Penentuan Viskositas dan Bilangan Kappa Pada Proses Pencucian Pulp di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Porsea

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp
ataupun kertas sesuai dengan kemajuan teknologi. Umumnya pohon didefinisikan
sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 – 6 meter atau lebih. Kayu
dibentuk oleh berbagai macam tumbuhan, banyak diantaranya tidak mencapai
tinggi pohon. Batang pohon yang berdiameter di atas 16 cm dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
1.Kayu daun lebar
2.Kayu daun jarum
Kayu daun lebar mempunyai struktur sel lebih lengkap daripada kayu
berdaun jarum, memiliki por – pori (sel pembuluh). Kayu berdaun jarum tidak
mempunyai pori – pori atau sel pembuluh, melainkan sel trakeda yaitu sel yang
berbentuk panjang dengan ujung – ujung yang kecil sampai meruncing. Kayu
daun jarum mempunyai struktur yang lebih sederhana daripada kayu daun lebar.
Pada kayu dan jarum, jumlah jenis selnya lebih sedikit dan kombinasi bentuk –

bentuk jaringannya juga lebih sederhana. Jumlah jenis pohon daun jarum di
Indonesia hanya sedikit dibandingkan jenis kayu berdaun lebar yang termasuk
kayu daun jarum yaitu pinus atau tusam, agathis (damar) dan lain – lain. Pada
kayu daun lebar antara lain Jati, Meranti, Eucalyptus ( kayu putih ) dan lain

Universitas Sumatera Utara

5

sebagainya yang mempunyai potensi cukup banyak di Indonesia ( Fengel, D. G.
1995).
2.2 Bahan Baku Pembuatan Pulp
Bahan baku pembuatan pulp adalah tumbuh-tumbuhan dengan kadar
selulosa tinggi. Bahan baku tersebut dapat dibagi atas dua golongan :
a. Bahan baku kayu : mempunyai serat yang panjang, berasal dari pohon berdaun
lebar (akasia dan lamtoro) dan pohon berdaun jarum (jarum dan cemara)
b. Bahan baku kayu : mempunyai serat pendek, berasal dari jerami, merang, dan
rumput-rumputan.
Dewasa ini, industri pulp dan kertas selain menggunakan bahan baku
tersebut diatas, ada juga memanfaatkan kertas/karton bekas sebagai bahan

bakunya. Hal ini dilakukan karena terbatasnya persediaan bahan baku segar yang
langsung bersumber dari alam.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menggunakan kayu jenis Eucalyptus sebagai
bahan baku pembuat pulp. Tanaman Eucalyptus merupakan salah satu tanaman
hutan yang banyak digunakan sebagai sumber industri. Selain itu juga tanaman ini
banyak digunakan dalam usaha konversi lahan kritis atau usaha penghijauan
kembali (PT. TPL., 2002).
Eucalyptus delupta merupakan salah satu jenis kayu putih yang dapat

memiliki pohon cukup besar dan tinggi mencapai 75 meter. Batang lurus dan
sangat baik bentuknya, percabangan pertama lebih kurang 50 – 70% dari tinggi
batang. Kulit batang tipis, berwarna kuning, cokelat sampai ungu dan mudah
mengelupas dan setelah lepas menjadi warna hijau.

Universitas Sumatera Utara

6

Eucalyptus delupta menginginkan curah hujan dan temperatur yang sangat


tinggi sepanjang tahun. Pada kondisi seperti ini pohon akan cepat tumbuh dengan
bentuk yang baik. Pohon juga sangat peka terhadap api, dapat berbuah disaat
masih muda. Pohon ini dapat tumbuh dengan baik di tempat-tempat terbuka dan
terkena sinar-sinar matahari langsung. Baik dataran tinggi maupun dataran
rendah. Kayu putih atau Eucalyptus sp tumbuh baik di daerah musim kemarau
yang agak basah maupun kering serta dapat tumbuh pada daerah yang tidak subur,
pada ketingginan 0 – 500 meter diatas permukaan laut ( Fengel.D.G., 1995).

2.3 Sifat – sifat Umum Kayu
Sifat – sifat kayu yang dimaksud antara lain yang bersangkutan dengan
sifat – sifat anatomi kayu, sifat – sifat fisik, sifat – sifat mekanik, dan sifat – sifat
kimianya.
2.3.1 Sifat Fisik Kayu
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis,
higroskopis, warna, dan lain – lain.
A. Berat jenis
Salah satu sifat yang penting bagi bahan baku pulp adalah berat jenis kayu
tersebut. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga
sel yang membentuk pori – pori. Umumnya berat jenis kayu ditentukan
berdasarkan berat kayu, kering tanur atau kering udara dan massa air yang

bervolume sama.

Universitas Sumatera Utara

7

B. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap molekul air atau
kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya
akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Kadar air perlu ditentukan karena berpengaruh besar pada kondisi
pemasakan pulp. Kayu yang baru ditebang kadar airnya sekitar 80 – 90%.
C. Warna
Pada umumnya warna sesuatu jenis kayu bukanlah warna yang murni,
tetapi warna campuran beberapa jenis warna. kadang terdapat satu warna
mencolok dengan kombinasi warna – warna lain yang sukar dipisahkan. Ada
beberapa macam warna pada kayu antara lain warna kuning, keputih-putihan,
cokelat muda, cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain-lain.
( Achmadi. S. 1990)
2.3.2 Sifat Kimia Kayu

Secara kimia, kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dibagi menjadi 4
bagian yaitu :
a.Cellulosa
b.Hemicellulosa
c.Lignin
d.Extractives
e.Abu

Universitas Sumatera Utara

8

Komposisi dan sifat sifat kimia dari komponen komponen ini sangat
berperan dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan, kita ingin
mengambil sebanyak mungkin selulosa dan hemiselulosa disisi lain lignin dan
extractive tidak dibutuhkan / dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia
kayu bervariasi untuk setiap spesies.
Tabel 1.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hard wood dan Soft wood
Komponen


Soft wood

Hard wood

Sellulosa

42 ± 2%

45 ± 2%

Hemisellulosa

27 ± 2%

30 ± 5%

Lignin

27 ± 2%


20 ± 4%

Extractive

3 ± 2%

5

± 3%

a.Sellulosa
Sellulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel daripada
kayu. Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang
mempunyai persen komposisi yang mirip dengan starch yaitu glukosa yang
terhidrolisa oleh asam.
b.Hemisellulosa
Hemisellulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan
glukosa yang terdiri dari polimer glukosa, hemisellulosa merupakan polimer dari
lima bentuk gula yang berlainan yaitu glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa, dan
arabinosa. Rantai hemisellulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai

sellulosa, karena hemisellulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih

Universitas Sumatera Utara

9

rendah. Molekul hemisellulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda dengan
sellulosa, Polimer hemisellulosa berbentuk tidak lurus, tapi merupakan polimerpolimer bercabang, yang berarti hemisellulosa tidak akan dapat membentuk
struktur kristal dan serat mikro seperti halnya sellulosa. Pada proses pembuatan
pulp hemisellulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa.
c.Lignin
Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama sama dengan
sellulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai perekat
atau semen antara sel sel sellulosa yang membuat kayu menjadi kuat. Lignin
merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Satu molekul lignin
dengan derajat polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang besar karena
ukurannya dan struktur tiga dimensinya. Lignin didalam kayu berfungsi sebagai
lem atau semen. Lapisan (lamela) tengah dengan kandungan utamanya adalah
lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga
mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama dengan hemisellulosa

membentuk semen (matriks) dimana tersusun sellulosa yang berupa mikro fibrils.
d.Extractives
Kayu biasanya mengandung berbagai zat zat dalam jumlah yang tidak
banyak yang disebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil /
dipisahkan dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik
seperti alkohol atau eter. Asam-asam lemak, asam-asam resin, dan gugus fenol
adalah beberapa grup yang juga merupakan extractive. (PT. TPL. 2002).

e.Abu

Universitas Sumatera Utara

10

Disamping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada
zat-zat anorganik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang
tinggal setelah lignin dan sellulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara
0,2-1% dari berat kayu (Dumanauw, 1990).

2.4 Proses Pembuatan Pulp

Proses pembuatan pulp kebanyakan didominasi oleh proses kraft (sulfat),
penyebab

utamanya

adalah

karena

proses

kraft

memiliki

keunggulan

dibandingkan dengan proses lain, dimana prosesnya sangat simpel dan cepat serta
dapat digunakan untuk semua jenis kayu dan biaya produksi sangat rendah
dibandingkan dengan proses lain.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk pada saat ini hanya memproduksi pulp dengan
menggunakan bahan baku kayu jenis Eucalyptus.
Tahapan pengolahannya meliputi :
 Pemupukan kayu ( wood yard )
 Pengulitan ( Debarking )
 Penyerpihan ( Chipping )
 Pemasakan dan penyaringan ( Washing and Screening )
 Pemutihan ( Bleaching )
 Pembuatan Pulp ( Pulp Machine )

Universitas Sumatera Utara

11

a. Tahap pembuatan serpihan kayu ( Chipping )
Penyediaan bahan baku kayu dengan ukuran panjang 2 – 4 meter dan
diameter rata – rata 30 – 60 mm diangkut dan ditumpuk pada tempat
penampungan kayu (Wood yard) untuk dikeringkan secara alamiah. Selanjutnya
dikirim kealat pengelupas kulit kayu (drum baker ).
Setelah kayu keluar dari debarking drum, kayu akan dibawa ke washing
station untuk dicuci dengan cara penyemprotan air, setelah itu kayu dikirim ke
chipper untuk dicincang menjadi serpihan kayu ( chip ). Ukuran dari chip yang
dihasilkan tebalnya 4,0 mm dengan panjang 24,0 mm dan ukuran ini sudah
menjadi ketentuan agar chip mudah masuk kedalam digester untuk dimasak
(Sirait. S., 2003).
b. Tahap pemasakan dan penyaringan
Proses pembuatan pulp dimaksudkan untuk menghasilkan serat selulosa yang
terdapat di dalam bahan baku. Proses tersebut dapat digolongkan atas tiga jenis
yaitu proses mekanis, proses semi kimia dan proses kimia.
 Proses Mekanis
Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat dari bahan baku dengan cara
mekanis, bahan baku yang diolah biasanya adalah jenis kayu lunak. Proses
mekanis sangat sederhana dan biaya operasinya murah, dan selulosa yang hilang
sedikit. Akan tetapi kualitas pulp yang dihasilkan kurang baik, karena masih
mengandung bahan – bahan non selulosa, selain itu seratnya juga mengalami

Universitas Sumatera Utara

12

kerusakan. Umumnya pulp ini digunakan untuk pembuatan kertas bermutu
rendah, seperti kertas karbon, koran, kertas pembungkus dan lain sebagainya.
 Proses Semi Kimia
Proses ini merupakan kombinasi dari proses mekanis dan proses kimia semua
bahan kimia yang umum digunakan dalam proses kimia dapat juga digunakan
untuk proses semi kimia, dengan mengurangi jumlah pemakaian bahan kimia
tersebut. Bahan baku mengalami perlakuan kimia untuk menghilangkan ikatan
lignoselulosa secara parsial dan perlakuan mekanis untuk mendapatkan pemisahan
serat yang sempurna. Hasil yang diperoleh dengan proses ini lebih rendah
dibandingkan dengan proses mekanis.
 Proses Kimia
Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan menggunakan bahan kimia
di dalam suatu alat yang disebut digester. Pemasakan ini bertujuan untuk
menghilangkan zat – zat non selulosa yang terdapat di dalam bahan baku melalui
reaksi kimia. Sebagian lignin akan larut pada proses pemasakan, sehingga proses
ini disebut juga delignifikasi dan lignin yang larut dalam proses ini dipindahkan
pada proses pencucian. (Sirait. S., 2003).
Pada proses kimia dibagi menjadi 3 kategori :
a. Proses soda
b. Proses sulfit
c. Proses sulfat

Universitas Sumatera Utara

13

a. Proses Soda
Dalam proses soda kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida.
Larutan sisa pemasakan dipekatkan dan kemudian dibakar, yang akan
menghasilkan sodium karbonat, dan apabila diolah dengan menambahkan batu
kapur akan menghasilkan sodium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan
kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini
sekarang sudah tidak dipakai lagi. (PT.TPL.2002).
b. Proses sulfit
Pembuatan pulp kayu dengan menggunakan larutan berair kalsium
hidrogen sulfit dan belerang dioksida dalam sistem bertekanan diakui dalam tahun
1866. Penemuan pelopor ini, yang dibuat di Amerika Serikat oleh B. Tilghman,
dapat dipandang sebagai asal dari proses pembuatan pulp sulfit. Dibutuhkan
hampir satu dasawarsa sebelum pulp sulfit pertama didunia mulai produksinya di
Swedia pada tahun 1874. Ini dikerjakan oleh C.D. Ekman yang merupakan
pemrakarsa utama industri pulp sulfit. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950an dan 1960-an berkenaan dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut,
yaitu penggantian kalsium dengan magnesium, natrium atau amonium yang
memberikan jauh lebih banyak dalam pengaturan kondisi pemasakan.
(Sjostrom.E.1995).
c. Proses sulfat ( kraft )
Proses pembuatan pulp kraft menggunakan bahan kimia NaOH dan Na2S
sebagai cairan pemasak atau disebut dengan “white liquor”. Dalam proses kraft
ini menggunakan sodium sulfat sebagai zat pengganti ( make – up ) cairan

Universitas Sumatera Utara

14

pemasak yang hilang selama proses, sehingga dikenal sebagai proses sulfat.
Proses pembuatan kraft ini ditemukan pada ttahun 1884 oleh seorang ahli kimia
yang berkebangsaan Jerman yang bernama Carl F. Dahl. Sementara kata kraft
berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat.
Penambahan ion sulfida akan mempercepat delignifikasi, dengan
kerusakan kecil pada selulosa dan hemiselulosa. Ion sulfida menyebabkan
sulfonasi pada rantai propana yang bersambung dengan gugus fenolik dalam
molekul lignin yang sangat panjang. Reaksi selanjutnya menyebabkan perpecahan
molekul lignin menjadi bagian – bagian yang lebih kecil yang mana garam
natriumnya akan larut dalam larutan pemasak. Pemakaian Na2S mempunyai
keuntungan lain karena Na2S akan terhidrolisa menjadi NaOH dan NaHS.
Sehingga akan menambah jumlah NaOH dalam larutan.
Pulp yang dihaasilkan dalam proses ini disebut pulp kraft, dan mempunyai
kekuatan tarik yang tinggi. Pulp kraft yang tidak diputihkan digunakan untuk
pembuatan kertas pembungkus bahan makanan, bahan bangunan dan mineral.
Sedangkan yang diputihkan digunakan untuk berbagai macam kertas dan karton.
(PT. TPL., 2002).
Salah satu proses yang terpenting dalam pembuatan pulp yaitu proses
pemasakan kayu yang telah chip dilakukan di digester plant dengan menggunakan
panas dan reaksi kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah caustic soda (NaOH)
dan Sodium Sulfida ( Na2S ) campuran ini disebut white liquor . Panas ini
diperoleh dari hasil pemanasan pada liquor heater secara tidak langsung dengan
pertukaran panas ( steam ) dalam sistem sirkulasi lindi pemasak.

Universitas Sumatera Utara

15

Pemanasan biasanya dilakukan pada suhu 1600C – 1800C selama 120 –
180 menit. Pemanasaan ini bertujuan untuk menghilangkan zat – zat non selulosa
yang terdapat di dalam bahan baku melalui reaksi kimia. Sebagian lignin akan
larut pada proses pemasakan, sehingga proses ini disebut juga “delignifikasi”.
Lignin yang larut dalam larutan pemasak ini dapat dipindahkan pada unit
pencucian.
Setelah pemasakan, pada pulp dan lindi pemasak dikeluarkan dari bawah
bagian bejana pada tekanan yang diturunkan masuk ke dalam tangki
penghembusan. Kotoran dengan ukuran besar yang tidak cukup masak ( mata
kayu ) disaring lalu dikembalikan kedalam bejana untuk pemasakan ulang.
Proses pencucian merupakan lanjutan dari proses pemasakan dimana
bubur kayu yang telah dimasak mengalami pencucian pada unit washing. Bubur
kayu yang masuk ke knotter dicuci dalam tempat unit washer yaitu vakum
washer. Dalam tahap ini proses pencucian dilakukan dengan cara mensirkulasi
kembali liquor yang besar penambahannya lebih kecil 0,5% dari total jumlah
white liquor air pencuci dan aliran bubur kayu arahnya berlawanan untuk

mencegah terikutnya kembali lignin bersama pulp. Lindi pemasak bekas
dikeluarkan setelah pencucian pulp dengan arah berlawanan dan diproses lebih
lanjut di dalam alur pemulihan.
Tujuan dari proses pencucian ini adalah untuk memisahkan kandungan
lignin yang masih tersisa setelah proses pemasakan pada digester sebelum
dilanjutkan proses pengelantangan ( bleaching ). Untuk mengetahui kadar lignin

Universitas Sumatera Utara

16

yang masih terdapat di dalam bubur kayu, maka dilakukan dengan analisa dengan
metode tidak langsung untuk mengetahui derajat delignifikasi ( Sirait . S., 2003 ).
2.5. Proses Pemutihan Pulp
Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini
dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa
pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp. Oleh karena itu harus dihilangkan atau
diputihkan.
Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkas sebagai berikut :
1.Memperbaiki brightness
2.Memperbaiki kemurnian
3.Degredasi serat sellulosa seminimum mungkin
Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga faktor lain yang penting dalam
proses pemutihan.(Sirait. S. 2003).

Universitas Sumatera Utara

17

2.6 . Bahan Kimia Pada Proses Pemutihan Pulp
1. Khlorin (Cl2)
Khlorin sangat murah dan bahan kimia yang paling cocok untuk mengubah
banyak lignin dan bahan bahan yang bukan sellulosa di dalam pulp yang larut.
Pada kondisi yang normal khlorin sangat sedikit merusak terhadap serat serat
sellulosa asal saja konsentrasi,temperatur, dan waktu reaksi dikendalikan secara
hati-hati.
2. Sodium Hidroksida (NaOH)
Pada saat Khlorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebahagian besar saja yang
dihasilkan tersebut larut dalam air. Karena Khlorinat lignin dan resin sangat
mudah larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses
khlorinasi. Sodium hidroksi (kaustik soda) merupakan salah satu alkali kuat . Ini
merupakan bahan kimia yang dapat merusak kulit.
3. Oksigan (O2)
Gas oksigen digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama sama dengan alkali
pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat sifat pulp yang diputihkan.
Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap
lingkungan.
4. Sodium Hypokhlorit (NaOCl)
Hypokhlorit adalah persenyawaan khlorin yang pertama digunakan untuk
proses pemutihan. Sodium Hypokhlorit dibuat dari khlorin dan kaustik soda.

Universitas Sumatera Utara

18

Senyawa ini merupakan larutan yang tidak stabil dan cenderung terurai yang
meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat
alkali.
5.Khlorin Dioksida (ClO2)
Khlorin dioksida merupakan salah satu bahan kimia pengoksida kuat, kerja dari
proses ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan
berwarna lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab
ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan sellulosa
dengan kerusakan pada sellulosa yang minimum.(PT.TPL.2002)
2.7 Tahapan Proses Pemutihan Pulp
Pemutihan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan
memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda pada
setiap tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat
ditunjukkan dengan urutan sebagai berikut :
- Khlorinasi (C)
Reaksi dengan elemen khlorin dalam suatu media asam
- Ekstraksi Alkali (E)
Pemisahan hasil reaksi dengan caustic
- Ekstraksi Oksidasi (E/O)
Ekstraksi Oksidasi yang diperkuat dengan Peroksida (E/OP)

Universitas Sumatera Utara

19

- Hypokhlorit (H)
Reaksi dengan Hypokhlorit dalam suasana alkali
- Khlorin Dioksida (D)
Reaksi dengan Khlorin Dioksida dalam suasana asam
- Oksigen (O)
Reaksi dengan elemen O2 yang bertekanan dalam suasana alkali.
Pada tahap khlorinasi, lignin dikhorinasi menjadi khlorolignin(yang akan menjadi
terlarut pada tahap ektraksi), sehingga proses delignifikasi terjadi. Oksigen juga
dipergunakan pada tahap ekstraksi dan terutama digunakan pada proses
delignifikasi.
Pada tahap pemutihan dengan menggunakan Hypokhlorit, kelompok khromoporik
lignin hancur. Brightness meningkat sangat tinggi pada tahap ini. Kalsium atau
Sodium Hypokhlorit kemungkinan bisa dipergunakan. Salah satu kerugian pada
perlakuan ini adalah bahwa sellulosa juga diserang oleh hypokhlorit, dan oleh
karena itu kondisi-kondisi operasi selama perlakuan ini harus diperhatikan dengan
seksama untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sellulosa.
Tahap pemutihan dengan Khlorin Dioksida menghasilkan brightness pulp yang
tinggi. Keuntungan dengan perlakuan ini adalah bahwa Khlorin Dioksida
menghancurkan lignin tanpa merusak sellulosa.

Universitas Sumatera Utara

20

Peroksida digunakan pada proses pemutihan pulp secara kimia. Digunakan pada
kondisi-kondisi yang relatif sejuk (35 sampai 55oC). Peroksida merupakan zat
pemutih yang efektif untuk melindungi sellulosa, memperbaiki brightness tanpa
kehilangan produksi yang berarti.(Sirait.S.2003).
2.8 Titrasi redoks
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat
organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar
titrasi redoks ini berhasil dengan baik maka persyaratan berikut harus dipenuhi :
1.Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
elektron secara stoikiometris.
2.Reaksi redoks harus berjalan dengan cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99,9%)
3.Harus tersedia penentuan titik akhir yang sesuai.
Potensial sistem redoks merupakan peubah yang paling khas yang berubah
selama berlangsungnya titrasi redoks. Karena itu, harga potensial yang diukur
dapat dirajah pada kertas grafik sebagai fungsi volume peniter yang ditambahkan.
(Rivai. H 2006).

Universitas Sumatera Utara

21

2.9 Titrasi Permanganometri
Titrasi Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasrkan reaksi
oleh kalium permanganat (KmnO4). Reaksi yang difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KmnO4 dengan bahan baku tertentu. Zat
pengoksidasi yang kuat ini diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F.
Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan asam, reduksi ini dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
MnO4- + 8H+ + 5e

Mn2+ + 4H2O

Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.
Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator dan umumnya dilakukan
dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengalami titik akhir titrasi.
Reaksi dalam suasana netral
MnO4- + 4H+ + e

MnO4 + 2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi ke kanan dalam
suasana alkalis (Basa).
MnO4- + e

MnO42-

MnO42- + 2H2O + 2e

MnO2 + 4OH-

Universitas Sumatera Utara

22

MnO4- + 2H2O + 3e

MnO2 + 4OH-

Larutan ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan
jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan
misalnya proanalisis dalam air lebih lazim untuk memanaskan suatu larutan yang
baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya dipenangas uap selama ½
jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tidak mereduksi yang
telah dimurnikan atau melalui kertas saring.
(http://www.ibookee.net/search/titrasi-permanganometri.html)

Universitas Sumatera Utara