Sanksi Tindakan Sebagai Sarana Alternatif Penanggulangan Kejahatan Psikotropika Bagi Pecandu Dan Pelaku Anak Dalam Perspektif Hukum Pidana

SANKSI TINDAKAN SEBAGAI SARANA ALTERNATIVE
PENANGGULANGAN KEJAHATEN PSIKOTROPIKA BAGI PECANDU
DAN PELAKU ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
Anggoro Wicaksono *)
Alvi Syahrin **)
Budiman Ginting **)
Marlina **)
ABSTRAK
Satu permasalahan timul akibat dari penggunaan narkotika dan psikotropika
oleh pecandu anak. Anak dilindungi melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak dimana dapat diterapkan sanksi tindakan kepada anak
melalui undang-undang tersebut. Muncul pertanyaan bagaimana bila pecandu anaklah
yan gmengedarkan narkotika dan psikotropika, apakah penghukuman melalui sanksi
tindakan cukup dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dikarenakan anak
dilindugi oleh undang-undang sementara pecandu harus dihukum berat oleh undangundang.
Tindak pidana yang dilakukan seorang anak harus dilihat dan dipahami
sebagai suatu gejala sosial, artinya seseorang tidak boleh memberikan suatu stigma
atau tanda yang jelek bahwa anak tersebut jahat karena melakukan tindak pidana,
melainkan kita harus memahami dan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada
mereka. Pendekatan yuridis kepada ank yang melakukan tindak pidana hendaknya
lebih mendekatkan pada pendekatan persuasif, edukatif, psikologis, yang berarti

sejauh mungkin menghindari proses hukum yang semata-mata bersifat menghukum,
menjatuhkan mental (degradasi mental) dan menghadpi stigatisasi yang dapat
menghambat perkembangan dan kematangan yang wajar dari anak.
Sanksi tindakan sangatlah efektif untuk diterapkan kepada anak yang
melakukan tindak pidana dan yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang
bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun meurut peraturan
hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Sub a dan b Undang-Undang No. 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak dan begitu pula dengan Pasal 24 mengenai sanksi
tindakan yang mengutamakan kesejahteraan anak, untuk mengikuti pendidikan,
pembinaan yang melihat masa depan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus
bangsa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Sebaiknya Pemerintah melakukan
revisi terhadap Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, ketika
berhadapan dengan seorang pecandu, hakim harus diwajibkan untuk hanya
menjatuhkan sanksi tindakan bukan saja sanksi pidana. Setelah merevisi Undang*
) Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
**
) Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


Universitas Sumatera Utara

Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, seharusnya Pemerintah melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sarana dan prasrana masyarakat. Sebaiknya, hakim
dalam mnejatuhkan hukuman kepada pecandu anak lebih memilih untuk
menggunakan dan menerapkan sanksi tindakan daripada sanksi pidana.
Kata Kunci : - Sarana alternatif penanggulangan kejahatan psikotropika;
- Pecandu dan pelaku anak dalam perspektif hukum pidana.

Universitas Sumatera Utara

ACTION ALTERNATIVE SANCTION AS A TOOL FOR FIGHTING CRIME
PSYCHOTROPIC ADDICTS AND OFFENDERS/PERPETRATOR IN
CRIMINAL LAW’S PERSPECTIVE
Anggoro Wicaksono *)
Alvi Syahrin **)
Budiman Ginting **)
Marlina **)
ABSTRACT
One problem arising from the use of narcotics and psychotropic substances

by children addict. Children are protected by Law No. 3 of 1997 on the Juvenile
Court in which action alternative sanction can be applied to children through the
law. The question arises what if the addict child which distribute narcotics and
psychotropic substances, whether punitive action is done through sanctions. These
questions arise because the child is protected by law while the addict must be
severely punished by law.
Criminal offenses committed by a child should be seen and understood as a
social phenomenon, meaning that one should not give a bad stigma or sign that the
child is evil for committing a crime, but we must understand and give attention and
affection to them. Judicial approach to the child who committed the crime should be
closer to the approach persuasive, educational, psychological, which means as far as
possible to avoid legal proceedings solely punitive, dropping mental (mental
degradation) and face stigmatization that can inhibit the growth and maturity of a
reasonable of children.
Sanction are a very effective action to be applied to children who do not
perform criminal and that which had been outlawed for childre, both according to the
laws and other legal regulations according to which live and act in the community.
As set forth in Article 1 (2) action that promotes the welfare of children, to
participate in education, coaching is seeing the future of Indonesian children as the
future generation.

The results showed that : The government should revise the Law No. 5 of
1997, when dealing with an addict, a judge should be required to impose sanctions
only course of action is not criminal sanction. After the revision of Law No. 5 of
1997, the Government should make improvements to community facitlities and
infrastructure. Instead, the judge sentenced him to addict children prefer to use
sanctions, rather than criminal sanctions.
Key Words : - Alternative means of crime prevention psychotropic;
- Addicts and child actors in the criminal law perspective.
*
) Student of Master of Law at Faculty of Law in University of North Sumatra.
**
) Lecturers of Master of Law at Faculty of Law in University of North Sumatra.

Universitas Sumatera Utara