Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat Chapter III V

BAB III
GENDANG MENGKERBOI DALAM UPACARA ADAT
KERJA NJAHAT NCAYUR NTUA

3.1 Kerja Njahat Ncayur Ntua pada Suku Pakpak
Kehidupan terdiri dari dua kutub pertentangan, antara ―hidup‖ dan ―mati,‖1
yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme
keberadaan hidup hingga masa kini (Sumardjo, 2002:107). Kematian merupakan
akhir dari perjalanan hidup manusia. Maka kematian pada dasarnya adalah hal
yang biasa, yang semestinya tidak perlu ditakuti, karena cepat atau lambat akan
menjemput kehidupan dari masing-masing manusia. Namun, wajar bila kematian
bukan menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan selalu ditempuh
manusia untuk menghindari kematian, paling tidak memperlambat kematian itu
datang. Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat tua.
Pada umumnya di Provinsi Sumatera Utara, jika seseorang meninggal dunia
sebelum dan sesudah jenazah dikebumikan biasanya keluarga akan melaksankan
kegiatan-kegiatan adat menurut etniknya masing masing. Di dalam kebudayaan
masyarakat Pakpak, Karo, Toba, Simalungun, dan Mandailing Angkola, jika
seseorang meninggal dalam usia tua karena secara manusiawi tanggung jawab di
dalam keluarga sudah selesai, maka akan dirayakan secara meriah. Demikian juga


1

Dalam perspektif hidup, dua kutub yang saling bertentangan ini sebenarnya adalah saling
mengisi. Keduanya menjadi sifat alamiah dari dunia dan segala isinya ini. Dua kutub tersebut di
antaranya adalah siang dan malam, pagi dan petang, laki-laki dan perempuan, baik dan jahat,
bodoh dan pintar, cantik dan jelek, utara dan selatan, timur dan barat, kiri dan kanan, bangun dan
tidur, tinggi dan pendek, terang dan gelap, dan masih banyak kutub-kutub yang saling berlawanan
tetapi intinya saling mmerlukan di ala mini.

50
Universitas Sumatera Utara

dengan suku Pakpak selalu melaksanakan upacara atau kegiatan adat sebelum dan
sesudah jenazah seseorang dikebumikan, sesuai dengan adat yang berlaku.
Kerja njahat bagi masyarakat Pakpak berarti upacara adat yang bersifat

duka cita, pada umumnya bersifat upacara kematian, meskipun didalam kerja
njahat ada juga upacara lainnya seperti menghubungkan manusia dengan dunia

roh. Pada hakekatnya semua kematian dalam masyarakat Pakpak disertai dengan

upacara adat. Jenis dan bentuk upacaranya ditentukan oleh kategori jenis
kematiannya.
Dalam konsep etnosains etnik Pakpak, terdapat lima jenis kematian, yang
dilihat dari sisi usia dan kualitas yang meninggal saat hidup di dunia. Kelima
jenis kematian itu adalah sebagai berikut.
(1) Mate bura-bura koning jika yang meninggal dunia berusia satu hingga lima
tahun,
(2) Mate bura-bura cipako jika yang meninggal dunia berusia enam sampai
lima belas tahun,
(3) Males bulung buluh jika yang meninngal dunia dana meninggalkan anak
yang masih kecil,
(4) Males bulung sampula yang meninggal dunia sudah termasuk berusia tua
tetapi keturunannya belum semua berkeluarga, dan
(5)

Males bulung sibernae (ncayur

ntua ) adalah kategori kematian yang

paling tinggi tingkatannya karena meninggal dalam usia tua dan semua

keturunannya sudah berkeluarga dan mempunyai cucu dan bahkan sudah
meningglakan cicit juga.

51
Universitas Sumatera Utara

Mate ncayur ttua bagi masyarakat Pakpak juga disebut palit omban. Palit

berarti membuat coretan atau tanda dengan kapur sirih dan omban berarti
sepotong kayu yang digunakan untuk mengorek lobang atau kubur. Terkhusus
upacara ncayur tua atau yang disebut juga males bulung sibernae pada
masyarakat Pakpak adalah upacara yang paling tinggi tingkatannya karena pada
upacara ini disarankan memotong kerbau atau lembu yang nantinya akan
dijadikan sulang. Proses pemotongan inilah yang disebut mengkerboi.
Dahulunya pelaksanaan upacara kerja njahat ncayur ntua pada
masyarakat Pakpak bisa samapai tujuh hari lamanya, itu desebabkan karena
hanya orang yang tergolong kaya yang sanggup untuk melaksanakan upacara
tersebut. Pada saat sekarang pelaksanaan upacara kerja njahat ncayur ntua
paling lama dilakukan empat hari.


3.2 Tahapan Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua
Menurut teori Koentjaraningrat mengenai upacara,ada beberapa hal yang
harus diperhatikan di dalam sebuah upacara, yaitu: (1) peralatan dan benda
upacara, (2) lokasi upacara, (3) pelaku upacara, (4) jalannya upacara, dan (5)
pemimpin upacara. Kelima aspek ini dalam kaitannya dengan upacara kematian di
dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.
Untuk melaksanakan upacara adat kerja njahat ncayur ntua ada beberapa
tahapan yang harus dilaksanakan mulai dari persiapan sebelum upacara, saat
upacara berlangsung, setelah upacara selesai dan apa saja yang diperlukan dalam
upacara tersebut. Berikut adalah uraian proses upacara dimaksud.

52
Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Tenggo Raja
Jika seseorang meninggal dunia dan tergolong mate ncayur ntua pada
masyarakat Pakpak, sudah sepatutnya dilakukan upacara adat. Pertama sekali
keluarga melakukan diskusi terutama keturunan almarhum (almarhumah)
termasuk juga saudara dari almarhum, dapat juga di diskusikan dengan istri yang
meninggal apabila yang meninggal laki-laki, dan suami yang meninggal dunia

apabila yang meninggal perempuan. Apabila pihak keluarga sudah membuat
rencana tentang bagaimana proses adat yang harus dilaksanakan sebelum
jenazah dikebumikan maka setelah itu ditetapkanlah waktu untuk tenggo raja,
yang jika diartikan ke bahasa Indonesia yaitu memanggil raja-raja. Pada tahapan
ini yang harus hadir adalah pihak-pihak berikut.
(1) Dengan sibeltek, yaitu keturunan kandung atau saudara kandung yang
meninggal dunia apabila yang meninggal laki-laki, jika yang meninggal
adalah perempuan, dengan sibeltek disini tetap pada saudara dari suami
yang meninggal dunia,
(2) Sinina , yaitu saudara yang semarga dengan keluarga yang berkabung,
(3) Berru takal peggu yaitu saudara perempuan yeng tertua dari ayah yang
meninggal dunia (bibi),
(4) Berru ekur beggu yaitu saudara perempuan yang paling kecil dari ayah yang
meninggal dunia,
(5) Puang benna pihak keluarga yang memberi istri sebagai ibu dari yang
meninggal dunia,
(6) Puang pengamaki pihak keluarga yang memberi istri kepada yang meninggla
dunia,
53
Universitas Sumatera Utara


(7) Dengan kuta yaitu masyarakat yang berdomisili sama dengan almarhum,
(8) Raja kuta yaitu pihak yang mewakili marga sebagai tuan tanah suatu desa
atau kampung,
(9) Pengetuai kuta adalah para orang-orang tua, dan
(10) Partua ibale, partua ibages dekket simatah daging, yaitu kaum bapak dan
kaum ibu serta pemuda/pemudi2.
Hasil dari wawancara penulis dengan Bapak Hendri Solin sebagai perkatakata/persinabul3 pada saat upacara yang menjadi kesukuten mbellent4 dalam

upacara ini adalah Marga Solin, karena yang meninggal adalah Alm. Drs. Tigor
Solin (pejabat Bapati Pakpak Bharat tahun 2003-2005) maka yang menjadi
berru takal peggu adalah marga Padang, berru ekur peggu adalah marga Berutu,
uang benna adalah marga Limbong, dan puang pengamaki adalah marga

Simanullang.
Jika semua pihak yang tersebut di atas sudah hadir, di sinalah saat dimana
sukut menyampaikan maksud dan tujuan mereka sesuai kemampuan keluarga

kepada orang yang hadir di dalam tenggo raja , seperti rencana sukut untuk turut
mengundang pergotci untuk membunyikan koling-koling tasak5 dalam upacara

tersebut sebagai pengganti tangisan kepada segenap keluarga yang ditinggalkan

2

Hasil wawancara dengan A.Pandapotan Solin pada tanggal 22 Oktober 2015 di Desa
Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat.
3
Persinabul adalah orang menjadi protokol atau yang mengkomandoi sebuah acara adat.
Syarat-syarat untuk menjadi persinabul tentu saja harus memahami adat Pakpak, pandai berpidato
dalam bahasa Pakpak, dan memiliki jiwa kepemimpinan menurut ukuran kebudayaan Pakpak.
Persinabul ini dalam realitas sosial sangat dihargai dan dihargai oleh masyarakatnya. Ia juga
dipandang sebagai peemimpin adat, ersama tokoh-tokoh adat lainnya.
4
Sukut adalah pihak yang menyelenggarakan sebuah kegiatan pesta adat. Mereka adalah
tuan rumah dalam sebuah kegiatan pesta adat. Di dalam beberapa kebudayaan masyarakat di
Sumatera Utara, pihak penyelenggara pesta ini disebut pula suhut dalam budaya Batak Toba dan
Mandailing Angkola. Etnik Karo menyebutnya sukut juga.
5
Walaupun tidak sering digunakan, namun istilah ini merupakan istilah lain untuk
menyatakan alat musik genderang bagi masyarakat Pakpak.


54
Universitas Sumatera Utara

dan sukut juga menyampaikan rencana mereka untuk melaksanakan upacara adat
mengkerboi untuk menjalankan hutang adat yaitu sebagai sulang nantinya dalam

upacara. Sesuai dengan hasil musyawarah juga, karena yang meninggal dunia
beragama Kristen Protestan, maka upacara secara keaagamaan juga secara
Kristen Protestan.
Puang6 pada musyawaraah ini berperan sebagai pengambil keputusan atas

apapun rencana-rencana yang ada dalam musyawarah sesuai kemampuan
ekonomi Sukut. Pelaksanaan musyawarah ini biasanya dilakukan pada malam
hari.

3.2.2 Memasukken Bangke mi Rumah-Rumahna
Memasukken bangke mi rumah-rumahna yang berarti memasukkan jenazah

ke dalam peti matinya. Seseorang yang meninggal dunia dalam usia tua pada

masyarakat Pakpak, maka keesokan harinya setelah tenggo raja, jenazahnya
akan dimasukkan ke dalam peti mati apabila beragama Kristen. Tahap ini harus
dilakukan pada pagi hari pada saat matahari terbit.
Bagi masyarakat Pakpak ini berarti agar semua keluarga yang ditinggalkan
mendapat kemudahan rezeki. Menantu perempuan yang paling tua mewakili
semua menantu meletakkan blagen mbentar 7 kedalam peti mati sambil meminta
maaf atas semua kesalahan-kesalahan mereka sewaktu mertua mereka masih
hidup dan setelah itu Uang benna juga membentangkan tikarnya disusul oleh

6

Pihak pemberi istri, dalam struktur sosial di dalam masyarakat Pakpak, beserta berru
dan dengan sibeltek.
7
Blagen mbentar adalah berupa tikar yang dianyam dari daun pandan yang telah
dikeringkan sedemikian rupa. Di dalam kebudayaan-kebudayaan etnik di Sumatera Utara, daun
pandan yang dibuat menjadi tikar ini adalah sebagai bagian dari teknologi tradisi mereka. Di dalam
kebudayaan Melayu disebut dengan tikar ciau.

55

Universitas Sumatera Utara

puang pengamaki. Jenazah tidak dapat dimasukkan apabila puang benna belum

hadir dan meletakkan tikarnya kedalam peti.

Gambar 3.1
Memasukkan Jenazah ke Dalam Peti
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

3.2.3 Mengapul Pergenderrang (Sipalu Koling-koling Tasak)
Mengapul pergenderrang bagi masyarakat Pakpak berarti mengundang

pemusik Pakpak yang nantinya akan mengiri seluruh kegiatan adat yang
berlangsung. Sukut akan mengutus beberapa orang untuk mengundang
pergenderrang8

dengan membawa tembakau dan sirih. Sore harinya

pergenderrang sampai ketempat dimana upacara adat akan berlangsung dengan


membawa seperangkat genderrang silima dan gung sada rabaan sesuai dengan
8

Pergenderrang adalah sebutan bagi pemukul genderrang, dalam kebudayaan musikal
suku Pakpak. Di sisi lain semua pemusik tradisional Pakpak biasanya disebut sebagai pergotci.

56
Universitas Sumatera Utara

adat istiadat Pakpak yaitu genderrang yang dipakai apabila upacara yang akan
dilaksanakan adalah upacara adat kerja njahat.

Gambar 3.2
Genderang Sisibah
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Keterangan: lingkaran merah pada setiap gendang
adalah gendang yang diambil untuk
dijadikan genderang silima .

57
Universitas Sumatera Utara

a

b

c

d
Gambar 3.3
Gung Sada Rabaan
(Gambar a. Poi, b. Puldep, c. Panggora , d. Pong-pong)

58
Universitas Sumatera Utara

Genderrang silima pada masyarakat Pakpak adalah bagaian dari
genderrang sisibah tetapi yang dipakai hanya lima buah gendang saja yaitu Raja
Gumruhguh, Raja Menak-enak, Raja Mengampu, Raja Dumerendeng, Raja
Kumerincing. Bagi pergenderrang sendiri apabila mendapat undangan untuk

mengiringi upacara kematian mereka menyebutnya Mengendasi atau Merkata
silima. Dahulunya genderang yang dibawa pergenderrang akan dilumuri darah

ayam ini diyakini jika pergenderrang memainkan genderrangnya suaranya akan
semakin terdengar nyaring dan dan semakin enak untuk menari. Setelah itu
pergenderrang

akan

melakukan

pengregamenken

yaitu

menyelaraskan

genderrangnya sesuai dengan ketentuan nada yang ada pada suku Pakpak.

Gambar 3.4
Pergenderrang
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

59
Universitas Sumatera Utara

Persiapan pergenderrang ini dilakukan sembari sukut menyiapkan makanan
untuk mereka, setelah makanan selesai dipersiapkan sukut akan memanggil
mereka untuk makan sebelum mereka melakukan tugasanya dalam upacara
nantinya. Makanan akan diserahkan kepada benna kayu9 dan selanjutnya benna
kayu akan membagikan kepada personil lainnya. Setelah makan pergenderrang

akan beristirahat sembari sukut juga mempersiapkan acara yang akan dimulai
yaitu acara tatak tikan ibages sapo yaitu acara tarian yang dilakukan masih di
dalam rumah duka sebelum keesokan harinya akan dilanjutkan lagi di halaman
rumah duka.
Malam harinya ketika upacara adat akan segera dimulai disini secara
langsung sukut

meminta dan memohon kepada pergenderrang untuk ikut

senasib sepenanggungan dalam acara ini dan juga meminta arahan dan petunjuk
tujuannya agar semua acara lancar dan juga terlebih dahulu sukut meminta maaf
apabila ada kekurangan-kekurangan dalam pelayanan sukut kepada pergenderrang sambil menyerahkan sirih.

9

Benna kayu adealah istilah musikal dalam kebudayaan Pakpak untuk menyebutkan
pimpinan pergenderrang , atau pemimpihn ensambel musik genderrang pada umumnya.

60
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5
Pihak Sukut Memnyerahkan Sirih kepada Pergenderrang
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Sirih

yang diserahkan

sukut

ini disebut gatap

persintabin

oleh

pergenderrang yang artinya sirih ini sebagai simbol bagi mereka untuk permisi

dan meminta kekuatan kepada leluhur suku Pakpak yang memulai musik dan tari
bagi masyarakat Pakpak. Kemudian setelah itu genderang akan dimainkan
sebagai tanda dimulainya acara tatak.
Genderang yang dibunyikan adalah Gendang Simemubuh atau Sisangkar
Mula. Bagi masyarakat Pakpak ini artinya musik pembuka dalam upacara

tersebut dan tidak akan ada lagi gendang pembuka selama upacara berlangsung
sampai nantinya akan ada juga gendang penutup di akhir upacara.

61
Universitas Sumatera Utara

3.2.4 Tatak Ipas Ulan Kerja Njahat Ncayur Ntua
Tatak bagi masyarakat Pakpak adalah tari dalam pengertian luas. Tatak ipas
ulan kerja njahat ncayur ntua berarti menari pada saat upacara ncyur ntua

berlangsung. Hal ini sejalan dengan deskripsi Merriam (1964), bahwa upacara
yang berkaitan dengan doa kepada Tuhan berkaitan dengan mekanisme lainnya,
dalam hal ini adalah menari. Bagi masyrakat Pakpak menari dalam suasana duka
bukan berarti keluarga yang ditinggalkan tidak bersedih hati, tetapi tarianlah
sebagai pengganti tangisan mereka. Tarian yang dimaksud di sini bukan berarti
tarian yang kita ketahui pada umumnya yang bersifat pertunjukan namun
merupakan gerakan-gerakan tarian dasar suku Pakpak yang biasanya dipakai
dalam setiap upacara adat apapun, misalnya seperti gerakan menerser,
mersembah, menuyuk, dan lain sebagainya yang bersifat umum pada masyarakat

Pakpak.
Ada dua tahap tatak yang harus dilakukan dalam upacara kerja njahat
ncayur ntua yaitu Tatak Tikan Ibages Sapo dan Tatak Tikan Ikasean. Makna dan

deskripsi kedua tatak ini adalah sebagai berikut.

3.2.4.1 Tatak Tikan Ibages Sapo
Tatak Tikan Ibages Sapo berarti tatak yang dilakukan masih di dalam rumah

duka, ini dilakukan pada saat malam hari setelah pergenderrang membunyikan
gendang simemubuh sebagai tanda dimulainya acara tatak. Tatak yang dilalukan

pada malam hari ini bagi masyarakat Pakpak disebut juga tatak peparasken,
periah-riahken, dan tatak pendungo-ndungoi, ini berarti semua rangkaian acara
tatak pada malam hari tersebut sebagai gambaran untuk keesokan harinya sebagai
62
Universitas Sumatera Utara

acara puncak upacara, karena kurang lebih semua rangkaian acara tatak ini akan
dilakukan lagi keesokan harinya di halaman rumah duka. Acara tatak ini yang
terlebih daluhu dilakukan oleh uang benna , apabila buang benna belum memulai
tariannya untuk selanjutnya barang siapaun tidak boleh melakukannya. Adapun
rangkaian acara tatak pada malam hari ini yaitu:
1. Tatak Uang Benna yang disambut oleh berru takal peggu dari sukut,
2. Tatak Puang Pengamaki yang disambut oleh berru ekur peggu,
3. Tatak Benna Niari,
4. Tatak Puang Penumpak,
5. Tatak Sukut,
6. Tatak Dengan Sibeltek,
7. Tatak Perlebbuh-lebbuh,10
8. Tatak Dengan Sibeltek Marga,
9. Tatak Sipemerre,11
10. Tatak Sinina,
11. Tatak Berru,
12. Tatak Kempu,12
13. Tatak Sukut Nitalun,13
14. Tatak Cibal Baleng,14
10

Perlebbuh artinya pihak yang semarga (yang ditarik secara garis kekerabatan
patrilineal) dengan sukut (tuan rumah penyelenggara upacara) yang kampung halaman mereka
sama dari satu tempat.
11
Pemerre adalah pihak yang sama dengan sukut,dimana istri mereka juga bermarga yang
sama, yang dikawini berdasarkan klen eksogamus (kawin di luar marga sendiri).
12
Kempu artinya adalah cucu, yaitu generasi yang ketiga, dalam sistem kekerabatan
masyarakat Pakpak dalam konteks daliken sitelu.
13
Sukut nitalun adalah pihak marga yang sebagai tuan rumah di kampung di mana upacara
dilaksanakan, ini berlaku jika memang pihak sukut sebagai marga pendatang di kampung tersebut,
artinya sukut nitalun inilah yang menggantikan kedudukan sukut.
14
Cibal baleng adalah pihak yang berdekatan dengan kampung halaman mereka.

63
Universitas Sumatera Utara

15. Tatak Pulung-pulungen,15
16. Tatak Pergemgem,16
17. Tatak perkebbas17

Gambar 3.6
Berru Takal Peggu Menyambut Kedatangan Uang benna
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Sesampainya uang benna ke dalam rumah duka, di sini juga berru takal
peggu dari sukut akan menyerahkan oles tatakenken. Oles bagi masyarakat

Pakpak berarti sehelai kain yang ditenun berbentuk selendang sedangkan

15

Pulung-pulungen adalah kegiatan-kegiatan kelompok yang diikuti sukut, misalanya
arisan-arisan atau serikat tolong menolog.
16
Pergemgem biasanya disebut juga pemerintah setempat, bisa saja terdiri dari kepala
desa, sekretaris desa, ketua LKMD, ketua RT, ketia RW, dan lain-lainnya.
17
Perkebbas adalah orang-orang yang menyiapkan seluruh kebutuhan pesta, seperti
memasak sebagainya.

64
Universitas Sumatera Utara

tatakenken adalah yang ditarikan. Oles tatakenken yang diserahkan bagi

masyarakat Pakpak berarti simbol pemberitahuan bahwa jumlah anggota keluarga
sudah berkurang oleh kematian.

Gambar 3.7
Berru Takal Peggu Menyerahkan Oles Tatakenken
kepada Uang benna
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Semua pihak yang melakukan tariannya pada saat acara Tatak Tikan Ibages
Sapo bagi masyarakat Pakpak ini bukan hanya sekedar menari saja, sebelum

mereka memulai tarian terlebih dahulu menyampaikan kata-kata perpisahan
kepada almarhum dan kata-kata penghiburan terlebih kepada keluarga yang
ditinggalkan.

65
Universitas Sumatera Utara

3.2.5 Tatak Tikan Ikasean
Tatak Tikan Ikasean berarti acara tatak di halaman rumah duka. Acara tatak

ini dilaksanakan pagi hari setelah acara tatak pada malam hari sebelumnya.
Sebelum melaksanakan acara tatak dihalam rumah duka, terlebih dahulu sukut
mengadakan acara keluarga seperti permohonan maaf terakhir keluarga kepada
almarhum mengingat kesalahan-kesalahan yang dilakukakan keluarga terlebih
anak-anak almarhum (almarhumah) semasa hidupnya.

Gambar 3.8
Acara Keluarga Sebelum Jenazah Dibawa ke Halaman Rumah
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Setelah acara keluarga selesai ditutup dengan doa, maka jenazah dibawa ke
halaman rumah duka untuk melaksanakan acara Tatak Tikan Ikasean. Jenazah
akan diarak mengelilingi tempat yang sudah ditentukan untuk menempatkan peti
jenazah sebanyak tujuh kali keliling.

66
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.9
Jenazah Dibawa ke Halaman Rumah Duka
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

3.2.5.1 Mengkerboi
Sebelum acara Tatak Tiakan Iaksean dilanjutkan, selanjutnya adalah acara
mengkerboi. Mengkerboi bagi masyarakat Pakpak yaitu acara penyembelihan

kerbau yang dibawa oleh kula-kula atau puang yaitu uang benna dan puang
pengamaki untuk dijadikan persulangen. Perlengkapan dalam upara adat
mengkerboi adalah sebagai berikut.

1. Belagen mbentar dari puang (puang benna dan puang pengamaki),
2. Oles dari berru takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
67
Universitas Sumatera Utara

7. Rih ntua,
8. Sanggar, dan
9. Sangka sapilit.

Gambar 3.10
Era-era, Kujur Sarke, dan Jeretten
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Adapun tahapan yanag harus dilakukan pada acara ini yaitu sebagai berikut.
a)

Memasekken Jeretten

Puang benna dan puang pengamaki akan datang memikul jeretten dengan

posisi Puang Benna di bagian depan jereten dan puang pengamaki dibagian
belakang. Puang akan disambut oleh berru takal peggu sambil mengera-era
68
Universitas Sumatera Utara

diiringi Genderang Sisangkar oleh pergenderrang. Sebelum menancapkan tiang
ieretten terlebih dahulu mereka mengelilingi lubang di mana jeretten akan

ditancapkan sebanyak tujuh kali.

Gambar 3.11
Berrru Takal Peggu Memegang Era-era Berru Ekur Peggu
Memegang Kujur Sarkea
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

69
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.12
Kedatangan Puang Membawa Jeretten dan Disambut olek Berru
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

b)

Mangiring Gajah

Sebutan gajah dalam hal ini bukan berarti gajah yang sebenarnya yang kita
ketahui, bagi masyarakat Pakpak gajah merupakan sebutan simbolik untuk hewan
yang berkaki empat dan berukuran besar untuk disembelih pada upacara-upacara
adat yaitu kerbau atau lembu pada umumnya. Kerbau akan digiring puang lalu
disambut lagi oleh berru takal peggu menuju tiang jeretten yang sudah
ditancapkan dan diiringi oleh gendang Mangiring Gajah oleh pergenderrang.
Setelah kerbau sampai ke tempat dimana jeretten ditancapkan, lalu kerbau diikat
di jeretten untuk selanjutnya akan dipantem18.

18

Pantem atau memantem artinya adalah menombak. Bagi masyrakat Pakpak memantem
kerbau dalam acara mengkerboi adalah sebagai simbol penyembelihan kerbau yang sebenarnya
kerbau akan disembelih dengan benar setelah acara mengkerboi selesai.

70
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.13
Kerbau Diikat di Jeretten
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

c)

Gajah Mangiring

Gajah mangiring adalah proses memantem kerbau, berru takal peggu

membawa kujur sinane yang digantikan oleh sarkea sebagai alat untuk menombak
kerbau. Sambil menari diiringi oleh

gendang

Gajah

Mangiring

oleh

pergenderrang, berru takal peggu diikuti oleh seluruh keluarga mengelilingi

kerbau yang diikat di jeretten sebanyak tujuh kali. Pada hitungan ketujuh oleh
perkata-kata maka berru takal peggu menombak kerbau dan pada saat itu juga

reportoar yang dimainkan pergenderrang berganti menjadi Gendang Raja .

71
Universitas Sumatera Utara

Kemudian Puang Benna menaburkan page tumpar ( padi ) di sekeliling jerretten
untuk diambil oleh seluruh keluarga.

Gambar 3.14
Kerbau Akan Dipantem (Ditombak)
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

72
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.15
Puang Benna Menaburkan Padi
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)

Setelah seluruh keluarga selesai memungut padi yang ditaburkan oleh Uang
benna , maka kerbau yang telah ditombak dibawa oleh perkebbas untuk

disembelih dan dipotong bagian-bagian tertentu dari tubuh kerbau tersebut untuk
dijadikan sulang. Selanjutnya pihak berru takal peggu mengambil tikar uang
benna yang diikat pada jeretten, begitu juga dengan berru ekur peggu mengambil

tikar puang pengamaki. Ini adalah tahap terakhir dalam acara Mengkerboi pada
masyarakat Pakpak.
Kemudian acara kembali lagi kepada acara tatak, namun acara tatak tikan
ikasean yang terlebih dahulu tumatak (menari) adalah sukut, berbeda dengan
Tatak Tikan Ibagas Sapo pada malam hari sebelumnya dimana acara tatak dimulai

oleh uang benna . Tatak sukut di sini menyimbolkan penghormatan kepada rohroh leluhur suku Pakpak berharap agar semua kegiatan upacara dapat berjalan
73
Universitas Sumatera Utara

dengan lancar. Setelah sukut selesai tumatak, maka dilanjutkan dengan acara tatak
yang lainnya seperti:
1. Tatak Dengan Sibeltek,
2. Tatak Dengan Sibeltek Marga,
3. Tatak Berru,
4. Tatak Berru Takal Peggu, dan
5. Tatak Berru Ekur Peggu.

Upacara adat kerja njahat maupun kerja mbaik bagi masyarakat Pakpak
secara umum adalah tempat dimana pihak-pihak yang terlibat dalam upacara
memyelesaikan atau membayar hutang-hutang adat, seperti misalnya kula-kula
membawa ayam dan kembal/blagen mbentar balasannya dari sukut adalah oles
atau kain sarung dan uang, dengan kata lain setiap orang yang menghadiri suatau
upacara adat tentunya pasti membawa hutang sesuai dengan kedudukannya pada
upacara tersebut. Pada tahapan acara adat di halaman rumah duka ini, semua
pihak yang melaksanakan tataknya tentunya sambil membawa hutang adat sesuai
dengan kedudukan.

3.2.6

Peberkatken Bangke mi Pendebaen

Peberkatken bangke mi pendebaen artinya memberangkatkan jenazah

ketempat peristirahatan terakhir dengan kata lain tahapan ini adalah proses
penguburan jenazah. Tahapan ini dilakukan setelah semua acara tatak selesai.
Kewajiaban berru takal peggu dan berru ekur peggu di sini adalah meletakkan
oles di atas peti jenazah sambil mengucapkan kaka-kata perpisahan, oles ini

disebut dengan oles sintaken. Kemudaian puang benna dan puang pengamaki
74
Universitas Sumatera Utara

mengambil oles tersebut juga mengucapkan kata-kata perpisahan seraya berdoa
kepada Tuhan supaya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan rezeki di
kemudian hari.
Selanjutnya

adalah

acara

pergenderrang

yaitu meyampaikan kata

perpisahan juga kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan, karna ini
adalah puncak upacara adat yang telah dilaksanakan di sini pergenderang juga
menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh hadirin yang ada terlebih kepada
sukut

apabila

ada

keksalahan-kesalahan

pergenderrang

selama

upacara

berlangsung. Pergenderrang pun memainkan genderang sisangkar laus, semua
keluarga mengelilingi jenazah sebanyak tujuh kali dan pada hitungan ketujuh
genderang berhenti dan para pergenderrang akan menangkepken genderang

(membalikkan genderang dengan posisi membran genderang menjadi kebawah)
Sebelum upacara secara keagamaan dilaksanakan untuk penguburan, disini
sukut akan memaparkan secara singkat riwayat hidup anggota keluarga mereka

yang meninggal dunia dan sukut juga megucapkan rasa terima kasih sebesarbesarnya kepada seluruh hadirin yang datang juga meminta maaf atas kekurangankekurangan yang ada selama upacara berlangsung. Apabila semasa hidupnya
almarum (almarhumah) ada hutang piutang, maka keluarga akan siap untuk
menyelesaikannaya.
Setelah acara pemakaman selesai, maka seluruh pelaksana upacara tersebut
makan di rumah pihak sukut (tuan rumah), setelah itu dilaksanakan penyelesaian
hutang-hutang dan biaya keseluruhan dari upacara yang telah dilaksanakan serta
bantuan yang mereka peroleh. Dalam pelaksanaan pembayaran adat kematian,

75
Universitas Sumatera Utara

masih ada jenis hutang yang harus dibayar pihak sukut kepada pihak puang yang
disebut dengan lemba.
Lemba adalah hutang adat kepada paman (puhun) atau keturunannya setelah

seseorang meninggal dunia. Lemba menunjukkan bahwa adanya ikatan darah
antara pihak sukut dengan puang melalui perkawinan. Seseorang yang tidak
membayar lemba maka diyakini bisa terkena hukuman gaib yang disebut dengan
idendeni lemba . Kelompok kerabat yang menerima lemba antara laki-laki dan

perempuan berbeda. Bila laki-laki yang meninggal, maka yang berhak menerima
lemba adalah saudara laki-laki ibu atau anak laki-laki ibu. Bila perempuan yang

meninggal yang berhak menerima lemba adalah si ayah atau saudara laki-lakinya
atau anak dari saudara laki-lakinya. Jenis lemba yang harus dibayarkan oleh
keluarga yang meninggal dapat berupa emas, tanah, kebun, sawah atau sejumlah
uang. Jenisnya

itentukan setelah melakukan musyawarah antara kerabat dari

kedua belah pihak. Keadaan keluarga yang mampu secara ekonomi, maka
biasanya hutang adat ini disertai dengan pemberian emas.
Ada beberapa jenis lemba dalam konsep masyarakat Pakpak yang dibedakan
berdasarkan pemberian dari pihak keluarga yang meninggal yaitu: 1. Siempat
berngin, bila pemberian disertai dengan emas atau sawah. 2. Sidua berngin, bila

pemberian hanya oles (sarung) dan sejumlah uang. Kewajiban yang menerima
juga sesuai dengan jenis lemba yang diterima. Bila jenisnya sidua berngin, maka
kewajiban puang yang menerima hanya seperangkat adat dengan lauk ayam. Bila
jenisnya siempat berngin, maka pihak puang wajib menyerahkan seperangkat adat
dengan hewan berkaki empat seperti kambing atau babi. Berdasarkan hubungan
harmonis atau tidak harmonisnya hubungan kerabat yang meninggal dengan pihak
76
Universitas Sumatera Utara

kerabat puang yang menerima lemba , maka lemba juga dibedakan ke dalam 2
jenis yaitu: 1. Lemba nggelluh maksudnya bila hubungan harmonis antara kedua
belah pihak kerabat dan ada kemungkinan besar akan saling kawin antara kedua
kerabat. 2. Lemba mate maksudnya bila hubungan yang terjadi selama ini tidak
harmonis dan kecil kemungkinan untuk saling kawin antara kedua belah pihak.
Pemberian lemba dilakukan pada saat kelompok puang datang ke rumah keluarga
orang yang meninggal tersebut dengan membawa makanan pada hari yang telah
disepakati (1 sampai 4 hari setelah pemakaman). Kegiatan ini disebut dengan
upacara mengari-ari tendi.
Maksud pemberian makanan ini adalah karena pada saat kematian pihak
keluarga menjadi sedih dan takut (terari tendi) disebabkan karena kematian dari
salah satu anggota keluarga tersebut maka pihak puang perlu melindunginya
dengan memberi makan untuk memulihkan seperti kondisi semula. Biasanya
makanan ini dilengkapi dengan lauk hewan berkaki empat (babi) dan hewan
berkaki dua (ayam) serta dilengkapi juga dengan sambal cina matah (sambal
mentah) yang bermakna menjera-jerai artinya supaya tidak ada lagi anggota
keluarga yang meninggal. Pada saat pemberian lemba , maka hutang lemba
tersebut diletakkan di atas kembal (sumpit) yang berisi beras yang diletakkan di
atas pinggan (piring kaca kecil) dilengkapi dengan uang, sarung atau sesuai
dengan yang disepakati. Lemba tersebut diberikan kepada salah satu yang
mewakili dari pihak puang dan menjungjung di atas kepalanya sambil berkata ―
en mo tuhu enggo kujalo lemba, asa merkiteken en asa njuah-njuah kita karina,
panjang umur dekket kade si kita cita-citaken imo menjadi”. Yang artinya “inilah
lemba yang sudah kuterima, biarlah melalui lemba ini sehatsehatlah kita semua,
77
Universitas Sumatera Utara

panjang umur, dan apa

yang kita

cita-citakan dapat tercapai‖sambil

menghamburkan beras yang dijunjung tersebut. Prinsip adat dalam pembayaran
adat lemba disebut dengan istilah ulang telpus bulung yang artinya pihak
penerima tidak boleh rugi secara ekonomi.
Pada saat mengari-ari tendi, maka pihak sukut (tuan rumah) biasanya akan
memberi beberapa jenis barang peninggalan orang yang meninggal tersebut,
anatara lain:
a. Manoh-manoh, adalah barang peninggalan orang yang meninggal tersebut
seperti sawah, kebun, perhiasan dan hewan ternak seperti babi atau kambing.
b. Bau-bau, adalah berupa pakaian bekas dari orang yang meninggal tersebut.
c. Penabar-nabari, adalah ucapan terimakasih kepada pihak kula-kula yang sudah
dianggap ikut mengobati, diberikan berupa pinggan (pinggan pasu) namun
dapat juga diganti dengan uang.
d. Ribak-ribak sarkea adalah beerupa makanan orang yang meninggal tersebut.
e. Upah mertatah adalah upah pengasuh orang yang meninggal tersebut ketika
masih kecil.
Semua jenis tersebut berhak diminta/dipilih oleh pihak puang kepada
keluarga sukut (tuan rumah) dan mereka wajib memberikannya jika permintaan
tersedia. Hal ini sebagai kenang-kenangan dari orang yang meninggal tersebut dan
untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Demikianlah deskripsi upacara
kematian pada masyarakat Pakpak yang saya teliti di desa siompin yang penulis
peroleh dari hasil penelitian langsung di lapangan.

78
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1
Proses Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua
No.

I

Tahapan

Pelaku upacara

Peralatan (Benda)
Upacara

Jenazah

Tatak

Gendang

Tenggo Raja

(1) Dengan sibeltek, yaitu
keturunan kandung atau
saudara kandung yang
meninggal dunia,
(2) Sinina , yaitu saudara
yang semarga dengan
keluarga yang berkabung,
(3) Berru takal peggu
yaitu saudara perempuan
yeng tertua dari ayah yang
meninggal dunia (bibi),
(4) Berru ekur beggu yaitu
saudara perempuan yang
paling kecil dari ayah
jenazah,
(5) Puang benna pihak
keluarga yang memberi
istri sebagai ibu dari
jenazah,
(6) Puang pengamaki
pihak keluarga yang
memberi istri jenazah,
(7) Dengan kuta yaitu
masyarakat yang
berdomisili sama dengan
almarhum,
(8) Raja kuta yaitu pihak
yang mewakili marga
sebagai tuan tanah suatu

---

Jenazah
disemayamkan
dalam rumah

---

---

Keterangan

Seseorang meninggal mate
ncayur ntua ,dilakukan upacara
adat. Pertama sekali keluarga
keturunan almarhum
(almarhumah) termasuk juga
saudaranya berdiskusi, dapat juga
didiskusikan dengan istri yang
meninggal apabila yang
meninggal laki-laki, dan suami
yang meninggal dunia apabila
yang meninggal perempuan.
Apabila pihak keluarga sudah
membuat rencana tentang
bagaimana proses adat yang harus
dilaksanakan sebelum jenazah
dikebumikan, maka ditetapkanlah
waktu untuk tenggo raja (arti
harfiahnya memanggil raja-raja).

79
Universitas Sumatera Utara

desa atau kampung,
(9) Pengetuai kuta adalah
para orang-orang tua,
(10) Partua ibale, partua
ibages dekket simatah
daging, yaitu kaum bapak
kaum ibu, serta
pemuda/pemudi
II

Memasukken
Bengke ni
Rumah-rumah

(1) Menantu perempuan
yang paling tua,
(2) Uang benna,
(3) Puang pengamaki,

---

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di dalam
rumah

---

---

Memasukken bangke mi
rumah-rumahna yang berarti
memasukkan jenazah ke dalam
peti matinya. Seseorang yang
meninggal ncawir ntua maka
keesokan harinya setelah tenggo
raja, jenazahnya akan
dimasukkan ke dalam peti mati
apabila beragama Kristen.
Tahap ini harus dilakukan pada
pagi hari pada saat matahari
terbit. Berarti agar semua
keluarga yang ditinggalkan
mendapat kemudahan rezeki.
Menantu perempuan yang
paling tua mewakili semua
menantu meletakkan blagen
mbentar ke dalam peti mati
sambil meminta maaf atas
semua kesalahan-kesalahan
mereka sewaktu mertua mereka
masih hidup dan setelah itu
Uang benna juga
membentangkan tikarnya
disusul oleh puang pengamaki.
Jenazah tidak dapat dimasukkan
apabila puang benna belum

80
Universitas Sumatera Utara

hadir dan meletakkan tikarnya
kedalam peti.
III

Mengapul
Pergenderrang

Bebebrapa orang utusan
sukut (tuan rumah
upacara) mengundang
pergenderrang.

Tembakau dan sirih;
seperangkat
genderrang silima
dan gung sada
rabaan

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di dalam
rumah

---

Alat-alat ensambel
genderrang
diletakkan di pentas
pertunjukan

Mengapul pergenderrang bagi
masyarakat Pakpak berarti
mengundang pemusik Pakpak
yang nantinya akan mengiri
seluruh kegiatan adat yang
berlangsung. Sukut akan
mengutus beberapa orang untuk
mengundang pergenderrang
dengan membawa tembakau dan
sirih. Sore harinya pergenderrang
sampai ketempat dimana upacara
adat akan berlangsung dengan
membawa seperangkat
genderrang silima dan gung sada
rabaan sesuai dengan adat istiadat
Pakpak yaitu genderrang yang
dipakai apabila upacara yang akan
dilaksanakan adalah upacara adat
kerja njahat.

IV

Tatak Ikan
Ulan Kerja
Njahat Ncayur
Ntua

Pergenderang (pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan
Pakaian adat

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di dalam
rumah

Melakukan tatak

Memainkan
genderrang

Tatak ipas ulan kerja njahat
ncayur ntua berarti menari pada
saat upacara ncayur ntua
berlangsung. Bagi masyrakat
Pakpak menari dalam suasana
duka bukan berarti keluarga yang
ditinggalkan tidak bersedih hati,
tetapi tarianlah sebagai pengganti
tangisan mereka. Tarian yang
dimaksud di sini bukan berarti
tarian yang kita ketahui pada
umumnya yang bersifat
pertunjukan namun merupakan

81
Universitas Sumatera Utara

gerakan-gerakan tarian dasar suku
Pakpak yang biasanya dipakai
dalam setiap upacara adat apapun,
misalnya seperti gerakan
menerser, mersembah, menuyuk,
dan lain sebagainya yang bersifat
umum pada masyarakat Pakpak.
Ada dua tahap tatak yang harus
dilakukan dalam upacara kerja
njahat ncayur ntua yaitu Tatak
Tikan Ibages Sapo dan Tatak
Tikan Ikasean.
1. Tatak Tikan
Ibages Sapo
[malam hari]

pergenderrang (pergotci)
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di dalam
rumah

1.Tatak Uang
Benna yang
disambut oleh
Berru Takal
Peggu dari sukut,
2. Tatak Puang
Pengamaki yang
disambut oleh
Berru Ekur
Peggu,
3.Tatak Benna
Niari,
4.Tatak Puang
Penumpak,
5.Tatak Sukut,
6.Tatak Dengan
Sibeltek,
7.Tatak Perlebbuhlebbuh,
8.Tatak Dengan
Sibeltek Marga ,
9.Tatak Sipemerre,
10.Tatak Sinina ,
11.Tatak Berru,

Gendang
Simemubuh dan
seterusnya dengan
berbagai
repertoarnya

Tatak Tikan Ibages Sapo
berarti tatak yang dilakukan
masih di dalam rumah duka, ini
dilakukan pada saat malam hari
setelah pergenderrang
membunyikan Gendang
Simemubuh sebagai tanda
dimulainya acara tatak. Tatak
yang dilalukan pada malam hari
ini bagi masyarakat Pakpak
disebut juga tatak peparasken,
periah-riahken, dan tatak
pendungo-ndungoi, ini berarti
semua rangkaian acara tatak pada
malam hari tersebut sebagai
gambaran untuk keesokan harinya
sebagai acara puncak upacara,
karena kurang lebih semua
rangkaian acara tatak ini akan
dilakukan lagi keesokan harinya
di halaman rumah duka. Acara
tatak ini yang terlebih daluhu
dilakukan oleh uang benna ,
apabila puang benna belum

82
Universitas Sumatera Utara

12.Tatak Kempu,
13.Tatak Sukut
Nitalun,
14.Tatak Cibal
Baleng,
15.Tatak Pulungpulungen,
16.Tatak
Pergemgem,
17.Tatak Perkebbas
2. Tatak Tikan
Ikasean
[pagi hingga
siang hari
keesokannya]

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di halaman
rumah

Tatak Uang Benna
yang disambut
oleh Berru Takal
Peggu dari sukut,
2. Tatak Puang
Pengamaki yang
disambut oleh
Berru Ekur
Peggu,
3.Tatak Benna
Niari,
4.Tatak Puang
Penumpak,
5.Tatak Sukut,
6.Tatak Dengan
Sibeltek,
7.Tatak Perlebbuhlebbuh,
8.Tatak Dengan
Sibeltek Marga ,
9.Tatak Sipemerre,
10.Tatak Sinina ,
11.Tatak Berru,
12.Tatak Kempu,
13.Tatak Sukut
Nitalun,

memulai tariannya untuk
selanjutnya barang siapaun tidak
boleh melakukannya.

Gendang
Simemubuh dan
seterusnya dengan
berbagai
repertoarnya

Tatak Tikan Ikasean berarti
acara tatak di halaman rumah
duka. Acara tatak ini dilaksanakan
pagi hari setelah acara tatak pada
malam hari sebelumnya. Sebelum
melaksanakan acara tatak di
halaman rumah duka, terlebih
dahulu sukut mengadakan acara
keluarga seperti permohonan
maaf terakhir keluarga kepada
almarhum/ah mengingat
kesalahan-kesalahan yang
dilakukakan keluarga terlebih
anak-anak almarhum
(almarhumah) semasa hidupnya.
Setelah acara keluarga selesai
ditutup dengan doa, maka jenazah
dibawa ke halaman rumah duka
untuk melaksanakan acara Tatak
Tikan Ikasean. Jenazah akan
diarak mengelilingi tempat yang
sudah ditentukan untuk
menempatkan peti jenazah
sebanyak tujuh kali keliling.

83
Universitas Sumatera Utara

14.Tatak Cibal
Baleng,
15.Tatak Pulungpulungen,
16.Tatak
Pergemgem,
17.Tatak Perkebbas
V

Mengkerboi

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat,
Kerbau, ditambah
perlengkapan
upacara mengkeboi,
yaitu:
1. Belagen mbentar
dari puang (puang
benna dan puang
pengamaki),
2. Oles dari berru
takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung
silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
7. Rih ntua,
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di halaman
rumah

---

---

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat,
Kerbau, ditambah

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di halaman
rumah

Tatak Genderrang
Sisangkar

Genderrang
Sisangkar

Sebelum acara Tatak Tiakan
Iaksean dilanjutkan, selanjutnya
adalah acara mengkerboi.
Mengkerboi bagi masyarakat
Pakpak yaitu acara
penyembelihan kerbau yang
dibawa oleh kula-kula atau puang
yaitu uang benna dan puang
pengamaki untuk dijadikan
persulangen.

84
Universitas Sumatera Utara

perlengkapan
upacara
mengkerboi, yaitu:
1. Belagen mbentar
dari puang (puang
benna dan puang
pengamaki),
2.Oles dari berru
takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung
silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
7. Rih ntua,
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.

1.Memasukken
Jerreten

2.Mangiring
Gajah

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat,
Kerbau, ditambah
perlengkapan
upacara
mengkerboi, yaitu:
1. Belagen mbentar
dari puang (puang
benna dan puang
pengamaki),
2. Oles dari berru
takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung
silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,

Uang benna dan puang
pengamaki akan datang memikul
jeretten dengan posisi Puang
Benna di bagian depan jereten
dan puang pengamaki dibagian
belakang. Puang akan disambut
oleh berru takal peggu sambil
mengera-era diiringi Genderrang
Sisangkar oleh pergenderrang.
Sebelum menancapkan tiang
jeretten terlebih dahulu mereka
mengelilingi lubang di mana
jeretten akan ditancapkan
sebanyak tujuh kali.

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di halaman
rumah

Tatak Mangiring
Gajah

Gendang Mangiring
Gajah

Sebutan gajah dalam hal ini
bukan berarti gajah yang
sebenarnya yang kita ketahui,
bagi masyarakat Pakpak gajah
merupakan sebutan simbolik
untuk hewan yang berkaki empat
dan berukuran besar untuk
disembelih pada upacara-upacara
adat yaitu kerbau atau lembu pada
umumnya. Kerbau akan digiring
puang lalu disambut lagi oleh
berru takal peggu menuju tiang
jeretten yang sudah ditancapkan

85
Universitas Sumatera Utara

dan diiringi oleh gendang
Mangiring Gajah oleh
pergenderrang. Setelah kerbau
sampai ke tempat dimana jeretten
ditancapkan, lalu kerbau diikat di
jeretten untuk selanjutnya akan
dipantem.

7.Rih ntua,
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.

3. Gajah
Mangiring

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

Genderrang silima
dan gung sada
rabaan, pakaian
adat,
Kerbau, ditambah
perlengkapan
upacara
mengkerboi, yaitu:
1. Belagen mbentar
dari puang (puang
benna dan puang
pengamaki),
2. Oles dari berru
takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung
silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
7.Rih ntua,
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.

Jenazah
disemayamkan
di dalam peti
di halaman
rumah

Tatak Gajah
Mangiring dan
1. Tatak Uang
Benna yang
disambut oleh
Berru Takal
Peggu dari sukut,
2. Tatak Puang
Pengamaki yang
disambut oleh
Berru Ekur
Peggu,
3.Tatak Benna
Niari,
4.Tatak Puang
Penumpak,
5.Tatak Sukut,
6.Tatak Dengan
Sibeltek,
7.Tatak Perlebbuhlebbuh,
8.Tatak Dengan
Sibeltek Marga ,
9.Tatak Sipemerre,
10.Tatak Sinina ,
11.Tatak Berru,
12.Tatak Kempu,
13.Tatak Sukut
Nitalun,

Gendang Gajah
Mangiring

Gajah mangiring adalah proses
memantem kerbau, berru takal
peggu membawa kujur sinane
yang digantikan oleh sarkea
sebagai alat untuk menombak
kerbau. Sambil menari diiringi
oleh gendang Gajah Mangiring
oleh pergenderrang, berru takal
peggu diikuti oleh seluruh
keluarga mengelilingi kerbau
yang diikat di jeretten sebanyak
tujuh kali. Pada hitungan ketujuh
oleh perkata-kata maka berru
takal peggu menombak kerbau
dan pada saat itu juga reportoar
yang dimainkan pergenderrang
berganti menjadi Gendang Raja .
Setelah seluruh keluarga
selesai memungut padi yang
ditaburkan oleh Uang benna ,
maka kerbau yang telah ditombak
dibawa oleh perkebbas untuk
disembelih dan dipotong bagianbagian tertentu dari tubuh kerbau
tersebut untuk dijadikan sulang.
Selanjutnya pihak berru takal
peggu mengambil tikar uang
benna yang diikat pada jeretten,
begitu juga dengan berru ekur

86
Universitas Sumatera Utara

14.Tatak Cibal
Baleng,
15.Tatak Pulungpulungen,
16.Tatak
Pergemgem,
17.Tatak Perkebbas

peggu mengambil tikar puang
pengamaki. Ini adalah tahap
terakhir dalam acara Mengkerboi
pada masyarakat Pakpak.
Kemudian acara kembali lagi
kepada acara tatak, namun acara
tatak tikan ikasean yang terlebih
dahulu tumatak (menari) adalah
sukut, berbeda dengan Tatak
Tikan Ibagas Sapo pada malam
hari sebelumnya dimana acara
tatak dimulai oleh uang benna .
Tatak sukut di sini menyimbolkan
penghormatan kepada roh-roh
leluhur suku Pakpak berharap
agar semua kegiatan upacara
dapat berjalan dengan lancar.
Setelah sukut selesai tumatak,
maka dilanjutkan dengan acara
tatak yang lainnya.
Upacara adat kerja njahat
maupun kerja mbaik bagi
masyarakat Pakpak secara umum
adalah tempat dimana pihakpihak yang terlibat dalam upacara
memyelesaikan atau membayar
hutang-hutang adat, seperti
misalnya kula-kula membawa
ayam dan kembal/blagen mbentar
balasannya dari sukut adalah oles
atau kain sarung dan uang,
dengan kata lain setiap orang
yang menghadiri suatau upacara
adat tentunya pasti membawa
hutang sesuai dengan
kedudukannya pada upacara
tersebut. Pada tahapan acara adat

87
Universitas Sumatera Utara

di halaman rumah duka ini, semua
pihak yang melaksanakan
tataknya tentunya sambil
membawa hutang adat sesuai
dengan kedudukan.
VI

Peberkatken
Bangke ni
Pendebaen

Pergenderrang
(pergotci),
daliken Sitelu,
masyarakat

oles

Jenazah
ditataki dan
kemudian
diberangkatkan
di persemayaman akhir
dan dikuburkan

Tatak mengelingi
jenazah

Genderrang
Sisangkar

Peberkatken bangke mi
pendebaen artinya memberangkatkan jenazah ke tempat
peristirahatan terakhir dengan
kata lain tahapan ini adalah proses
penguburan jenazah. Tahapan ini
dilakukan setelah semua acara
tatak selesai. Kewajiaban berru
takal peggu dan berru ekur peggu
di sini adalah meletakkan oles di
atas peti jenazah sambil
mengucapkan kaka-kata
perpisahan, oles ini disebut
dengan oles sintaken. Kemudian
puang benna dan puang
pengamaki mengambil oles
tersebut juga mengucapkan katakata perpisahan seraya berdoa
kepada Tuhan supaya keluarga
yang ditinggalkan diberi kekuatan
dan rezeki di kemudian hari.
Selanjutnya adalah acara
pergenderrang yaitu
meyampaikan kata perpisahan
juga kata penghiburan kepada
keluarga yang ditinggalkan, karna
ini adalah puncak upacara adat
yang telah dilaksanakan di sini
pergenderang juga
menyampaikan permintaan maaf

88
Universitas Sumatera Utara

kepada seluruh hadirin yang ada
terlebih kepada sukut apabila ada
kesalahan-kesalahan
pergenderrang selama upacara
berlangsung. Pergenderrang pun
memainkan Genderang Sisangkar
Laus, semua keluarga
mengelilingi jenazah sebanyak
tujuh kali dan pada hitungan
ketujuh genderang berhenti dan
para pergenderrang akan
menangkepken genderang
(membalikkan genderang dengan
posisi membran genderang
menjadi ke bawah).
Sebelum upacara secara
keagamaan dilaksanakan untuk
penguburan, di sini sukut akan
memaparkan secara singkat
riwayat hidup anggota keluarga
mereka yang meninggal dunia dan
sukut juga megucapkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya
kepada seluruh hadirin yang
datang juga meminta maaf atas
kekurangan-kekurangan yang ada
selama upacara berlangsung.
Apabila semasa hidupnya
almarum (almarhumah) ada
hutang piutang, maka keluarga
akan siap untuk
menyelesaikannaya.

89
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
GUNA DAN FUNGSI GENDANG MENGKERBOI
PADA UPACARA NCAYUR NTUA DALAM BUDAYA PAKPAK

4.1 Pengantar
Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah guna dan fungsi
Gendang Mengkerboi pada upacara cawir ntua dalam budaya Pakpak, terutama

yang dapat dilihat dan ditafsir dari penelitian di Dese Natam Jehe, Kecamatan
Kerajaan, kabupaten Pakpak Bharat.

Adapun kajian terhadap penggunaan dan

fungsi Gendang Mengkerboi ini adalah berdasarkan kepada teori fungsionalisme
yang ditawarkan Radcliffe-Brown dan Merriam, seperti telah diuraikan pada Bab I.
Penggunaan dan fungsi musik di dalam masyarakat merupakan dua hal
yang dibedakan di dalam disiplin etnnomusikologi. Namun keduanya biasanya
diulas dalam rubric teori fungsionalisme, berdasarkan sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai pendapat Merriam (1964) yang membedakan antara
penggunaan dan fungsi.
Bila ditinjau dari penggunanya maka Gendang Mengkerboi adalah berguna
untuk berikut ini.
(1)

Untuk mengiringi upacara adat kerja njahat ncayur ntua .

(2)

Gendang Mengkerboi ini juga memiliki kegunaan sebagai memeriahkan

jalannya upacara, dan
(3)

Gendang Mengkerboi ini gunanya adalah sebagai sarana memberitahu

dilaksanakannya penyembelihan hewan kerbau atau lembu untuk sulang
dalam upacara ncayur ntua .
90
Universitas Sumatera Utara

Adapun fungsi Gendang Mengkerboi ini, berdasarkan teori fungsi yang
ditawarkan oleh Merriam adalah sebagai berikut.
(i)

Untuk mengabsahkan upacara adat ritual kerja njahat ncayur ntua ;

(ii)

Sebagai sarana integrasi sosial terutama kerabat-kerabat dalam konteks daliken sitelu yang terdiri dari: dengan sibeltek (sinina), kula-kula, dan anak
berru, juga masyarakat luas dalam upacara ncayur ntua ini;

(iii)

Sebagai ekspresi emosi gembira, yang merupakan bahagian dari emosi
kegembiraan karena jenazah mati dalam status sangat terhormat yaitu ncayur
ntua, dan juga sekaligus sebagai ekspresi emosi sedih karena mereka yang
hidup terutama keluarga yang ditinggalkan akan berpisah dengan almarhum
(almarhumah);

(iv)

Sebagai sarana doa kepada Tuhan, agar yang meninggal diterima di sisi Tuhan dengan sebaik-baiknya.

(v)

Sebagai sarana hiburan, bagi semua yang terlibat di dalam upacara kematian
ini, baik pihak sukut, sulang silima, pargotci, dan masyarakat yang hadir
dalam aktivitas ini.

(vi)

Sebagai salah satu upaya masyarakat pendukungnya untuk memelihara
kebudayaan tradisional Pakpak dalam konteks perubahan zaman.

4.2 Pengertian Penggunaan dan Fungsi
Menurut Bronislaw Malinowski, yang dimaksud fungsi itu intinya adalah
bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu
rangkaian dari sejumlah keinginan naluri makhluk manusia yang berhubungan
dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur
91
Universitas Sumatera Utara

kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan keinginan
nalurinya terhadap keindahan. Ilmu pengetahuan juga timbul karena keinginan
nalu

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

6 54 153

MAKNA DAN FUNGSI TANGIS MILANGI PADA UPACARA MATE NCAYUR TUA ETNIS PAKPAK DI DESA LAE LANGGE NAMUSENG KECAMATAN SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

2 12 23

STRUKTUR TATAK MAMURO PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

0 10 23

TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKPAK.

2 6 17

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 12

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 1

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 1 26

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 1 23

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 3

Analisis Fungsi Dan Struktur Ritme Repertoar Gendang Mengkerboi Dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak Di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajann , Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 1