Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Dan Nilai Pasar Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dewasa ini dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya, antara lain
ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat dan
pertumbuhan inovasi yang sangat luar biasa yang menyebabkan perusahaan juga
mengubah cara mereka mengelolah bisnisnya.

Pada awalnya perusahaan-

perusahaan mengelolah bisnisnya yang didasarkan pada tenaga kerja (Labor
based business), tetapi agar mampu bertahan dalam era globalisasi ini, maka
perusahaan harus mengubah cara berbisnis mereka menuju perusahaan yang
berbasis pengetahuan (knowledge based business).

Labor based business

memegang prinsip perusahaan padat karya, dalam artian semakin banyak
karyawan yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan produktivitas
perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang.


Perusahaan yang

menerapkan knowledgebased business akan menciptakan suatu cara untuk
mengelola

pengetahuan

sebagai

sarana

untuk

memperoleh

penghasilan

perusahaan.
Sumber terpenting perusahaan yang berbasis perngetahuan bukanlah aset

berwujud tetapi yang terpenting adalah aset tidak berwujud, dalam hal ini adalah
modal intelektual.

Seiring dengan perubahan ekonomi yang berbasis ilmu

pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan, maka kemakmuran

Universitas Sumatera Utara

suatu perusahaan akan sangat bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan
kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.
Perkembangan ekonomi baru dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan,
hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau
intellectual capital (IC) (Stewart, 1997). IC pertama kali dikembangkan oleh
John Kenneth Galbraith pada tahun 1969 dan kemudian dikembangkan lebih jauh
oleh Peter F.Drucker pada tahun 1993 (Bontis, 2001).

Area yang menjadi

perhatian sejumlah akademis dan praktisi adalah manfaat dari IC sebagai alat

untuk menentukan nilai perusahaan (Guthrei 2001)).

Penelitian IC menjadi

sebuah tantangan yang patut dikembangkan.
Menurut Abidin (2000), modal intelektual masih belum dikenal secara luas
di Indonesia.

Sampai dengan saat ini, perusahaan di Indonesia belum

memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan
customer capital.

Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal

intelektual perusahaan.

Abidin (2000) menyatakan bahwa perusahaan di

Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang

diperoleh melalui inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual.
Keterbatasan laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan,
mengakibatkan laporan keuangan seringkali dianggap kurang memadai sebagai
pelaporan kinerja keuangan.

Seharusnya ada informasi lain yang perlu

disampaikan kepada para pengguna laporan keuangan sehingga dapat menjelaskan
nilai lebih yang dimiliki perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Modal intelektual mulai menarik perhatian untuk diteliti ketika adanya
peningkatan selisih antara nilai pasar dengan nilai buku.

Selisih nilai pasar

dengan nilai buku tersebut merupakan suatu hidden value perusahaan. Nilai pasar
terjadi karena masuknya modal intelektual yang dimiliki perusahaan.


Modal

intelektual merupakan faktor penting yang dapat menciptakan suatu value added
perusahaan (Abidin, 2000).
Perbankan merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana, perbankan memerlukan suatu kepercayaan dari masyarakat
adanya kepercayaan masyarakat sebagai falsafah yang mendasari usaha bank
menyebabkan modal intelektual menjadi sangat kental pada bisnis perbankan.
Pengembangan modal intlektual bagi organisasi pada hakekatnya adalah investasi
yang bertujuan untuk memperbaiki kapasitas produktif manusia. Manusia dengan
kemampuannya bila dikerahkan seluruhnya akan menghasilkan kinerja yang luar
biasa. Perusahaan perbankan yang memiliki pengelolaan modal intelektual yang
baik akan memiliki kekuatan kompetitif sehingga peusahaan perbankan menjadi
lebih tangguh dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang.
Pengakuan terhadap modal intelektual yang merupakan penggerak nilai
perusahaan dan keunggulan kompetitif makin meningkat, meskipun demikian
pengukuran yang tepat atas modal intelektual masih terus dicari dan
dikembangkan (Chen et al. 2005). Sulitnya mengukur Intellectual Capital secara
langsung tersebut, kemudian Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak

langsung terhadap IC dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai

Universitas Sumatera Utara

tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added
Intellectual Coefficient – VAICTM).

Konsep nilai tambah adalah indikator

obyektif secara keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan nilai dengan memasukan investasi sumber daya
termasuk gaji dan bunga untuk aset keuangan, deviden, pajak serta biaya research
and development.
Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic (1998) tersebut
dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value
added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital ),
dan structural capital (STVA – structural capital value added). VAICTM juga
dikenal sebagai Value Creation Efficiency Analysis, dimana merupakan suatu
indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan
dari perusahaan yang didapat digunakan menggabungkan CEE (Capital Employed

Efficiency), HCE (Human Capital Efficiency), dan SCE (Structure Capital
Efficiency) (Pulic, 1998).

Lebih lanjut Pulic ((1998) menyatakan bahwa

Intellectual Ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM) menunjukan
bagaimana kedua sumber daya tersebut (Physical Capital dan Intellectual
Potential) telah secara efisien dimanfaatkan oleh perusahaan.

Berikut ini

disajikan data dua bank yang memiliki Capital Efficiency (CE), Human Capital
(HC), dan Structure Capital (SC) tertinggi dan terendah.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Capital Efficiency (CE), Human Capital (HC), dan Structure Capital (SC)
pada Empat Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-2011 (dalam jutaan rupiah)

No
Nama Bank
Tahun
CE
HC
SC
1 Bank Central Asia
2009 34.604.290 4.048.502 11.013.837
2010 41.709.321 4.204.951 10.313.419
2011 52.172.152 4.820.533 17.330.413
2 Bank Rakyat Indonesia
2009 33.787.719 6.587.462 14.866.851
2010 40.245.704 6.811.989 11.558.451
2011 50.955.066 7.695.139 17.445.686
3 Bank Capital
2009
524.113
20.089
34.270
2010

550.740
32.000
30.911
2011
605.029
42.807
45.474
4 Bank Himpunan Saudara
2009
290.639
52.004
219.733
2010
458.923
64.642
86.879
2011
574.083
86.421
126.468

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (data diolah)

Capital efficiency adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh
satu unit dari physical capital. Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa CE tertinggi
adalah Bank Central Asia pada tahun 2011. Sedangkan yang terendah adalah
Bank Himpunan Saudara pada tahun 2009.
Human capital menunjukan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam human capital terhadap value added perusahaan.

HC

tertinggi ada pada Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2011 dan yang terendah
diduduki oleh Bank Capital pada tahun 2009.
Structure capital digunakan untuk mengukur jumlah structure capital yang
dibutuhkan untuk menghasilkan Rp1 dari value added perusahaan. Sedangkan
untuk SC tertinggi diduduki oleh Bank Rakyat Indonesia yaitu pada tahun 2011
sedangkan yang terendah ada pada Bank Capital yaitu pada tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara


VAICTM dirasakan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontenporer dari
“sistem pengukuran” yang menunjukan nilai sebenarnya dan kinerja suatu
perusahaan.

Penciptaan value added pada perusahaan yang memungkinkan

benchmarking dan memprediksi kemampuan perusahaan dimasa depan. Hal ini
berguna bagi semua stakeholder yang berada di dalam value creation process
(pemberi kerja, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra
bisnis) dan dapat diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis (Pulic, 2000).
Untuk mengukur kinerja keuangan dan pertumbuhan perusahaan dibutuhkan
beberapa data yang semuanya ada dalam laporan keuangan, yaitu laba bersih dan
total aktiva. Berikut ini disajikan data laba bersih dan total aktiva tertinggi dan
terendah pada perusahaan perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.2
Laba Bersih Tertinggi dan Terendah pada Empat Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011
(dalam jutaan rupiah)
No

Nama Bank

1
2
3
4

Bank Rakyat Indonesia
Bank Mandiri
Bank Victoria
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga

2009
6.530.337
6.724.401
13.839
8.933

Tahun
2010
2011
9.033.594 14.137.036
8.851.051 11.718.334
148.379
229.621
20.018
35.064

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (data diolah)
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba bersih masing-masing bank mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Laba bersih tertinggi
ada pada Bank Rakyat Indonesia yaitu pada tahun 2011. Sedangkan untuk pertumbuhan
tertinggi ada pada tahun 2010 yaitu sebesar 38%.

Universitas Sumatera Utara

Bank Rakyat Indonesia Agroniaga memiliki laba terendah pada tahun 2009, tetapi
terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Pertumbuhan laba tertinggi
pada Bank Rakyat Indonesia Agroniaga terjadi pada tahun 2010.

Tabel 1.3
Total Aktiva Tertinggi dan Terendah pada Empat Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011
(dalam jutaan rupiah)
No
1
2
3
4

Tahun
2009
2010
2011
373.508.708 408.771.732 491.224.513
314.748.430 395.394.110 456.381.943
2.402.873
2.660.621
2.964.819
2.400.504
3.264.126
5.088.625

Nama Bank
Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
Bank Bumi Artha
Bank Himpunan Saudara

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (data diolah)

Pada Tabel 1.3 menunjukan bank yang memiliki aktiva tertinggi dan
terendah. Bank yang memiliki aktiva tertingga adalah Bank Mandiri sedangkan
yang terendah adalah Bank Bumi Artha.
Penelitian tentang modal intelektual sudah banyak dilakukan. Chen et al.
(2005) meneliti hubungan antara modal intelektual dengan nilai pasar dan kinerja
keuangan. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa modal intelektual
berpengaruh positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan. Tan et al.(2007)
meneliti hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan.

Hasil

penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa modal intelektual berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan masa depan.

Ulum (2008) meneliti hubungan antara

modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI selama tahun 2004-2006.

Hasil penelitian didapat bahwa terdapat

pengaruh modal intelektual (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Solikhah (2010) melakukan penelitian tentang implikasi intellectual capital
terhadap financial performance, growth, market value. Hasil terdapat pengaruh
positif intellectual capital terhadap growth dan financial performance.
Berbeda dengan hasil penelitian Chen et al (2005), Tan et al (2007), Ulum
(2008) dan Solikhah 2010), penelitian yang dilakukan Kuryanto dan Syfruddin
(2008) mengenai hubungan antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2003-2004 menunjukan hasil yang
kontradiktif yaitu tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual dengan
kinerja keuangan. Berdasarkan fenomena gap dan research gap yang terjadi,
maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang modal
intelektual. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang pernah dilakukan Solikhah
(2010) dengan beberapa penyesuaian. Penelitian Solikhah (2010) dipilih karena
memiliki variabel yang lebih lengkap dengan memasukan variabel kinerja
keuangan, pertumbuhan perusahaan dan nilai pasar perusahaan sebagai variabel
penelitiannya.
Namun demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian Solikhah (2010)
yaitu dalam hal sektor industri yang dipilih. Dalam penelitian Solikhah (2010)
menggunakan sektor industri manufaktur, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan sampel pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2009-2011.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah modal intelektual berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Modal Intelektual terhadap
Kinerja Keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Modal Intelektual terhadap
Pertumbuhan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai
Pasar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengelola
sumber daya intelektual perusahaan agar sumber daya tersebut dapat digunakan
secara efektif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dan calon investor dalam mengukur
kinerja IC yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai competitive
advantage (keunggulan bersaing). perusahaan sehubungan dengan keputusan
investasi.
3. Sebagai peneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya
modal intelektual.
4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya tentang modal intelektual dan
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan penelitian
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara