Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Pornografi Anak Melalui Media Internet (Studi Putusan No: 2191 PID.B 2014 PN.SBY) Chapter III IV

101

BAB III
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU
PORNOGRAFI ANAK MELALUI MEDIA INTERNET DALAM
PUTUSAN NO.2191/PID.B/2014/PN/SBY

A. Tindak Pidana Pornografi Anak Melalui Media Internet
Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita
luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai
sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapatkan perlindungan agar
memperoleh seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik
secara rohani, jasmani maupun sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dari
kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang
menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Jika
mereka telah matang pertumbuhan fisik ataupun mental dan sosialnya, maka tiba
saatnya menggantikan generasi terlebih dahulu. Arif gosita berpendapat bahwa
perlindungan anak adalah suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan
hak dan kewajibannya. 127
Perlindungan terhadap anak, merupakan hak asasi yang harus diperoleh.
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menentukan bahwa setiap warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pernyataan
dari pasal tersebut, menunjukan tidak ada perbedaan kedudukan didalam hukum
127

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Bagi Anak dan Perempuan, PT. Refika
Aditama, bandung, 2014, hlm. 97

101

102

dan pemerintahan bagi semua warga negara, baik wanita, pria dewasa dan anakanak dalam mendapat perlindungan hukum. Masalah perlindungan hukum
terhadap anak, bukan saja masalah hak asasi manusia, tetapi lebih luas adalah
masalah penegakan hukum, khususnya penegakan hukum terhadap anak sebagai
korban tindak kejahatan. Pada pasal 13 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 yang
telah di ubah dengan Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang perlindungan
Anak menentukan bahwa : (1) setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua,
wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak
mendapatkan perlindungan dari perlakuan :

a. Diskriminasi
b. Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual
c. Penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
e. Ketidakadilan dan
f. Perlakuan salah lainnya. 128
Kejahatan pornografi terhadap anak-anak yang dilakukan melalui internet
juga merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual pada anak. Sebagai contoh
kasus kejahatan seksual online yang dialami oleh anak-anak melalui media online
dan media sosial. Diberitakan dalam harian online tempo.co (edisi 16 april 2014)
seorang manager ditangkap karena menyebar sepuluh ribu pornografi anak.
Direktorat Tindak Pidana Khusus Ekonomi badan reserse kriminal Mabes polri
mengungkap kasus pornografi anak di Facebook dan kaskus. Kasus yang terjadi di

128

Ibid, hlm 97

103


surabaya, jawa timur itu menimpa anak dibawah umur. Pelaku dijerat dengan
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2008 tentang porografi dan pasal 27
ayat 1 Jo Pasal 52 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Adapun
para korban terdiri atas 4 siswi pelajar sekolah dasar serta satu siswi dan satu
siswa pelajar sekolah menengah. Untuk menjadi korban, pelaku memakai nama
akun dokter palsu. Kasus yang disebutkan hanya sebagian kecil dari kasus-kasus
lain yang masih belum terungkap, dan kasus tersebut telah memberikan gambaran
betapa anak-anak mengalami kejahtan pornografi yang juga termaksud pelecehan
seksual secara online. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan
saat ini indonesia dalam keadaan darurat pornografi dan kejahatan online pada
anak. Menurut KPAI, sejak 2011 sampai 2014, jumlah anak korban pornografi
dan kejahatan online telah mencapai 1.022 anak. Dari jumlah tersebut diuraikan
bahwa yang menjadi korban pornografi secara offline sebanyak 28% yang
dimaksud pornografi secara offline ialah materi seperti foto atau gambar. Adapun
kasus pornografi anak secara online mencapai 21%, prostitusi anak online 20%,
objek CD porno sebanyak 15%, dan anak korban kekerasan seksual online sebesar
11% sementara itu sebanyak 24% anak memiliki materi pornografi. 129
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan berbagai
dampak baik dampak positif maupun dampak negatif, karena disatu sisi
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban

manusia, namun disisi lain menjadi sarana efektif perbuatan melanggar hukum.

129

Atem Kornadi, Ancaman Cyber PhornographyTerhadap Anak-Anak, Departemen
sosiologi Pasca Sarjana Fisip , Universitas Padjajaran , Bandung ,2016 hlm. 5
http//ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK/article/download/1529/1196, (diakses pada 15 April
2016, Pukul 19:30)

104

Teknologi Informasi dan Komunikasi juga telah mengubah pola perilaku dan pola
hidup masyarakat global, dan menyebabkan dunia tanpa batas (borderless), serta
menimbulkan perubahan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan teknologi
informsi telah melahirkan beragam jasa di bidang teknologi informasi tersebut,
yang memberi kemudahan dalam berinteraksi tanpa harus berhadapan secara
langsung satu sama lain.
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada revolusi bentuk
kejahatan yang konvensional menjadi lebih modren, jenis kegiatannya mungkin
sama, namun dengan media yang berbeda yaitu dalam hal ini internet, suatu

kejahatan akan lebih sulit diusut, diproses dan diadili. Kejahatan yang sering kali
berhubungan dengan internet salah satunya adalah penyebaran gambar-gambar
pornografi melalui media elektronik sering kali terjadi dan rasanya sudah menjadi
sesuatu yang tidak tabu lagi. Hal ini sangat disayangkan mengingat zaman
sekarang ini kecanggihan internet seperti candu bagi anak-anak, kaum remaja,
sampai orang dewasa dan dengan adanya gambar-gambar pornografi yang
disebarkan melalui media elektronik, maka dapat merusak moral dan pikiran anak
yang melihat gambar tersebut. 130
Undang-Undang No 11 tahun 2008 ini diharapkan dapat menanggulangi
kejahatan-kejahatan yang sarana teknologi, informasi dan elektronik (cyber crime)
yang juga dapat menanggulangi tindak pidana cyber child pornography yang
merupakan bagian dari salah satu jens cyber crime tersebut. Guna menghadapi
130

Rizki Oktavia, Analisis Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penyebaran
Gambar Pornografi Polwan Polda Lampung Melalui Media Elektronik (Studi Kasus: Putussan
No.09/Pid.sus/2014/PN.TK), Fakultas Hukum Umiversitas Lampung, Bandar Lampung, 2014,
hlm. 1-2 jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download/507/454 (diakses pada tanggal 16
April 2017 pukul 20:10)


105

perkembangan terhadap cyber child pornoghraphy (pornografi anak di internet)
dengan hukum pidana maka perlu kiranya dikaji lebih mendalam arti pentingnya
kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi masalah tersebut, baik untuk
kondisi saat ini maupun dimasa yang akan datang. Kebijakan hukum pidana yang
dikatakan dalam penanggulangan masal cyber child pornography (pornografi
anak di internet) terutama adalah kebijakan formulatif yaitu bagaimana formulasi
perumusan suatu delik serta sanksi apa yang akan dikenakan terhadap
pelanggarannya kebijakan formulatif adalah tahap yang paling strategis, selain
tahap aplikatif atau penerapan rumusan peraturan perundang-undangan yang telah
dibuat dan tahap eksekutif yang merupakan tahap pelaksanaan hukum pidana. 131

B. Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Pornografi Anak Melalui
Media Internet Dalam Putusan PN NO.2191/PID.B/2014/PN.SBY
a) Kronologis
Terdakwa Tjandra Adi Gunawan Als Recca Hanabishi. Sekitar bulan
November 2013 terdakwa mengirimkan permintaan pertemanan kepada saksi
Fedorike Yaphilia, saksi Stephanie Caroline, saksi Ivan Wardana dan saksi
Devina Dea dengan akun facebook”Evi Urwatul Wusqo” kemudian para saksi

menerima permintaan pertemanan dari akun facebook milik terdakwa, kemudian
terdakwa mengirimkan chat/obrolan ke inbox/pesan masuk milik para saksi,
terdakwa memperkenalkan diri sebagai Dokter Obygn dengan nama Evi Urwatul
131

Syahriman Jayadi, Jurnal : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Cyber
di Bidang Pornografi Anak (Cyber Child Pornografphy) di indonesia, Fakultas Hukum
,universitas
diponegoro,
2011,hlm.2http://ejournal.undip.ac.id/index.php/lawreform/article/view/12473(diakses
pada
tanggal 16 April 2017)

106

Wusqo yang bekerja di RS Mitra Keluarga Cibubur. Dalam obroan terdakwa
menanyakan perihal menstruasi dan pubertas kepada para saksi dengan alasan
terdakwa akan melakukan analisis terhadap organ intim kewanitaan, sehingga
terdakwa memerlukan foto telanjang para saksi, juga foto setelah mengeluarkan
cairan dari kemaluan para saksi, dengan alasan tersebut terdakwa meminta kepada

saksi agar mengirimkan foto-foto bagian tubuh tanpa mengenakan pakaian
(telanjang) sesuai permintaan terdakwa seperti bagian payudara, kemaluan para
saksi ke akun facebook milik terdakwa.
Pada tanggal 9 November 2013 terdakwa mendapatkan kiriman foto-foto
telanjang milik para saksi, setelah terdakwa mendapatkan foto-foto telanjang
milik para saksi, terdakwa menyimpan foto-foto tersebut di flashdisk merk
Kingston warna biru ukuran 16 GB milik terdakwa, kemudian sekitar bulan
Desember 2013 terdakwa membuat akun facebook baru yaitu Iveyaphilia dan Hen
Wei, dan pada bulan maret 2014dengan akun facebook Iveyaphilia terdakwa
menguplod foto-foto telanjang milik para saksi ke inbox guru dari SDN. PETRA
dengan judul ”Heboh Demo Bugil Bareng Anak Kelas 6 SD PETRA 9Surabaya”
yang ada di flasdisk terdakwa dengan menggunakan laptop merk ACER dan merk
Lenovo milik Kantor PT. KSM (Tempat Terdakwa Bekerja) .
Selain akun facebook diatas terdakwa juga memiliki akun facebook yang
lain yaitu Recca Hanabishi dan akun tersebut terdakwa gunakan untuk
menerima/meminta foto telanjang dari saksi

Merry Merlina Renata dimana

trdakwa juga berpura-pura sebgai dokter obygn (dokter kandungan) dimana

terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa mengetahui perkembangan tubuh dengan

107

melihat anatomi bagian tubuh seseorang, kemudian terdakwa meminta foto bagian
tubuh tanpa mengenakan pakaian (telanjang) kepada saksi Merry Merlina Renata
seusai permintaan terdakwa seperti bagian kemaluan dan payudara setelah
terdakwa mendapatkan foto-foto telanjang milik saksi foto-foto tersebut disimpan
di flashdisk, maksud tujuan terdakwa menyimpan foto-foto telanjang milik saksi
adalah untuk dokumentasi.
Maksud dan tujuan terdakwa meminta foto telanjang dari para saksi adalah
hanya untuk iseng saja dan untuk menyadarkan para orang tua, agar lebih
memperhatikan anaknya yaang masih dibawah umur yang menggunakan facebok
dikarenakan sangat berbahaya apabila tidak dikontrol.
b) Dakwaan
Penuntut Umum menyusun dakwaan secara kumulatif. Perbuatan terdakwa
Tjandra Adi Gunawan pada dakwaan kesatu diancam dengan pasal 27 ayat (1) Jo
pasal 45 UU ITE dan Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Pasal 27 UU ITE
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentrasmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan.
Pasal 45 UU ITE
(1) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaiman dimaksud dalam pasal 27
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 65 KUHP
(1) Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri sehingga merupakan beberapa

108

kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka
dijatuhkan hanya satu pidana.
Perbuatan terdakwa dalam dakwaan kedua diancam dengan pasal 29 Jo Pasal
4 ayat (1) huruf d,e, dan f UU RI No. 44 tahun 2008 tantang pornografi Jo
pasal 65 ayat (1) KUHP


Pasal 29 UU Pornografi
Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggadakan,
menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediaka pornografi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
Pasal 4 UU Pornografi
(1) Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,
menawarkan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat:
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan
e. alat kelamin; atau
f. pornografi anak.
Pasal 65 KUHP
(1) Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendirisendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan
pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana.
c) Tuntutan pidana
Berdasarkan surat tuntutan pidana dari Penuntut Umum pada pokoknya
Jaksa Penuntut Umum dalam requistorya berpendapat bahwa :
1. Menyatakan terdakwa Tjandra Adi Gunawan telah terbukti secara sah dan
menyakinkan bersalah melakukan beberapa tindak pidana tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

109

diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan bersalah melakukan
beberapa tindak pidana menyebarluaskan pornografi yang memuat
ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, alat
kelamin atau pornografi anak, sebagaimana dalam Dakwaan kesatu pasal
27 ayat 1 UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan Dakwaan kedua pasal 29 Jo Pasal
4 ayat 1 huruf d, e, dan f UU R I No.44 tahun 2008 tentang pornografi Jo
Pasal 65 ayat 1 KUHP
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Tjandra Adi Gunawan dengan
pidana penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi selama terdakwa berada
dalam tahanan, dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) subsidair 6 bulan kurungan
3. Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah modem seti E173 warna putih dengan simcard 3 iccid
89628950000694969421;
b. 1 (satu) buah laptop merk lenovo warna hitam snub022024226;
c. 1

(satu)

buah

laptop

merk

accer

warna

SNNXMOQSN0022311895B7600;
d. 1 (satu) buah Flashdisk Kingstone 16 GB warna putih biru;
e. 1 (satu) buah Flashdisk Kingstone 4 GB warna putih silver;
f. 1 (satu) buah Flashdisk Kingstone 8 GB warna putih kuning;
g. 1 (satu) buah Flashdisk Kingstone 16 GB warna putih biru;

hitam

110

h. 1 (satu) buah Flashdisk Kingstone 16 GB warna putih biru;
i. 1 (satu) buah Hp Samsung Duos warna hitam SCH- W 139 dengan
Simcaed esia iccid 8906299010477259518;
j. 1 (satu) buah Hp Blackberry Bold warna putih dengan kartu Telkomsel
ICCID 621002307258928900;
k. 2 (dua) buah keping CD yang berisikan CD yang berisikan
pembicaraan/chatting antara akun facebook Recca Hanabishi dan akun
facebook Mery Merlinan;
l. 1 (satu) bendel print out dari www.Kaskus.co.id(akun deaputrichinise
dan akun thaniange); dirampas untuk dimusnakan
4. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu
rupiah);
d.Fakta Hukum
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan
Terdakwa dan barang bukti, maka Majelis memperoleh fakta-fakta hukum sebagai
berikut :
-

Bahwa benar saksi Fedorika Yaphilia, saksi Ivana Wardana, saksi
Stephanie Caroline, saksi Devina Pabundu, saksi Merry Merlina.

-

Bahwa benar saksi tersebut, berteman lewat jejaring sosial facebook
dengan Evi Urwatul Wusqo, bertemu dengan Lia Halim Dokter, bertemu
dengan Hen Wei, berteman dengan Recca Hanabishi

-

Bahwa para saksi tidak pernah bertemu dengan pemilik account facebook
tersebut

111

Bahwa para saksi membenarkan diminta untuk memasang foto

-

telanjangnya yang dikirim lewat facebook
Bahwa para saksi tidak mengetahuii foto-fotonya dipublikasikan oleh

-

pemilik account facebook tersebut.
Bahwa benar foto-foto dari para saksi tersebut tersimpan didalam flash

-

disk, laptop, dan telefon yang disita dari tangan terdakwa
-

Yang dibuka oleh laboratorium Cyber Facebook Bareskrim Polri

-

Bahwa benar alat bukti flash disk, laptop, dan hp yang disita dari terdakwa
tersbeut berisi percakapan antara account facebook Evi Urwatul Wusqo,
account Facebook Lia Halim Dokter, account Facebook Hen Wei, account
facebook Recca Hanabishi dengan account facebook milik para saksi
tersebut diatas.

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas majelis
hakim akan membuktikan unsur-unsur dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
e. Pertimbangan Hakim
Menimbang bahwa terdakwa di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
dakwaan kumulatif, yakni dakwaan ke satu melanggar Pasal 27 ayat 120 Pasal 45
ayat 1 UU RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo
Pasal 65 Ayat 1 KUHP dan dakwaan kedua melanggar Pasal 29 jo Pasal 4 ayat 1
huruf d, e, dan f UU RI No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi jo Pasal 65 Ayat 1
KUHP.
Menimbang, bahwa berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum
tersebut, majelis hakim akan mempertimbangkan unsur-unsur dari pasal yang

112

didakwakan dalam dakwaan ke satu dan dalam dakwaan ke dua yang unsurunsurnya sebagai berikut:
a. Unsur “setiap orang”
b. Unsur “Dengan sengaja dan tanpa hak”
c. Unsur Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya.
d. Unsur “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik”
e. Unsur “Yang memiliki muatan melanggar kesusilaan.”
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
satu-persatu unsur-unsur tersebut diatas dalam pertimbangan sebagai
berikut :
(a) Setiap orang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak
ditemukan secara spesifik pengertian mengenai kata “setiap orang”
namun dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 dan lainnya dalam KUHP
maksud ata “setiap orang” adalah menunjukkan subyek hukum orang
dalam pengertian logis.
Dalam Pasal 1 angka 21 UU RI No. 11/2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, pengertian orang adalah orang perseorangan,
baik Warga negara Indonesia, Warga Negara Asing, maupun badan
hukum.
(b) Dengan sengaja dan Tanpa Hak

113

Unsur sengaja dan tanpa hak merupakan suatu kesatuan yang dalam tataran
penerapan hukum harus dapat dibuktikan oleh penegak hukum. Unsur “dengan
sengaja” dan “tanpa hak berarti pelaku “menghendaki” dan “mengetahui” secara
sadar bahwa tindakannya dilakukan tanpa hak. Dengan kata lain, pelaku secara
sadar menghendaki dan mengetahui bahwa perbuatannya “mendistribusikan” dan
/atau “mentransmisikan” dan/atau “membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan/atau suatu dokumen Elektronik adalah memilbiki muatan
kesusilaan. Adapun unsur-unsur tanpa merupakan unsur melawan hukum.
Pencantuman unsur tanpa hak dimaksudkan untuk mencegah orang melakukan
perbuatan mendistribusikan dan/atau mentrasmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan dokumen elektronik yang memiliki muatan
melanggar kesusilaan.
(c) Mendistribusikan dan/atau mentrasmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya.
Mendistribusikan adalah kegiatan menyebarkan informasi elektronik kepada
banyak prang dan/atau mengumumkan suatu informasi sehingga dapat diakses
oleh public.
Menstransmisikan adalah kegiatan memancarkan suatu gelombang yang memuat
informasi kepada umum. Membuat dapat diakses artinya melakukan aktifitas
seperti meng-upload informasi elektronik ke suatu situs internet atau system
elektronik sehingga informasi elektronik tersebut dapat diakses oleh orang lain.
(d) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

114

Informasi Elektronik menurut Pasal 1 ayat (1) UU RI No. 11 tahun 2008 adalah
suatu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat
elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sederhananya,
informasi elektronik adalah meliputi setiap karakter dari data dan/atau informasi
yang direpresentasikan melalui system elektronik. Dokumen Elektronik menurut
pasal 1 ayat (4) UU RI No. 11 Tahun 2008 adalah setiap Informasi Elektronik
yang dibuat, diteruska, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elekronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sederhananya dapat
dipahami bahwa Dokumen Elektronik adalah mencakup setiap dokumentasi atau
rekaman dari Informasi Elektronik itu sendiri,
(e) yang memiliki muatan melanggar kesusilaan.
Melanggar kesusilaan adalah tindakan seseorang yang melanggar norma
kesusilaan, termasuk dalam pengertian melanggar kesusilaan adalah tindakan
penyebarluasan

konten gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan , suara bunyi,

gambar bergerak animasi, kartun percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/ atau pertunjukan di muka

115

umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.Termasuk dalam pengertian melanggar kesusilaan
adalah

tidakan

memproduksi

menyebarluaskan,

menyiarkan,

membuat,
mengimpor,

memperbanyak,
mengeskpor,

menggandakan,
menawarkan

,

memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara
eksplisit memuat :
a. persenggamaan, termasuk persenggaman yang menyimpang
b. kekerasan seksual ;
c. masturbasi atau onani
d ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan
e. alat kelamin atau
f. pornografi anak
Menimbang bahwa oleh karena semua unsur dari pasal yang didakwakan
telah terbukti, maka majelis hakim berpendapat bahwa dakwaan jaksa penuntut
umum perbuatan terdakwa tersebut telah terbukti secara sah meyakinkan
Menimbang bahwa oleh karena perbuatan terdakwa tersebut telah terbukti
sah dan meyakinkan melanggar pasal-pasal yang di dakwakan oleh jaksa penuntut
umum, maka terdakwa haruslah dijatuhi hukuman sebagaimana ancaman
hukuman dan pasal-pasal yang di didakwakan tersebut
Menimbang bahwa majelis hakim dalam pemeriksaan persidangan tidak
menemukan hal-hal yang dapat menghapus perbuatan pidana terdakwa tersbut,
maka terdakwa haruslah mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagai
ketentuan hukum ;

116

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan putusan, majelis hakim akan
mempertimbangkan hal-hal yang dapat meringankan terdakwa dan memberatkan
terdakwa ;
Hal-hal yang meringankan terdakwa
-

Terdakwa bersikap sopan di persidangan

-

Terdakwa belum pernah di hukum
Hal-hal yang memberatkan terdakwa

-

Perbuatan terdakwa telah mempermalukan para korban dan keluarga

-

Perbuatan terdakwa tersebut telah mencemarkan nama baik sekolah
dimana para korban menuntut ilmu didalamnya.

f. Putusan
Majelis Hakim memutuskan :
1. Menyatakan Terdakwa Tjandra Adi Gunawan Als. Recca Hanabishi,
dengan identitas tersebut di atas telah terbukti secara sah dan
menyakinkan

bersalah

mendistribusikan

melakukan

dan/atau

dokumen

tindak

pidana

tanpa

mentrasmisikan

hak

dan/atau

membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen
elektonik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan
bersalah melakukan beberapa tindak pidana menyebarkan pornografi
yang memuat ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan, alat kelamin atau pornografi anak;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Tjandra

Adi Gunawan Als.

Recca Hanabishi, tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara

117

selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar rp. 1.000.000.000.000 (satu
milyar rupiah) dengan catatan apabila denda tidak dibayar diganti
dengan pidana selama 6 (enam) bulan kurungan;
3. Memerintahkan agar terdakwa tatap ditahan;
4. Memerintahkan barang bukti berupa:


1 (satu) buah modem seti E173 warna putih dengan simcard 3 iccid
89628950000694969421;



1

(satu)

buah

leptop

merk

accer

warna

hitam

SNNXMOQSN002231895B7600;


1 (satu) buah flashdisk Kingstone 16GB warna putih biru;



1 (satu) buah flashdisk Kingstone 4GB warna putih silver;



1 (satu) buah flashdisk Kingstone 8GB warna putih kuning;



1 (satu) buah flashdisk Kingstone 16GB warna putih biru;



1 (satu) buah flashdisk Kingstone 16GB warna putih biru;



1 (satu) buah Hp Samsung Duos Warna Hitam SCH-W129 dengan
Simcard esia iccid 8906299010477259518;



1 (satu) buah Hp Blackberry Bold warna putih dengan kartu
telkonsel ICCID 621002307258928900;



2 (dua) buah keeping CD yang berisikan pembicaraan/chatting
antara akun facebook Recca Hanabishi dan facebook Mery
Merlinan;



Satu (satu) bundle print out dari www.Kaskus.co.id (akun
deaputrichinese dan akun thaniange)

118

Dirampas untuk dimusnahkan;
5. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,(seribu rupiah)

C. Analisis Putusan PN No.2191/Pid.B/2014/Pn.Sby
Kasus dengan Nomor putusan2191/Pid.B/2014/PN.Sby dengan terdakwa
Tjandra Adi Gunawan Als. Recca Hanabishi merupakan kasus tindak pidana
pornografi anak melalui media internet yang diangkat dalam penulisan skrpsi ini.
Dalam kasus ini, Jaksa Penuntut Umum telah memberikan dakwaan terhadap
terdakwa Tjandra Adi Gunawan Als Recca Hanabishi dengan bentuk dakwaan
kumulatif yaitu pada dakwaan kesatu: Perbuatan terdakwa diatur dan diancam
pidana melanggar pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) UU RI Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Jo Pasal 65 ayat 1 KUHP
dan dakwaan kedua: Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana melanggar
pasal 29 Jo Pasal 4 ayat (1) huruf d, e dan f UU RI Nomor 44 tahun 2008 tentang
Pornografi Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Dalam praktik peradilan hukum pidana dakwaan kumulatif, yaitu
sebagaimana diatur di dalam Pasal 141 KUHAP, bahwa “penuntut umum dapat
melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan,
apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa
berkas perkara dalam hal : 132

132

Andi Sofyan dan Abd. Asis,
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 176

Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,

119

a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan
kepentingan

pemeriksaan

tidak

menjadikan

halangan

terhadap

penggabungannya.
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain .
c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain,
itu ada hubungnnya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi
kepentingan pemeriksaan.
Dengan demikian, dakwaan kumulatif adalah : 133
a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan satu orang yang sama.
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut.
c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkutan.
Dakwaan kumulatif sebagai bentuk dakwaan yang dipilih dalam kasus yang
diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah sangat tepat. Tindak pidana yang
dilakukan oleh terdakwa dalam kasus ini di kualifikasikan oleh Jaksa Penuntut
umum sebagai tindak pidana melanggar kesusilaan media internet yang diancam
pidana melanggar Pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) UU RI Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) dan juga sebagai tindak pidana
pornografi yang diancam pidana melanggar Pasal 29 Jo Pasal 4 ayat (1) huruf d, e,
dan f UU RI Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Hal ini disebabkan karena kedua rumusan pasal dalam masing-masing undangundang sama-sama terpenuhi unsurnya oleh tindak pidana yang dilakukan oleh

133

Ibid.,

120

terdakwa sehingga hal ini menyebabkan penuntut umum dapat melakukan
penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan.
Namun menurut penulis dalam dakwaan serta tuntutan yang di buat oleh
jaksa penuntut umum seharusnya juga memasukan pasal 52 ayat (1) UndangUndang Informasi Transaksi Elektronik (ITE), sebab apa yang tertulis dalam pasal
52 (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah sangat
tepat dijatuhkan kepada pelaku yang mendistribusikan muatan yang melanggar
kesusilaan yang dapat diakses melalui media internet menyangkut kesusilaan
terhadap anak. Adapun isi dari pasal 52 (1) Undang-Undang Informasi Transaksi
Elektronik (ITE) adalah :
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1)
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan
pemberatan sepertiga dari pidana pokok.”
Dengan demikian sudah sepantasnya hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang
Informasi Transaksi Elektronik jo Pasal 45 Undang-Undang Informasi Transaksi
Elektronik (ITE) ditambah sepertiga dari pidana pokok. Dengan demikian,
hukuman yang pantas untuk pelaku yang mendistribusikan muatan yang
melanggar kesusilaan yang dapat diakses melalui internet menyangkut kesusilaan
terhadap anak yaitu 6 tahun ditambah sepertiga menjadi 8 tahun.

121

Mengutip pendapat dari Ramelan, mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus, : 134

“Dengan memperhatikan ketentuan undang-undang mengenai syaratsyarat surat dakwaan maupun pengalaman praktek, dapat dikatakan bahwa
surat dakwaan adalah suatu surat atau akte (dalam bahasa Belanda disebut
“acte van verwizing”) yang memuat uraian perbuatan atau fakta-fakta yang
terjadi, uraian mana akan menggambarkan atau, menjelaskan unsur-unsur
yuridis dari pasal-pasal tindak pidana (delik) yang dilanggar.”
Ramelan juga berpendapat bahwa fungsi dari Surat Dakwaan mengandung 3
(tiga) dimensi yaitu dimensi pihak kejaksaan (Penuntut Umum), dimensi pihak
Terdakwa

dan

dimensi

pihak

Hakim.

Bila

dikaitan

dengan

Putusan

No2191/Pid.B/2014/PN.Sby maka bagi pihak Majelis Hakim, surat dakwaan akan
menjadi dasar bagi pemeriksaan di persidangan dan mengambil keputusan. Surat
dakwaan juga akan memperjelas aturan-aturan hukum mana yang dilanggar oleh
terdakwa. Meskipun secara tersirat Pasal 182 ayat (3) menjelaskan bahwa hakim
tidak boleh memutuskan atau mengadili perbuatan pidana yang tidak didakwakan.
Namun, esensinya bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak boleh dibaca
secara parsial (sebagian) saja. Artinya, dalam membaca Pasal 182 ayat (3)
KUHAP juga harus memperhatikan pasal-pasal di bawahnya, misalnya
memperhatikan Pasal 182 ayat (4) KUHAP yang berbunyi: 135

“Musyawarah tersebut pada ayat (3) harus didasarkan pada surat dakwaan
dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang.”

134

Ramelan, Hukum Acara Pidana Teori Dan Implementasi, Sumber Ilmu Jaya,
Jakarta, 2006, hlm.162
135
Ibid.,

122

Dengan kata lain, maka berdasarkan ketentuan Pasal 182 ayat (4) KUHAP
di atas, Majelis Hakim akan bermusyawarah dalam membuat suatu putusan,
dengan memperhatikan 2 (dua) hal berikut ini:
1.

Surat Dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum

2.

Segala yang terbukti dalam pemeriksaan di persidangan (apabila ada
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang meyakinkan hakim
atas suatu tindak pidana dan pelaku tindak pidana tersebut)

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpukan bahwa hakim tidak
hanya dapat memutuskan suatu perkara berdasarkan surat dakwaan tetapi dapat
juga memutuskan perkara berdasarkan bukti dalam pemeriksaan di persidangan.
Dalam persidangan telah terbukti bahwa yang menjadi korban dalam tindak
pidana pornografi adalah seorang anak, harusnya hakim dapat menjadikan hal ini
pertimbangan, yaitu dengan menghubungkan Pasal 52 Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Pada dasarnya semua unsur dapat diaksesnya muatan
kesusilaan melalui dunia maya terdapat pada Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Informasi Transaksi Elektronik (ITE) sudah terpenuhi, adapun unsur-unsur yang
telah terpenuhi dalam Pasal 27 ayat (1) jo Pasal 45 ayat (1) yaitu :
a. Unsur Setiap Orang
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ditemukan
secara spesifik pengertian mengenai kata “setiap orang” namun dalam pasal 2,
pasal 3, pasal 4 dan lainnya dalam KUHP maksud kata “setiap orang “ adalah
menunjukan subyek hukum orang dalam pengertian logis. Dalam pasal 1 angka 21
UU RI No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pengertian orang

123

adalah orang perseorangan, baik Warga Negara Indonesia, Warga Negara Asing
maupun Badan Hukum.
b. Unsur Dengan Sengaja dan Tanpa Hak
Unsur sengaja dan tanpa hak merupakan suatu kesatuan yang dalam tataran
penerapan hukum harus dapat dibuktikan oleh penegak hukum. Unsur “dengan
sengaja” dan “tanpa hak berarti pelaku “menghendaki” dan “mengetahui” secara
sadar bahwa tindakannya dilakukan tanpa hak. Dengan kata lain, pelaku secara
sadar menghendaki dan mengetahui bahwa perbuatannya “mendistribusikan”
dan/atau “mentransmisikan” dan/atau “membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik adalah memiliki muatan kesusilaan.
Adapun unsur-unsur tanpa merupakan unsur melawan hukum. Pencantuman usur
dapat

hak

dimaksud

untuk

mencegah

orang

melakukan

perbuatan

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar
kesusilaan.
c. Unsur Mendistribusikan dan/atau Mentransmisikan dan/atau Membuat
dapat Diaksesnya
Mendistribusikan adalah kegiatan menyebarkan informasi elektronik
kepada banyak orang dan/atau mengumumkan suatu informasi sehingga dapat
diakses oleh publik. Mentransmisikan adalah kegiatan memancarkan suatu
gelombang yang memuat informasi kepada umum. Membuat dapat diakses artinya
melakukan aktifitas seperti meng-uplod informasi elektronik ke suatu sistus

124

internet atau sistem elektronik sehingga informasi elektronik tersebut dapat
diakses oleh orang lain.
d. Unsur Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
Informasi Elektronik menurut pasal 1 ayat (1) UU RI No. 11 tahun 20008
adalah suatu atau sekumpulan data Elektronik, termaksud tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronik dan interchange
(EDI),surat elektronik (electronik mail), telegram, teleks, telekscopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya. Sederhananya, informasi elektronik adalah meliputi setiap
karakter dari data dan/atau informasi yang direpresentasikan melalui sistem
elektronik. Dokumen Elektronik menurut pasal 1 ayat (4) UU RINo. 11 Tahun
2008 adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal,
atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau sistem elektronik, termaksud tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode,
akses, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya. Sederhananya dapat dipahami bahwa
Dokumen Elektronik adalah mencakup setiap dokumentasi atau rekaman dari
Informasi Elektronik itu sendiri.
e. Unsur yang Memiliki Muatan Melanggar Kesusilaan

125

Melanggar kesusilaan adalah tindakan seseorang yang melanggar norma
kesusilaan, termaksud dalam pengertian melanggar kesusilaan adalah tindakan
penyebarluasan konten gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum,
yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dlam masyarakat. Termaksud dalam pengertian melanggar kesusilaan
adalah tindakan memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,
menyebarluaskan,

menyiarkan,

mengimpor,

mengekspor,

menawarkan,

memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara
eksplidit memuat :
a. Persenggaman, termaksud persenggama yang menyimpang;
b. Kekerasan seksual;
c. Mastrubasi atau onani;
d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
e. Alat kelamin; atau
f. Pornografi anak
Berdasarkan fakta hukum dan pertimbangan hakim maka memang
seharusnya terdakwa dihukum sebab didalam persidangan tidak ditemukan hal hal
yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pelaku pidana.
Dengan demikian menurut penulis, Hakim dalam memutuskan perkara
Nomor: 2191/Pid.B/2014/PN.Sby belum tepat sebab hakim belum memperhatikan
dan mempertimbangkan hukum lainnya berupa fakta-fakta persidangan,

126

keterangan saksi-saksi, dan alat bukti, yang ada, keyakinan hakim, serta hal-hal
lain yang mendukung serta sanksi pidana,. Hasil putusan yang dikeluarkan oleh
Hakim juga harusnya tidak lepas dari pertimbangan nurani majelis Hakim. Dalam
suatu Majelis belum tentu setiap hakim memiliki pertimbangan atau pendapat
yang sama maka dari itu dalam suatu Majelis pasti diadakan musyawarah terlebih
dahulu sebelum mengeluarkan putusan.
Menurut Penulis, hakim Seharusnya menjatuhkan Pasal 45 Ayat (1)
Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dihubungkan dengan atau Jo
Pasal 27 ayat (1) dan dihubungkan pula atau jo Pasal 52 Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik, sebab anak adalah generasi penerus yang
berpotensi dan berperan penting terhadap perkembangan masa yang akan datang,
perannya dalam memajukan bangsa dikemudian hari sangatlah strategis, maka
dari itu perkembangan fisik, mental dan rohaninya yang harus dilindungi,
sehingga sudah sepatutnya segala kejahatan yang menjadikan anak sebagai korban
maka hukuman yang tepat bagi si pelaku adalah harus diperberat agar
memberikan efek jera kepada si pelaku.

127

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada bab ini maka dapat dikemukakan untuk menarik keseluruhan kesimpulan
mulai dari bab awal sampai bab akhir penulisan skripsi ini yaitu :
1.

Mengenai pengaturan tentang tindak pidana pornografi melalui media
internet menurut hukum pidana di Indonesia lebih khusus diatur oleh
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, yang terdapat dalam Pasal 45 ayat (1) yang menyatakan bahwa
setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dalam Pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), adapun Pasal 27 ayat (1)
menerangkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Namun, dalam hal tindak
pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) apabila
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak maka akan
dikenakan pemberatan sepertiga dari pidana pokok sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
127

128

2. Pertanggungjawaban yang tepat bagi pelaku tindak pidana pornografi
adalah dengan menghubungkan Pasal 45 dengan Pasal 27 dan Pasal 52
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, sehingga sanksi
pidana yang harus ditanggung pelaku adalah harus diperberat sebanyak 1/3
dari masa hukuman pokoknya yang tercantum dalam Pasal 45 UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik, sebab anak adalah generasi
penerus yang berpotensi dan berperan penting terhadap perkembangan
masa yang akan datang, perannya dalam memajukan bangsa dikemudian
hari sangatlah strategis, maka dari itu perkembangan fisik, mental dan
rohaninya yang harus dilindungi, sehingga sudah sepatutnya segala
kejahatan yang menjadikan anak sebagai korban maka hukuman yang
tepat bagi si pelaku adalah harus diperberat agar memberikan efek jera
kepada si pelaku. Berdasarkan fakta hukum dan pertimbangan hakim maka
memang seharusnya terdakwa dihukum sebab didalam persidangan tidak
ditemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana
pelaku.

Hakim

dalam

Nomor:2191/Pid.B/2014/PN.Sby belum

memutuskan
tepat

sebab

perkara
hakim

belum

memperhatikan dan mempertimbangkan hukum lainnya berupa fakta-fakta
persidangan, keterangan saksi-saksi, dan alat bukti yang ada, keyakinan
hakim, serta hal-hal lain yang mendukung serta sanksi pidana. Hasil
putusan yang dikeluarkan oleh hakim juga harus tidak lepas dari
pertimbangan nurani majelis hakim. Dalam suatu Majelis belum tentu
setiap hakim memiliki pertimbangan atau pendapat yang sama maka dari

129

itu dalam suatu Majelis pasti diadakan musyawarah terlebih dahulu
sebelum mengeluarkan putusan. Hakim seharusnya menjatuhkan Pasal 45
ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dihubungkan
dengan atau Jo Pasal 21 ayat (1) dan dihubungkan pula atau Jo Pasal 52
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, sebab anak adalah
generasi penerus yang berpotensi dan berperan penting terhadap
perkembangan masa yang akan datang, perannya dalam memajukan
bangsa dikemudian hari sangatlah strategis, maka dari itu perkembangan
fisik, mental dan rohaninya yang harus dilindungi, sehingga sudah
sepatutnya segala kejahtan yang menjadikan anak sebagai korban maka
hukuman yang tepat bagi si pelaku adalah harus diperberat agar
memberikan efek jera kepada si pelaku

B. SARAN
1. Perlunya pengawasan orang tua agar lebih memperhatikan anaknya dalam
menggunakan sosial media agar anak terhindar dari perbuatan yang dapat
merugikan diri mereka sendiri.
2. Perlunya penindakan secara tegas terhadap pelaku pornografi anak, maka
diharapkan

kepada

Aparat

Penegak

Hukum

terutama

Hakim

memberikamn sanksi yang berat agar pelaku tindak pidana pornografi
anak dapat jera.