Analisis Metafungsi Visual Multimodal Teks Mangayun Pada Masyarakat Mandailing Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskripsi ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci (Rakhmat,
2005:25). Metode ini merupakan metode penelitian yang semata- mata hanya
berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris
hidup pada pelaku adat istiadat sehingga yang dihasilkan atau yang dicari berupa
bahasa yang biasanya bersifat paparan, peristiwa, potret yang sebenarnya
(Sudaryanto 1998:62).
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan secara kualitatif deskriptif teks
multimodal mangayun dengan analisis metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) berdasarkan teori metafungsi bahasa yang dikemukakan Halliday
(1985, 2004) dan hubungan intersemiotik logis antara teks verbal dan visual
dengan model Liu Y dan O’Halloran (2009). Berdasarkan hasil analisis ini,
peneliti menginterpretasikan makna yang terdapat pada teks mangayun.
3.2 Lokasi Penelitian
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Sipirok, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli utara, di sebelah
timur berbatasan dengan Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Sebelah barat
dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan di bagian tengah
wilayah terdapat kota Padangsidimpuan. Kabupaten Tapanuli Selatan dipimpin
oleh seorang Bupati (H. Syahrul M Pasaribu, SH), dengan luas wilayah 4.367,05
Km2 dengan jumlah penduduk 264.108 jiwa. Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri
37
38
atas 14 kecamatan berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan
November 2013. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan
dapat dilihat pada tabel 3.1:
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Tapanuli Selatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Luas (Km2)
Desa
Aek Bilah
392,32
12
Angkola Barat
74,10
14
Angkola Sangkunur
295,00
10
Angkola Selatan
291,67
17
Angkola Timur
273,40
15
Arse
208,09
10
Batang Angkola
473,04
34
Batang Toru
351,49
23
Marancar
86,88
12
Muara Batang Toru
417,00
9
Saipar Dolok Hole
547,85
14
Sayur Matinggi
376,55
19
Sipirok
461,75
40
Tano Tombangan Angkola
195,68
17
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
Kecamatan
Kecamatan Batang Angkola merupakan satu-satunya kecamatan yang ada
di Tapanuli Selatan yang mayoritas ditempati oleh masyarakat etnis Mandailing
yang berasal dari daerah Mandailing Natal Sumatera Utara (Sumber: Lurah
Sigalangan: 02 April 2014). Kecamatan Batang Angkola ibukota kecamatannya
Pintu Padang Raya I, dipimpin seorang camat Ali Akbar Hutasuhut. Luas wilayah
Kecamatan Batang Angkola adalah 473,04 Km2 dengan jumlah penduduk 32.666
orang, dan secara administrasi pemerintah terbagi atas 34 desa berdasarkan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan November 2013. Pembagian wilayah
administrasi Kecamatan Batang Angkola dapat dilihat pada tabel 3.2
39
Tabel 3.2 Pembagian Wilayah Administrasi
Kecamatan Batang Angkola
Luas (Km2 )
No
Desa
1
2
3
4
5
6
Sorik
11,70 Km2
Padang Kahombu
11,20 Km2
Huta Padang
5,00 Km2
Sorimadingin
2,30 Km2
Hurase
22,26 Km2
Sigulang Losung
6,89 Km2
Pasar Lamo
11,20 Km2
Sigalangan
23,60 Km2
Janji Manaon
12,98 Km2
Bargot Topong
15,00 Km2
Sidadi Jae
16,00 Km2
Sidadi Julu
9,50 Km2
Janji Mauli
3,50 Km2
Muara Tais III
8,70 Km2
Pargumbangan
3,80 Km2
Pangaribuan
3,50 Km2
Aek Nauli
16,19 Km2
Muara Tais II
10,50 Km2
Bintuju
13,50 Km2
Huta Holbung
9,20 Km2
Muara Tais I
10,00 Km2
Basilam Baru
4,20 Km2
Sipakko
11,10 Km2
Benteng Huraba
21,70 Km2
Pintung Padang I
27,50 Km2
Bangun Purba
30,35 Km2
Pintu Padang II
15,70 Km2
Sitampa
18,25 Km2
Pasir Matogu
9,50 Km2
Sibulele
25,60 Km2
Sorimanaon
3,50 Km2
Tatengger
25,00 Km2
Huta Tonga
20,50 Km2
Tahalak Ujung Gading
15,60 Km2
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Desa Bangun Purba merupakan desa terluas yaitu 30,35 Km2 dan desa
Sorimadingin merupakan desa terkecil 2,30 Km2. Pelaksanaan penelitian ini
difokuskan di desa Janji Manaon. Desa Janji Manaon merupakan wilayah kajian
yang cukup representatif, mengingat masyarakatnya masih melaksanakan
40
berbagai upacara adat, khususnya upacara mangayun. Kemudian desa ini juga
cukup jauh dari kota Padangsidimpuan, sehingga tidak terkontaminasi dengan
masyarakat kota yang sudah mulai meninggalkan upacara adat sejenisnya. Desa
Janji Manaon ini dipilih karena berdasarkan observasi, Janji Manaon merupakan
desa yang mayoritas ditempati etnis Mandailing dan masih memegang adat
istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. (Sumber: Kepala Desa Janji Manaon).
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Mandailing yang menetap di desa
Janji Manaon adalah petani, dengan tingkat perekomian menengah ke bawah.
Terbukti di desa ini terdapat lahan pertanian padi 5,945 ha, ubi kayu 250 ha, ubi
jalar 20 ha, kacang tanah 15 ha dan kacang kedelai 24 ha.
Gambar 3.1 Peta Desa Janji Manaon Kecamatan Batang Angkola,
Kabupaten Tapanuli Selatan
(Tapanuliselatankab.go.id, jul 2011)
Desa Janji Manaon
41
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1
Data
Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa visual/ gambar dari acara
mangayun yang terdiri atas 83 visual. Namun 20 visual yang akan dijadikan data
dalam penelitian ini, karena 20 data sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.
Data tersebut dianalisis dengan teori metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) yang didapatkan dari rekaman visual upacara adat mangayun
berdurasi 00.08.06 (delapan menit enam detik). Pengambilan rekaman tersebut
menggunakan alat camera digital. Data tambahan pada penelitian ini adalah hasil
rekaman wawancara mengenai upacara mangayun oleh kepala desa, pelaku adat
dan pemuka adat desa Janji Manaon.
3.3.2
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari rekaman upacara adat
mangayun dari keluarga besar bapak S. Lubis dan ibu Asnidar Ritonga sebagai
keluarga yang melaksanakan acara mangayun tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon, dan informan; pemuka adat mangayu yaitu ibu Naimah Sari Nasution
dan juga bapak Sori Jul Handi sebagai kepala desa Janji Manaon.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, berupa observasi partisipasi artinya pengamatan terhadap kegiatan
manusia dengan menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini
peneliti masuk ke desa Janji Manaon dengan mengamati upacara adat mangayun
menggunakan pancaindra khususnya mata dan telinga
42
2. Wawancara, berupa wawancara mendalam artinya wawancara untuk
memperoleh keterangan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka
dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,
2011: 111), oleh sebab itu peneliti bertemu langsung dengan pemuka adat, pelaku
adat dan kepala desa untuk melakukan wawancara tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
3. Dokumentasi, berupa dokumen pribadi artinya catatan atau karangan
seseorang secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan dokumentasi pada
pengumpulan data yaitu dokumen pribadi CV odang Production berupa teks
mangayun.
3.4.2
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara memeriksa data dari sumber data.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Merekam acara mangayun berbentuk audio- visual
2. Mereduksi data
3. Mendengarkan nyanyian mangayun dan mentranskipsikan teks
4. Melakukan pelabelan pada data
5. Melakukan observasi di lapangan, ketika acara adat mangayun dilaksanakan
oleh keluarga besar bapak S. Lubis tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon sebagai data
6. Melakukan interview kepada pemuka adat setempat sebagai pendukung data
yang telah didapatkan.
43
3.5 Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (1992:19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Verifikasi/
Penarikan
Kesimpulan
Gambar 3.2
Komponen Analisa Data : Model Interaksif (Miles dan Huberman, 1992)
1. Reduksi data, artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing (memokuskan), 3)
simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5) transformating
(menyusun) dari data mentah
2. Penyajian data, setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya menyajikan
data berupa uraian singkat, bagan, grafik dan hubungan antar kategori.
3. Kesimpulan dan verifikasi, ini adalah langkah terakhir teknik analisis data
Miles dan Huberman. Artinya kesimpulan yang didapatkan sebelum
melakukan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
44
diharapkan adalah temuan baru, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang belum tuntas sehingga menjadi tuntas.
Teknik analisis data Miles dan Huberman digunakan dalam penelitian ini.
Artinya penelitian ini dilakukan berawal dari data yang didapatkan dari lapangan
kemudian direduksi sehingga data dapat disajikan dan disimpulkan. Kemudian
memilih teori yang mendukung berkaitan dengan data. Teknik analisis data
penelitian ini meliputi:
1. Mentranskripsikan data lisan berupa nyanyian mengayun menjadi data
tertulis, dalam tahap ini tidak dilakukan reduksi data karena semua data
diperlukan.
2. Data visual berupa rekaman visual mangayun dilakukan reduksi data, artinya
data dipilih sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3. Data berupa teks multimodal mangayun dianalisis dengan teori metafungsi
visual; fungsi ideasional, interpersonal dan tekstual.
4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai
berikut:
Analisis metafungsi visual teks multimodal mangayun
diayun
Kau
proses: action
Ho
Diayun
gol
aktor
gol
45
Gambar 3.3a Komponen Metafungsi Ideasional
Diayun ho dianalisis dengan komponen ideasional; direalisasikan dalam proses
tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (ho) dengan pelaku (aktor) impisit
yaitu ayah dan ibu.
offer
modalitas
power/intimate/personal
represented participant
Gambar 3.3b Komponen Metafungsi Interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yang
menyaksikan anak, jarak bersifat intimate/personal. Sudut pandang represented
participant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna tinggi
pada gambar, yaitu saturasi netral, warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks rendah pada gambar karena konteks abstrak, kemudian
modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
46
Centred
Framing
Salience
Gambar 3.3c Komponen Metafungsi Tektual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, salience atau
tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
3.6 Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data
dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji
validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi
dengan para ahli (Sugiyono, 2010: 117).
Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk
pemeriksaan keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas
yang ditempuh peneliti melalui beberapa cara, yaitu:
47
1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung
adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa
buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi
wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku
referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis
multimodal, metafungsi bahasa dan mangayun.
2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti
kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun
pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan
member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah
mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin
dipecahkan. Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh
kepada informan. Data tersebut berupa teks mangayun dan visual acara
mangayun.
3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli
dari pemuka adat (berkaitan dengan upacara mangayun) dan juga ahli bahasa
(berkaitan dengan teori metafungsi) dan juga dosen pembimbing. Peneliti
tidak hanya mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan
tetapi juga mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri atas penjelasan tentang analisis metafungsi
visual Kress dan van Leeuwen yang didasari oleh metafungsi Halliday dalam teks
multimodal mangayun serta hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual
mangayun pada masyarakat Mandailing. Setelah data dipilih berdasarkan data
yang dapat mewakili analisis metafungsi visual tidak semua data memenuhi
komponen ideasional, interpersonal dan tekstual seperti yang dikemukakan oleh
Kress dan van Leeuwen (1996,2006), hanya beberapa data saja yang
memilikinya. Berikut ini adalah metafungsi visual dalam teks multimodal
mangayun dan hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual
dalam menyampaikan makna.
4.1.1
Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun
1. Komponen Metafungsi Representasi
Proses
Proses action
Proses classifical
Proses analytical
Proses symbolic
Proses mental
Proses reaksi
Proses konversi
Proses verbal
Jumlah
33
5
4
5
11
9
9
7
83
dalam (%)
27,39
4,15
3,32
4,15
9,13
7,49
7,49
5,81
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua proses dalam komponen
representasi hadir, proses dominan adalah proses action terdapat sekitar
27,39%. Proses classifical 4,15% proses mental 9,13%. Proses reaksi laku
48
49
7,49% proses konversi 7,49% dan proses verbal 5,81%. Artinya, bahwa teks
mangayun dalam masyarakat Mandailing merupakan aktivitas atau kegiatan
yang menyangkut fisik dan terjadi di luar diri manusia.
Partisipan I
Jumlah
dalam (%)
aktor
penanda
carrier
carrier
senser
reaktor
gol
sayer
11
5
1
2
11
6
8
2
46
23,91
10,86
2,17
4,34
23,91
13,04
17,39
4,34
100
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan I dominnan
dilakukan oleh aktor 23,91 dan senser 23,91. Kemudian gol (17,39), reactor
(13,04), penanda (10,86), carrier (4,34), sayer (4,34) dan carrier (2,17).
Artinya bahwa partisipan I yang dominan adalah aktor dan senser berupa
manusia, yaitu ayah, ibu, kahanggi, tamu dan anak yang diayun.
Partisipan II
Gol
petanda
symbolic attribute
symbolic attribute
Fenomenon
Perkataan
Jumlah
32
5
4
5
9
7
62
dalam (%)
51,61
8,06
6,45
8,06
14,51
11,29
100
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan II yang paling
dominan adalah gol (51,61), fenomenon (14,51), perkataan (11,29), petanda
(8,06), symbolic attribute (8,06) dan symbolic attribute (6,45). Artinya bahwa
50
partisipan II yang paling dominan adalah gol, hal ini sejalan dengan proses
action yang paling dominan pada tataran proses dan juga aktor sebagai
partisipan I, gol ini berupa anak yang diayun, ayah, ibu dan juga berbagai
sirkumtan.
Sirkumtan
Jumlah
dalam (%)
Cara
Tempat
penyerta
13
3
8
24
54,16
12,5
33,33
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sirkumtan yang paling dominan
adalah cara (54,16), penyerta (33,33) dan tempat (12,5). Artinya bahwa teks
mangayun ini lebih dominan menampilkan sirkumtan cara, misalnya riang,
simbur ma dan nadung lan.
2. Komponen Interaksional
Jumlah
1. Contact
13
Demand
70
Offer
83
dalam (%)
15,67
84,33
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa di dalam contact terdapat demand
(15,67) dan terdapat offer (84,33) yang artinya bahwa offer/ yang memberi
informasi lebih dominan dari pada yang menerima informasi. Offer meliputi ayah,
ibu, anak yang diayun, kahanggi dan tamu.
2. Social distance
Intimate
Equality
√
√
Jumlah
83
83
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua gambar memiliki jarak sosial
intimate dan equality, artinya bahwa gambar memperlihatkan kedekatan dan
kebersamaan dalam acara mangayun.
51
Jumlah
57
26
83
3. Point of View
Viewer power
Represented participant power
dalam (%)
68,67
31,32
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa, pola penggambaran partisipan lebih
kuat (viewer power) 68,67. Sedangkan 31,32 menggambarkan partisipan menjadi
lemah. Artinya partisipan lebih ditonjolkan dalam gambar acara mangayun
tersebut.
4. Modality
Colour saturatin
Colour differentiation
Colour modulation
Contextualization
Abstraction
Image depth
Illumination
Brightness
Hight
√
√
√
√
√
√
√
√
Low
√
Modalitas warna pada gambar mangayun adalah modalitas tinggi, dari
keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman,
penerangan dan kecerahan. Sedangkan modalitas rendah lebih cenderung terjadi
pada saturasi warna.
3. Komponen Komposisi
1. Nilai informasi
Centred
Given
New
Jumlah
74
9
83
dalam (%)
89,15
10,83
100
Nilai informasi yang paling dominan diletakkan di tengah (centred) 89,15 namun
10,83 nilai informasi ditampilkan di sebelah kanan yang artinya memberikan
informasi baru (new).
52
2. Salience
Kontras dalam warna
adalah ayunan
Jumlah
83
dalam (%)
100
83
100
Salience (tonjolan) pada gambar mangayun adalah ayunan anak, karena ayunan
tersebut memiliki warna yng sangat kontras dari yang lainnya.
3. Framing
Gambar atau garis yang
memberi tanda bagian atau
bukan bagian dari gambar
Jumlah
83
83
dalam (%)
100
100
Framing (bingkai) pada gambar mangayun adalah apa saja yang memberi tanda
bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya
ketika acara mangayun dilaksanakan kemudian seseorang lewat di sekitar acara
yang tertangkap oleh kamera.
4.1.2
Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Visual dalam
Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun
Teks verbal dan teks visual memiliki kaitan satu sama lain dalam
menyampaikan makna. Sebagai sebuah teks multimodal mangayun, masingmasing teks memiliki hubungan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut,
Hubungan Inter-semiotik Logis
1. Repeating
2. Comperative
3. Additive
4. Consequential
Consequence
Contingency
Jumlah
37
4
8
8
26
83
53
Berdasarkan tabel di atas, hubungan intersemiotik logis yang ditemukan pada teks
mangayun, menunjukkan bahwa hubungan consequential; contingency adalah
hubungan yang paling dominan dibandingkan hubungan yang lain, artinya bahwa
hubungan antara teks verbal dan visual mengacu pada hubungan pada efek yang
tidak pasti.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun
Data 1
Solawat salam
tu Rasulullah
‘solawat salam
Proses verbal
kepada Rasullullah’
Perkataan
sayer
setting
modalitas
Gambar 4.1a Komponen metafungsi ideasional
Komponen representasi; Solawat salam direalisasikan dalam proses
verbal, Solawat salam sebagai perkataan, ibu sebagai sayer yang mengucapkan
perkataan. Kemudian sirkumtan berkaitan dengan lokasi adalah rumah.
54
offer
modalitas
intimate/personal/viewer power
offer
Gambar 4.1b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yaitu ayah, ibu
dan kahanggi.
Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power
memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki
oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
55
centred
Framing
salience
Gambar 4.1c Komponen metafungsi tekstual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian salience
atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
Data 2
Jadima
Ho
anak namukmin da amang
‘jadihlah kamu nak anak yang mukmin’
Proses classifical Carrier
Symbolic Attribute
setting
symbolic attribute
carrier
Modalitas
Gambar4.2a komponen metafungsi ideasional
56
Proses yang terjadi dalam gambar di atas adalah proses classifical, anak
sebagai penyandang (carrier), peci ayah sebagai atribut anak na mukmin Proses
relasional dalam bentuk penyandang menunjukkan bentuk yang sangat jelas ho
namun attribut berbentuk implisit. Lokasi pada gambar di atas adalah di rumah
terlihat dinding dan pintu rumah dibelakang partisipan.
intimate/represented viewer power
offer
modalitas
Gambar4.2b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak, Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk represented participant power memberi
pengertian adanya kelemahan pandangan yang dimiliki oleh khalayak dalam
gambar. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
57
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience
framing
Gambar4.2c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras, kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari
gambar tersebut.
Data 3
Cita-cita
nian marujung
‘semoga cita-cita tercapai’
Symbolic attribute
proses analytical
Setting
pemilik
4.3a Komponen Metafungsi ideasional
58
Cita-cita nian marujung dianalisis dengan fungsi ideasional; marujung
direalisasikan dalam proses analytical, cita-cita sebagai symbolic attribute.
Sedangkan carrier bersipat implisit yang direpresentasikan kepada anak yang
diayun. Sirkumtan lokasi yaitu rumah.
Offer
intimate/viewer power
offer
modalitas
4.3b Komponen Metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar karena tidak ada partisipan
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, tamu dan anak
sebagai offer yang menyaksikan acara, Pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan
kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
59
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience
4.3c Komponen Metafungsi ideasional
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 4
Amang
nak
gol
Diayun
Diayun
proses action
aktor
gol
setting
Modalitas
Gambar 4.4a Komponen metafungsi ideasional
60
Amang diayun dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan dalam
proses tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (amang) karena dinyatakan
dalam bentuk predikat pasif (diayun), ibu, ayah dan kahanggi sebagai aktor.
Kemudian sirkumtan lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
represented partisipant viewer
offer
offer
Intimate /personal
Modalitas
Gambar 4.4b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend viewer power
memberi pengertian adanya kelemahan yang dimiliki oleh khalayak pada gambar
di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
61
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centrend
salience
Gambar 4.4c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 5
Dianggun
Diayun
Proses action
dibue-bue
nina bobo
Gol
Setting
Aktor
gol
Gambar 4.5a Komponen Metafungsi Ideasional
62
Dianggun dibue-bue dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan
dalam proses tindakan (action). Anak menjadi pesal utama atau gol, kemudian
ayah, ibu dan kahanggi menjadi aktor, yaitu yang melakukan kegiatan.
Kemudian, pada gambar ini menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
intimate/represented partisipant power
offer
offer
modalitas
Gambar 4.5b Komponen Metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu
sebagai offer yang menyaksikan acara, pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk represented participant power memberi kelemahan yang dimiliki oleh
khalayak dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (Intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
63
Centred
Salince
Gambar 4.5c Komponen Metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras
Data 6
Nauli bulung
Riang
Mangayun
‘remaja putri mengayun dengan bahagia’
Actor
Goal
proses action
Aktor
setting
gol
Gambar 4.6a komponen metafungsi ideasional
Nauli bulung riang mangayun dianalisis dengan fungsi ideasional;
direalisasikan dalam proses tindakan (action), nauli bulung menjadi pelaku, riang
64
sebagai gol. Namun dalam gambar menunjukkan ayah, ibu dan kahanggi sebagai
aktor, dan anak yang diayun sebagai gol. Kemudian, pada gambar ini
menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
offer
demand
Social/equality/viewer power
modalitas
Gambar 4.6b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan deklaratif,
anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung dengan
khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
65
Centred
Framing
Silence
Gambar 4.6c komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 7
Horas torkis
Fenomenon
ama ina
Magabe
‘sehat-sehat ayah ibu menjadi senang’
Senser
proses mental
senser
fenomenon
Setting
Gambar 4.7a Komponen metafungsi ideasional
66
Horas torkis ama ina magabe dianalisis dengan fungsi ideasional; magabe
direalisasikan dalam proses mental, ama ina menjadi senser (pengindera) dan
horas torkis sebagai fenomenon yang ditujukan untuk anak yang diayun. Artinya,
dengan proses mental magabe dirasakan oleh ama ina dan menghasilkan
fenomenon anak yang diayun
offer
demand
Intimate/representend participant viewer
modalitas
Gambar 4.7b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant
viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.
Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
67
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi
framing
Centred
salience
Gambar 4.7c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut.
Data 8
Sagala koum
mando’ahon
‘semua saudara mendo’akan kalian’
Sayer
proses verbal
Hamunu
utterance
sayer
perkataan
Gambar 4.8a Komponen metafungsi ideasional
68
Sagala koum mandoahon hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional;
mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, sagala koum menjadi sayer dan
hamunu sebagai perkataan. Artinya, dengan proses verbal mandoahon yang
dilakukan oleh sayer sagala koum dan mengatakan perkataan hamunu.
Offer
intimate/represented participant power
demand
modality
Gambar 4.8b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ada pada gambar karena tidak ada yang berinteraksi
langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu sebagai offer
yang menyaksikan anak. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk
representend participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan
partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
69
Centred
salience
framing
Gambar 4.8c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut
Data 9
Jadima
Ho
anak na soleh
Jadilah kamu anak yang soleh
Proses classifical
Carrier
Symbolic Attribute
70
Symbolic Attribute
Setting
carrier
Gambar 4.9a komponen metafungsi ideasional
Jadima ho anak na soleh dianalisis dengan fungsi ideasional; jadima
direalisasikan dalam proses classifical; ho menjadi carrier dan anak na soleh
sebagai symbolic attribute. Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di
rumah.
Intimate /represented partisipan power
offer
offer
modality
Gambar 4.9b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan acara. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
71
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
silence
framing
centred
Gambar 4.9c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
72
Data 10
Simbur ma
ho amang
‘cepatlah kamu nak besar’
Petanda
Penanda
laho magodang
proses symbolic
petanda
setting
penanda
Gambar 4.10a komponen metafungsi ideasional
Simbur ma ho amang laho magodang dianalisis dengan fungsi ideasional;
laho magodang direalisasikan dalam proses symbolic, ho amang menjadi penanda
dan simbur ma sebagai petanda yang direalisasikan ayah dengan sentuhan kasih
sayang. Kemudian lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
Offer
demand
Intimate/personal/equality/viewer power
Modalitas
Gambar 4.10b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
73
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
framing
Gambar 4.10c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
74
Data 11
Peng-peng muse
laho matua
‘cepat juga menjadi dewasa’
Petanda
proses symbolic
setting
penanda
petanda
Gambar 4.11a Komponen metafungsi ideasional
Peng-peng muse laho matua dianalisis dengan fungsi ideasional; laho
matua direalisasikan dalam proses symbolic; peng-peng muse anak yang diayun
menjadi penanda, kemudian petanda direalisasikan dari senyum bahagia ayah.
Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di rumah.
offer
demand
Intimate/represented participant power
modality
Gambar 4.11b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
75
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer
memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.
Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
salience
Framing
Gambar 4.11c Komponen metafungsi textual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 12
Ringgas
Goal
mangarejohon
‘rajin mengerjakan sholat’
proses action
Sumbayang
goal
76
gol
aktor
Setting
Gambar 4.12a Komponen merafungsi ideasional
Ringgas mangarejohon sumbayang dianalisis dengan fungsi ideasional;
mangarejohon direalisasikan dalam proses tindakan (action), sumbayang dan
ringgas menjadi gol yang direalisasikan dengan peci ayah. Anak yang diayun
sebagai aktor.
offer
intimate/equality/represented participant power
modality
Gambar 4.12b Komponen merafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
77
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Framing
centred
silence
Gambar 4.12c Komponen merafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 13
Sareto
mando’ahon
ama ina
‘seraya mendo’akan ayah ibu’
proses verbal
Utterance
78
Setting
perkataan
sayer
Gambar 4.13a Komponen metafungsi ideasional
Sareto mandoahon ama ina dianalisis dengan fungsi ideasional;
mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, dan ama ina menjadi perkataan
dan anak yang diayun sebagai sayer. Artinya, dengan proses verbal mandoahon
ini subjeknya tersembunyi sehingga perkataan dari mandoahon itu adalah ama
ina.
Offer
intimate /represented participant power
demand
modality
Gambar 4.13b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar karena tidak ada yang
79
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centerd
framing
silence
Gambar 4.13c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut.
80
Data 14
Ho do
jagar-jagar
ni ama ina da amang
‘kau lah yang menjadi hiasan untuk ayah ibu nak’
Carrier
proses analytical
Symbolic attribute
carrier
symbolic attribute
Gambar 4.14a Komponen metafungsi ideasional
Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; jagar-jagar direalisasikan dalam proses analytical, ama ina menjadi
carrier dan ho sebagai symbolic attribute.
offer
demand
Intimate/representend participant power
modality
Gambar 4.14b Komponen metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
81
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi
pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
framing
silence
Gambar 4.14c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 15
Mayam-mayam
ni si mangido
‘menjadi mainan untuk tangan’
Proses analytical
Symbolic attribute
carrier
82
setting
symbolic analytical
Gambar 4.15a Komponen metafungsi ideasional
Mayam-mayam ni si mangido dianalisis dengan fungsi ideasional; mayammayam direalisasikan dalam proses analytical, ni si mangido sebagai symbolic
analytical yang direalisasikan pada anak yang diayun. Carrier dari proses ini
tersembunyi yang direalisasikan pada ayah dan ibu.
intimate/participant participant power
offer
offer
modality
Gambar 4.15b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional; demand tidak ditemukan pada
gambar di atas karena tidak ada yang berinteraksi langsung dengan khalayak.
Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan acara. Pola penggambaran
Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi pengertian
adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang
dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu
83
hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan
penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail
yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
tinggi.
centred
framing
silence
Gambar 4.15c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 16
ida
ho amang
sude on
ancogot da amang
‘suatu hari nanti lihat lah ini semua nak’
Proses mental Senser
Fenomenon
84
setting
senser
fenomenon
Gambar 4.16a komponen metafungsi ideasional
Ida ho amang sude on ancogot da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; ida direalisasikan dalam proses mental, pengindera (senser) implisit,
yang kemudian direalisasikan oleh ayah, ibu dan kahanggi. Ho amang sebagai
fenomenon. Kemudian lokasi pada gambar adalah rumah.
offer
demand
Intimate/equality/viewer power
modality
Gambar 4.16b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi
pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan
85
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
Gambar 4.16c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 17
holong ni on
ulang lupa
hamunu
‘kalian jangan lupa dengan kasih sayang ini’
Fenomenon
presos mental
Senser
86
senser
fenomenon
Gambar 4.17 a Komponen metafungsi interpersonal
Holong ni on ulang lupa hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; lupa
direalisasikan dalam proses mental, pengindera implisit yang kemudian
direalisasikan kepada ayah dan kahanggi, kemudian anak yang diayun sebagai
fenomenon.
offer
Intimate/equality/viewer power
demand
modality
Gambar 4.17 b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
87
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
non-centred/new
silence
framing
Gambar 4.17 c Komponen m
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskripsi ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci (Rakhmat,
2005:25). Metode ini merupakan metode penelitian yang semata- mata hanya
berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris
hidup pada pelaku adat istiadat sehingga yang dihasilkan atau yang dicari berupa
bahasa yang biasanya bersifat paparan, peristiwa, potret yang sebenarnya
(Sudaryanto 1998:62).
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan secara kualitatif deskriptif teks
multimodal mangayun dengan analisis metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) berdasarkan teori metafungsi bahasa yang dikemukakan Halliday
(1985, 2004) dan hubungan intersemiotik logis antara teks verbal dan visual
dengan model Liu Y dan O’Halloran (2009). Berdasarkan hasil analisis ini,
peneliti menginterpretasikan makna yang terdapat pada teks mangayun.
3.2 Lokasi Penelitian
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Sipirok, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli utara, di sebelah
timur berbatasan dengan Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Sebelah barat
dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan di bagian tengah
wilayah terdapat kota Padangsidimpuan. Kabupaten Tapanuli Selatan dipimpin
oleh seorang Bupati (H. Syahrul M Pasaribu, SH), dengan luas wilayah 4.367,05
Km2 dengan jumlah penduduk 264.108 jiwa. Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri
37
38
atas 14 kecamatan berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan
November 2013. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan
dapat dilihat pada tabel 3.1:
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Tapanuli Selatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Luas (Km2)
Desa
Aek Bilah
392,32
12
Angkola Barat
74,10
14
Angkola Sangkunur
295,00
10
Angkola Selatan
291,67
17
Angkola Timur
273,40
15
Arse
208,09
10
Batang Angkola
473,04
34
Batang Toru
351,49
23
Marancar
86,88
12
Muara Batang Toru
417,00
9
Saipar Dolok Hole
547,85
14
Sayur Matinggi
376,55
19
Sipirok
461,75
40
Tano Tombangan Angkola
195,68
17
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
Kecamatan
Kecamatan Batang Angkola merupakan satu-satunya kecamatan yang ada
di Tapanuli Selatan yang mayoritas ditempati oleh masyarakat etnis Mandailing
yang berasal dari daerah Mandailing Natal Sumatera Utara (Sumber: Lurah
Sigalangan: 02 April 2014). Kecamatan Batang Angkola ibukota kecamatannya
Pintu Padang Raya I, dipimpin seorang camat Ali Akbar Hutasuhut. Luas wilayah
Kecamatan Batang Angkola adalah 473,04 Km2 dengan jumlah penduduk 32.666
orang, dan secara administrasi pemerintah terbagi atas 34 desa berdasarkan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan November 2013. Pembagian wilayah
administrasi Kecamatan Batang Angkola dapat dilihat pada tabel 3.2
39
Tabel 3.2 Pembagian Wilayah Administrasi
Kecamatan Batang Angkola
Luas (Km2 )
No
Desa
1
2
3
4
5
6
Sorik
11,70 Km2
Padang Kahombu
11,20 Km2
Huta Padang
5,00 Km2
Sorimadingin
2,30 Km2
Hurase
22,26 Km2
Sigulang Losung
6,89 Km2
Pasar Lamo
11,20 Km2
Sigalangan
23,60 Km2
Janji Manaon
12,98 Km2
Bargot Topong
15,00 Km2
Sidadi Jae
16,00 Km2
Sidadi Julu
9,50 Km2
Janji Mauli
3,50 Km2
Muara Tais III
8,70 Km2
Pargumbangan
3,80 Km2
Pangaribuan
3,50 Km2
Aek Nauli
16,19 Km2
Muara Tais II
10,50 Km2
Bintuju
13,50 Km2
Huta Holbung
9,20 Km2
Muara Tais I
10,00 Km2
Basilam Baru
4,20 Km2
Sipakko
11,10 Km2
Benteng Huraba
21,70 Km2
Pintung Padang I
27,50 Km2
Bangun Purba
30,35 Km2
Pintu Padang II
15,70 Km2
Sitampa
18,25 Km2
Pasir Matogu
9,50 Km2
Sibulele
25,60 Km2
Sorimanaon
3,50 Km2
Tatengger
25,00 Km2
Huta Tonga
20,50 Km2
Tahalak Ujung Gading
15,60 Km2
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan: 2013)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Desa Bangun Purba merupakan desa terluas yaitu 30,35 Km2 dan desa
Sorimadingin merupakan desa terkecil 2,30 Km2. Pelaksanaan penelitian ini
difokuskan di desa Janji Manaon. Desa Janji Manaon merupakan wilayah kajian
yang cukup representatif, mengingat masyarakatnya masih melaksanakan
40
berbagai upacara adat, khususnya upacara mangayun. Kemudian desa ini juga
cukup jauh dari kota Padangsidimpuan, sehingga tidak terkontaminasi dengan
masyarakat kota yang sudah mulai meninggalkan upacara adat sejenisnya. Desa
Janji Manaon ini dipilih karena berdasarkan observasi, Janji Manaon merupakan
desa yang mayoritas ditempati etnis Mandailing dan masih memegang adat
istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. (Sumber: Kepala Desa Janji Manaon).
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Mandailing yang menetap di desa
Janji Manaon adalah petani, dengan tingkat perekomian menengah ke bawah.
Terbukti di desa ini terdapat lahan pertanian padi 5,945 ha, ubi kayu 250 ha, ubi
jalar 20 ha, kacang tanah 15 ha dan kacang kedelai 24 ha.
Gambar 3.1 Peta Desa Janji Manaon Kecamatan Batang Angkola,
Kabupaten Tapanuli Selatan
(Tapanuliselatankab.go.id, jul 2011)
Desa Janji Manaon
41
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1
Data
Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa visual/ gambar dari acara
mangayun yang terdiri atas 83 visual. Namun 20 visual yang akan dijadikan data
dalam penelitian ini, karena 20 data sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.
Data tersebut dianalisis dengan teori metafungsi visual Kress dan van Leeuwen
(1996, 2006) yang didapatkan dari rekaman visual upacara adat mangayun
berdurasi 00.08.06 (delapan menit enam detik). Pengambilan rekaman tersebut
menggunakan alat camera digital. Data tambahan pada penelitian ini adalah hasil
rekaman wawancara mengenai upacara mangayun oleh kepala desa, pelaku adat
dan pemuka adat desa Janji Manaon.
3.3.2
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari rekaman upacara adat
mangayun dari keluarga besar bapak S. Lubis dan ibu Asnidar Ritonga sebagai
keluarga yang melaksanakan acara mangayun tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon, dan informan; pemuka adat mangayu yaitu ibu Naimah Sari Nasution
dan juga bapak Sori Jul Handi sebagai kepala desa Janji Manaon.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, berupa observasi partisipasi artinya pengamatan terhadap kegiatan
manusia dengan menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini
peneliti masuk ke desa Janji Manaon dengan mengamati upacara adat mangayun
menggunakan pancaindra khususnya mata dan telinga
42
2. Wawancara, berupa wawancara mendalam artinya wawancara untuk
memperoleh keterangan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka
dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,
2011: 111), oleh sebab itu peneliti bertemu langsung dengan pemuka adat, pelaku
adat dan kepala desa untuk melakukan wawancara tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
3. Dokumentasi, berupa dokumen pribadi artinya catatan atau karangan
seseorang secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan dokumentasi pada
pengumpulan data yaitu dokumen pribadi CV odang Production berupa teks
mangayun.
3.4.2
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara memeriksa data dari sumber data.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Merekam acara mangayun berbentuk audio- visual
2. Mereduksi data
3. Mendengarkan nyanyian mangayun dan mentranskipsikan teks
4. Melakukan pelabelan pada data
5. Melakukan observasi di lapangan, ketika acara adat mangayun dilaksanakan
oleh keluarga besar bapak S. Lubis tanggal 19 April 2015 di desa Janji
Manaon sebagai data
6. Melakukan interview kepada pemuka adat setempat sebagai pendukung data
yang telah didapatkan.
43
3.5 Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (1992:19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Verifikasi/
Penarikan
Kesimpulan
Gambar 3.2
Komponen Analisa Data : Model Interaksif (Miles dan Huberman, 1992)
1. Reduksi data, artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing (memokuskan), 3)
simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5) transformating
(menyusun) dari data mentah
2. Penyajian data, setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya menyajikan
data berupa uraian singkat, bagan, grafik dan hubungan antar kategori.
3. Kesimpulan dan verifikasi, ini adalah langkah terakhir teknik analisis data
Miles dan Huberman. Artinya kesimpulan yang didapatkan sebelum
melakukan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
44
diharapkan adalah temuan baru, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang belum tuntas sehingga menjadi tuntas.
Teknik analisis data Miles dan Huberman digunakan dalam penelitian ini.
Artinya penelitian ini dilakukan berawal dari data yang didapatkan dari lapangan
kemudian direduksi sehingga data dapat disajikan dan disimpulkan. Kemudian
memilih teori yang mendukung berkaitan dengan data. Teknik analisis data
penelitian ini meliputi:
1. Mentranskripsikan data lisan berupa nyanyian mengayun menjadi data
tertulis, dalam tahap ini tidak dilakukan reduksi data karena semua data
diperlukan.
2. Data visual berupa rekaman visual mangayun dilakukan reduksi data, artinya
data dipilih sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3. Data berupa teks multimodal mangayun dianalisis dengan teori metafungsi
visual; fungsi ideasional, interpersonal dan tekstual.
4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai
berikut:
Analisis metafungsi visual teks multimodal mangayun
diayun
Kau
proses: action
Ho
Diayun
gol
aktor
gol
45
Gambar 3.3a Komponen Metafungsi Ideasional
Diayun ho dianalisis dengan komponen ideasional; direalisasikan dalam proses
tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (ho) dengan pelaku (aktor) impisit
yaitu ayah dan ibu.
offer
modalitas
power/intimate/personal
represented participant
Gambar 3.3b Komponen Metafungsi Interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yang
menyaksikan anak, jarak bersifat intimate/personal. Sudut pandang represented
participant power artinya tampilan gambar melemah. Modalitas warna tinggi
pada gambar, yaitu saturasi netral, warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks rendah pada gambar karena konteks abstrak, kemudian
modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
46
Centred
Framing
Salience
Gambar 3.3c Komponen Metafungsi Tektual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, salience atau
tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
3.6 Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data
dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji
validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi
dengan para ahli (Sugiyono, 2010: 117).
Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk
pemeriksaan keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas
yang ditempuh peneliti melalui beberapa cara, yaitu:
47
1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung
adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa
buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi
wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku
referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis
multimodal, metafungsi bahasa dan mangayun.
2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti
kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun
pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan
member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah
mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin
dipecahkan. Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh
kepada informan. Data tersebut berupa teks mangayun dan visual acara
mangayun.
3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli
dari pemuka adat (berkaitan dengan upacara mangayun) dan juga ahli bahasa
(berkaitan dengan teori metafungsi) dan juga dosen pembimbing. Peneliti
tidak hanya mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan
tetapi juga mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri atas penjelasan tentang analisis metafungsi
visual Kress dan van Leeuwen yang didasari oleh metafungsi Halliday dalam teks
multimodal mangayun serta hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual
mangayun pada masyarakat Mandailing. Setelah data dipilih berdasarkan data
yang dapat mewakili analisis metafungsi visual tidak semua data memenuhi
komponen ideasional, interpersonal dan tekstual seperti yang dikemukakan oleh
Kress dan van Leeuwen (1996,2006), hanya beberapa data saja yang
memilikinya. Berikut ini adalah metafungsi visual dalam teks multimodal
mangayun dan hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan teks visual
dalam menyampaikan makna.
4.1.1
Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun
1. Komponen Metafungsi Representasi
Proses
Proses action
Proses classifical
Proses analytical
Proses symbolic
Proses mental
Proses reaksi
Proses konversi
Proses verbal
Jumlah
33
5
4
5
11
9
9
7
83
dalam (%)
27,39
4,15
3,32
4,15
9,13
7,49
7,49
5,81
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua proses dalam komponen
representasi hadir, proses dominan adalah proses action terdapat sekitar
27,39%. Proses classifical 4,15% proses mental 9,13%. Proses reaksi laku
48
49
7,49% proses konversi 7,49% dan proses verbal 5,81%. Artinya, bahwa teks
mangayun dalam masyarakat Mandailing merupakan aktivitas atau kegiatan
yang menyangkut fisik dan terjadi di luar diri manusia.
Partisipan I
Jumlah
dalam (%)
aktor
penanda
carrier
carrier
senser
reaktor
gol
sayer
11
5
1
2
11
6
8
2
46
23,91
10,86
2,17
4,34
23,91
13,04
17,39
4,34
100
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan I dominnan
dilakukan oleh aktor 23,91 dan senser 23,91. Kemudian gol (17,39), reactor
(13,04), penanda (10,86), carrier (4,34), sayer (4,34) dan carrier (2,17).
Artinya bahwa partisipan I yang dominan adalah aktor dan senser berupa
manusia, yaitu ayah, ibu, kahanggi, tamu dan anak yang diayun.
Partisipan II
Gol
petanda
symbolic attribute
symbolic attribute
Fenomenon
Perkataan
Jumlah
32
5
4
5
9
7
62
dalam (%)
51,61
8,06
6,45
8,06
14,51
11,29
100
Berdasarkan tabel di atas, menyimpulkan bahwa partisipan II yang paling
dominan adalah gol (51,61), fenomenon (14,51), perkataan (11,29), petanda
(8,06), symbolic attribute (8,06) dan symbolic attribute (6,45). Artinya bahwa
50
partisipan II yang paling dominan adalah gol, hal ini sejalan dengan proses
action yang paling dominan pada tataran proses dan juga aktor sebagai
partisipan I, gol ini berupa anak yang diayun, ayah, ibu dan juga berbagai
sirkumtan.
Sirkumtan
Jumlah
dalam (%)
Cara
Tempat
penyerta
13
3
8
24
54,16
12,5
33,33
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa sirkumtan yang paling dominan
adalah cara (54,16), penyerta (33,33) dan tempat (12,5). Artinya bahwa teks
mangayun ini lebih dominan menampilkan sirkumtan cara, misalnya riang,
simbur ma dan nadung lan.
2. Komponen Interaksional
Jumlah
1. Contact
13
Demand
70
Offer
83
dalam (%)
15,67
84,33
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa di dalam contact terdapat demand
(15,67) dan terdapat offer (84,33) yang artinya bahwa offer/ yang memberi
informasi lebih dominan dari pada yang menerima informasi. Offer meliputi ayah,
ibu, anak yang diayun, kahanggi dan tamu.
2. Social distance
Intimate
Equality
√
√
Jumlah
83
83
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua gambar memiliki jarak sosial
intimate dan equality, artinya bahwa gambar memperlihatkan kedekatan dan
kebersamaan dalam acara mangayun.
51
Jumlah
57
26
83
3. Point of View
Viewer power
Represented participant power
dalam (%)
68,67
31,32
100
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa, pola penggambaran partisipan lebih
kuat (viewer power) 68,67. Sedangkan 31,32 menggambarkan partisipan menjadi
lemah. Artinya partisipan lebih ditonjolkan dalam gambar acara mangayun
tersebut.
4. Modality
Colour saturatin
Colour differentiation
Colour modulation
Contextualization
Abstraction
Image depth
Illumination
Brightness
Hight
√
√
√
√
√
√
√
√
Low
√
Modalitas warna pada gambar mangayun adalah modalitas tinggi, dari
keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman,
penerangan dan kecerahan. Sedangkan modalitas rendah lebih cenderung terjadi
pada saturasi warna.
3. Komponen Komposisi
1. Nilai informasi
Centred
Given
New
Jumlah
74
9
83
dalam (%)
89,15
10,83
100
Nilai informasi yang paling dominan diletakkan di tengah (centred) 89,15 namun
10,83 nilai informasi ditampilkan di sebelah kanan yang artinya memberikan
informasi baru (new).
52
2. Salience
Kontras dalam warna
adalah ayunan
Jumlah
83
dalam (%)
100
83
100
Salience (tonjolan) pada gambar mangayun adalah ayunan anak, karena ayunan
tersebut memiliki warna yng sangat kontras dari yang lainnya.
3. Framing
Gambar atau garis yang
memberi tanda bagian atau
bukan bagian dari gambar
Jumlah
83
83
dalam (%)
100
100
Framing (bingkai) pada gambar mangayun adalah apa saja yang memberi tanda
bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya
ketika acara mangayun dilaksanakan kemudian seseorang lewat di sekitar acara
yang tertangkap oleh kamera.
4.1.2
Hubungan Inter-semiotik Logis antara Teks Verbal dan Visual dalam
Menyampaikan Makna Teks Multimodal Mangayun
Teks verbal dan teks visual memiliki kaitan satu sama lain dalam
menyampaikan makna. Sebagai sebuah teks multimodal mangayun, masingmasing teks memiliki hubungan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut,
Hubungan Inter-semiotik Logis
1. Repeating
2. Comperative
3. Additive
4. Consequential
Consequence
Contingency
Jumlah
37
4
8
8
26
83
53
Berdasarkan tabel di atas, hubungan intersemiotik logis yang ditemukan pada teks
mangayun, menunjukkan bahwa hubungan consequential; contingency adalah
hubungan yang paling dominan dibandingkan hubungan yang lain, artinya bahwa
hubungan antara teks verbal dan visual mengacu pada hubungan pada efek yang
tidak pasti.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Metafungsi Visual dalam Teks Multimodal Mangayun
Data 1
Solawat salam
tu Rasulullah
‘solawat salam
Proses verbal
kepada Rasullullah’
Perkataan
sayer
setting
modalitas
Gambar 4.1a Komponen metafungsi ideasional
Komponen representasi; Solawat salam direalisasikan dalam proses
verbal, Solawat salam sebagai perkataan, ibu sebagai sayer yang mengucapkan
perkataan. Kemudian sirkumtan berkaitan dengan lokasi adalah rumah.
54
offer
modalitas
intimate/personal/viewer power
offer
Gambar 4.1b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional, pada gambar di atas demand tidak
ditemukan karena tidak ada partisipan yang berinteraksi langsung dengan
khalayak, namun partisipan yang lainnya bertindak sebagai offer yaitu ayah, ibu
dan kahanggi.
Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power
memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki
oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
55
centred
Framing
salience
Gambar 4.1c Komponen metafungsi tekstual
Komponen tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun sebagai
centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian salience
atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang kontras,
kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar
tersebut.
Data 2
Jadima
Ho
anak namukmin da amang
‘jadihlah kamu nak anak yang mukmin’
Proses classifical Carrier
Symbolic Attribute
setting
symbolic attribute
carrier
Modalitas
Gambar4.2a komponen metafungsi ideasional
56
Proses yang terjadi dalam gambar di atas adalah proses classifical, anak
sebagai penyandang (carrier), peci ayah sebagai atribut anak na mukmin Proses
relasional dalam bentuk penyandang menunjukkan bentuk yang sangat jelas ho
namun attribut berbentuk implisit. Lokasi pada gambar di atas adalah di rumah
terlihat dinding dan pintu rumah dibelakang partisipan.
intimate/represented viewer power
offer
modalitas
Gambar4.2b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak, Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk represented participant power memberi
pengertian adanya kelemahan pandangan yang dimiliki oleh khalayak dalam
gambar. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (Intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
57
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience
framing
Gambar4.2c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras, kemudian framing pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari
gambar tersebut.
Data 3
Cita-cita
nian marujung
‘semoga cita-cita tercapai’
Symbolic attribute
proses analytical
Setting
pemilik
4.3a Komponen Metafungsi ideasional
58
Cita-cita nian marujung dianalisis dengan fungsi ideasional; marujung
direalisasikan dalam proses analytical, cita-cita sebagai symbolic attribute.
Sedangkan carrier bersipat implisit yang direpresentasikan kepada anak yang
diayun. Sirkumtan lokasi yaitu rumah.
Offer
intimate/viewer power
offer
modalitas
4.3b Komponen Metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar karena tidak ada partisipan
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, tamu dan anak
sebagai offer yang menyaksikan acara, Pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri sendiri dan
kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
59
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
Salience
4.3c Komponen Metafungsi ideasional
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 4
Amang
nak
gol
Diayun
Diayun
proses action
aktor
gol
setting
Modalitas
Gambar 4.4a Komponen metafungsi ideasional
60
Amang diayun dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan dalam
proses tindakan (action). Pesan utamanya adalah gol (amang) karena dinyatakan
dalam bentuk predikat pasif (diayun), ibu, ayah dan kahanggi sebagai aktor.
Kemudian sirkumtan lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
represented partisipant viewer
offer
offer
Intimate /personal
Modalitas
Gambar 4.4b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend viewer power
memberi pengertian adanya kelemahan yang dimiliki oleh khalayak pada gambar
di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
61
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Centrend
salience
Gambar 4.4c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 5
Dianggun
Diayun
Proses action
dibue-bue
nina bobo
Gol
Setting
Aktor
gol
Gambar 4.5a Komponen Metafungsi Ideasional
62
Dianggun dibue-bue dianalisis dengan fungsi ideasional; direalisasikan
dalam proses tindakan (action). Anak menjadi pesal utama atau gol, kemudian
ayah, ibu dan kahanggi menjadi aktor, yaitu yang melakukan kegiatan.
Kemudian, pada gambar ini menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
intimate/represented partisipant power
offer
offer
modalitas
Gambar 4.5b Komponen Metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu
sebagai offer yang menyaksikan acara, pola penggambaran Partisipan dalam
bentuk represented participant power memberi kelemahan yang dimiliki oleh
khalayak dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (Intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
63
Centred
Salince
Gambar 4.5c Komponen Metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras
Data 6
Nauli bulung
Riang
Mangayun
‘remaja putri mengayun dengan bahagia’
Actor
Goal
proses action
Aktor
setting
gol
Gambar 4.6a komponen metafungsi ideasional
Nauli bulung riang mangayun dianalisis dengan fungsi ideasional;
direalisasikan dalam proses tindakan (action), nauli bulung menjadi pelaku, riang
64
sebagai gol. Namun dalam gambar menunjukkan ayah, ibu dan kahanggi sebagai
aktor, dan anak yang diayun sebagai gol. Kemudian, pada gambar ini
menunjukkan lokasi acara ini adalah di rumah.
offer
demand
Social/equality/viewer power
modalitas
Gambar 4.6b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan deklaratif,
anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung dengan
khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
65
Centred
Framing
Silence
Gambar 4.6c komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 7
Horas torkis
Fenomenon
ama ina
Magabe
‘sehat-sehat ayah ibu menjadi senang’
Senser
proses mental
senser
fenomenon
Setting
Gambar 4.7a Komponen metafungsi ideasional
66
Horas torkis ama ina magabe dianalisis dengan fungsi ideasional; magabe
direalisasikan dalam proses mental, ama ina menjadi senser (pengindera) dan
horas torkis sebagai fenomenon yang ditujukan untuk anak yang diayun. Artinya,
dengan proses mental magabe dirasakan oleh ama ina dan menghasilkan
fenomenon anak yang diayun
offer
demand
Intimate/representend participant viewer
modalitas
Gambar 4.7b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu dan tamu sebagai offer yang menyaksikan
anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant
viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.
Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
67
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi
framing
Centred
salience
Gambar 4.7c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut.
Data 8
Sagala koum
mando’ahon
‘semua saudara mendo’akan kalian’
Sayer
proses verbal
Hamunu
utterance
sayer
perkataan
Gambar 4.8a Komponen metafungsi ideasional
68
Sagala koum mandoahon hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional;
mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, sagala koum menjadi sayer dan
hamunu sebagai perkataan. Artinya, dengan proses verbal mandoahon yang
dilakukan oleh sayer sagala koum dan mengatakan perkataan hamunu.
Offer
intimate/represented participant power
demand
modality
Gambar 4.8b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ada pada gambar karena tidak ada yang berinteraksi
langsung dengan khalayak. Kahanggi, ayah, ibu, anak dan tamu sebagai offer
yang menyaksikan anak. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk
representend participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan
partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih,
kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan,
modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah,
kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas
kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi
karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
69
Centred
salience
framing
Gambar 4.8c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut
Data 9
Jadima
Ho
anak na soleh
Jadilah kamu anak yang soleh
Proses classifical
Carrier
Symbolic Attribute
70
Symbolic Attribute
Setting
carrier
Gambar 4.9a komponen metafungsi ideasional
Jadima ho anak na soleh dianalisis dengan fungsi ideasional; jadima
direalisasikan dalam proses classifical; ho menjadi carrier dan anak na soleh
sebagai symbolic attribute. Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di
rumah.
Intimate /represented partisipan power
offer
offer
modality
Gambar 4.9b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan acara. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
71
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
silence
framing
centred
Gambar 4.9c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
72
Data 10
Simbur ma
ho amang
‘cepatlah kamu nak besar’
Petanda
Penanda
laho magodang
proses symbolic
petanda
setting
penanda
Gambar 4.10a komponen metafungsi ideasional
Simbur ma ho amang laho magodang dianalisis dengan fungsi ideasional;
laho magodang direalisasikan dalam proses symbolic, ho amang menjadi penanda
dan simbur ma sebagai petanda yang direalisasikan ayah dengan sentuhan kasih
sayang. Kemudian lokasi dalam gambar ini adalah di rumah.
Offer
demand
Intimate/personal/equality/viewer power
Modalitas
Gambar 4.10b komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
73
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
framing
Gambar 4.10c komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
74
Data 11
Peng-peng muse
laho matua
‘cepat juga menjadi dewasa’
Petanda
proses symbolic
setting
penanda
petanda
Gambar 4.11a Komponen metafungsi ideasional
Peng-peng muse laho matua dianalisis dengan fungsi ideasional; laho
matua direalisasikan dalam proses symbolic; peng-peng muse anak yang diayun
menjadi penanda, kemudian petanda direalisasikan dari senyum bahagia ayah.
Kemudian lokasi dalam gambar di atas adalah di rumah.
offer
demand
Intimate/represented participant power
modality
Gambar 4.11b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
75
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer
memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas.
Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna
rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi
yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar
karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi
karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang
jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan
tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
salience
Framing
Gambar 4.11c Komponen metafungsi textual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 12
Ringgas
Goal
mangarejohon
‘rajin mengerjakan sholat’
proses action
Sumbayang
goal
76
gol
aktor
Setting
Gambar 4.12a Komponen merafungsi ideasional
Ringgas mangarejohon sumbayang dianalisis dengan fungsi ideasional;
mangarejohon direalisasikan dalam proses tindakan (action), sumbayang dan
ringgas menjadi gol yang direalisasikan dengan peci ayah. Anak yang diayun
sebagai aktor.
offer
intimate/equality/represented participant power
modality
Gambar 4.12b Komponen merafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan dalam gambar di atas karena tidak ada yang
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
77
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Framing
centred
silence
Gambar 4.12c Komponen merafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut
Data 13
Sareto
mando’ahon
ama ina
‘seraya mendo’akan ayah ibu’
proses verbal
Utterance
78
Setting
perkataan
sayer
Gambar 4.13a Komponen metafungsi ideasional
Sareto mandoahon ama ina dianalisis dengan fungsi ideasional;
mandoahon direalisasikan dalam proses verbal, dan ama ina menjadi perkataan
dan anak yang diayun sebagai sayer. Artinya, dengan proses verbal mandoahon
ini subjeknya tersembunyi sehingga perkataan dari mandoahon itu adalah ama
ina.
Offer
intimate /represented participant power
demand
modality
Gambar 4.13b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, demand tidak ditemukan pada gambar karena tidak ada yang
79
berinteraksi langsung dengan khalayak. Ayah, anak dan ibu sebagai offer yang
menyaksikan anak. Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk representend
participant viewer memberi pengertian adanya kelemahan partisipan dalam
gambar di atas. Pengambilan gambar yang dekat dengan khalayak (intimate).
Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
centerd
framing
silence
Gambar 4.13c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang
diayun sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan
warna yang kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan
bukan bagian dari gambar tersebut.
80
Data 14
Ho do
jagar-jagar
ni ama ina da amang
‘kau lah yang menjadi hiasan untuk ayah ibu nak’
Carrier
proses analytical
Symbolic attribute
carrier
symbolic attribute
Gambar 4.14a Komponen metafungsi ideasional
Ho do jagar-jagar ni ama ina da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; jagar-jagar direalisasikan dalam proses analytical, ama ina menjadi
carrier dan ho sebagai symbolic attribute.
offer
demand
Intimate/representend participant power
modality
Gambar 4.14b Komponen metafungsi ideasional
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
81
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi
pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Centred
framing
silence
Gambar 4.14c Komponen metafungsi tekstual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 15
Mayam-mayam
ni si mangido
‘menjadi mainan untuk tangan’
Proses analytical
Symbolic attribute
carrier
82
setting
symbolic analytical
Gambar 4.15a Komponen metafungsi ideasional
Mayam-mayam ni si mangido dianalisis dengan fungsi ideasional; mayammayam direalisasikan dalam proses analytical, ni si mangido sebagai symbolic
analytical yang direalisasikan pada anak yang diayun. Carrier dari proses ini
tersembunyi yang direalisasikan pada ayah dan ibu.
intimate/participant participant power
offer
offer
modality
Gambar 4.15b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional; demand tidak ditemukan pada
gambar di atas karena tidak ada yang berinteraksi langsung dengan khalayak.
Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan acara. Pola penggambaran
Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi pengertian
adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan gambar yang
dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada gambar, yaitu
83
hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna beragam dan
penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail
yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas, modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
tinggi.
centred
framing
silence
Gambar 4.15c Komponen metafungsi interpersonal
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras dan framing yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Data 16
ida
ho amang
sude on
ancogot da amang
‘suatu hari nanti lihat lah ini semua nak’
Proses mental Senser
Fenomenon
84
setting
senser
fenomenon
Gambar 4.16a komponen metafungsi ideasional
Ida ho amang sude on ancogot da amang dianalisis dengan fungsi
ideasional; ida direalisasikan dalam proses mental, pengindera (senser) implisit,
yang kemudian direalisasikan oleh ayah, ibu dan kahanggi. Ho amang sebagai
fenomenon. Kemudian lokasi pada gambar adalah rumah.
offer
demand
Intimate/equality/viewer power
modality
Gambar 4.16b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah dan ibu sebagai offer yang menyaksikan anak. Pola
penggambaran Partisipan dalam bentuk representend participant viewer memberi
pengertian adanya kelemahan partisipan dalam gambar di atas. Pengambilan
85
gambar yang dekat dengan khalayak (intimate). Modalitas warna rendah pada
gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas,
modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
centred
silence
Gambar 4.16c Komponen metafungsi tektual
Komponen metafungsi tekstual dinyatakan dengan komposisi, anak yang diayun
sebagai centred atau pusat yang diletakkan di tengah dalam gambar, kemudian
salience atau tonjolan yang ada pada gambar adalah ayunan dengan warna yang
kontras.
Data 17
holong ni on
ulang lupa
hamunu
‘kalian jangan lupa dengan kasih sayang ini’
Fenomenon
presos mental
Senser
86
senser
fenomenon
Gambar 4.17 a Komponen metafungsi interpersonal
Holong ni on ulang lupa hamunu dianalisis dengan fungsi ideasional; lupa
direalisasikan dalam proses mental, pengindera implisit yang kemudian
direalisasikan kepada ayah dan kahanggi, kemudian anak yang diayun sebagai
fenomenon.
offer
Intimate/equality/viewer power
demand
modality
Gambar 4.17 b Komponen metafungsi interpersonal
Komponen interpersonal/interaksional dinyatakan dalam pernyataan
deklaratif, anak yang diayun sebagai demand karena anak berinteraksi langsung
dengan khalayak. Ayah, ibu dan kahanggi sebagai offer yang menyaksikan anak.
Pola penggambaran Partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian
87
adanya kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang
menggunakan produk yang diiklankan. Pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (intimate) dan sejajar dengan pandangan mata (equality). Modalitas
warna rendah pada gambar, yaitu hitam dan putih, kemudian modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam dan penuh bayangan, modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di rumah, kemudian modalitas representasi
tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif
yang jelas, modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas
kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
non-centred/new
silence
framing
Gambar 4.17 c Komponen m