Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Akibat Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di PT. Bank Mandiri Cabang Medan

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan ekonomi yang begitu pesat serta pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan masyarakat menjadi
meningkat pula. Salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal
yang semakin sulit dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang terus meningkat 2
Rumah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Pada awalnya masyarakat melihat rumah hanya sebagai sarana bernaung atau
berlindung saja, akan tetapi lambat laun persepsi masyarakat tersebut semakin
terkikis dengan kebutuhan rumah sebagai lambang kesejahteraan hidup.
Jumlah populasi penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa, Indonesia adalah
negara dengan penduduk paling padat keempat di dunia. Menurut Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, berdasarkan hasil sensus penduduk
tahun 2010, angka rata-rata peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia
dalam sepuluh tahun terakhir adalah 32,5 juta jiwa atau tumbuh 1, 49% per tahun.
Kenaikan jumlah penduduk yang pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan
penduduk akan tempat tinggal. Di samping penyediaan sandang dan pangan pada
tingkat harga yang wajar, pembangunan perumahan rakyat merupakan hal penting


2

http://propertybusinessacademy.com/content/home/home_news/35 diunduh pada tanggal 26
Januari 2017.

Universitas Sumatera Utara

yang perlu untuk diperhatikan karena rumah merupakan kebutuhan pokok dalam
meningkatkan stabilitas sosial, dinamika, dan produktivitas kerja. 3
Salah satu sektor yang dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor
perumahan yang merupakan salah satu sarana kehidupan bagi masyarakat, di mana
pemerintah memberi bantuan untuk golongan ekonomi lemah antara lain dengan
jalan penyediaan dana perkreditan melalui bank-bank swasta maupun pemerintah
dengan suku bunga yang rendah. 4
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, (selanjutnya disebut UU Perumahan dan Kawasan
Permukiman) rumah adalah “bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta aset bagi pemiliknya”. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), yaitu Pasal 28-H telah

mengamanatkan bahwa perumahan dan permukiman adalah hak dasar manusia, di
mana setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
serta mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Prinsip hak dasar
tersebut telah diakomodasi oleh pemerintah melalui Undang-undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.

3

Sularsi Mustafa, dkk. KajianPenyaluran KreditPemilikanRumah (KPR) TerkaitPrinsip
Perlindungan Konsumen , Jakarta, 2016, hal. 21
4
Setu Santoso, Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pengikatan Jual Beli Hak
Atas Tanah Dan Bangunan Objek Jaminan Kredit Pemilikan Rumah di PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Kantor Cabang Ciputat – Tangerang, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang 2008, hal 8.

Universitas Sumatera Utara

KPR merupakan salah satu produk kredit konsumtif bank. Kredit Pemilikan

Rumah (selanjutnya disebut KPR) adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada
debitur untuk digunakan membeli atau membayar sebuah bangunan rumah tinggal
dengan tanahnya guna dimiliki atau dihuni. Kebutuhan masyarakat akan perumahan
terus bertambah setiap tahun, sementara di sisi lain, harga rumah sudah demikian
tinggi. Untuk rumah bertipe 36/90 rerata sudah mencapai harga Rp 500 juta-an.
Bagi masyarakat menengah ke bawah, jelas, harga tersebut sulit dijangkau. Oleh
sebab itu, peran pihak ketiga, dalam hal ini bank, untuk memberikan fasilitas dana
KPR sangatlah diperlukan. Kebutuhan fasilitas KPR yang tinggi membuka peluang
bisnis tersendiri bagi perbankan dan pastinya menggiurkan. Oleh karena itu, banyak
bank berlomba untuk memberikan fasilitas KPR kepada masyarakat. 5
Tingginya permintaan akan rumah dan perumahan menjadi peluang usaha
bagi perusahaan yang bergerak dibidang perumahan untuk membangun rumah
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Permasalahan dalam hal
ini untuk mendapatkan rumah tidaklah mudah karena butuh biaya yang relatif besar
dan untuk mengatasi masalah tersebut maka masyarakat dalam membeli rumah
dapat membayar secara tunai atau melalui angsuran. Bagi masyarakat yang tidak
dapat membayar tunai dapat memiliki rumah dengan cara kredit melalui bank atau
dalam masyarakat dikenal dengan KPR. KPR merupakan salah satu cara bagi setiap
orang untuk mendapatkan rumah selain pembelian dengan cara tunai ataupun
angsuran bertahap.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan salah satu kebutuhan pokok
untuk masyarakat, dan demand untuk KPR sendiri juga masih tinggi. Kredit
5

Sularsi Mustafa, Loc,.Cit

Universitas Sumatera Utara

Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah.
Agunan yang diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri.
Tetapi untuk hal KPR sekalipun, pihak bank tentunya sesuai dengan praktek
perbankan yang lazim, tetap akan mengadakan studi kelayakan terlebih dahulu
sebelum mencairkan kredit dimaksud.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah salah satu fasilitas kredit yang
diberikan oleh bank kepada nasabah khususnya dalam jual beli rumah. Pelayanan
kredit ini diberikan hampir semua bank yang mempunyai fasilitas KPR baik bankbank swasta ataupun bank pemerintah. Perkataan kredit tidak ditemukan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) tetapi
diatur oleh undang-undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan), Pasal 1 ayat (11) yaitu
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok) yang bersifat riil. Sebagai
perjanjian prinsipiil, maka perjanjian jaminan adalah assessornya. Ada dan
berakhirnya perjanjian jaminan tergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah
bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank
kepada nasabah debitur. 6
Guna memberikan perlindungan kepada pihak kreditur dan untuk menjamin
pelunasan hutang debitur, biasanya bank meminta debitur untuk menyerahkan
6

Hermasyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal.67.

Universitas Sumatera Utara

jaminan berupa tanah/bangunan. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting,
karena kredit yang tidak memiliki jaminan yang cukup mengandung risiko yang
cukup tinggi, bila debitur wanprestasi
Bisnis KPR adalah bisnis yang mengandalkan jumlah nasabah (customer

based) sehingga makin banyak nasabah yang dilayani akan menekan biaya (cost)
bank yang bersangkutan. Meskipun KPR begitu menjanjikan, bank tidak akan
sembarangan dalam menyalurkan kreditnya. Bank dengan prinsip kehatianhatiannya menganalisis para calon pembeli rumah dengan cara KPR agar di
kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. 7
Lazimnya perjanjian kredit telah disiapkan bank baik berupa perjanjian
standar yang isinya telah dituangkan dalam konsep janji-janji tertulis yang disusun,
kemudian diformulasikan dalam bentuk formulir perjanjian dan sejumlah aturan
addendum atau aturan tambahan, sehingga yang terjadi adalah kreditur
menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud perihal perjanjian KPR dengan
klausul yang telah ditetapkan, terkecuali mengenai judul perjanjian KPR,
komparasi atau identitas, dasar hukum dan kedudukan para pihak yang akan
mengadakan perjanjian kredit bank. Tidak sedikit nasabah yang belum atau tidak
mengetahui hukum perjanjian dan hukum perkreditan, sehingga pada waktu
menghadapi kontrak yang demikian dan setelah dibacakan isinya dan apabila sesuai
langsung menyetujui dan menandatanganinya. Kata sepakat sebagai salah satu
syarat sahnya perjanjian,dalam Pasal 1320 KUHPerdata dipandang telah terpenuhi
oleh kedua belah pihak dalam perjannjian.
7

Slamet Ristanto, Mudah Meraih Dana KPR (Kredit Pemilikan Rumah), Pustaka Gratama,

Yogyakarta, 2008, hal. 21.

Universitas Sumatera Utara

Merebaknya kasus perumahan pada dasarnya diawali dengan ketidaksesuaian antara apa
yang tercantum dalam brosur dengan realita yang diterima konsumen saat menempati rumah
tersebut. Seperti kualitas spesifikasi teknis rumah yang rendah, perbedaan luas tanah,
keterlambatan penyerahan bangunan, masalah fasilitas sosial dan umum. Pemasaran yang
dilakukan developer sangat tendensius, sehingga tidak jarang informasi yang disampaikan itu
ternyata menyesatkan atau tidak benar, padahal konsumen sudah terlanjur menandatangani
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (selanjutnya disebut PPJB) dengan pengembang, atau bahkan
sudah akad kredit dengan bank pemberi KPR. 8
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, tentang pelaksanaan perjanjian kredit perbankan,
maka penulis mengangkat judul yaitu Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Akibat
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di PT. Bank Mandiri Cabang Medan.

I. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Baku Kredit Pemilikan

Rumah pada PT. Bank Mandiri Cabang Medan ?
2. Apa faktor penyebab debitur tidak melaksanakan kewajibannya dan tindakan
PT. Bank Mandiri Cabang Medan terhadap debitur akibat wanprestasi dalam
perjanjian kredit pemilikan rumah?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri
Cabang Medan akibat debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan
rumah?

J. Tujuan Penulisan
8

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen & Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009, hal 86.

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui alasan PT. Bank Mandiri Cabang Medan menolak pemberian
kredit pemilikan rumah kepada calon debiturnya?

2. Untuk mengetahui faktor penyebab debitur tidak melaksanakan kewajibannya
dan tindakan PT. Bank Mandiri Cabang Medan terhadap debitur akibat
wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah.
3. Untuk perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri Cabang
Medan akibat debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah.

K. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar
bagi kalangan teoritis dan kalangan praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan perlindungan
hukum terhadap nasabah akibat wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan
rumah.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perlindungan
hukum terhadap nasabah akibat wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan
rumah

Universitas Sumatera Utara


L. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa Perlindungan Hukum Terhadap
Nasabah Akibat Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di PT.
Bank Mandiri Cabang Medan, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.
Namun ada beberapa skripsi yang membahas mengenai Kredit Pemilikan Rumah
(KPR), antara lain :
Annisa Lokita Lubis (2009) dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis
Terhadap Perlindungan Kreditur Dalam Penyelesaian Sengketa Atas Kredit Macet
Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (Studi pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan). Adapun permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan bank untuk mengatasi kredit macet
yang akan timbul pada kredit pemilikan rumah?
2. Bagaimana bank melakukan analisis terhadap permohonan kredit pemilikan
rumah yang diajukan?
3. Bagaimana perlindungan terhadap kreditur atas sengketa kredit macet yang
terjadi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah atau KPR?
Vilany Lafiza (2013), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum

Konsumen Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Apabila Terjadi Force
Majeure (Studi pada PT. Daya Prima Indonesia). Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Apa sajakah hak-hak konsumen perumahan yang tidak terpenuhi akibat dari
adanya Force majeure?
2. Bagaimana upaya penyelesaian masalah hak konsumen perumahan yang tidak
terpenuhi akibat Force majeure (Studi pada PT. Daya Prima Indonesia)?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan hak
konsumen perumahan yang tidak terpenuhi akibat Force majeure (Studi pada
PT. Daya Prima Indonesia)?
M. Syahfitra (2016), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Wanprestasi
Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Dan Penyelesaiannya pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan. Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang
Medan?
3. Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan?

M. Metode Penelitian
Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka
dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam penelitian
sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu cara yang

Universitas Sumatera Utara

dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara ilmiah
dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisa
terhadap beberapa fakta tersebut.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, karena
mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kenyataan
yang ada dalam masyarakat. Penelitian hukum empiris adalah mengenai
permberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 9
2. Sifat penelitian
Penelitian

yang dilakukan bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang

bersifatdeskriptif analitismerupakansuatupenelitianyangmenggambarkan, menelaah,
menjelaskandan

menganalisis

peraturan

hukum. 10Dengan

menggunakansifatdeskriptifini,makaperaturanhukumdalampenelitianini
dapatdengan tepatdigambarkan dan dianalisissesuaidengan tujuan penelitian ini.
Pendekatanmasalahmengacupada

peraturanperundang-undanganyangberlaku

(StatuteApproach) 11terhadapPerlindungan Hukum Terhadap Nasabah Akibat
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di PT. Bank Mandiri
Cabang Medan.
3. Sumber data

9

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal,

134
10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
TinjauanSingkat,RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009,hal10
11
PeterMahmudMarzuki,PenelitianHukum,KencanaPrenadaMedia, J a k a r t a , 2010, hal 96.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber data yang erat kaitannya
dengan judul penelitian ini yaitu:
a. Data primer adalah berupa data empiris yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan (field research). sumber pertama penelitian ini dilakukan yaitu di PT.
Bank Mandiri Cabang Medan
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan berupa
buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan terdiri dari :
1) Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:
a) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Undang-Undang

No.

1

Tahun

2011

tentang

Perumahan

dan

Permukiman
c) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas
perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
d) Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Haka Asasi Manusia.
e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria.
f) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
g) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2) Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini bersumber dari penelitian
kepustakaan (library reseach) data ini diperoleh melalui membaca atau
meneliti beberapa buku atau literatur hukum, jurnal, makalah, artikel serta
menelaah pendapat dari para pakar hukum yang ada hubungannya dan ada
relevansinya dengan permasalahan yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara

3) Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus
hukum, kamus bahasa Indonesia dan ensiklopedia.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara
antara lain:
a. Mendapatkan data primer diperlukan tehnik wawancara yaitu tanya jawab
secara lisan antara penulis dengan pihak-pihak yang terkait di PT. Bank Mandiri
Cabang Medan guna memperoleh keterangan yang dibutuhkan untuk penulisan
skripsi ini. Sistem wawancara yang digunakan adalah wawancara berencana,
yaitu wawancara yang disertai dengan daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya.
b. Mendapatkan data sekunder dipergunakan tehnik studi dokumen yaitu dengan
menelaah bahan-bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan relevan dengan permasalahan yang timbul
5. Analisis data
Analisadataadalahpengolahandatayang

diperolehbaikdaripenelitian

pustakamaupunpenelitianlapangan.Dataprimeryang
terlebihdahuluditelitikelengkapannyadankejelasannya

didapat

darilapangan

untukdiklarifikasiserta

dilakukan

penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukananalisis.
datayang

Dataprimerinipunterlebihdahuludiedituntukmenyeleksi
relevandenganperumusanpermasalahanyang

adadalam

penelitianini.Datasekunderyang

didapatdarikepustakaandipilihsertadihimpun

secara

dapatdijadikanacuandalammelakukananalisis.Dari

hasildata

maupunlapanganinidilakukanpembahasan

deskriptif

secara

paling

sistematissehingga
penelitianbaikpustaka
analisis.

Deskriptif

Universitas Sumatera Utara

adalahpemaparanhasilpenelitiandengan

tujuanagardiperolehsuatugambaranyang

namuntetapsistematik

menyeluruh

terutamamengenaifaktayang

berhubungandenganpermasalahanyangdiajukan dalamskripsiini.
Analisa data baik terhadap data primer maupun data sekunder dilakukan analisa secara
kualitatif dan untuk penyajiannya dilakukan dengan cara deskriptif analisis yaitu dengan jalan
menyusun secara sistematis serta dapat menggambarkan atau melukiskan sesuai dengan
kejadiannya sehingga permasalahan yang timbul dalam skripsi ini dapat terjawab.

N. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam 5 (lima) bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun bab-bab yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan mengenai latar belakang asalan pemilihan judul, permasalahan,
tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian
serta sistematika penulisan

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM
Bab ini menguraikan tentang pengertian perlindungan hukum, bentuk
perlindungan hukum dan tujuan perlindungan hukum dan macammacam perlindungan hukum serta pengaturan perlindungan hukum
dibidang perumahan

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
Bab ini berisikan mengenai Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit,
yang terdiri dari pengertian kredit dan perjanjian kredit, kredit sebagai
usaha perbankan, perjanjian kredit sebagai perjanjian baku, asas-asas

Universitas Sumatera Utara

atau prinsip-prinsip pemberian kredit, bentuk dan isi perjanjian kredit
bank, hapusnya perjanjian kredit, jaminan dalam perjanjian kredit,
Wanprestasi dan Ganti Kerugian Dalam Perjanjian dan Tinjauan Umum
Tentang Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang terdiri dari pengertian
dan jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR), ketentuan dan persyaratan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) serta penyelenggaraan administrasi
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH AKIBAT
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH DI PT. BANK MANDIRI CABANG MEDAN
Bab ini membaha Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Baku Kredit
Pemilikan Rumah pada PT. Bank Mandiri Cabang Medan. Faktor
penyebab debitur tidak melaksanakan kewajibannya dan tindakan PT.
Bank Mandiri Cabang Medan terhadap debitur akibat wanprestasi
dalam perjanjian kredit pemilikan rumah dan perlindungan hukum yang
diberikan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Medan akibat debitur
wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini, dan merupakan penutup
dari rangkaian bab-bab sebelumnya dimana dalam bab ini penulis
membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang kemudian
dilanjutkan dengan memberi saran-saran atas masalah-masalah yang

Universitas Sumatera Utara

tidak terpecahkan yang diharapkan akan berguna dalam kehidupan
masyarakat dan praktek perkembangan ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM

F. Pengertian Perlindungan Hukum
Sebagai

makhluk

sosial

melakukanperbuatanhukum

maka

sadar

(rechtshandeling)

atau

tidak

sadar

manusia

(rechtsbetrekkingen). 12

danhubunganhukum

Perlindunganhukummerupakansalahsatuhalterpenting

dalamunsursuatu

negarahukum.Haltersebutdianggappenting,karena
negaraakandibentukpulahukumyang

selalu

dalampembentukansuatu
mengaturtiap-tiapwarga

negaranya.

Dalamperkembangannya,antara suatuNegaradenganwarga negaranya akan terjalinsuatuhubungan
timbalbalik,yang

mengakibatkanadanyasuatuhakdan

satusamalain,danperlindunganhukummerupakansalahsatu

kewajibanantara

hakyangwajib

diberikanoleh

suatu

negarakepadawarganegaranya.
Sehingga dapatdikatakan,jika suatunegara mengabaikandanmelanggarhak asasimanusia
dengansengaja danmenimbulaknsuatupenderitaanyang tidak mampudiatasisecaraadil,maka negara
tersebuttidakdapatdikatakansebagai suatu Negarahukum dalam artisesungguhnya. 13
Keberadaanhukumdalammasyarakatmerupakan

suatusaranauntuk

ketentramandanketertibanmasyarakat,sehinggadalamhubungan
satudenganyanglainnya

dapatdijaga

antaranggota

kepentingannya.Hukum

perlindungankepentingan

tidak

manusia

menciptakan
masyarakatyang
lain

adalah

yangberbentuk

normaataukaedah.Hukumsebagaikumpulanperaturanatau

kaedahmengandung

isiyangbersifatumumdannormatif,umumkarenaberlaku
bagisetiaporang,dannormatifkarenamenentukanapayangbolehdantidak
12

R.Soeroso,PengantarIlmuHukum,SinarGrafika,Jakarta, 2006, hal 49.
Zulham,HukumPerlindunganKonsumen,KencanaPrenadaMediaGroup,Jakarta, 2013, hal

13

133.

Universitas Sumatera Utara