Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap
seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan
berikut :
1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih
banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang
tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu
menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.
2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih
banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara
yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih
cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko
yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka
menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya.

Universitas Sumatera Utara

34

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan
dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak
aman, untuk menghindari ketidaknyamanan.
4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih
banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang
tidak aman.
5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih
banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara
yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk
memanfaatkan kebebasan tersebut.
6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima
atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih
cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan
kelompok.
Sikap menurut penelitian Efrianis (2007) merupakan pendapat atau
pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap
tidak mungkin terbentuk sebelum mendapatkan informasi atau melihat dan juga
mengalami sendiri suatu objek. Sikap dapat diuraikan sebagai suatu bentuk respon
evaluatif, yakni suatu respon yang sudah dalam suatu pertimbangan oleh individu
yang bersangkutan.
Sikap mempunyai karakteristik, yaitu :
1. Selalu ada objek
2. Biasanya bersifat evaluatif

Universitas Sumatera Utara

35

3. Relatif mantap
4. Dapat diubah
2.7.3 Kondisi APD
Dalam

suasana

kerja,

kenyamanan

tempat

kerja

dan

juga

fasilitas/ketersediaan alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja
dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas
atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam
pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal.
2.7.4 Pengawasan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat (2)
menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”. K3 merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam
pokok-pokok

pikiran

dan

pertimbangan

dikeluarkannya

Undang-Undang

Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa
setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar.
Pemerintah berkepentingan untuk menjaga kelangsungan bekerja dan
berusaha bagi masyarakat, melalui pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
di tempat kerja guna mencegah dan mengurangi kecelakaan, penyakit akibat kerja,
peledakan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, pemerintah

Universitas Sumatera Utara

36

khususnya Depnaker, mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah (Aditama dan Hastuti,
2002) :
1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai.
2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian.
Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara
kualitatif dan kuantitatif :
1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja
yang mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.
2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan.
3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :
a.

Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : jenis, kualitas, kuantitas,
ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung

b.

Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)

c.

Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan
penyimpanan bahan baku

d.

Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan
pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising, getaran) (Dainur,
1992)

2.7.5 Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan peran atau dukungan sosial baik dari sesama
karyawan maupun dari pimpinan terhadap penggunaan APD. Peran rekan kerja
berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/pimpinan adalah

Universitas Sumatera Utara

37

berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian sanksi
maupun pemberian hadiah/reward.

Dukungan sosial pada pekerja juga sangat

berpengaruh dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah
diketahui. Pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD
guna mengurangi efek kecelakaan.
2.8

Pandai Besi
Menurut Depkes RI, (1993) seperti yang dikutip oleh Sihombing (2007)

melalui usaha pandai besi dihasilkan berbagai jenis barang seperti pisau, kapak,
golok, blencong, cangkul maupun garpu tanah.
2.8.1 Bahan Baku Pandai Besi
Bahan baku pada usaha pandai besi terdiri dari bahan baku utama dan
bahan bakutambahan (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :
1.

Bahan baku utama
a. Besi baja bekas rel kereta api
b. Besi baja bekas per mobil
c. Besi baja bulat
d. Besi baja bekas plat kapal
e. Besi baja tulangan

2.

Bahan baku tambahan
a. Kayu
b. Arang
c. Pernis
d. Ampelas kayu

Universitas Sumatera Utara

38

e. Spritus
f. Cat
2.8.2 Peralatan Pandai Besi
Untuk mengolah bahan baku dipergunakan peralatan kerja seperti tersebut
dibawah
ini (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :
1.

Tungku pembakar dan tungku tempa

2.

Penghembus udara

3.

Landasan martil penempa, penjepit, catok angker, pahat pelubang,
kikir tangan

4.

Mesin gerinda

5.

Pisau pengukir dalam berbagai bentuk dan ukuran

6.

Seperangkat las listrik atau karbit

7.

Bak pendingin

2.8.3 Proses Kerja Pandai Besi
Pada usaha pandai besi proses produksi terdiri dari pengolahan besi baja
dan kayu melalui tahapan-tahapan berikut (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh
Sihombing (2007) :
a.

Pemotongan besi baja
Pemotongan besi baja adalah merupakan kegiatan awal dari rangkaian

proses kerja. Semua bahan baku yang berupa besi baja tersebut dipotong sesuai
kebutuhan melalui

pemanasan (pada suhu 1.000°C sampai 1.100°C) kemudian

dipahat atau langsung dipahat tanpa pemanasan.

Universitas Sumatera Utara

39

b.

Pembentukan
Proses pembentukan dilakukan dengan cara membakar besi baja yang

telah dipotong tersebut (pada suhu 1.000°C sampai 1.100°C) selanjutnya ditempa
dalam keadaan panas di atas landasan dengan menggunakan martil penempa.
c.

Pengerasan/penyepuhan besi baja
Besi hasil tempaan dikeraskan melalui pemanasan dan penajaman kembali

(pada suhu

sekitar 800°C sampai 900°C). Selanjutnya dilakukan proses celup

(quenching) ke dalam bak berisi air atau oli.
d.

Penghalusan/penajaman besi baja
Proses selanjutnya adalah penghalusan dan penajaman yang dilakukan

dengan cara

menggerinda atau mengikir. Untuk memperkilat permukaan logam

dari produk

tertentu seperti pisau, golok, selanjutnya dilakukan proses

pemolesan.
e.

Pengelasan besi baja
Proses pengelasan merupakan penyambungan dari beberapa bagian, proses

ini hanya diperlukan untuk pembuatan cangkul atau garpu dan biasanya dilakukan
dengan menggunakan las karbit.
f.

Pengolahan kayu dan pemelituran
Kegiatan ini merupakan pembuatan kerangka dan pembuatan ukiran dari

gagang pisau atau golok. Setelah itu kerangka tersebut dipelitur mengkilap
sesuai dengan kebutuhan.
g.

Penyetelan

Universitas Sumatera Utara

40

Kegiatan ini merupakan kegiatan perakitan komponen yang diperlukan
seperti pemasangan tangkai pemegang.
2.8.4 Bahaya Potensial Usaha Pandai Besi
Bahaya potensial usaha pandai besi terhadap pekerja antara lain (Depkes
RI, 1993) dikutip oleh Sihombing (2007) :
1.)

Proses pemotongan besi baja
Proses pemotongan besi baja yang dilakukan dengan pemanasan
dan pemahatan besi baja akan dapat menimbulkan bahaya potensial
berupa :

a.

Panas
Pemaparan panas dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
berbagai gangguan seperti:

b.

a)

timbulnya biang keringat

b)

berkurangnya cairan tubuh

c)

kelelahan panas (heat exhaustion)

d)

kelelahan mata (heat cataract)

Bising
Bising pada proses pemotongan besi baja dengan frekuensi yang
tinggi dan tidak teratur dapat menimbulkan kerusakan permanen
pada alat pendengaran berupa ketulian.

c.

Sikap kerja yang tidak ergonomis

Universitas Sumatera Utara

41

Masalah ergonomis pada pemotongan besi baja berupa cara
memukul yang tidak benar, landasan penempah yang terlalu
tinggi/rendah akan mengakibatkan:

d.

1)

sakit pada otot

2)

gangguan fungsi dan bentuk otot

Getaran
Getaran yang ditimbulkan akibat proses pemotongan besi baja
dapat mengakibatkan gangguan aliran darah pada jaringan tangan.

e.

Pancaran api
Api yang ditimbulkan dari besi/baja yang memijar dan percikan api
akibat pemotongan besi baja dapat menyebabkan:

f.

1)

kerusakan mata

2)

luka bakar pada kulit

Uap logam dan polusi debu dari pembakaran
Uap logam dan polusi debu yang ditimbulkan pada proses
pemotongan besi/baja dapat mengakibatkan iritasi saluran
pernapasan.

2.)

Proses pembentukan besi baja
Dalam proses pembentukan besi baja, bahaya potensial yang dapat
ditimbulkan pada prinsipnya tidak berbeda dengan bahaya
potensial yang ada pada proses pemotongan besi baja, karena
bentuk kegiatannya sama yaitu penempahan besi baja dalam situasi
masih panas.

Universitas Sumatera Utara

42

3.)

Proses penghalusan/penajaman
Kegiatan penghalusan/penajaman produk tempa dengan
menggunakan kikir atau gerinda sebagai alat penghalus/penajam
dapat menimbulkan bahayapotensial berupa :
a.

Debu
Debu hasil penghalusan/penajaman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan dan iritasi kulit dengan
menimbulkan gangguan:

b.

a)

batuk, pilek, sesak nafas

b)

gatal-gatal, kemerah-merahan pada kulit

Bising
Bising akibat penggurindaan terjadi lebih teratur dengan
frekuensi yang cukup tinggi, tetapi tidak terputus-putus
akan dapat menimbulkan:

c.

1)

penurunan daya dengar

2)

konsentrasi menurun

Sikap kerja yang tidak ergonomis
Masalah ergonomis pada saat penghalusan/penajaman
produk tempah karena cara duduk yang tidak benar atau
cara mengikir yang salah dapat menimbulkan gangguan:

4.)

1)

sakit pada otot

2)

cepat lelah

Proses pengelasan

Universitas Sumatera Utara

43

Kegiatan menyambung besi baja dengan menggunakan las karbit
atau las listrik dapat menimbulkan bahaya potensial berupa :
a.

Sinar infra merah
Sinar infra merah yang ditimbulkan las karbit/las listrik
dapat menimbulkan gangguan:

b.

1)

katarak

2)

mata merah/sakit

3)

penglihatan kurang

Sikap kerja yang tidak ergonomis
Mengelas dengan membungkuk adalah merupakan sikap
yang salah dan dapat menimbulkan gangguan:

c.

1)

sakit pada otot

2)

gangguan fungsi dan bentuk otot

Uap (fume) karbit
Bahan karbit yang setelah bercampur dengan air akan
menghasilkan uap karbit, dapat menimbulkan gangguan
iritasisaluran pernafasan.

5.)

Proses pengolahan kayu dan perakitan
Pada proses ini bahaya yang dapat timbul adalah :
a.

Tersayat benda tajam
Peralatan untuk mengukir berupa pisau dan pahat akan
dapat menimbulkan luka

b.

Sikap kerja yang tidak ergonomis

Universitas Sumatera Utara

44

Bekerja dengan cara duduk bersila secara terus-menerus
dapat menimbulkan:

c.

1)

sakit pada otot

2)

atrofi pada otot kaki

Uap (fume) pelitur
Bahan pelitur yang digunakan untuk mengkilpkan kayu
dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan gangguan saluran
pernafasan dengan gejala:
1)

kulit dan mata kemerah-merahan, gatal-gatal

2)

batuk pilek dan sesak nafas

2.8.5 Jenis Alat Pelindung Diri Bagi Pandai Besi
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri bahwa pandai besi harus
menggunakan alat pelindung diri sebagai berikut:
a) helm pengaman/topi
b) kacamata pengaman
c) masker
d) ear plug/ear muff
e) sarung tangan terbuat dari bahan logam/tahan bahan kimia
f) sepatu boot

Universitas Sumatera Utara

45

2.9

Kerangka Konsep

Variabel Independen
Pekerja
1. Pengetahuan
2. Sikap

Variabel Dependen
Faktor APD

Penggunaan APD

1. Kondisi APD

Faktor Pendukung
1. Pemantauan
2. Dukungan sosial

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengukuran Kadar Debu Dan Gangguan Saluran Pernafasan Pekerja Bengkel Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006

8 52 94

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

9 51 136

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL PANDAI BESI TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SITAMPURUNG KEC. SIBORONGBORONG KAB. TAPANULI UTARA.

10 48 24

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 1 16

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 1 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

1 11 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

0 0 33

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PENGELASAN INFORMAL

0 3 11