Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Pustaka
Cabai

merupakan

tanaman

perdu

dari

family

terung-terungan


(Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000
spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil lainnya.
Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar
merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun, secara ekonomis yang dapat atau
sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja (Setiadi, 2004).
Usahatani cabai merah yang berhasil memang menjanjikan keuntungan
yang menarik. Akan tetapi, untuk mengusahakan cabai merah juga diperlukan
keterampilan dan modal yang cukup memadai. Selain itu, tidak jarang pengusaha
cabai merah menemui kegagalan dan kerugian yang berarti. Untuk mengantisipasi
kemungkinan tersebut, diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan
dan teknik budidaya cabai merah yang benar sesuai dengan daya dukung
agroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara lain pemilihan bibit yang
baik, pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budi
daya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit
menjadi kunci penting keberhasilan usahatani cabai merah di Indonesia (Santika,
1999).
2.1.1 Cabai Merah
Morfologi cabai merah adalah tegak, ukuran daunnya lebih lebar
dibanding cabai pada umumnya. Daun cabai ini berwarna hijau tua bertabur putih
diatasnya sehingga memberikan kesan sebagai daun keriting yang dibedaki.


5
Universitas Sumatera Utara

6

Dibandingkan dengan cabai lainnya, cabai merah lebih tahan terhadap
serangan penyakit (Setiadi, 2004).
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Cabai Merah Segar (per 100 gr)
Kandungan
Kalori (kal)
31
Protein (g)
1
Lemak (g)
0.3
Karbohidrat (g)
7.3
Kalsium (mg)
29

Fosfor (mg)
24
Besi (mg)
0.5
Vit. A (SI)
470
Vit. B1 (mg)
0.05
Vit. C (mg)
18
Air (g)
90.9
Bagian yang dapat dimakan
85
Sumber: Departemen Kesehatan tahun 1989 dalam Setiadi, 2004
2.1.2 Pupuk Kimia
Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman
seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila
jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu
filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency

level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun
rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally
friendliness) yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman,
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi
filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.
Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk
kimia. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah
diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk kimia yang sering digunakan
petani sayuran antara lain seperti :

Universitas Sumatera Utara

7

a. ZA (Zwavelzure ammoniak)
-

ZA mengandung + 21 % zat lemas

-


Mudah hancur dalam air

-

Agak mudah hanyut

-

Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

-

Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan

-

Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

b. Ureum atau Urea

-

Mengandung zat lemas 45%-46%

-

Mudah hancur dalam air

-

Agak mudah hanyut

-

Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

-

Mudah menarik air dari dalam udara


-

Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah

-

Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran

c. Sendawa Chili (Chilisalpeter)
-

Mengandung zat lemas + 15%

-

Mudah hancur dalam air

-

Mudah hanyut akibat air hujan


-

Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

-

Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah
menjadi padat

d. DS (Dubbel Super- Posphat)
-

Mengandung 34%- 38% asam phosphor

Universitas Sumatera Utara

8

-


Agak mudah hanyut dalam air

-

Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan

-

Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran

e. Phosphat Cirebon
-

Mengandung asam phosphor 25%-28%

-

Tidak mudah hancur dalam air


-

Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di
dalam tanah (AAK, 1992)

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan
kimiawi berlebihan tidak sesuai anjuran, semakin tersebar dan meluas di seluruh
wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk mencegah kerusakan
tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air dan eutrofikasi) di
sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan saat diaplikasi
dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk yang semakin meningkat,
mengharuskan

petani

dan

pemangku

kepentingan


menerapkan

aplikasi

pemupukan yang lebih efisien dan efektif.
Pada saat ini Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku (POB)
atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesifik
lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan
masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya
rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang
lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil
sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman
khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,

Universitas Sumatera Utara

9

sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan
rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).
2.2

Landasan Teori

2.2.1 Fungsi Produksi
Menurut Kalangi (2011), produksi adalah proses penggabungan atau
pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau
jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan
kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau
fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk
matematis menjadi :
Q = f (L, K, T, W)
di mana : Q
= jumlah barang dan jasa (output)
L
= tenaga Kerja
K
= modal
T
= tanah
W
= wirausaha/ Skill
Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau
empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel
bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi :
Q = f (K)
di mana : Q
K

= jumlah barang dan jasa (output)
= modal

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi

atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel
independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).

Universitas Sumatera Utara

10

Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu
ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran
data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data
tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila
sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier.
Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan
fungsi produksi non - linier (Soekartawi,1990).
Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier
standar, indah, dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi
Cobb- Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari
hukum The Law of Diminishing Returns berlaku di dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q) dengan menggunakan dua
input (K dan L) adalah sebagai berikut :
Q = Kα Lẞ 01 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien
3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien (Soekartawi, 1990)
2.2.5 Fungsi Statistik
Fungsi linier harga pupuk kimia, harga cabai merah, dan pengalaman petani
terhadap dosis pupuk kimia dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e
Di mana :
Y
b0

= dosis pupuk kimia
= intercept

x1

= harga pupuk kimia

x2

= harga cabai merah

x3

= pengalaman petani

e

= standard error

Ln

= logaritma natural
Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen

dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan
menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung
dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara
statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (Xn)
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
dependen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

19

1. Uji Determinan (R2)
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap
variabel dependen.
2. Uji t-hitung
Hipotesis
Ho

: Tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel independen terhadap

variabel dependen
H1

: Ada pengaruh yang nyata antara variabel independen terhadap

variabel dependen
Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t
t-hitung =
t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan:
bi

= koefisien regresi ke-i

Sbi

= standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi

= parameter ke-I yang dihipotesiskan

n

= banyaknya pasangan data

p

= jumlah parameter regresi

Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
-

t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

-

t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)

Universitas Sumatera Utara

20

-

Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

-

Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktorfaktor pengaruh penggunaan pupuk kimia (Xi) berpengaruh nyata terhadap dosis
pupuk kimia (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk kimia (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk kimia (Y).
3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara variabel independen
terhadap variabel dependen
H1 : Ada pengaruh yang nyata secara serempak antara variabel independen
terhadap variabel dependen
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

21

Keterangan:
R2

= koefisien determinan

k

= jumlah variabel termasuk intersept

n

= jumlah pengamatan

kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
-

F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

-

F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)
-

Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

-

Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak
Apabila nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak maka secara serempak

variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan
sebaliknya bila H0 diterima maka secara serempak variabel independen tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
2.3

Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No

Pengarang Judul

1

Agri
Manda
Damanik

Analisis
Perbandingan
Kelayakan
Usaha Tani
Cabai Merah
dan
Cabai
Rawit

Identifikasi
Masalah
1.Bagaimana
hubungan
antara jumlah
pupuk dengan
produksi petani
?

Pembahasan

Kesimpulan

Koefisien
regresi pupuk
sebesar
0.352, artinya
terdapat
hubungan
yang

Terdapat
hubungan
yang
berbanding
tebalik
(negatif)
antara jumlah

Universitas Sumatera Utara

22

2

Darwanto

Analisis
Efisiensi
Usahatani
Padi Di Jawa
Tengah

1. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah ?
2. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah ?
3. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah ?

berbanding
tebalik
(negatif)
antara jumlah
pupuk
dengan
produksi
petani cabai
merah. Jika
jumlah pupuk
ditambah
sebesar 1 kg,
maka
produksi
cabai petani
cabai merah
menurun
sebesar
0.352 Kg per
tahun.
Usahatani
padi
di
daerah
penelitian
tidak efisien
secara teknis
sehingga
penggunaan
input harus
dikurangi,
apabila
dilihat dari
efisiensi
harga (EH)
dan efisiensi
ekonomi
(EE), maka
usahatani
padi
tidak
efisien
dengan nilai
efisiensi
harga sebesar
0,22
dan
efisiensi
ekonomi
sebesar 0,16.

pupuk
dengan
produksi
petani cabai
merah

Usahatani
padi
di
daerah
penelitian
dikatakan
bahwa
usahatani
padi
tidak
efisien.

Universitas Sumatera Utara

23

3

4

Nurul
Mubarok

FaktorFaktor Yang
Mempengaru
hi Produksi
Kerupuk
Ikan
Di
Sentra
Produksi
Kerupuk
Desa
Kenanga
Kecamatan
Sindang
Kabupaten
Indramayu
Provinsi
Jawa Barat

1. Bagaimana
pengaruh moda,
tenaga
kerja,
permintaan
produk,
dan
harga terhadap
produksi
kerupuk
ikan
Di
Sentra
Produksi
Kerupuk Desa
Kenanga
Kecamatan
Sindang
Kabupaten
Indramayu
Provinsi Jawa
Barat ?
Sri
Hery Analisis
1. Bagaimana
Susilowati Efisiensi
tingkat efisiensi
Usaha Tani teknis
usaha
Tebu
Di tani tebu di
Jawa Timur
Jawa Timur
2.
Apakah
faktor
luas
lahan, kunatitas
penggunaan
pupuk
kimia
dan
curahan
tenaga
kerja
mempengaruhi
usaha tani tebu
di Jawa Timur ?

dengan nilai
F-hitung
lebih besar
dari F-tabel
(186,75
>
28,7).

modal (X1),
tenaga kerja
(X2),
permintaan
produk (X3)
berpengaruh
nyata,
sedangkan
harga
(X4)
tidak
berpengaruh
nyata.

Nilai indeks
efisiensi
teknis
dikategorikan
belum
efisien. Hal
ini
diduga
karena sistem
usaha
tani
tebu
yang
dilakukan
adalah sistem
keprasan
(umumnya
lebih
dari
kepras
ketiga) dan
bibit
yang
digunakan
adalah bibit
lokal. Luas
lahan
memberikan
pengaruh
positif,
kuntitas
pupuk kimia
memberikan
pengaruh
positif, dan

Usaha
tani
Tebu di Jawa
Timur tidak
efisien secara
teknis. Secara
parsial, faktor
luas
lahan,
pupuk kimia,
dan curahan
tenaga kerja
memberikan
pengaruh
positif
terhadap
usaha
tani
Tebu di Jawa
Timur

Universitas Sumatera Utara

24

5

Zulfadli

Analisis
Penggunaan
Pupuk Oleh
Petani Pada
Tanaman
Sayuran

1. Bagaimana
pengaruh harga,
jumlah
dosis
pupuk,
dan
pengalaman
petani terhadap
penggunaan
jumlah
dosis
pupuk ?

curahan
tenaga kerja
juga
memberikan
pengaruh
positif.
Faktor harga
pupuk
terhadap
penggunaan
pupuk pada
wortel
diperoleh
Signifikansi
0,000 < 0,05
α maka, H0
ditolak, H1
diterima.
faktor harga
wortel
terhadap
penggunaan
pupuk pada
wortel
diperoleh
Signifikansi
0,275 > 0,05
α maka, H0
diterima, H1
ditolak.
pengalaman
petani
terhadap
penggunaan
pupuk pada
wortel
diperoleh
Signifikansi
0,173 > 0,05
α maka, H0
diterima, H1
ditolak.

Ada
pengaruh
nyata harga
pupuk
dan
harga wortel
terhadap
penggunaan
jumlah dosis
pupuk
.
Namun tidak
ada pengaruh
nyata
pengalaman
petani
terhadap
jumlah dosis
pupuk.

Universitas Sumatera Utara

25

2.4

Kerangka Pemikiran
Pupuk kimia merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah

produksi pada budidaya tanaman cabai merah. Di mana dengan pemupukan kimia
yang tepat dosis akan berdampak positif dalam peningkatan hasil panen cabai
merah.
Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk
kimia dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya,
ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk kimia
itu sendiri. Di mana input pupuk kimia terus ditambah belum tentu menghasilkan
peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau
bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan
penggunaan faktor produksi pupuk kimia menggunakan model linier yang
merupakan fungsi produksi dan dirumuskan sebagai berikut:
Y= bo + b1X1 + e
Dimana :
Y

= jumlah produksi cabai merah

X1

= pupuk kimia

b0

= intersept

b1

= parameter pupuk kimia

e

= standard error
Efisiensi faktor produksi pupuk kimia pada usahatani cabai merah ini

diukur dengan analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis
dan efisiensi harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti
tercapainya efisiensi ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

26

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani
cabai merah di dalam penggunaan pupuk kimia. Adapun faktor-faktor lain
tersebut, yakni harga cabai merah, harga pupuk kimia dan pengalaman petani.
Harga cabai merah diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk kimia. Diasumsikan apabila harga cabai merah meningkat,
maka dosis pupuk kimia yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini
didasari, petani berpendapat apabila pupuk kimia terus ditambah, maka akan
meningkatkan volume produksi cabai merah. Dugaan peningkatakan jumlah input
akan meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh
petani cabai merah. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah
pendapatan petani dikarenakan harga cabai merah sedang meningkat.
Harga pupuk kimia juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di
dalam menggunakan pupuk kimia. Di mana, diduga apabila harga pupuk kimia
meningkat, maka petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk kimia.
Harapannya setelah dosis pupuk kimia dikurangi dapat mengurangi biaya yang
dikeluarkan untuk memenuhi input pupuk kimia. Dan apabila harga pupuk kimia
kembali tetap, maka petani akan menambah dosis pupuk kimia seperti sebelum
harga pupuk kimia mengalami kenaikan.
Penggunaan dosis pupuk kimia oleh petani diduga dipengaruhi oleh
pengalaman petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam
cabai merah, maka petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis pupuk
kimia yang tepat untuk tanaman cabai merah. Pengalaman yang panjang tersebut
secara tidak langsung mengajarkan petani cabai merah di dalam penentuan dosis
pupuk kimia sehingga kebiasaan untuk menebak-nebak dosis pupuk kimia dapat

Universitas Sumatera Utara

27

diminimalisir. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut :
Usahatani Cabai Merah

Faktor produksi pupuk kimia

Fungsi Produksi Linier

Faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan
pupuk kimia :
1. Harga cabai merah
2. Harga pupuk kimia
3. (Pengalaman petani)

Analisis Efisiensi :
1. Efisiensi Teknis
(Analisis Frontier)
2. Efisiensi Harga
(Analisis Frontier)
3. Efisiensi Ekonomi

Jumlah penggunaan
pupuk optimal
menurut teori The Law
of Diminishing Returns
(LDR)

Penggunaan
pupuk Inefisien
(Tidak Efisien)
Pupuk perlu
dikurangi atau
ditambah

Penggunaan
pupuk Efisien

Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan hasil
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

28

2.5

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang

telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Penggunaan pupuk kimia pada usahatani cabai merah di Desa Urung
Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun efisien baik secara
teknis, harga, maupun ekonomi.
2. Penggunaan pupuk kimia pada usahatani cabai merah di Desa Urung
Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun sudah optimal
berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns.
3. Harga cabai merah, harga pupuk kimia, dan pengalaman petani merupakan
faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk kimia di Desa Urung Purba,
Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum. L) Dusun Pamah semilir Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

11 107 67

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Dusun Pamah Semilir Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

3 51 77

Tanggap Beberapa Varietas Cabai (Capsicum Annum L.) Terhadap Aplikasi Pupuk Dengan Metode Hidroponik

0 28 105

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

3 12 111

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

1 1 13

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

0 0 1

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

0 0 4

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

0 0 2

Analisis Efisiensi dan Optimasi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Kimia oleh Petani Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Kabupaten Simalungun

0 0 21